Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH SALINITAS AIR FORMASI PADA CHEMICAL FLOODING

UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH


ENHANCED OIL RECOVERY

Oleh
Gorgeous Lord Emanuel
071001700054

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualikum warrahmatullahi wabarakatuh,


Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
anugerahNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolonganNya tentu penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Penyusunan makalah berjudul “Pengaruh Salinitas Air Formasi pada


Chemical Flooding” ini dimaksudkan untuk memenuhi nilai ujian tengah semester
mata kuliah Enhanced Oil Recovery. Selain itu, makalah ini juga menjadii sarana
pembelajaran bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah.

Tentu dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki banyak kesulitan.


Maka dari itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
dan membangun motivasi penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis secara
khusus berterima kasih kepada orangtua penulis yang senantiasa menjadi motivasi
utama penulis dalam menyelesaikan segala tugas yang diberikan oleh dosen.
Penulis juga secara khusus berterima kasih kepada ibu dosen EOR yaitu Ibu Rini
Setiati yang turut membimbing penulis dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Maka dari
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menyusun
karya ilmiah di kemudian hari dengan lebih baik. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat sebagaimana mestinya.

Jakarta, 19 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….……ii

DAFTAR ISI……………………………………………….…….……………….iii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..iv

DAFTAR TABEL………………………………………………………………....v

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1

I.1 Latar Belakang…………………………………………………………1


I.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...2
I.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………2
I.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………..2
I.5 Batasan Masalah……………………………………………………….3

BAB II PENGARUH SALINITAS AIR FORMASI PADA CHEMICAL


FLOODING………………………………………………………………………………...4
II.1 Injeksi Polimer………………………………………………………...4
II.2 Injeksi Surfaktan………………………………………………………6
II.3 Injeksi Surfaktan-Polimer……………………………………………..7
II.4 Salinitas……………........………………………………...…….…….8
II.5 Pengaruh Salinitas Terhadap Injeksi Surfaktan………………...…..…9
II.6 Pengaruh Salinitas Terhadap Injeksi Polimer………………………..10
II.7 Pengaruh Salinitas Terhadap Injeksi Surfaktan-Polimer.....................10

BAB III METODOLOGI.......................................................................................13

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................14

BAB V KESIMPULAN.........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………17

iii
DAFTAR GAMBAR

II.1 Skema Polymer Flooding…………………………………………………5

II.2 Skema Pendesakan Minyak dengan Polimer...............................................6

II.3 Skema Injeksi Surfaktan-Polimer................................................................8

II.4 Grafik Hasil Percobaan Larutan X-1.........................................................11

II.5 Grafik Hasil Percobaan Larutan X-2..........................................................11

II.6 Grafik Hasil Percobaan Larutan X-3.........................................................12

iv
DAFTAR TABEL

II.1 Percobaan Pengaruh Salinitas terhadap Kinerja Surfaktan...........................9

II.2 Pengaruh Salinitas Brine terhadap Kinerja Polimer...................................10

v
BAB I PENDAHULUAN

Sebuah lapangan minyak dan gas bumi memiliki tiga tahapan produksi yang
cukup kompleks yaitu : Primary, Secondary dan Tertiary. Seiring berjalannya
waktu dan produksi rate yang beragam, maka sebuah lapangan akan memasuki
tahap tertiary, dalam tahap tersebut proses EOR mulai dilakukan.

