Anda di halaman 1dari 10

K-13

KIMIA
REAKSI REDUKSI OKSIDASI

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami perkembangan konsep reaksi reduksi oksidasi.
2. Memahami pengertian oksidator, reduktor, hasil oksidasi, dan hasil reduksi.
3. Memahami cara menentukan bilangan oksidasi.
4. Memahami penggolongan reaksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
5. Memahami reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap reaksi kimia dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis reaksi, yaitu reaksi redoks atau
bukan redoks. Reaksi redoks atau reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang sangat
mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada proses perkaratan besi, proses
perubahan warna pada apel yang telah dikupas, dan proses penuaan tubuh yang
mengakibatkan timbulnya penyakit degeneratif. Untuk memahami reaksi-reaksi tersebut
lebih dalam, kita harus mengenal terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan reaksi redoks.

A. Pengertian Reaksi Reduksi Oksidasi atau Redoks


Konsep reaksi redoks mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya,
reaksi redoks didefinisikan sebagai reaksi pelepasan dan pengikatan oksigen.
Kemudian, definisi tersebut berkembang menjadi reaksi pelepasan dan penyerapan
elektron, hingga yang terakhir reaksi redoks didefinisikan sebagai reaksi yang
melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Sebelum kita mempelajari tentang reaksi
redoks, kita harus mempelajari dahulu tentang bilangan oksidasi berikut ini.
B. Bilangan Oksidasi 4. Bilangan oksidasi unsur logam umumnya bertanda
Bilangan oksidasi adalah muatan suatu unsur yang dapat bernilai positif,
negatif, atau nol. Bilangan oksidasi sering disingkat sebagai biloks atau b.o.
Dalam bentuk unsur bebas dan dalam bentuk senyawanya, bilangan oksidasi
suatu unsur memiliki aturan sebagai berikut.
positif. Untuk logam-logam golongan A, bilangan oksidasinya sesuai dengan
nomor golongannya.
1. Dalam Bentuk Unsur Bebas Bilangan
oksidasi unsur bebas adalah nol.
Contoh:

Bilangan oksidasi O, H, N, P, dan S berturut-turut dalam O 2, H2, N2, P4, dan S8 adalah
0.

2. Dalam bentuk senyawa


Jika dalam bentuk senyawa, bilangan oksidasi unsur memiliki ketentuan sebagai
berikut.
1. Bilangan oksidasi H umumnya = +1, kecuali pada senyawa hidrida (logam +
H), bilangan oksidasi H = –1.
Contoh:
Bilangan oksidasi H dalam HCl = +1
Bilangan oksidasi H dalam H2SO4 = +1

Bilangan oksidasi H dalam NaH = –1, karena NaH merupakan senyawa


hidrida
2. Bilangan oksidasi O umumnya = –2, kecuali pada senyawa peroksida,
bilangan 1
oksidasi O = –1, pada senyawa superoksida, bilangan oksidasi O = – 2 ,
dan pada senyawa F2O, bilangan oksidasi O = +2.
Contoh:

Bilangan oksidasi O dalam H2O = –2


Bilangan oksidasi O dalam NaOH = –
2
Bilangan oksidasi O dalam H2O2 = –1, karena H2O2 merupakan senyawa peroksida
1
Bilangan oksidasi O dalam NaO2 = – 2 , karena NaO2 merupakan senyawa
3. Bilangan oksidasi F = –
superoksida
1.
Contoh:
Bilangan oksidasi F dalam KF = –1
Bilangan oksidasi F dalam AlF3 = –1

Contoh:

2
Bilangan oksidasi Na dalam NaCl = +1, karena Na terletak pada golongan IA
Bilangan oksidasi Mg dalam MgO = +2, karena Mg terletak pada golongan IIA

Bilangan oksidasi Al dalam Al2O3 = +3, karena Al terletak pada golongan IIIA

5. Bilangan oksidasi ion monoatom dan poliatom sama dengan muatannya.


Contoh:
Bilangan oksidasi Fe3+ =
+3 Bilangan oksidasi S2–
= –2
Bilangan oksidasi NH4+ = +1
Bilangan oksidasi NO3– = –

1 Bilangan oksidasi SO42– =

–2 Bilangan oksidasi PO43–


= –3
6. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa = 0.
7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur pembentuk ion poliatom =
muatannya.

