Anda di halaman 1dari 24

BAB VIII

ANALISA KIMIA AIR FORMASI

8.1. TUJUANPERCOBAAN
1. Mengetahui sifat dari air formasi.
2. Mempelajari tentang hubungan kolerasi lapisan batuan dengan air
formasi.
3. Menentukan PH alkalinitas, kandungan kalsium, Mg, barium, sulfat,
ferro, klorida.
4. Menghitung index stabilitas kalsium karbonat.
5. Mengetahui alat yang digunakan.

8.2. DASAR TEORI


Air formasi atau disebut connate water mempunyai komposisi kimia
yang berbeda-beda antara reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu, analisa kimia pada air formasi perlu dilakukan untuk
mengetahui sifat-sifatnya. Dibandingkan dengan air laut, air formasi ini
rata-rata memiliki kadar garam yang lebih tinggi, sehingga studi mengenai
ion-ion air formasi dan sifat-sifat fisiknya ini menjadi penting artinya
karena kedua hal tersebut sangat berhubungan dengan terjadinya
penyumbatan pada formasi dan korosi pada peralatan di bawah dan di atas
permukaan.
Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral, misalnya
kombinasi metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida besi dan
alumunium serta bahan-bahan organis seperti asam nafta dan asam gemuk.
Komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri dari anion-anion dan
kation-kation. Kation-kation yang terkandung dalam air formasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

1. Alkali : K+, Na+ dan Li+ yang membentuk basa kuat

84
85

2. Metal alkali tanah : Br++, Mg++, Ca++, Sr++, Ba++ membentuk


basa lemah
3. Ion Hidrogen : OH-
4. Metal berat : Fe++ dan Mn++

Sedangkan anion-anion yang terkandung dalam air formasi adalah


sebagai berikut :
1. Asamkuat : Cl-, SO4-, NO3-
2. Asamlemah : CO3-, HCO3-, S-
Ion-ion tersebut di atas akan bergabung berdasarkan empat sifat,
yaitu :
1. Salinitas primer, yaitu bila alkali bereaksi dengan asam kuat,
misalnya NaCl dan Na2SO4
2. Salinitas sekunder, yaitu bila alkali tanah bereaksi dengan asam
kuat, misalnya CaCl2, MgCl2, CaSO4,MgSO4
3. Alkalinitas primer, yaitu apabila alkali bereaksi dengan asam
lemah, seperti Na2CO3dan Na(HCO3)2
4. Alkalinitas sekunder, yaitu apabila alkali tanah bereaksi dengan
asam lemah, seperti CaCO3, MgCO3, Ca(HCO3)2 dan
Mg(HCO3)2

Air formasi merupakan faktor utama yang berkaitan dengan


pembentukan scale. Scale merupakan endapan kristal yang menempel
pada matrik batuan maupun pada dinding-dinding pipa dan peralatan di
permukaan, seperti halnya endapan yang sering kita jumpai pada panci
ataupun ketel untuk memasak air. Adanya endapan scale akan berpengaruh
terhadap penurunan laju produksi produksi. Bisa juga disederhanakan,
scale adalah hasil kristalisasi dan pengendapan mineral dari air formasi
yang terproduksi bersama minyak dan gas
Terbentuknya endapan scale pada lapangan minyak berkaitan erat
dengan air formasi, dimana scale mulai terbentuk setelah air formasi ikut
86

terproduksi ke permukaan. Selain itu jenis scale yang terbentuk juga


tergantung dari komposisi komponen-komponen penyusun air formasi.
Mekanisme terbentuknya kristal-kristal pembentuk scale
berhubungan dengan kelarutan masing-masing komponen dalam air
formasi. Sedangkan kecepatan pembentukan scale dipengaruhi oleh
kondisi sistem formasi, terutama tekanan dan temperatur. Perubahan
kondisi sistem juga akan berpengaruh terhadap kelarutan komponen.
Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate
water intertial water adalah air yang diproduksikan ikut bersama-sama
dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam
garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam
bahkan asam sekali.
Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon
karena memang didalam suatu akumulasi minyak, air selalu menempati
sebagian dari suatu reservoir, minimal 10% dan maksimal 100% dari
keseluruhan pori.
Untuk menganalisa air formasi secara tepat, dipakai klasifikasi air
formasi yang digambarkan, secara grafis hal ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi sifat air formasi dengan cara yang paling sederhana tetapi
dapat dipertanggungjawabkan, hanya kelemahannya tergantung pada
spesifikasinya.
Pengambilan sample air formasi dilakukan di kepala sumur dan atau
di separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari kaca
atau plastic agar tidak terjadi kontaminasi dan hilangnya ion Hidrogen
karena akan mempengaruhi kebasahan sample.
Percobaan yang dilakukan adalah dengan menentukan pH,
Alkalinitas, penentuan kandungan kalsium, Magnesium, Barium, Sulfat,
Ferro, Klorida, Sodium dan perhitungan indeks stabilitas kalsium
karbonat ( CaCO3).
87