I.1 Latar Belakang

Enhanced oil recovery atau EOR merupakan metode yang digunakan untuk
meningkatkan perolehan hidrokarbon pada suatu sumur dengan menginjeksikan
fluida ataupun energi dari luar ke dalam reservoir (Kasmungin et al., 2019). Tujuan
dilakukannya EOR yaitu untuk mengambil sisa minyak yang masih ekonomis akan
tetapi sudah tidak lagi dapat diambil dengan cara primary recovery ataupun dengan
cara secondary recovery. Primary recovery merupakan suatu metode yang
dilakukan untuk memproduksi hidrokarbon dengan memanfaatkan energi alami
yang terkandung dalam reservoir itu sendiri, pada tahap primary recovery hanya
sebagian kecil dari hidrokarbon yang diproduksi, biasanya sekitar 10% untuk
reservoir minyak. Sedangkan secondary recovery merupakan suatu metode yang
dilakukan dengan menginjeksikan air (water flood) atau gas (gas flood) kedalam
sumur yang tujuannya untuk menggantikan tekanan yang hilang apabila masih
banyak minyak di dalam reservoir yang belum terangkat ke permukaan maka
sebelum produksi secara alamiah yang ekonomis berakhir atau bisa pada awal
kehidupan suatu reservoar digunakan metode injeksi kimia (chemical flooding)
untuk meningkatkan perolehan minyaknya, sebab injeksi kimia dapat
meningkatkan efisiensi penyapuan dan efisiensi pendesakan sehingga perolehan
minyaknya dapat meningkat sekitar 60% dari jumlah cadangan mula-mula di
reservoir. Injeksi kimia adalah salah satu metode pengurasan minyak tahap lanjut
dengan menambahkan zat-zat kimia ke dalam reservoir dengan jalan injeksi
penambahan zat-zat kimia. Injeksi kimia ini bertujuan untuk merubah sifat fisik dari
fluida reservoirnya, yaitu menurunkan tegangan antar muka. apabila tegangan
antarmuka memiliki nilai yang besar maka mobilitas minyak di reservoir akan

1
berkurang sehingga perolehan minyak pada primary recovery maupun secondary
recovery akan berdampak pada laju produksi yang menurun.

I.2 Rumusan Masalah

Berikut beberapa rumusan masalah yang diharapkan dapat terselesaikan


pada penyusunan makalah ini:

1. Apa yang dimaksud dengan Chemical Flooding?


2. Apa saja jenis metode EOR yang termasuk Chemical Flooding?
3. Apa yang dimaksud salinitas pada air formasi?
4. Bagaimana hubungan antara salintas air formasi dengan chemical
flooding?
5. Bagaimana pengaruh dari salinitas air formasi tersebut pada chemical
flooding?

I.3 Tujuan Penulisan


Adapuun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan chemical flooding.
2. Mengetahui apa saja jenis dari chemical flooding.
3. Mengetahui apa yang dimaksud salinitas pada air formasi.
4. Menganalisa hubungan antara salinitas air formasi dengan chemical
flooding.
5. Menganalisa pengaruh dari salinitas air formasi dengan chemical
flooding.

I.4 Manfaat Penulisan


Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yaitu mengetahui gambaran tentang salah satu metode dari usaha untuk
meningkatkan perolehan minyak yaitu injeksi kimia atau chemical
flooding. Bagi mahasiswa diharapkan dapat menganalisa serta
memberikan solusi tentang pengaruh dari salinitas air formasi terhadap
injeksi kimia, serta bagi instansi terkait dapat menjadikan literatur ini

2
menjadi acuan untuk adanya penelitian demi terciptanya metode paling
efektif dalam peningkatan perolehan minyak.

I.5 Batasan Masalah


Penyusunan makalah ini memiliki batasan – batasan yang dianalisis
dan dibandingkan yaitu variabel – variabel yang mempengaruhi
keberhasilan pada chemical flooding, dan pada pembahasan topik ini
dikhususkan pada keberhasilan metode chemical flooding dengan
analisa aspek salinitas air formasi.

3
BAB II PENGARUH SALINITAS AIR FORMASI PADA CHEMICAL
FLOODING

Injeksi kimia adalah salah satu metode pengurasan minyak tahap lanjut
dengan cara menambahkan zat-zat kimia ke dalam reservoir dengan cara injeksi
(Kasmungin et al., 2018). Injeksi kimia bertujuan untuk merubah sifat fisik dari
fluida reservoir, antara lain menurunkan tegangan antar muka dan meningkatkan
viskositas. Pada umumnya injeksi kimia diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
injeksi surfaktan, injeksi polimer dan injeksi alkali.

II.1 Injeksi Polimer

Injeksi polimer merupakan salah satu metode EOR untuk meningkatkan


penyapuan minyak dengan menggunakan polimer baik itu sintetik maupun alami,
injeksi polimer sangat berguna untuk menurunkan mobility ratio serta
meningkatkan viskositas, sehingga akan menaikan efesiensi penyapuan yang akan
berdampak pada kenaikan nilai recovery factor dari injeksi polimer (Kasmungin et
al., 2018). Faktor – faktor yang mempengaruhi injeksi polimer adalah polimer
retention, adsorpsi, salinitas, temperatur dan konsentrasi polimer itu sendiri.
Polimer adalah jenis chemical yang bertujuan untuk meningkatkan viskositas
water. Karena air berfungsi sebagai displacer (pendesak) maka akan meningkatkan
sweep efficiency. Biasanya jenis polimer yang umum dipakai adalah polimer
sintetik (polyacrylamide) & biopolymer (polysaccharide). Alasan lebih banyak
dipakainya polimer flooding adalah:

a. identik dengan water flooding

b. teknik aplikasinya relatif sederhana

c. biaya yang diperlukan relatif kecil

d. recovery yang didapat relatif besar.