Contoh Soal 1

Tentukan bilangan oksidasi dari unsur yang digaris bawahi berikut ini.
a. H3PO4
b. Cr2O72–
c. VSO4
Pembahasan:
a. Cara menghitung bilangan oksidasi unsur P pada senyawa H 3PO4 adalah
sebagai berikut. Oleh karena jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam
suatu senyawa = 0, maka: (3 × b.o.H ) + (1 × b.o.P) + (4 × b.o.O) = 0
(3 × 1) + (1 × b.o.P) + (4 × (–
2)) = 0 b.o.P = –3 + 8
b.o.P = 5
Jadi, bilangan oksidasi unsur P pada senyawa H3PO4 adalah 5.
3
b. Cara menghitung bilangan oksidasi unsur Cr pada ion Cr2O72– adalah sebagai
berikut. Oleh karena jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur pembentuk ion
poliatom sama dengan muatannya, maka:
(2 × b.o.Cr) + (7 × b.o.O) = –2
(2 × b.o.Cr) + (7 × (–2))
= –2 2 × b.o.Cr = 14 – 2
2 × b.o.Cr =
12 b.o.Cr = +6

Jadi, bilangan oksidasi unsur Cr pada ion Cr2O72– adalah +6.


c. Cara menghitung bilangan oksidasi unsur V pada senyawa VSO4 adalah sebagai berikut.
Oleh karena jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa = 0, maka:

(1 × b.o.V) + (1 × b.o.SO4) = 0
(1 × b.o.V) + (1 × (–2))
= 0 b.o.V = +2
Jadi, bilangan oksidasi unsur V pada senyawa VSO4 adalah +2.

C. Pengertian Reaksi Oksidasi


Berdasarkan perkembangan konsep reaksi redoks, reaksi oksidasi didefinisikan
sebagai berikut.
1. Reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat. Reaksi ini ditandai
dengan adanya O2 di ruas kiri atau adanya penambahan atom oksigen di ruas kanan.
Contoh:
C+O2→CO2 2SO2
+ O2 → 2SO3
2. Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. Reaksi ini ditandai dengan
adanya elektron di ruas kanan.
Contoh:
Na → Na+ + e–
Mg → Mg2+ + 2e–

3. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengakibatkan terjadinya kenaikan


bilangan oksidasi.
Contoh:
Na → Na+, terjadi kenaikan bilangan oksidasi sebesar 1

Ca → Ca2+, terjadi kenaikan bilangan oksidasi sebesar 2

4
D. Pengertian Reaksi Reduksi
Berdasarkan perkembangan konsep reaksi redoks, reaksi reduksi didefinisikan
sebagai berikut.
1. Reaksi reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu oksida. Reaksi ini
biasanya ditandai dengan adanya O2 di ruas kanan.
Contoh:
2CO2 → 2CO + O2
2SO3 → 2S + 3O2 CuO
+ H2 → Cu + H2O 2NO2
+ 8Na → N2 + 4Na2O
2. Reaksi reduksi adalah reaksi penyerapan elektron. Reaksi ini ditandai dengan
adanya elektron di ruas kiri.
Contoh:
Cl + e– → Cl–

O + 2e– → O2–

3. Reaksi reduksi adalah reaksi yang mengakibatkan terjadinya penurunan


bilangan oksidasi.
Contoh:
Cl → Cl–, terjadi penurunan bilangan oksidasi sebesar 1

