Disusun Oleh :
Nama : M. Owen
NIM : 191450039
Kelas : PDN IB
Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 1
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Garam adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi netralisasi antara larutan
asam dan larutan basa. Larutan garam yang terbentuk memiliki sifat yang
bervariasi, tergantung pada sifat asam dan sifat basa penyusun garam.
Berikut ini adalah beberapa contoh reaksi pembentukan garam (dikenal pula
dengan istilah reaksi penggaraman atau reaksi netralisasi) :
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
H2SO4(aq) + 2NH4OH(aq) → (NH4)2SO4(aq) + 2H2O(l)
HCN(aq) + Ba(OH)2(aq) → Ba(CN)2(aq) + 2H2O(l)
H2CO3(aq) + Mg(OH)2(aq) → MgCO3(s) + 2 H2O(l)
Reaksi kebalikan dari reaksi penggaraman dikenal dengan istilah reaksi
hidrolisis. Reaksi hidrolisis adalah reaksi salah satu ion atau kedua ion larutan
garam dengan air. Reaksi salah satu atau kedua ion larutan garam dengan air
menyebabkan perubahan konsentrasi ion h+ maupun ion oh– dalam larutan.
Akibatnya, larutan garam dapat bersifat asam, basa, maupun netral.
Sebagaimana yang telah kita pelajari sebelumnya, kita mengenal dua jenis
asam, yaitu asam kuat dan asam lemah. Demikian halnya dengan basa, kita
mengenal istilah basa kuat dan basa lemah.
A. Teori Penggaraman I
Baik kation maupun anion, hanya terhidrasi oleh air, tidak mengalami reaksi
dengan air. Dengan demikian, garam tersebut tidak terhidrolisis dalam air.
Akibatnya, konsentrasi ion h+ tidak berubah terhadap konsentrasi ion oh–. Larutan
garam bersifat netral. Larutan garam tersebut memiliki ph = 7.
Anion tidak mengalami hidrolisis dengan air, sebab anion berasal dari spesi
asam kuat. Namun sebaliknya, kation yang berasal dari spesi basa lemah mengalami
ii
Kation tidak mengalami hidrolisis dengan air, sebab kation berasal dari
spesi basa kuat. Namun sebaliknya, anion yang berasal dari spesi asam lemah
mengalami hidrolisis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CN–(aq) + H2O(l) <——> HCN(aq) + OH–(aq)
Hidrolisis anion yang berasal dari asam lemah menghasilkan ion oh–.
Akibatnya, konsentrasi ion oh– menjadi lebih tinggi dibandingkan konsentrasi ion
h+. Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis sebagian
(parsial). Larutan garam tersebut bersifat basa dan memiliki ph > 7.
Ph = 7
2. Larutan garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
B. Teori Penggarmaan II
K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Fe-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
- Logam yang digunakan harus berada di sebelah kiri Hidrogen pada deret
Volta
- Jika logamnya memiliki lebih dari satu jenis bilangan oksidasi, maka garam
yang dihasilkan adalah garam-o (garam dengan bilangan oksidasi terendah).
Contoh Reaksi Logam + Asam Non-Oksidator
Fe + 2HCl → FeCl2 + H2
Mg + H2SO4 encer → MgSO4 + H2
- Pada reaksi antara logam dengan Asam Oksidator akan dihasilkan garam
dengan bilangan oksidasi yang tertinggi (garam –i). Akan tetapi hal ini tidak
berlaku jika logam yang digunakan berlebihan.
- Jika logam yang digunakan berlebihan, maka garam yang dihasilkan adalah
garam –o (garam dengan bilangan oksidasi terendah).
- Khusus untuk logam Sn, jika Sn bereaksi dengan HNO3 pekat akan
menghasilkan Asam Metastanat dengan rumus molekul (H2SnO3)n
BAB III
METODOLOGI
– Tabung reaksi
– Logam: Al ; Cu ; Fe ; dan Zn
– Larutan HCl 5 %
– Larutan KOH 5 %
– Larutan BaCl2 5 %
– Larutan MgCl2 5 %
– Larutan Pb(NO3)2 5 %
– Larutan ZnSO4 5 %
– Larutan Na2CO3 5 %
Catatan:
a. Penambahan bahan kimia ke dalam tabung reaksi cukup dengan sistem tuang
ii
langsung dari botol bahan kimia. Setiap penambahan kira – kira 1/8 tinggi
tabung reaksi.
b. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi selama reaksi. Apakah timbul
gas, timbul endapan (tuliskan warna endapannya) atau justru tidak timbul
reaksi.
BAB IV
PEMBAHASAN
apapun.
4.2 Pembahasan
- Ketika logam Al ditambahkan larutan HCL yang bersifat asam, tidak terjadi
reaksi apapun.
- Ketika larutan BaCl2 ditambahkan larutan H2SO4, terjadi reaksi berupa endapat
garam yang halus di dasar tabung reaksi.
- Ketika larutan CuSO4 ditambahkan larutan KOH, larutan tetap berwarna hijau
iii
seperti warna CuSO4 sebelumnya tetapi larutan CuSO4 yang digunakan bukan
5%, tetapi 0,1 M.
- Ketika larutan ZnSO4 ditambahkan larutan KOH, terjadi reaksi berupa endapat
serta larutan yang berubah menjadi keruh.
- Ketika endapat dari larutan ZnSO4 yang ditambahkan larutan KOH tadi
ditambahkan larutan KOH, terjadi reaksi berupa endapat yang tersebat dan
larut kembali.
i
BAB V
KESIMPULAN
Hasil reaksi juga bermacam -macam, seperti berupa gas,, endapan, bahkan
juga bisa tidak terjadi reaksi apa-apa.
i
DAFTAR PUSTAKA
Masel, R. I. 2002. Chemical Kinetics and Catalysis. A John Wiley & Sons, Inc.
New York, United States of America.
Oxtoby, D.W. Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia Modern.
Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta:Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Jilid 2, 468-475. Bandung : ITB.
Suwardi dkk. 2009. Panduan Pembelajaran Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI.
Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi dkk. 2009. KIMIA Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam.
Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
i
A. Tugas
- Al + KOH → AlCl2 + H2
- Cu + 2HCl → CuCl2 + H2
- Fe + 2HCl → FeCl2 + H2
- Zn + 2HCl → ZnCl2 + H2
B. Pertanyaan
Ya, hasil percobaan telah memenuhi teori penggaram I dan teori penggaraman
II. Untuk reaksi pada nomor 1,3,4,dan 5 merupakan reaksi penggaraman II
dengan reaksi :
Untuk reaksi pada nomor 6 dan 7 juga merupakan reaksi penggaraman I tetapi
Asam yang digunakan pada reaksi tergolong kedalam asam oksidator.
Pada reaksi 8, 9, 10, 11, dan 12 terjadi reaksi penggaraman II, dengan reaksi
pada tabung reaksi nomor 8 berupa :