Polimer yang terlarut dalam air digunakan sebagai viscosifying agent yang
dapat mengontrol mobilitas fluida injeksi (water base) untuk meningkatkan
efisiensi penyapuan. Polimer mengurangi efek negatif karena adanya variasi

4
permeabilitas dan rekahan dalam reservoir heterogen. Injeksi polimer terdiri atas
beberapa tahap, yaitu preflush (pengondisian reservoir), additional oil recovery (oil
Bank), injeksi larutan polimer untuk mengontrol mobilitas fluida, injeksi air bebas
mineral (fresh water buffer) untuk melindungi polimer, dan injeksi fluida
pendorong (driving fluid) berupa air.

Gambar II.1 Skema Polymer Flooding

Polimer meningkatkan efficiency penyapuan selama waterflooding. Metodenya


adalah dengan menambahkan polimer yang larut air ke dalam air sebelum
diinjeksikan ke reservoir. Digunakan polimer konsentrasi rendah (umumnya 250-
2000 mg/L) dari beberapa jenis polimer sintetik atau biopolimer (Arina &
Kasmungin, 2015).

Mekanisme peningkatan recovery dengan polimer:

 Meningkatkan viskositas fluida pendesak

 Menurunkan mobilitas fluida pendesak

 Berkomunikasi dengan volume reservoir yang lebih luas

Limitnya adalah jika viskositas dari minyaknya terlalu besar maka polimer yang
diinjeksikan harus dengan viskositas yang lebih tinggi pula untuk mencapai
mobility control yang diinginkan (Arina & Kasmungin, 2015). Hasilnya biasanya

5
lebih baik jika polymer flood dimulai sebelum WOR menjadi terlalu tinggi. Adanya
clay meningkatkan penyerapan polimer. Jika ada fracture atau rekahan maka
polymer yang berbentuk gel atau crosslinked polymer techniques harus
diaplikasikan.

Gambar II.2 Skema Pendesakan Minyak dengan Polimer

II.2 Injeksi Surfaktan

Injeksi surfaktan merupakan injeksi dengan menggunakan senyawa aktif


untuk menurunkan tegangan antar muka yang mempunyai struktur bipolar
(Kasmungin et al., 2018). Senyawa organik molekulnya memiliki sedikitnya satu
gugus hidrofilik (suka air) atau satu gugus hidrofobik (tidak suka air). Jika surfaktan
ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat mengubah
karakteristik tegangan antarmuka cairan tersebut. Faktor – faktor yang
mempengaruhi injeksi surfaktan adalah tegangan antar muka, adsorpsi, konsentrasi
surfaktan, clay dan salinitas. Optimalnya proses injeksi surfaktan didasarkan oleh
penurunan tegangan antar muka antara minyak dan air. Nilai ideal tegangan antar
muka adalah 1 x 10-3 dyne/cm dan dapat dilihat dari critical micelle concentration
yang didapat dari uji IFT (Kasmungin et al., 2018), perhitungan IFT menggunakan
alat spinningdrop tensiometer. Surfaktan atau surface active agent adalah suatu
senyawa kimia yang mengandung gugus hidrofilik (suka air) dan gugus lipofilik
(suka minyak) pada molekul yang sama (Kasmungin et al., 2019). Surfaktan

6
mempunyai kemampuan untuk menurunkan tegangan antarmuka atau interfacial
tension antar dua fasa yang berbeda derajat polaritasnya. Penambahan surfaktan
dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah
mencapai konsentrasi tertentu tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration atau CMC. Tegangan
antarmuka akan menurun hingga CMC tercapai setelah tegangan antarmuka akan
konstan (Kasmungin et al., 2019).

Berikut adalah klasifikasi surfaktan berdasarkan muatan yang juga

dikemukakan oleh Lake (1989), yaitu :

1. Surfaktan Anionik

Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.

2. Surfaktan Kationik

Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkil terikat pada suatu kation.

3. Surfaktan Nonionik

Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian hidrofobnya tidak bermuatan.