O → O2–, terjadi penurunan bilangan oksidasi sebesar 2

Contoh Soal 2

Tentukan jenis reaksi berikut ini, apakah termasuk reaksi oksidasi atau reaksi reduksi.
a. 2CO + O2 → 2CO2
b. Br2 → 2Br–
c. 2SO3 → 2SO2 + O2
d. Fe3+ + e– → Fe2+

Pembahasan:
a. Oleh karena terdapat O2 di ruas kiri, maka dapat diketahui bahwa reaksi
tersebut merupakan reaksi pengikatan oksigen. Reaksi pengikatan oksigen
termasuk reaksi oksidasi.
b. Br pada unsur bebas Br2 memiliki bilangan oksidasi = 0, sedangkan Br pada ion Br –
memiliki bilangan oksidasi = –1. Artinya, telah terjadi penurunan bilangan oksidasi

5
dari 0 menjadi –1. Reaksi yang mengakibatkan terjadinya penurunan bilangan
oksidasi termasuk reaksi reduksi.
c. Oleh karena terdapat O2 di ruas kanan, maka dapat diketahui bahwa reaksi
tersebut merupakan reaksi pelepasan oksigen. Reaksi pelepasan oksigen
termasuk reaksi reduksi.
d. Oleh karena terdapat 1 elektron di ruas kiri, maka dapat diketahui bahwa
reaksi tersebut merupakan reaksi penyerapan elektron. Reaksi penyerapan
elektron termasuk reaksi reduksi.
Selain berdasarkan elektronnya, jenis reaksi juga dapat ditentukan dari
perubahan bilangan oksidasinya. Bilangan oksidasi Fe berubah dari +3 menjadi
+2. Artinya, telah terjadi penurunan bilangan oksidasi sebesar 1. Reaksi yang
mengakibatkan terjadinya penurunan bilangan oksidasi termasuk reaksi reduksi.

E. Oksidator, Reduktor, Hasil Oksidasi, dan Hasil Reduksi


Dalam suatu reaksi redoks terdapat beberapa istilah yaitu oksidator, reduktor, hasil oksidasi, dan
hasil reduksi. Pengertian dari masing-masing istilah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Oksidator
Oksidator atau pengoksidasi adalah suatu zat yang dapat menyebabkan zat lain
mengalami oksidasi dan zat itu sendiri mengalami reduksi.

2. Reduktor
Reduktor atau pereduksi adalah suatu zat yang dapat menyebabkan zat lain
mengalami reduksi dan zat itu sendiri mengalami oksidasi.

3. Hasil Oksidasi
Hasil oksidasi adalah zat baru yang dihasilkan dari suatu zat yang mengalami oksidasi.

4. Hasil Reduksi
Hasil reduksi adalah zat baru yang dihasilkan dari suatu zat yang mengalami reduksi.

Contoh Soal 3

Tentukan zat yang merupakan oksidator, reduktor, hasil oksidasi, dan hasil reduksi
dari persamaan reaksi berikut.
MnO4– + H+ + Fe2+ → Mn2+ + H2O + Fe3+

6
Pembahasan:
Mula-mula, tentukan bilangan oksidasi masing-masing unsur.
Ruas kiri:
Pada ion MnO4–, biloks Mn = +7 dan biloks O
= –2 Pada ion H+, biloks H = +1
Pada ion Fe2+, biloks Fe = +2
Ruas kanan:
Pada ion Mn2+, biloks Mn = +2
Pada molekul H2O, biloks H = +1 dan biloks O
= –2 Pada ion Fe3+, biloks Fe = +3
Kemudian, tentukan perubahan bilangan oksidasinya.
MnO4– + H+ + Fe2+ → Mn2+ + H2O + Fe3+
Biloks Mn berubah dari +7 menjadi +2, artinya MnO 4– mengalami reduksi,
sedangkan biloks Fe berubah dari +2 menjadi +3, artinya Fe 2+ mengalami oksidasi.
Dengan demikian, oksidator, reduktor, hasil oksidasi, dan hasil reduksi dari
persamaan reaksi tersebut adalah sebagai berikut.
• Oksidatornya adalah MnO4–
• Reduktornya adalah Fe2+
• Hasil oksidasi adalah Fe3+
• Hasil reduksinya adalah Mn2+

Super "Solusi Quipper"


Pada suatu persamaan reaksi, yang berubah biloksnya adalah unsur selain H, O, dan
logam-logam golongan A, kecuali unsur-unsur tersebut dalam keadaan unsur bebas.

