BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas konstruksi sumur adalah sejauh
mana kualitas semen yang digunakan. Untuk itu perlu dilakukan studi
laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik semen. Diharapkan
dengan kualitas semen yang baik konstruksi sumur dapat bertahan lebih dari 20
tahun.
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk :
1. Melekatkan casing pada dinding lubang sumur.
2. Melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi pemboran
(seperti getaran).
3. Melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi.
4. Memisahkan zona yang satu terhadap zona lainnya dibelakang casing.
Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua yaitu Primary
Cementing dan Secondary atau Remedial Cementing (penyemenan kedua atau
penyemenan perbaikan).
Primary Cementing adalah penyemenan yang pertama kali dilakukan setelah
casing diturunkan ke dalam sumur. Pada Primary Cementing, penyemenan casing
pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen.
Sedangkan Secondary Cementing adalah penyemenan ulang untuk
menyempurnakan primary cementing atau untuk memperbaiki penyemenan yang
rusak. Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti Cement Bond Logging
(CBL) dan Variable Density Logging (VDL), kemudian didapati kurang
sempurnanya atau ada kerusakan pada primary cementing maka dilakukan
secondary cementing.
Standar minimum yang harus dimiliki dari perencanaan sifat-sifat semen
didasarkan pada Brookhaven National Laboratory dan API Spec 10 Specification
for Material and Testing for Well Cementing.
Menurut alasan dan tujuannya penyemenan dibagi menjadi dua :
2
1. Primary Cementing
Adalah suatu penyemenan dimana langsung dilakukan setelah pemasangan
casing, kegunaan primary cementing diantaranya :
a. Melekatkan casing ke formasi
b. Melindung pipa dari tekanan – tekanan formasi
c. Menutup zona lost circulation
d. Membuat pemisah zona dibelakang casing
Penyemanan conductor casing bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi fluida pemboran dengan formasi. Pada surface casing bertujuan
melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat
kedudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat BOP, untuk
menahan beban casing yang berada dibawahnya, dan untuk mencegah
terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui
surface casing.
Penyemenen intermediate casing bertujuan untuk menutupi tekanan
formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation.
Penyemenen production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya
aliran antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang
akan memasuki sumur, untuk mengisolasi zona produktif yang akan
diproduksikan fluida formasi, dan juga untuk mencegah terjadinya korosi pada
casing yang disebabkan oleh material–material korosif.
2. Secondary Cementing
Adalah suatu cara dimana cemen slurry ditekan masuk kesuatu formasi
atau tidak disumur, gunanya antara lain :
Memperbaiki Primary Cementing yang tidak sempurna.
Mengurangi gas oil, water oil atau water gas ratio.
Memperbaiki casing yang patah.
Menutup zona lost circulation.
Membantu pada primary cementing bila fill up ( pengisian kolom yang
harus disemen ) tidak cukup.
3
Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam operasi primary
cementing,guna untuk untuk menghindari terjadinya fracture pada formasi yang
lemah. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan hal-hal berikut :
1. Menambahkan clay atau zat –zat kimia silikat jenis extender
2. Menambahakan bahan –bahan yang dapat memperbesar volume suspensi
semen, seperti pozzolan
Sedangkan densitas suspensi semen sangat tinggi dan gunakan bila tekanan
formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir atau
material –material pemberat ke dalam suspensi semen, seperti barite dan
bentonite.
Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat volume tiap
komponen yang ada dalam suspensi semen,sedangkan di lapangan dengan
menggunakan alat Pressurized mud balance.
4
Perkins System
Perkins system sering juga disebut dengan penyemenan system plug atau
penyemenan sistem sumbat, karena didalam penyemenan ini menggunakan plug.
Terdapat dua plug, yaitu bottom plug dan top plug. Bottom plug memisahkan
Lumpur yang ada dalam casing dengan bubur semen sedangkan top plug
memisahkan bubur semen dengan Lumpur pendorong.