1. Penentuan Kalsium dan Magnesium


Untuk kandungan Ca dan Mg perlu terlebih dahulu ditentukan
kesadahan totalnya.
2. Penentuan Alkalinitas
Alakalinitas dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai CO3-, HCO3-
dan OH-, yaitu dengan menitrasi air sample dengan larutan asam yang
lemah dan larutan indicator. larutan penunjuk (indicator) yang digunakan
dalam penentuan kebasahan CO3- dan OH- adalah Phenolphtelein (PP),
sedangkan Methyl Orange (MO) digunakan sebagai indicator dalam
penentuan HCO3-.
3. Penentuan Klorida
Unsur ion baku ditentukan dalam air formasi ialah Cl, yang
konsentrasinya lemah sampai pekat. Metode mohr selalu digunakan dalam
penentuan kadar klorit, tanpa perbaikan nilai pH. Cara pengujian dapat
ditentukan untuk fluida yang bernilai pH antara 6 sampai 8.5 dan hanya
ion SO yang sering mengganggu. gangguan dapat diketahui dari warna
etelah titrasi dengan larutan AgNO3 warna abu-abu sampai hitam. Bila hal
ini dapat diketahui sebelumnya, ion ini dapat dihilangkan dengan cara
mengasamkan contoh air yang akan diperiksa dengan larutan asam
senyawa (HNO) dan dimasak selama 10 menit. setelah didinginkan, naikan
pH samapi 6 hingga 8.5 dengan NHOH., larutan buffer kesadahan total
atau larutan buffer Calver, dan tidak sekali-sekali mengurangi pH dengan
HCL.
4. Penentuan Sodium
Sodium tidak ditentukan dilapangan, karena nilai sodium tidak dapat
dianggap nilai yang nyata atau absolut. Perhitungannya ialah dengan
pengurangan jumlah anion dengan jumlah kation dengan me/L kesadahan
total tidak dimasukkan dalam jumlah perhitungan ini.Air formasi selain
berasal dari lapisan lain yang masuk kedalam lapisan produktivitasnya
yang disebabkan oleh :
1. Penyemenan yang kurang baik
88

2. Kebocoran casing yang disebabkan oleh:


a. Korosi pada casing.
b. Sambungan kuran dapat.
c. Pengaruh gaya tektonik (patahan).

Pengambilan contoh air formasi sebaiknya dari kepala sumur dan


atau separator dengan pipa plastic lentur jangan dari bahan tembaga (Cu)
karena mudah larut. Peralatan harus bersih dari bekas noda dan di cuci
alirkan dengan air formasi yang akan diambil.
Alkalinitas CO3, HCO3, dan OH harus ditentukan ditempat
pengambilan contoh, karena ion-ion ini tidak stabil seiring dengan waktu
dan suhu. Untuk itu pH perlu diturunkan sampai 1 dengan asam garam.
Penentuan kadar barium harus dilkukan segera setelah contoh diterima,
karena unsur BaSO4 terbatas kelarutannya, karena barium bereaksi dengan
cepat terhadap SO4 sehingga akan mengurangi konsentrasi barium dan
akan menimbulkan kesalahan dalam penelitian. Selain dengan barium,SO 4
juga cepat bereaksi dengan kalsium menjadi CaSO4 pada saat suhu turun.
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan
sisem klasifikasi dari air formasi, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengidentifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot hasil
analisa air formasi tersebut, hal ini memudahkan kita dalam korelasi
terhadap lapisan –lapisan batuan dari sumur secara tepat.
Beberapa kegunaan yang paling penting dari analisa air formasi ini adalah:
1. Untuk korelasi lapisan batuan
2. Menentukan kebocoran casing
3. Menentukan kualitas sumber air untuk proses water flooding

