Anda di halaman 1dari 15

BAB VII

STOKIOMETRI REAKSI KIMIA

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu Kimia mempelajari tentang peristiwa kimia yang ditandai

dengan berubahnya satu zat menjadi zat lain. Reaksi kimia merupakan

pusat perhatian dari ilmu kimia.

Suatu bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsure

dalam suatu senyawa atau reaksi kimia disebut stoikiometri. Stoikiometri

berasal dari bahasa Yunani yaitu “Stoicheon” yang berarti unsure atau

elemen dan “metron” yang berarti mengukur. Dengan kata lain, stoikiometri

adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang

terlibat dalam suatu reaksi atau istilah yang digunakan untuk

menggambarkan hubungan – hubungan kuantitatif dari reaksi kimia atau

senyawa kimia.

Dasar dari semua hitungan stoikiometri adalah pengetahuan tentang

massa atom atau massa molekul. Pengetahuan tentang stoikiometri sangat

penting dalam merencanakan suatu eksperimen maupun dalam industry

nantinya, dimana kita dapat mencampurkan atau mereaksikan zat pereaksi

dalam jumlah yang sesuai dan kita dapat memperkirakan jumlah produk

yang dihasilkan.

Jumlah zat kimia dinyatakan dalam mol. Dalam perhitungan kimia

satuan mol digunakan untuk satuan jumlah. Satu mol zat adalah banyaknya
zat tersebut yang mengandung 6.02×1023 partikel, yang partikel tersebut

dapat berupa atom, molekul atau ion.

Sedangkan massa suatu mol zat yang dinyatakan dalam gram disebut

massa molar, yang dalam gram sama banyak dengan bobot molekul dalam

satuan massa atom. Kita perlu mengetahui bobot molar zat – zat untuk

meramalkan atau menafsirkan hasil – hasil perubahan kimia

1.2. TUJUAN

Dari pelaksanaan praktikum ini mahasiswa diharapkan:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan stokiometri reaksi kimia

2. Mahasiswa dapat mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada

reaksi kimia

1.3. KESELAMATAN KERJA

1. Bahan-bahan yang digunakan, jangan sampai tertelan.

2. Bahan-bahan asam/basa yang digunakan, jangan sampai terkena kulit, jika

terkena kulit segera bilas dengan air yang mengalir.

3. Dalam setiap pengamatan yang dilakukan, jaga jarak mata anda dengan

materi yang diamati, hati-hati mata jangan sampai terkena efek dari

zat/reaksi yang terjadi. Jika terkena segera bilas dengan air yang mengalir.

4. Bersihkan (cuci) peralatan setiap kali sehabis digunakan percobaan. Tabung

reaksi dibersihkan dengan sikat tabung reaksi.


II. DASAR TEORI

Perbandingan stokiometri pereaksi-pereaksi sangat penting dalam

mengamati keberlangsungan suatu reaksi kimia. Pengamatan yang umum

dilakukan pada suatu reaksi kimia. Pengamatan yang umum dilakukan pada

suatu reaksi kimia antara lain perubahan temperatur, jumlah produk reaksi

(endapan, gas), pH larutan dan warna larutan. Salah satu metode yang umum

digunakan untuk menentukan stokiometri suatu reaksi adalah metode JOB

atau metode variasi kontinu. Prinsip metode ini adalah pengukuran

perubahan sifat fisik dalam suatu reaksi pada jumlah mol masing-masing

pereaksi bervariasi, tetapi dengan jumlah mol total pereaksi tetap.

Perubahan sifat fisik yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia antara lain

perubahan temperatur, massa, volume, pH larutan dan daya serap.

Perubahan sifat fisik tersebut sangat bergantung pada jumlah mol pereaksi

yang digunakan dalam percobaan. Oleh karena itu, data-data perubahan sifat

fisik dan jumlah mol pereaksi dapat digambarkan dalam suatu grafik, yang

emudian digunakan untuk menentukan perbadingan stokiometri suatu

reaksi.

Berikut contoh stokiometri reaksi AgNO3 dengan K2CrO4,

menggunakan data berat produk reaksi yang dialurkan terhadap data mol

AgNO3 yang divariasikan.