4. Surfaktan Amfoter

Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif

dan negatif.

II.3 Injeksi Surfaktan-Polimer

Injeksi surfaktan – polimer adalah injeksi surfaktan dengan dibantu oleh


polimer sebagai buffer mobilitas. Tujuan utama dari injeksi surfaktan – polimer
adalah untuk menurunkan tegangan antar muka diantara fasa minyak dan fasa air
dan juga meningkatkan viskositas (Kasmungin et al., 2019).

7
Kombinasi injeksi surfaktan – polimer merupakan metode tertiary yang dapat
meningkatkan perolehan minyak dengan cara :

1. Menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air.

2. Meningkatkan viskositas fluida

3. Meningkatkan water wettability.

4. Dapat melarutkan minyak.

5. Mengemulsi minyak dan air.

6. Meningkatkan mobilitas minyak.

Keuntungan dari injeksi surfaktan-polimer adalah :

1. Teknik aplikasinya relatif sederhana.

2. Meningkatkan area penyapuan.

3. Identik dengan waterflooding.

4. Recovery factor yang didapat relatif besar

Gambar II.3 Skema Injeksi Surfaktan Polimer

II.4 Salinitas

Salinitas air formasi berpengaruh terhadap penurunan tegangan antar muka


minyak-air oleh surfaktan (Viriya & Lestari, 2015). Untuk konsentrasi garam

8
tertentu, seperti NaCl akan menyebabkan penurunan tegangan permukaan minyak-
air sehingga tidak efektif lagi. Hal ini disebabkan oleh ikatan kimia yang
membentuk NaCl adalah ikatan ion yang mudah terurai menjadi ion Na+ dan Cl-.
Begitu juga dengan molekul-molekul surfaktan di dalam air akan mudah terurai
menjadi ion RSO3- dan H+. Konsekuensinya bila pada operasi pendesakan
surfaktan terdapat garam NaCl tersebut, maka akan terbentuk HCl dan RSO3Na
dan menjadi zat bukan aktif permukaan serta tidak dapat menurunkan tegangan
antar muka minyak-air.

II.5 Pengaruh Salinitas terhadap Injeksi Surfaktan

Tabel II.1 Percobaan Pengaruh Salinitas terhadap Kinerja Surfaktan


(Viriya & Lestari, 2015)

LARUTAN TEGANGAN PERMUKAAN


(dyne/cm)
BRINE 10.000 PPM 36,83
BRINE 15.000 PPM 36,77
BRINE 20.000 PPM 36,73
BRINE 10.000 PPM + SF 0,15% 34,67
BRINE 10.000 PPM + SF 0.5% 31,67
BRINE 10.000 PPM + SF 1% 29,70
BRINE 15.000 PPM+ SF 0.15% 35,53
BRINE 15.000 PPM+ SF 0.5% 33,97
BRINE 15.000 PPM + SF 1% 32,07
BRINE 20.000 PPM + SF 0,15% 36,20
BRINE 20.000 PPM + SF 0,5% 35,60
BRINE 20.000 + SF 1% 34,60

Perubahan kadar salinitas tidak banyak berpengaruh terhadap tegangan


permukaan. Konsentrasi surfaktan sangat mempengaruhi tegangan permukaan
dimana makin tinggi konsentrasi surfaktan, makin menurun tegangan permukaan

9
larutan, tetapi, larutan dengan kadar salinitas yang rendah, penurunan tegangan
permukaan dengan penambahan konsentrasi surfaktan turun lebih efisien
dibandingkan dengan larutan lain yang kadar salinitasnya lebih tinggi (Viriya &
Lestari, 2015).

II.6 Pengaruh Salinitas terhadap Injeksi Polimer

Berikut data yang diperoleh dari penelitian (Arina & Kasmungin, 2015)
tentang pengaruh salinitas pada brine terhadap kinerja polimer.

Tabel II.2 Pengaruh Salinitas Brine terhadap Kinerja Polimer

Konsentrasi Polimer Salinitas Brine Recovery Factor


1000 PPM 1000 PPM 70%
1000 PPM 5000 PPM 57,10%
1000 PPM 10000 PPM 40%
1000 PPM 35000 PPM 21,43%
1000 PPM 50000 PPM 6,67%

Dengan hasil recovery factor yang didapat dari proses injeksi maka dapat
dilihat bahwa salinitas brine sangat mempengaruhi performa polimer dalam
pendesakan minyak sisa. Semakin besar salinitas yang digunakan maka recovery
factor-nya menurun (Arina & Kasmungin, 2015).