Identifikasi kecenderungan pembentukan scale juga dapat dilakukan


secara matematik dengan menghitung besarnya harga kecenderungan
pembentukan scale (scale tendency). Metode yang digunakan berbeda-
beda untuk tiap jenis scale. Untuk memperkirakan kecenderungan
89

pembentukan scale kalsium karbonat dapat dilakukan dengan


menggunakan metode Langelier, Ryznar, Stiff-Davis, serta metode Oddo-
Tompson. Sedangkan perkiraan kecenderungan terbentuknya scale kalsium
sulfat dilakukan dengan menggunakan metode Case dan metode Skillman-
McDonald-Stiff. Metode-metode tersebut diatas mempunyai keterbatasan-
keterbatasan dan keakuratan hasilnya tergantung pada data analisa air yang
representatif untuk tiap kondisi yang dianalisa.
Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan
penggunaan metode perhitungan kelarutan antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Metode Langelier hanya diperuntukkan untuk air tawar dan tidak
dapat digunakan pada analisa air formasi, sehingga membutuhkan
perhitungan konversi untuk digunakan pada air formasi.
2. Metode Stiff and Davis merupakan modifikasi dari metode
Langelier, dan dapat digunakan untuk menganalisa air formasi, tetapi
hanya pada kondisi tertentu, sehingga untuk menganalisa pada
kondisi reservoir diperlukan perhitungan ekstrapolasi.
3. Perhitungan kecenderungan pembentukan scale kalsium sulfat
dengan menggunakan metode Skillman-McDonald-Stiff, hanya dapat
digunakan pada air formasi dengan kandungan total padatan (total
dissolved solids, TDS) kurang dari 150.000 mg/lt, sehingga untuk air
formasi dengan TDS lebih besar dari batas tersebut harus ditentukan
dengan ekstrapolasi.

Identifikasi terhadap mekanisme dan kondisi pembentukan, lokasi


terbentuknya scale serta komposisi endapan yang terbentuk merupakan
langkah awal dalam perencanaan program penanganan, baik pencegahan
maupun penanggulangan yang effektif.
Hasil Perhitungan SI digunakan untuk identifikasi terbentuknya
Scale dengan kriteria :
90

1. Jika SI negatif berarti air tidak di jenuhi CaCO3 atau kelarutan


yang dihasilkan lebih besar dari padatan yang dilarutkan,pada
konsentrasi ini cenderung terbentuk scale dan air tersebut bersifat
korosif
2. Jika SI positip berarti air di jenuhi CaCO3 sehingga cenderung
terbentuk scale
3. Jika harga SI = O , berarti air berada dalam kondisi jenuh

Pencegahan dan Penanggulangan Scale :


1. Pencegahan terbentuknya scale adalah usaha yang preventif yang
dilakukan sebelum terbentuk endapan scale
2. Apabila endapan scale telah terbentuk maka harus ditanggulangi
untuk menghilangkan scale yang telah terbentuk tersebut.
Penanggulangan endapan scale ini dapat dilakukan secara mekanik,
kimiawi ataupun secara kombinasi antara mekanik dan kimia.

Mengatasi Endapan Scale :


1. Menghilangkan Scale di Pipa-Pipa
Dengan kombinasi penggunaan zat kimia dan line Scrapper atau line
pigging
2. Menghilangkan Scale Di dalam Sumur dan Formasi
a. Pembersihanscale pada tubing dan perforasi
b. Pembersihan scale dari ruang pori dan
rekahan (Well Stimulation) dengan cara menginjeksikan asam
kedalam formasi produktif
Ada 3 metode pengasaman meliputi :
a) Matrix Acidizing
b) Acid Fracturing
c) Acid Washing
91

8.3. PERALATANDANBAHAN
8.3.1. PERALATAN
1. Statis dan Burettitrasi
2. Labu ukur
3. pH paper strip
4. Alat ukur elektrolit
5. Pipet