Tabel 1. Volume Larutan AgNO3-K2CrO4 dan Perhitungan Mol

Kondisi Perhitungan mol (x10-3)


Volume Volume Volume

AgNO3 K2CrO4 Total


AgNO3 K2CrO4 Total
0,24 M 0,24 M Larutan

(mL) (mL) (mL)

1 5 45 50 1.20 10.80 12.0

2 10 40 50 2.40 9.60 12.0

3 15 35 50 3.60 8.40 12.0

4 20 30 50 4.80 7.20 12.0

5 25 25 50 6.00 6.00 12.0

6 30 20 50 7.20 4.80 12.0

7 35 15 50 8.40 3.60 12.0

8 40 10 50 9.60 2.40 12.0

9 45 5 50 10.80 1.20 12.0

Tabel 2. Massa Produk Reaksi dari Reaksi AgNO3-K2CrO4

mol. AgNO3 mol. K2CrO4 Massa produk


Kondisi
(x10-3) (x10-3) (g)

1 1.20 10.80 0.225

2 2.40 9.60 0.396

3 3.60 8.40 0.564

4 4.80 7.20 0.696

5 6.00 6.00 0.885

6 7.20 4.80 1.030


7 8.40 3.60 1.194

8 9.60 2.40 0.892

9 10.80 1.20 0.598

Berdasarkan grafik di atas, perbandingan stokiometri reaksi AgNO3

dengan K2CrO4 adalah 2:1, dan rumus molekul endapan yang dihasilkan

adalah Ag2CrO4. (mol AgNO3 : mol K2CrO4 = 8,4 : 3,6 = 2,33:1 ~ 2:1)

Dalam percobaan ini akan dipelajari stokiometri reaksi untuk: (i)

Pb(NO3)2 dan KI, (ii) CuSO4 dan NaOH, dan (iii) HCl dan NaOH, (iv)

H2SO4 dan NaOH. Pada reaksi (i), perubahan sifat fisik yang diamati adalah

massa produk reaksi yang dihasilkan, sementara perubahan temperatur

diamati pada reaksi (ii)-(iv). Pada reaksi (i) dipelajari persen hasil dengan

cara membandingkan berat produk percobaan terhadap berat produk hasil

perhitungan.


% 100%

III. METODOLOGI

3.1 Bahan Kimia

1. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M

2. KI 0,1 M

3. NaOH 1 M

4. HCl 1 M

5. H2SO4 1 M

6. CuSO4 1 M

7. NaOH 2 M

3.2 Peralatan

1. Neraca Analitis

2. Tabung Reaksi

3. Gelas Ukur 50 mL

4. Gelas Beker 50 mL

5. Gelas Beker 100 mL

6. Pipet Tetes

7. Termometer

3.3 Prosedur

3.3.1 Reaksi Larutan Pb(NO3)2 dan KI

1. Satu buah tabung raksi kosong dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL,

kemudian letakkan di atas neraca analitis dan nolkan beratnya (tare).

2. Ke dalam tabung reaksi tuangkan hati-hati 2 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M,

kemudian catat beratnya.


Note: tabung reaksi dalam gelas beker tetap disimpasn di atas neraca.

3. Lakukan hal yang sama seperti tahap 1, kemudian tabung reaksi yang berisi

larutan KI 0,1 M dan kemudian catat beratnya.

4. Larutan Pb(NO3)2 (tahap 2) dituangkan ke dalam tabung reaksi yang berisi

larutan KI (tahap 3), tabung reaksi tetap berada di atas neraca analitis.

5. Catat perubahan berat hasil reaksi. Apakah diamati adanya perubahan berat

setelah penambahan Pb(NO3)2 ke dalam larutan KI? Apakah berat larutan

campuran lebih besar dari jumlah total berat larutan Pb(NO3)2 dan KI

sebelum direaksikan? Jika ada, maka hitung berat produk reaksi hasil

percobaan dengan cara:

 Berat produk percobaan = berat larutan campuran – (berat larutan Pb(NO3)2

+ berat larutan KI)

6. Hitung berat teoritis produk reaksi dari reaksi 2 mL, 2 mL larutan Pb(NO3)2

0,1 M dan 2 mL larutan KI 0,1 M. kemudian hitung % hasil dengan

menggunakan rumus di atas (pendahuluan).

3.3.2 Reaksi Larutan CuSO4 dan NaOH

1. Larutan NaOH 1 M sebanyak 50 mL dituangkan ke dalam tabung reaksi 100

mL. Kemudian ukur temperaturnya.

2. Larutan CuSO4 1 M sebanyak 10 mL dituangkan ke dalam tabung reaksi 50

mL, kemudian ukur temperaturnya.

