TITRASI REDOKS
Reaksi-reaksi dalam larutan air dapat didasarkan atas dua golongan yaitu metatesis atau penguraian
berganda, dan oksidasi-reduksi. Reaksi-reaksi penggaraman seperti netralisasi dan pengendapan termasuk
golongan reaksi metatesis. Dalam bagian ini kita akan membicarakan cara-cara analisis oksidasi-reduksi
atau analisis redoks.
Dalam larutan ada 2 KMnO4 memberikan 5 atom oksigen kepada zat pereduksi sehingga ekivalennya
adalah 2KMnO4/10.
Untuk kalium dikromat dalam larutan asam persamaan hypotetiknya adalah:
Ekivalennya adalah K2Cr2O7/6. Perlakuan dasar ini terbatas pemakaiannya tetapi sangat berguna bagi
pemula.
Dasar yang lebih umum diperoleh dengan cara:
(a). banyaknya elektron yang terlibat dalam suatu bagian reaksi ionik yang mewakili reaksi, dan
(b). perubahan bilangan oksidasi suatu unsur dalam zat pengoksidasi atau pereduksi.
Dalam analisis kuantitatif kita perlu menentukan reaksi yang terjadi dalam larutan misalnya reaksi ioniknya,
disini dibatasi hanya reaksi oksidasi-reduksi. Oksidasi besi(II) klorida oleh klorin dalam air dapat dituliskan
sebagai berikut:
Ion Fe2+ dikonversi menjadi ion Fe3+ (oksidasi), dan molekul netral klorin dikonversi menjadi ion Cl- yang
bermuatan (reduksi). Konversi Fe2+ menjadi Fe3+ perlu pelepasan 1 elektron sedangkan transformasi
molekul netral klorin menjadi ion klorida adalah menerima 2 elektron. Jadi reaksi dalam larutan meliputi
reaksi pelepasan elektron dan penerimaan elektron seperti,
Sebenarnya proses oksidasi-reduksi, elektron ditransfer dari zat pereduksi ke zat pengoksidasi. Lihat
definisi berikut:
Pengurangan elektron dari suatu atom, ion atau molekul, disebut oksidasi, sedangkan penambahan elektron
1
disebut reduksi. Tiap reaksi redoks terdiri atas reaksi paruh oksidasi dan reaksi paruh reduksi. Zat
pengoksidasi (oksidator = oksidan) adalah yang menerima elektron dan dia tereduksi, sedang zat pereduksi
(reduktor = reduktan) adalah yang melepaskan elektron dan dia teroksidasi. Semua proses oksidasi-reduksi
(proses redoks) terdiri dari zat yang mengalami oksidasi dan zat yang mengalami reduksi merupakan paruh
reaksi yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya dan terjadi secara simultan, yang satu tidak akan
terjadi tanpa lainnya. Misalkan reaksi:
Pada reaksi ini Cl2 disebut oksidator (yaitu penarik elektron-elektron) sedang Fe2+ disebut reduktor (yaitu
pemberi elektron-elektron).
2. Bilangan Oksidasi
Supaya dapat mengikuti pemindahan elektron-elektron pada reaksi redoks dengan mudah, kita gunakan
pengertian bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi atom, sama dengan muatannya. Pada
senyawa kovalennya dengan jenis atom lain, pasangan-pasangan elektron milik bersama kedua atom ini,
dianggap dimiliki seluruhnya oleh atom yang lebih elektronegatif. Pada molekul CO misalnya, atom O
lebih elektronegatif daripada C, bilangan oksidasi O = 2 dan C = +2. Bagi maksud-maksud kita, untuk
menentukan bilangan oksidasi suatu atom, sudah cukup kalau kita pegang ketentuan-ketentuan umum
berikut:
1. Bilangan oksidasi unsur = 0, bagaimanapun rumus molekulnya.
2. Bilangan oksidasi ion tunggal = muatannya. Misalnya bilangan oksidasi Na+ = +1, Cu2+ = +2,
Cl = 1 dan seterusnya.
3. Bilangan oksidasi H pada senyawa-senyawa biasanya +1, kecuali pada hidrida-hidrida logam,
bilangan oksidasi H = 1.
4. Bilangan oksidasi O pada senyawa-senyawanya biasanya 2, kecuali pada peroksida- peroksida,
bilangan oksidasinya = 1
Menurut nomor 5 jumlah muatan ion-ion diruas kiri 17+ dan diruas kanan 17+ juga, jadi sudah betul.
Dari reaksi ion ini, kita dapat menurunkan reaksi molekulnya.
Ion-ion diruas kiri didapatkan dari reagen-reagen asalnya.
8 H+ asalnya dari 4 H2SO4
MnO4 asalnya dari KMnO4
5Fe2+ asalnya dari 5FeSO4
Ion-ion diruas kanan harus dikombinasikan dengan ion-ion yang muatannya berlawanan, yang ada dalam
larutan.
ion Fe3+ dikombinasikan dengan SO42 menjadi Fe2(SO4)3
5 Fe3+ menjadi 5/2 Fe2(SO4)3
Ion Mn2+ dikombinasikan dengan SO42 menjadi MnSO4
Reaksinya menjadi:
Ternyata diruas kiri ada K (sebetulnya K+) sedangkan diruas kanan tidak ada. Ion K+ dapat dikombinasikan
dengan ion SO42 menjadi ½ K2SO4
Reaksi molekulnya menjadi:
4
4H2SO4 + KMnO4 + 5FeSO4 5/2 Fe2(SO4)3 + MnSO4 + 4H2O + ½ K2SO4
Seluruhnya dikalikan 2 menjadi,
8H2SO4 + 2KMnO4 + 10FeSO4 5Fe2(SO4)3 + 2MnSO4 + 8H2O + K2SO4
Menurut nomor 5 muatan ion-ion ruas kiri 0 dan ruas kanan juga 0.