II.7 Pengaruh Salinitas Terhadap Injeksi Surfaktan-Polimer

(Kasmungin et al., 2018) melakukan percobaan injeksi larutan surfaktan-


polimer dengan 3 sampel larutan yaitu larutan X-1 dengan konsentrasi surfaktan
sebesar 1%, polimer sebesar 1000 ppm, dan salinitas brine sebesar 5000ppm.
Larutan kedua yaitu X-2 dengan konsentrasi surfaktan sebesar 1,5%, polimer
sebesar 1500 ppm, salinitas brine sebesar 15000 ppm. Larutan ketiga yaitu X-3
dengan konsentrasi surfaktan sebesar 1%, polimer sebesar 1500 ppm, dan salinitas
brine sebesar 25000 ppm. Berikut hasil percobaan tersebut yang digambarkan
melalui grafik:

10
Gambar II.4 Grafik Hasil Percobaan Larutan X-1

Gambar II.4 menunjukkan peningkatan RF sebesar 27%, RF setelah injeksi air


adalah sebesar 40% dan setelah dilakukan injeksi surfaktan polimer, RF meningkat
menjadi sebesar 67%, RF total adalah sebesar 80% dari OOIP.

Gambar II.5 Grafik Hasil Percobaan Larutan X-2

Gambar 2.5 menunjukkan peningkatan RF sebesar 29%, RF setelah injeksi air


adalah sebesar 40% dan setelah dilakukan injeksi surfaktan polimer, RF meningkat
menjadi sebesar 69%, RF total adalah sebesar 82% dari OOIP.

11
Gambar II.6 Grafik Hasil Percobaan Larutan X-3

Gambar 2.6 menunjukkan peningkatan RF sebesar 23%, RF setelah injeksi air


adalah sebesar 33% dan setelah dilakukan injeksi surfaktan polimer, RF meningkat
menjadi sebesar 50%, RF total adalah sebesar 67% dari OOIP.

Tegangan antar muka terkecil dimiliki oleh konsentrasi surfaktan sebesar


1,5% dan konsentrasi polimer sebesar 1500 ppm pada salinitas brine sintetik
sebesar 15.000 ppm senilai 4,12 x 10-3 dyne/cm, nilai terkecil pada salinitas brine
sintetik sebesar 25.000 ppm adalah pada konsentrasi surfaktan sebesar 1% dan
konsentrasi polimer sebesar 1500 ppm, dan pada salinitas sebesar 5.000 ppm nilai
terkecilnya adalah pada konsentrasi surfaktan sebesar 1% dan polimer sebesar
1.000 ppm. Pengaruh larutan surfaktan dicampur dengan polimer memiliki hasil
yang positif terhadap recovery factor (Kasmungin et al., 2018).

12
BAB III METODOLOGI

Berikut di bawah ini adalah gambar tahapan dalam penyusunan makalah.

MULAI

PERUMUSAN MASALAH

PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER BERDASARKAN
SUMBER

SESUAI TIDAK
DENGAN
RUMUSAN
MASALAH

YA

ANALISA DATA DAN


KESIMPULAN

SELESAI

13
BAB IV DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan pembahasan mengenai pengaruh air formasi
terhadap kinerja chemical flooding. Seperti yang dijelaskan oleh (Dan & Surfaktan,
2017) bahwa injeksi kimia atau chemical flooding merupakan upaya untuk
meningkatkan perolehan minyak dengan menambahkan zat – zat kimia ke dalam
resservoir untuk merubah sifat fisik fluida dengan menurunkan tegangan
permukaan dan mengoptimalkan sweep efficiency. Efisiensi dari chemical flooding
sangat bergantung kepada konsentrasi kimia tersebut dan kondisi kimiawi reservoir.
Aspek yang diperhitungkan pada makalah ini adalah salinitas air formasi, karena
pada setiap reservoir minyak dan gas memiliki air formasi dengan kadar salinitas
yang berbeda-beda. Air formasi dengan salinitas tinggi tentu akan mempengaruhi
efisiensi dari penggunaan chemical flooding. Pada injeksi surfaktan, hal tersebut
terjadi karena NaCl mudah terurai sehingga terbentuk senyawa yang menyebabkan
sulitnya penurunan tegangan permukaan yaitu HCl dan R-SO3Na (Danisworo,
Radityo and Kasmungin, Sugiatmo and Astra, 2017). Pada injeksi polimer, salinitas
juga berpengaruh pada sweep efficiency dari fluida pendesak (Kasmungin et al.,
2019).