3. Larutan CuSO4 1 M kemudian dituangkan ke dalam larutan NaOH 1 M

sambil diaduk dan ukur temperatur campuran tersebut.

4. Ulangi tahan 1 s/d 3 dengan komposisi larutan sebagai berikut:


Volume Volume
Kondisi
Larutan NaOH (mL) Larutan CuSO4 (mL)

5. Buat grafik T (perubahan temperature) terhadap volume NaOH. Dimana

T = TA – TM, TA = temperatur campuran dan TM = temperatur awal

masing-masing.

3.3.3 Reaksi Asam-Basa

1. Larutan NaOH 1 M sebanyak 5 mL dituangkan ke dalam tabung reaksi 50

mL, kemudian ukur temperaturnya.

2. Larutan HCl 1 M sebanyak 1 mL dituangkan ke dalam tabung reaksi 50 mL,

kemudian ukur temperaturnya.

3. Larutan NaOH 1 M kemudian dituangkan ke dalam larutan HCl 1 M sambil

diaduk dan ukur temperatur campuran tersebut.

4. Ulangi tahap 1 s/d 3 dengan komposisi larutan sebagai berikut:

Volume Volume
Kondisi
Larutan NaOH, mL Larutan HCl, mL
1

5. Buat grafik T (perubahan temperature) terhadap volume NaOH atau HCl.

Dimana

T = TA – TM, TA = temperatur campuran dan TM = temperatur awal

masing-masing.

6. Lakukan percobaan seperti di atas, untuk sistem NaOH 1 M dan H2SO4 1

M.
IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Reaksi Larutan Pb(NO3)2 dan KI

 Berat produk percobaan : 0.49 gr

 Berat larutan campuran : 40.02 gr

 Berat larutan Pb(NO3)2 : 20.53 gr

 Berat larutan KI : 19.96 gr

 Berat total : 40.49 gr

 % hasil : 98.84%

4.2 Reaksi Larutan CuSO4 dan NaOH

Suhu
Volume Volume
Kondisi Akhir,
Larutan NaOH, mL Larutan CuSO4, mL
°C

1 5 1 32

2 4 2 31

3 3 3 31

4 2 4 30,5

5 1 5 29
4.3 Reaksi Asam – Basa

Kondisi Volume Volume Suhu

Larutan NaOH, mL Larutan HCl, mL Akhir

°C

1 10 20 31

2 15 15 32

3 20 10 32

4 25 5 31

5 30 - 30

6 - 30 29

V. JAWABAN PERTANYAAN

Setelah melaksanakan percobaan ini, jawablah pertanyaan-pertanyaan

berikut ini:

1. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan ini!

2. Berikan penjelasan mengenai hasil percobaan tersebut!

Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan

kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Reaksi stoikiometri adalah suatu

reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebur habis bereaksi, sehingga

tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas. Dalam

suatu reaksi juga terdapat reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm

apabila kalor berpindah dari sistem ke lingkungan sehingga suhu disekitar

larutan menjadi panas sedangkan reaksi endoterm adalah apabila kalor


berpindah dari lingkungan ke sisitem, sehingga suhu sistem menjadi lebih

dingin.

Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan

sifat fisik, seperti perubahan warna, suhu, bentuk, dan lain – lain. Dalam

parktikum ini yang dibahas adalah perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu

campuran disebut titik minimum sedangkan suhu tertinggi dari suatu

campuran disebut titik maksimum. Biasanya titik maksimum didapat

apabila reaksi tersebut adalah stoikiometri.

Pada praktikum percobaan stokiometri ini, dilakukan 3 kali percobaan.

Yang pertama yaitu reaksi stokiometri pengendapan antara dua jenis garam

yaitu Pb(NO3)2 dengan KI. Reaksi antara dua jenis garam ini membentuk

persamaan reaksi sebagai berikut:

Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI2(s) + 2KNO3(aq)

Sebelum dilakukan pencampuran antara kedua larutan ini, dilakukan

penimbangan untuk mengetahui berat masing masing larutan. Larutan

Pb(NO3)2 diketahui memiliki berat sebesar 20.53 gr dan KI didapatkan

19.96 gr. Setelah itu dilakukan pencampuran dua larutan garam Pb(NO3)2

dengan KI ini menghasilkan endapan berwarna kuning cerah dan didapat

berat campuran 40.02 gr. Disini dapat dilihat bahwa terjadi perubahan berat

dan fisik dari pencampuran antara dua larutan tersebut.