Reaksi molekulnya :
2 H+ asalnya dari H2SO4
2-
Cr2O 7 asalnya dari K2Cr2O7
Di ruas kanan 3 ion SO42- tepat dapat dikombinasikan dengan 2 ion Cr3+ menjadi Cr2(SO4)3.
Reaksinya menjadi : 3 SO2 + H2SO4 + K2Cr2O7 Cr2(SO4)3 + H2O + K2SO4
4. Analisis Oksidasi-Reduksi
Tiap reaksi oksidasi reduksi antara ion-ion dalam larutan dapat digunakan sebagai dasar analisis volumetri
jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1. dalam keadaan tertentu, harus hanya satu reaksi yang terjadi
2. pada titik ekuivalensinya, reaksi ini harus berkesudahan
3. harus ada indikator yang dapat menunjukkan titik akhir tirasi.
Reaksi-reaksi oksidasi-reduksi yang memenuhi syarat di atas banyak sekali. Analisis reaksi oksidasi-reduksi
pada dasarnya dapat digolongkan atas tiga cara berikut:
a. larutan suatu zat yang mudah dioksidasi, dapat dititrasi dengan larutan baku oksidator kuat. Pada
titrasi suatu larutan reduktor dengan oksidator kuat, tidak boleh ada pengganggu reduktor selain
yang akan ditentukan.
b. jika cuplikannya merupakan oksidator kuat larutannya dianalisis dengan menggunakan larutan
reduktor.
c. seringkali digunakan cara yang tidak langsung untuk menganalisis oksidator.
b. Indikator amilum
Penggunaan amilum sebagai indikator berdasarkan kemampuannya membentuk kompleks berwarna
biru dengan Iodium.
c. Diphenylamine (NH(C6H5)2)
Indikator ini umumnya digunakan dalam analisis kuantitatif sebagai pereaksi untuk ion NO3.
Akhirnya indikator ini (larutan tidak berwarna) akan dioksidasi ke bentuk lain yang mempunyai
warna biru violet. Di bawah ini ada beberapa indikator yang umum digunakan dalam titrasi
oksidasi-reduksi.
Indikator-Indikator Oksidasi-Reduksi
Warna
INDIKTOR
OKSIDASI REDUKSI
Merah netral Merah Tidak berwarna
Biru methylen Biru kehijau-hijauan Tidak berwarna
Diphenylamine Biru Violet Tidak berwarna
Asam difenilamin azosulfonat Merah violet Tidak berwarna
Erioglusin A Merah Hijau
Asam fenilantranilat Merah violet Tidak berwarna
Ferroin Biru violet Tidak berwarna
Penurunan valensi Mn sebanyak 5, menunjukkan bahwa molekul KMnO4 kehilangan 5 elektron. Hal ini
dapat dilihat dari persamaan berikut:
MnO4- + 8 H+ + 5e Mn2+ + 4 H2O
B. DIKROMATOMETRI
Cara dikromatometri ini didasarkan pada reaksi oksidasi yang disebabkan oleh ion dikromat (Cr2O72). JIka
ion ini bertndak sebagai oksidator maka ion Cr2O72 akan berubah menjadi kation Cr3+ dengan reaksi
sebagai berikut:
Cr2O72- + 14H+ + 6e 2Cr3+ + 7H2O
Dari persamaan reaksi di atas maka K2Cr2O7 dapat digunakan sebagai oksidator dengan gram ekivalen 1/6
M atau 294,3/6 =49,03 g. Kalium dikromat juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan kalium
permanganat seperti;
1. larutan tersebut sangat stabil dan mudah diperoleh dalam bentuk yang cukup murni untuk
pembuatan larutan standar dengan menimbang langsung;
2. larutan tersebut dapat digunakan sebagai standar primer dan harganya murah.
Iodium tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan kalium iodida dalam air karena membentuk
kompleks iodida yang mudah larut.
I2 + I I3-
Larutan iodium sangat tidak stabil, karena iodium mudah menguap. Dalam larutan iodida berlebihpun,
perosentase iodium akan berkurang karena penguapan, yang dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
iodium dapat merusak karet atau gabus. Bila iodida kena udara akan terjadi reaksi sebagai berikut :
4I + O2 + 4H+ 2I2 + 2H2O
8
Bab 8. Reaksi dan Kurva Titrasi Redoks
1. Definisi dan Reaksi Oksidasi-Reduksi
2. Bilangan Oksidasi
2.1. Cara menentukan bilangan oksidasi
3. Menyusun Reaksi Redoks
3.1. Oksidator-oksidator dengan hasil-hasilnya
3.2. Reduktor-Reduktor dengan Hasil-Hasilnya
4. Analisis Oksidasi-Reduksi
4.1. Indikator dalam Oksidasi Reduksi
5. Perhitungan Bobot Ekuivalen
6. Beberapa Zat yang Dipakai dalam Oksidimetri