Pada percobaan yang dilakukan oleh (Viriya & Lestari, 2015), terlihat bahwa
salinitas sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran interfacial tension. Pada
larutan brine tanpa surfaktan dengan salinitas yang berbeda, terlihat bahwa larutan
yang memiliki salinitas tertinggi, memiliki nilai interacial tension yang tinggi.
Kemudian pada larutan brine dengan salinitas berbeda dengan penambahan
surfaktan, terlihat bahwa surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan.
Namun, pada larutan dengan surfaktan yang konsentrasinya sama dan salinitasnya
berbeda, terlihat bahwa larutan dengan salinitas yang lebih tinggi tidak dapat
menurunkan tegangan permukaan dengan optimal. (Viriya & Lestari, 2015) juga
melakukan percobaan dengan output lain yaitu viskositas dan densitas. Pada
viskositas, salinitas berpengaruh pada peningkatan viskositas namun berdasarkan
data tersebut terlihat kenaikan viskositas tidak signifikan. Pada percobaan densitas,
salinitas juga berpengaruh pada kenaikan densitas namun terlihat pada larutan

14
dengan konsentrasi surfaktan yang sama, densitas yang terbaca sedikit lebih besar
larutan yang salinitasnya lebih tinggi. Pada proses percobaan injeksi polimer, kadar
salinitas berpengaruh pada sweep efficiency. Terlihat pada data yang diperoleh oleh
(Arina & Kasmungin, 2015), pada konsentrasi polimer yang sama dengan kadar
salinitas yang berbeda, terlihat bahwa recovery factor yang terbesar ada pada
larutan dengan salinitas yang paling kecil, dan recovery factor yang terkecil terletak
pada larutan dengan salinitas yang terbesar. Pada injeksi polimer, jika pada
reservoir terdapat salinitas yang tinggi, jangan menambahkan konsentrasi polimer
pada larutan. Hal tersebut dikarenakan pada air formasi yang salinitasnya tinggi,
terdapat banyak ion divale yang merupakan makromolekul sehingga jika
ditambahkan konsentrasi polimer lagi akan terjadi pore clogging atau penyumbatan
pori batuan. Sebagai pembanding RF dari salinitas 1000 ppm +polimer 1000 ppm
adalah 70 % dan pada polimer 5000 ppm adalah 45.45%, mengalami penurunan
hingga 24. 55% pada salinitas yang sama (Arina & Kasmungin, 2015). Jika hal
tersebut banyak terjadi dengan skala besar, maka akan terjadi kerusakan pada
formasi yaitu penurunan permeabilitas (Rahmanto, Sudibjo, & Kasmungin, 2017).
Maka solusi jika pada reservoir terdapat air formasi dengan salinitas yang tinggi
adalah menggunakan polimer yang water soluble sehingga tahan dengan salinitas
yang tinggi (Widyaningsih, 2017). Dengan menggunakan polimer yang water
soluble dan tahan salinitas tinggi, maka dapat digunakan polimer dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dibanding salinitas air formasinya (Fathaddin,
Sudibjo, Fajarwati H., & Riswati, 2019). Pada proses injeksi surfaktan-polimer,
kedua sifat molekul tersebut perlu diperhatikan jika terdapat air formasi yang
memiliki salinitas tinggi pada reservoir (Yulia, Prayang Sunny and Kasmungin,
Sugiatmo and Fathaddin, 2017). Berdasarkan data yang didapat, larutan X-1 yang
memiliki konsentrasi surfaktan sebesar 1%, polimer sebesar 1000 ppm, dan kadar
salinitas sebesar 5000 ppm dapat mencapai recovery factor sebesar 67%. Kemudian
larutan X-2 dengan konsentrasi surfaktan 1,5%, polimer 1500 ppm, dan salinitas
sebesar 15000 ppm dapat mencapai recovery factor sebesar 69%. Dan larutan X-3
dengan konsentrasi surfaktan sebesar 1%, polimer sebesar 1500 ppm, dan salinitas
sebesar 25000 ppm mencapai recovery factor sebesar 50% dari OOIP.