Dari berat campuran yang didapatkan tadi dapat diketahui juga berat

produk hasil percobaan dengan cara mencari selisih antara berat campuran

nyata dengan berat campuran teoritis. Dari perhitungan itu didapatkan berat
produk percobaannya sebesar 0.49 gr. Setelah itu dihitung % hasil dari

percobaan reaksi ini dengan rumus


% 100%

Dan didapat presentasi sebesar 98.84%

Percobaan yang kedua dilakukan percobaan reaksi stokiometri

pengendapan antara dua larutan yaitu larutan CuSO4 dengan NaOH.

Persamaan reaksi yang terbentuk dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:

CuSO4 + 2NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4

Pada percobaan ini dilakukan pencampuran antara larutan CuSO4 dan

NaOH dengan volume yang berbeda beda. Setelah itu dilakukan

pencampuran, diamati apakah terjadi perubahan suhu, sifat fisik dan

perubahan warna dari larutan yang telah dicampurkan tersebut.

Pada saat larutan 5 mL NaOH dicampurkan dengan 1ml CuSO4,

menghasilkan endapan dengan warna endapan biru muda. Pada saat

mencampurkan 4 mL NaOH dengan 2 mL CuSO4, menghasilkan endapan

dengan warna biru muda agak gelap. Ketika NaOH sebanyak 3 mL

dicampurkan dengan 3 mL CuSO4, dihasilkan endapan dengan warna biru

muda. Pada saat 2 mL NaOH dicampurkan 4 mL CuSO4, menghasilkan

endapan setinggi dengan warna biru tua, sedangkan 1ml NaOH

dicampurkan 5 mL CuSO4 menghasilkan endapan dengan warna biru tua.


Dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui jika semakin banyak

volume NaOH yang dicampurkan akan akan menghasilkan warna yang

semakin gelap. Sebaliknya, jika volume NaOH yang dicampurkan semakin

sedikit warna endapan/larutan semakin bening atau cerah.

Percobaan yang terakhir yaitu reaksi asam basa antara NaOH dengan

HCl. Pada reaksi ini menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut:

NaOH + HCl → NaCl + H2O

Pada reaksi ini prinsip kerjanya hampir sama dengan reaksi kedua. Yang

membedakan yaitu pada reaksi ini akan dilihat apakah ada perubahan suhu

dari pencampuran reaksi antara larutan basa kuat dengan asam kuat. Pada

awal sebelum dilakukan pencampuran, suhu rata-rata larutan adalah suhu

ruang sebesar 29 ℃.

Pada saat larutan 10 mL NaOH dicampurkan dengan 20 mL HCl,

didapat suhu campuran sebesar 31 ℃. Pada saat mencampurkan 15 mL

NaOH dengan 15 mL HCl, didapat suhu campuran 32 ℃. Ketika NaOH

sebanyak 20 mL dicampurkan dengan 10 mL HCl, didapatkan suhu

campuran sebesar 32 ℃. Pada saat 25 mL NaOH dicampurkan 5 mL HCl,

didapatkan suhu campuran 31 ℃.

Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa suhu mencapai titik

rata-rata optimum atau maksimum pada saat pencampuran larutan NaOH

dan HCl dengan volume yang sama. Berdasarkan hasil praktikum diatas,

perubahan suhu merupakan faktor utama untuk menentukan stokiometri dari

larutan tersebut.
VI. PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Perubahan perubahan reaksi stokiometri yang terjadi pada pencampuran

2 zat yang dicampurkan seperti perubahan suhu, perubahan warna dan

perubahan menjadi endapan itu dipengaruhi berapa banyak jumlah volume

suatu larutan yang akan dicampurkan dan juga dipengaruhi oleh sifat

daripada larutan yang memiliki sifat tidak larut pada air.

Reaksi stokiometri itu sendiri adalah reaksi yang pereaksinya habis

bereaksi membentuk hasil reaksi/produk.

6.2 SARAN

Saran penulis yaitu agar fasilitas ruangan lebih ditingkatkan untuk

kenyamanan yang lebih pada saat menjalankan praktikum. Dan juga

memperbanyak larutan yang akan dibuat praktikum agar, prosesnya berjalan

efektif

7.2 DAFTAR PUSTAKA

---, Modul Praktikum Kimia Dasar, PEM Akamigas

Anda mungkin juga menyukai