Gambar 8.1.StatisdanBuretTitrasi

Gambar 8.2.Labu Ukur


92

Gambar 8.3.pH paper strip

Gambar 8.4.Pipet tetes

8.3.2. BAHAN
1. Sampel air formasi
2. Larutan buffer
3. Larutan indicator
4. Larutan H2SO4
5. Larutan AgNO3
93

Gambar 8.5.Larutan Buffer

Gambar 8.6.larutanIndikator

Gambar 8.7.Larutan H2SO4


94

Gambar 8.8.Larutan AgNO3

8.4. PROSEDUR PERCOBAAN


8.4.1. PENENTUAN PH (ELEKTROLIT)
1. Dengan menggunakan pH paper strip dapat langsung menentukan
harga pH dari sample setelah mencocokkan warna pada standar pH
paper strip, maka diperlukan kejelian dalam memilih dan
mencocokkan warna dari paper strip.
2. Dengan alat ukur elektrolit, kalibrasi alat sebelum digunakan dengan
cara : isi botol dengan larutan Buffer yang telah diketahui harga pH-
nya, masukkan elektroda pada botol yang berisi larutan buffer. Putar
tombol kalibrasi sampai digit menunjukkan harga pH larutan buffer.
3. Cuci botol dan elektrodanya sebelum digunakan untuk menguji
sample dengan air destilasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi.

8.4.2. PENENTUANALKALINITAS
1. Ambil contoh air pada gelas titrasi sebanyak 1 cc dan tambahkan
larutan PP (Phenolptalein) sebanyak 2 tetes.
2. Titrasi dengan larutan H2SO4 0,02 M sambil digoyang. Warna akan
berubah dari pink menjadi jernih. Catat jumlah larutan asam tersebut
sebagai Vp.
3. Tetesi lagi dengan 2 tetes MO (Metyl Orange), warna akan berubah
menjadi orange.
95

4. Titrasi lagi dengan H2SO4 0,02 M sampai warna menjadi


merah/merah muda. Catat banyaknya larutan asam total yaitu :
jumlah asam (2) + asam (4) sebagai Vm.

Perhitungan
Kebasahan P = Vp / banyaknya cc contoh air
Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air
Konsentrasi untuk setiap ion dalam mili ekivalen ( me/L ) dapat
ditentukan dari tabel berikut :

8.4.3. PENENTUAN KALSIUM


1. Ambil 20 ml air suling, tambah 2 tetes larutan buffer calver dan 1
tepung indicator calcer II, warna akan berubah menjadi cerah. Bila
warnanya kemerahan, titrasi dengan larutan kesadahan total sampai
warna kemerahan hilang.
2. Tambahkan 5 cc air yang dianalisa. Bila ada Ca, warna larutan
berubah menjadi kemerahan.
3. Titer dengan larutan titrasi kesadahan total ( 1 ml = 20 epm ) sambil
digoyang sehingga warna berubah menjadi biru cerah (jernih). Catat
volume titrasi.

Perhitungan
Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 epm
ml titer * 2
Kalsium, me/L = ml contoh air
Bila menggunakan larutan 1 ml = 20 epm
ml titer * 20
Kalsium, me/L = ml contoh air
Konversi kadar Ca dalam mg/L = Ca, mg/L * 20
96

8.4.4. PENENTUAN MAGNESIUM


Magnesium ditentukan dengan dua cara sebagai berikut :
Magnesium, me/L = ( kesadahan total, me/L ) – ( kalsium, me.L )
Magnesium, me/L = Magnesium, me/L * 12,2

8.4.5. PENENTUAN KLORIDA


1. Mengambil 20 ml air sample, menambahkan 5 tetes KCrO, warna
akan menjadi bening.
2. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 1 ml = 0,001 g Cl sampai warna
coklat kemerahan, mencatat volume pentitrasi.
3. Jika menggunakan AgNO3 0,001 N :

ml titer ∗ 1000
Kadar Cl, mg/L= ml contoh air

Jika menggunakan AgNO3 0,01 N :


ml titer ∗ 10000
Kadar Cl, mg/L = ml contoh air
8.4.6. PENENTUAN SODIUM
1. Mengkonversikan mg/L anion dengan me/L dan menjumlahkan
harganya.