15
BAB V KESIMPULAN

Dari hasil analisa beberapa data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
salinitas air formasi dapat mempengaruhi kinerja dari chemical flooding. Pada
injeksi surfaktan, salinitas air formasi mempengaruhi kinerja surfaktan dalam
menurunkan tegangan antarmuka atau IFT. Salinitas air formasi pada surfaktan
flooding dapat menghambat penurunan tegangan permukaan sehingga upaya
peningkatan perolehan minyak menjadi tidak optimal. Pada injeksi polimer,
salinitas air formasi juga mempengaruhi kinerja dari polimer itu sendiri. Dengan
hasil recovery factor yang didapat dari proses injeksi maka dapat dilihat bahwa
salinitas brine sangat mempengaruhi performa polimer dalam pendesakan minyak
sisa. Semakin besar salinitas yang digunakan maka recovery factor-nya menurun.
Pada injeksi surfaktan-polimer, salinitas air formasi juga mempengaruhi sweep
efficiency dari injeksi tersebut. Jika terdapat salinitas yang tinggi maka disarankan
konsentrasi dari surfaktan ditambah dan polimer tetap agar menambah efisiensi dari
kinerja chemical tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arina, & Kasmungin, S. (2015). Studi Peningkatan Produksi Minyak Dengan


Metode Injeksi Polimer Ditinjau Dari Bermacam Salinitas Air Formasi.
Seminar Nasional Cendikiawan, 200–205. https://doi.org/10.1007/s13398-
014-0173-7.2

Dan, P., & Surfaktan, K. (2017). Kajian laboratorium mengenai pengaruh


salinitas, permeabilitas dan konsentrasi surfaktan terhadap perolehan
minyak pada proses injeksi surfaktan. 53–58.

Danisworo, Radityo and Kasmungin, Sugiatmo and Astra, A. (2017).


Karakterisasi Surfaktan Polimer Pada Salinitas 15.000 Ppm Dan Suhu 85˚ C.
Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan, 239–244.

Fathaddin, M. T., Sudibjo, R., Fajarwati H., K., & Riswati, S. S. (2019).
Simulation Model Application to Predict the Effect of Salinity on Surfactant
Adsorption and Retention in Alkali Surfactant Flooding. Journal of Earth
Energy Science, Engineering, and Technology, 2(2).
https://doi.org/10.25105/jeeset.v2i2.4672

Kasmungin, S., Fathaddin, M. T., Perminyakan, M. M., Kebumian, F. T., Trisakti,


U., Perminyakan, D. M., … Pendahuluan, I. (2018). Polimer Terhadap
Recovery Factor Dengan Berbagai. 231–237.

Kasmungin, S., Pramadika, H., Suryati, E., Rinanto, T., Yulianti, Y., Teknik, J.,
… Energi, D. (2019). Pengaruh Salinitas Optimum Terhadap Surfaktan
Pada. 1–6.

Rahmanto, A. E., Sudibjo, R., & Kasmungin, S. (2017). Injeksi Polimer Dengan
Pengaruh Jenis Polimer , Konsentrasi Dan Salinitas Brine Pada Recovery
Factor Minyak ( Laboratorium Study). Seminar Nasional Cendekiawan Ke 3,
(1), 27–32.

Viriya, T., & Lestari. (2015). Studi Laboratorium Mengenai Pengaruh


Peningkatan Konsentrasi Surfaktan Terhadap Peningkatan Produksi Minyak

17
DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

Pada Injeksi Surfaktan Dengan Kadar Salinitas Air Formasi Yang Bervariasi.
Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan 2015 Buku II, 550–554.

Widyaningsih, R. (2017). Pengaruh Konsentrasi Surfaktan Anionik Terhadap


Salinitas Optimum dalam Mikroemulsi Spontan dengan Sample Minyak
Lapangan M. Jurnal Mineral, Energi Dan Lingkungan, Vol. 1, p. 60.
https://doi.org/10.31315/jmel.v1i1.1774

Yulia, Prayang Sunny and Kasmungin, Sugiatmo and Fathaddin, M. T. (2017).


Kajian Laboratorium Mengenai Pengaruh Salinitas, Jenis Surfaktan Dan
Konsentrasi Surfaktan Terhadap Recovery Factor Dalam Sistem Injeksi
Surfaktan Untuk Batuan Karbonat. Prosiding Seminar Nasional
Cendekiawan, 225–233.

18

Anda mungkin juga menyukai