F. Penggolongan Reaksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi


Berdasarkan perubahan bilangan oksidasinya, suatu reaksi dibedakan menjadi
reaksi redoks, bukan redoks, reaksi disproporsionasi, dan reaksi konproporsionasi.

1. Reaksi Redoks
Suatu reaksi tergolong reaksi redoks jika terdapat suatu zat yang mengalami
oksidasi dan zat lain mengalami reduksi. Reaksi redoks ditandai dengan adanya
perubahan bilangan oksidasi.

7
Contoh:
Ag+ + Na → Ag + Na+
Unsur Ag mengalami penurunan biloks dari +1 menjadi 0, artinya unsur Ag mengalami
reduksi, sedangkan unsur Na mengalami kenaikan biloks dari 0 menjadi +1, artinya
unsur Na mengalami oksidasi. Oleh karena terdapat zat-zat yang mengalami oksidasi
dan zat-zat yang mengalami reduksi, maka reaksi tersebut tergolong reaksi redoks.

2. Reaksi Bukan Redoks


Pada reaksi bukan redoks, bilangan oksidasi setiap unsur dalam reaksi tidak
berubah. Dengan kata lain, pada reaksi ini tidak terjadi perubahan biloks.
Contoh:
CaCO3 → CaO + CO2
Pada reaksi di atas, biloks masing-masing unsur baik di ruas kiri atau kanan adalah
sama, yaitu biloks Ca = +2, biloks C = +4, dan biloks O = –2. Oleh karena unsur-
unsur yang terlibat dalam reaksi tidak mengalami perubahan biloks, maka reaksi
tersebut tergolong reaksi bukan redoks.

3. Reaksi Disproporsionasi
Suatu reaksi redoks tergolong reaksi disproporsionasi atau reaksi autoredoks jika
terdapat suatu zat yang mengalami oksidasi (reduktor) sekaligus reduksi (oksidator).
Contoh:
3Cl2 + 6KOH → 5KCl + KClO3 + 3H2O
Pada reaksi di atas, unsur Cl 2 mengalami perubahan biloks dari 0 menjadi -1 dan
+5. Oleh karena unsur Cl2 mengalami oksidasi sekaligus reduksi, maka reaksi
tersebut tergolong disproporsionasi atau reaksi autoredoks.

4. Reaksi Konproporsionasi
Reaksi konproporsionasi merupakan kebalikan reaksi disproporsionasi, yaitu suatu
reaksi redoks yang hasil oksidasi dan hasil reduksinya sama.
Contoh:
7KI + KIO4 + 4H2SO4 → 4H2SO4 + 4I2 + 4H2O
Pada reaksi di atas, hasil oksidasi dan hasil reduksinya sama, yaitu I2. Oleh karena hasil oksidasi
dan hasil reduksinya sama, maka reaksi tersebut tergolong reaksi konproporsionasi.

8
G. Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Reaksi redoks banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya
sebagai berikut.
1. Sel Volta/Sel Gavani
Pada sel volta/sel galvani, reaksi yang terjadi pada perubahan energi kimia menjadi
energi listrik adalah reaksi redoks.
Contoh: baterai dan aki

2. Sel Elektrolisis
Pada sel elektrolisis, reaksi yang terjadi pada perubahan energi listrik menjadi
energi kimia adalah reaksi redoks.
Contoh: proses pelapisan dan pemurnian logam

Anda mungkin juga menyukai