Cl , mg/L SO , mg / L CO , mg/ L
4− 3−
35 .5 + 48 + 30 +

HCO , mg/ L OH , mg/L



3−
61 + 17
2. Mengkonversikan mg/L kation menjadi me/L dan menjumlahkan
harganya.
++ ++ ++ ++
Ca , mg/ L Mg , mg/ L Fe , mg/ L Ba , mg/L
[ 20
+
12 .2
+
18 . 6
+
68. 7 ]
3. Kadar sodium ( Na ), mg/L = ( anion – kation )  23
97

8.4.7. GRAFIK HASIL ANALISA AIR


Hasil analisa air sering dinyatakan dengan bentuk grafik. Kita dapat
menandai perbedaan dari contoh air dengan membandingkan dua macam
contoh air (atau lebih) dari grafik tersebut. Metode yang umum digunakan
adalah metode stiff. Metode ini dapat diplot secara logaritma atau normal
antara konsentrasi kation pada sisi kiri titik pusat dan konsentrasi anion
diplot pada sisi kanan pusat.
Contoh :

Tabel 8.1.Harga Konsentrasi Komponen

KONSENTRASI
KOMPONEN
Mg/L Me/L
Natrium 1794 78.04
Kalsium 39 1.95
Magnesium 19 1.65
Barium 0 0
Klorrida 1248 39.19
Sulfat 645 13.43
Karbonat 280 9.33
Bikarbonat 1440 23.80
Iron 13 0.23

8.4.8. PERHITUNGAN INDEKS STABILITAS CACO3


Air yang mengandung CO3 dalam bentuk apapun akan membentuk
kerak atau korosi , tergantung pH dan suhu . Hal ini dapat diketahui
dengan perhitungan indeks stabilitas air. CO3 yang terdapat didalam air
tersebut mungkin akan tersebut sebagai asam arang (H 2CO3), bikarbonat
(HCO3), atau karbonat (CO3). Asam arang terdapat bila air tersebut terlalu
jenuh dengan CO3, bikarbonat terdapat bila nilai pH air pada range 4 - 8.3,
98

karbonat terdapat bila nilai pH air pada range 8.3 – 11. Rumus untuk
menghitung indeksstabilitas CaCO3 adalah:

SI =pH −K− pCa− pAlk

Bila indeks berharga 0, berarti air tersebut secara kimiawi seimbang.


Bila indeks berharga positif, air tersebut mempunyai gejala membentuk
endapan. Bila indeks berharga negative, air tersebut bersifat korosif.
Nilai pH dan Konsentrasi ion Ca++, Mg++, Na++, CO-, SO4-, HCO3-
Dimana :
pH = Nilai pH pada pengukuran contoh air
K = Tenaga ion (ditandai m) dan suhu

Tenaga ion ini terdapat pada grafik I. Jumlah tenaga ion didapat
dengan mengalikan factor tiap - tiap ion dengan konsentrasi dalam air
(dalam me/L atau mg/L) kemudian dijumlahkan dan K ditentukan dari
grafik II.
pCa = Konversi ion Ca++ dalam mg/L, lihat grafik II
pAlk = Konversi ion HCO3- dalam mg/L, lihat grafik II

Setelah selesai perhitungan dapat digambarkan suatu kurva indeks


stabilitas terhadap suhu agar diperhatikan gejala relative pada air dari segi
– segi sistemnya.
Contoh permasalahan :
Hitung indeks stabilitas air pada suhu 50, 77, 177, dan 158 oF dengan air
pH = 6.9
Tabel 8.2. Indeks Stabilitas

ION me/L mg/L


Ca++ 12.0 240
Mg++ 20.4 249
Na++ 295.5 6769
Cl- 253.5 9000
SO4- 41.7 2000
HCO3- 13.8 841
99

Dengan menggunakan faktor- faktor yang terdapat pada grafik I,


jumlah tenaga ion dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel 8.3.Perhitungan Tenaga Ion

ION ( me/L ) *factor = me/L


Ca++ 12.0 5 x 10-5 = 0.1476
Mg++ 20.4 1 x 10-3 = 0.0120
Na++ 295.5 1 x 10-3 = 0.0204
Cl- 253.5 5 x 10-5 = 0.1628
SO4- 41.7 1 x 10-5 = 0.0417
HCO3- 13.8 5 x 10-5 = 0.0069
Jumlah tenaga ion = 0.3554

Setelah menggunakan ion dari air dapat dihitung, tentukan nilai L


dari grafik I dimulai dari bawah grafik jumlah tenaga ion (µ), ikuti garis
tegak lurus hingga bertemu dengan kurva suhu, kemudian baca nilai K ke
sisi kiri.

Tabel 8.4. Harga Faktor K dan Suhu

Suhu Factor K
50 oF 2.9
77 oF 2.65
122 oF 2.15
156 oF 1.5

Grafik II digunakan untuk menentukan nilai pCa dan pAlk. Tentukan


titik konsentrasi Ca++ pada nilai sebelah kiri grafik, tarik garis lurus hingga
bertemu pada kurva kiri. Ikuti garis kebawah untuk menentukan nilai pCa.
Cara yang sama untuk konsentrasi HCO3- dengan kurva kekanan dan ke
bawah untuk pAlk. Setelah didapat harga pCa dan pAlk, maka hitung
indeks stabilitas dengan rumus :
100

Indeks Stabilitas= pH−K −pCa−pAlk

SI/50 oF = 6.9 – 2.90 -2.2 -1.85 = -0.05


SI/77 oF = 6.9 – 2.65 -2.2 -1.85 = 0.20
SI/50 oF = 6.9 – 2.15 -2.2 -1.85 = -0.70
SI/50 oF = 6.9 – 1.50 -2.2 -1.85 = 1.35

Kesimpulan :
1. Air tersebut bergejala scalling pada suhu 54 oF ke atas
2. Air tersebut bergejala corrosive pada suhu 54 oF ke bawah

8.5. HASIL ANALISA DAN PERHITUNGAN


Analisa :
pH air : 8
Volume Sampel : 10 cc
Konsentrasi Ion CO3- : 10 me/L
Konsentrasi Ion OH- : 3 me/L

Penentuan Sodium ( Na+ )

Tabel 8.5.Tabulasi Konsentrasi Ion Anion dan Kation

Konsentrasi Anion Konsentrasi Kation


Anion BM Mg/L Me/ L(*) Kation BM Mg/L Me/L

Cl 35.5 24800 698,591 Ca++ 40 40 2

SO42 96 290 6,041 Mg++ 24 0 0

CO32 60 290 9,67 Fe++ 56 1250 44,64

HCO3 61 1300 21,31 Ba++ 137 - -


OH 17 71 4,176 Na+ 23
101

Anion 4890,302 Kation 46,64

Konversi mg/L ke me/L = ((mg/L)* valensi/BM)


Anion :
24800× 1 me
Cl- = =698.591
35.5 L
290× 2 me
SO42- = =6.041
96 L
290× 2 9,67 me
CO32- = =
60 L
1300× 1 me
HCO3- = =21,31
61 L
71×1 me
OH- = =4,176
17 L

Kation :
40 ×2 me
Ca2+ = =2
40 L
0 ×2 me
Mg2+ = =0
24 L
1250× 2 me
Fe2+ = =44,64
56 L

Kadar Sodium ( Na+ ) = Anion  Kation


= ( 4890,30246,64 ) me/L
= 4843,662 me/L

Anion Kation
Grafik 8.1.Diagram Stiff – Davis Ba2+
OH-

HCO-3 Fe3+(10)

CO2-3 Ca2+

SO42- Mg2+

(102)Cl- Na2(102)
102

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel 8.6. Perhitungan Indeks Stabilitas CaCO3

Konsentrasi Faktor Koreksi Ion strength


Ion
Me/L x Koreksi
Me/L Me/L
Kation
Cl 698.51 6  104 0.4191
Ba2+
Fe3+(10)
SO42- 6.041 1  103 0.006041
Ca2+
Mg2+
CO32- 9,67 1.5  103 0.0145
Na2(102)
HCO3- 21,31 5  103 0,10655

Ca2+ 2 2  103 0.004

Mg2+ 0 1  103 0
Fe2+ 44,64 1.5  103 0.069
Ba2+ - - -
4
Na +
210,594 2  10 0.0421

Σ molar Ionic Strength 0.552641

Kation
Ba2+
Fe3+(10)
Grafik 8.2.Penentuan harga k pada CaCO3 Ca2+
Mg2+
Na2(102)
103

Grafik 8.3.Penentuan harga pCa dan pAlk


104

Dari grafik diperoleh:


Tenaga ion keseluruhan ( k, dari grafik 8.2. ) pada suhu:
105

Pada temperatur0 C = 3.64


Pada temperatur20 C = 3.38
Pada temperatur 40 C = 2.875
Pada temperatur 60 C = 2.56
Pada temperatur 80 C = 1.68
Pada temperatur 100 C = 0.875

Harga pCa = 3 ( dari grafik 8.3.)pAlk = 3.2 ( dari grafik 8.3 )


Harga indeks stabilitas CaCO3 (SI) = pH – K – pCa – palk

Tabel 8.7.Harga Indeks Stabilitas

Temperatur ( oC ) pH K P Ca p Alk SI Sifat


8.6.
0 8 3.65 3.0 3.0 -1.84 Asam
20 8 3.4 3.0 3.0 -1.58 Asam
40 8 2.96 3.0 3.0 -1.075 Asam
60 8 2.38 3.0 3.0 -0.76 Asam
80 8 1.72 3.0 3.0 0.12 Basa
100 8 0.94 3.0 3.0 0.925 Basa

PEMBAHASAN
Pengambilan sample air formasi dilakukan di kepala sumur dan /
atau di separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari
kaca atau plastik agar tidak terjadi kontaminasi dan hilangnya ion
Hidrogen karena akan mempengaruhi kebasahan sample. SI (Stabilitas
Indeks) didapatkan dari beberapa data yaitu: temperatur, pH, K (tenaga ion
keseluruhan), pAlk, dan pCa. Air formasi hampir selalu ditemukan
didalam reservoir hidrokarbon karena memang didalam suatu akumulasi
minyak, air selalu menempati sebagian dari suatu reservoir, minimal 10%
dan maksimal 100% dari keseluruhan pori. Pada data yang telah diberikan,
diketahui bahwa pH = 8, pCa = 3.0, pAlkali = 3.0. Untuk nilai k (tenaga
106

ion keseluruhan) didapat dengan membaca grafik Ionic Strength (terlampir


dalam bagian lampiran). Setelah pembacaan grafik kita lakukan, barulah
kita bisa menentukan harga SI (Stabilitas Indeks) pada temperatur tertentu
dimana kita mendapatkan pembacaan nilai k (tenaga ion keseluruhan).
Dari data tabel 8.7 di atas, kemudian diplotkan ke dalam suatu grafik
menjadi grafik seperti di bawah ini :

Grafik 8.4.Stabilitas Indeks CaCO3 terhadap Temperatur ( oC )

Grafik Indeks Stabilitas Terhadap Temperatur


120

110

100

90

80
Temperatur (◦C)

70

60

50

40

30

20

10

0
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5
Indeks Stabilitas

Dapat dilihat bahwa pada suhu 00C, 200C, 400C dan 600C stabilitas
CaCO3 berada pada angka negative yang berarti dalam keadaan asam dan
pada 800C dan 1000C stabilitas CaCO3berada dalam keadaan basa.
Kemudian kita plotkan kedalam grafik ion keseluruhan terhadap
temperature ( lihat tabel 8.7 ). Didapatkan grafik sebagai berikut :
107

Grafik 8.5. Ion Keseluruhan( k ) vs Temperature

Grafik Antara Tenaga Ion Keseluruhan vs


Temperatur
100
90
80
70
Temperatur (◦C)

60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5
Tenaga Ion Keseluruhan (K)

Pembacaan grafik dari kanan kekiri. Terlihat bahwa hubungan-


hubungan ion keseluruhan ( k ) berbanding terbalik. Semakin besar suhu
maka semakin kecil nilai ion keseluruhan yang ditunjukkan pada grafik
8.2, begitu juga sebaliknya.

8.7. KESIMPULAN

1. Sifat air formasi itu asam sama basa,kalau asam bisa mengakibatkan
korosi sedangkan basa mengakibatkan scale.
2. Dari kolerasi lapisan batuan kita dapat mengetahui formasi setiap
lapisan yang akan diproduksi ( minyak dan gas yang dicari ), Jika
lapisan A dan B masih memiliki air formasi yang sama.
3. Air dan garam hampir selalu terdapat dalam minyak bumi sehingga
air formasi dapat mengakibatkan korosi.
4. Untuk mendapatkan kandungan air formasi yang lebih akurat, maka
sampel harus diambil langsung dari separator, lalu disimpan di
wadah tertutup agar kebasahan sampel masih bisa seperti semula.
5. Alat titrasi, labu ukur, PH paper strip, alat ukur elektrolit,pipet.

Anda mungkin juga menyukai