Peralatan yang digunakan pada penyemenan system perkns adalah sebagai
berikut:
1. Peralatan yang terletak di bawah permukaan adalah antara lain :
Casing Shoe
Casing shoe terletak di ujung rangkaian casing. Fungsi dari casing
shoe adalah untuk menuntut casing diwaktu penurunannya agar tidak
tersangkut. Casing shoe yang berfungsi hanya sebagai penuntut casing
diwaktu penurunannya disebut guide shoe. Casing yang diperlengkapi
dengan elap penahan tekanan balik disebut dengan float shoe.
Shoe Track
Shoe track adalah satu atau dua batang casing yang ditempatkan diatas
casing shoe. Shoe track berfungsi untuk menampung bubur semen yang
terkontaminasi oleh Lumpur pendorong. Kalau bubur semen yang
5
Selain dari itu cementing head jenis dilengkapi dengan 3 buah saluran
yaitu :
a) Saluran Lumpur, saluran ini untuk sirculasi Lumpur untuk
membersikkan lubang bor
b) Saluran bubur semen, saluran ini dipakai diwaktu memompakan
bubur semen kedalam casing.
c) Saluran Lumpur pendorong, saluran ini digunakan mendorong sampai
top plug berimpit dengan bottom plug di casing collar.
Cementing line
Cementing pump
Pompa semen bertugas mengisap bubur semen yang telah dibuat dan
memompakan bubur semen ke cementing head melalui cementing line.
Slurry pan
Hopper dan mixer
Hopper adalah corong untuk memasukan bubuk semen dan additif, air
disalurankan dengan tekanan tiinggi dari bagian belakang mixer. Air
dengan bubuk semen dan additif diaduk hingga rata oleh mixer.
Tangki air
Poorboys System
Metode poorboys system ini disebut juga dengan penyemenan sistem tubing
atau tubing sistem. Dikatakan tubing system sering digunakan untuk penyemenan
casing berukuran 16 inch ke atas. Alasan dari penggunaan sistem poorboys
adalah:
1) Waktu
Waktu yang diperlukan untuk melakukan penyemenan dengan poorboys
system lebih singkat dibanding bila menyemen dengan sistem perkins.
Hubungan diameter casing besar waktu untuk pendorongan akan lebih
panjang.
7
Proses kerjanya adalah sebagai berikut. Casing yang akan disemen disambung
ujungnya dengan duplex float shoe. Shoe ini berfungsi menuntun casing agar
tidak tersangkutdalam penurunannya. Karna mempunyai float system, shoe dapat
menahan tekanan balik bubur semen dari annulus. Selain itu duplex float shoe
dilengkapi juga stinger socket. Pada bagian luar casing dilengkapi dengan
centralizer dan scratcher, yang bertugas agar casing tetap berada ditengah lubang
dan membersikan mud cake. di annulus drill pipe dengan casing juga dipasang
sebuah centralizer agar pemasangan stinger dengan stinger socket bisa tepat,
tubing dan drill pipe digunakan sebagai saluran bubur semen dan Lumpur
pendorong.
8
Penyemenan Bertingkat
Penyemenan bertingkat lebih populer disebut dengan stage cementing,
penyemenan ini dilakukan secara bertingkat atau secara bertahap. Tingkat pertama
dilakukan untuk menyemen casing bagian bawah sepanjang kolam semen tertentu,
kemudian dilanjutkan lagi untuk menyemen lagi casing yang lebih atas.
Penyemenan dengan cara ini bisa dlakukan untuk menyemen seluruh annulus
casing dari dari dasar lubang atau tidak seluruhnya. Mungkin beberapa ribu feat
dari dasr lubang. dan ada beberapa ribu atau ratus featpula dari permukaan, hal ini
tergantung kepada tujuan penyemenan itu dan kondisi dari formasi yang akan
disemen.
Alasan – alasan dilakukannya penyemenan bertingkat sebagai berikut :
1) Tekanan rekah formasi
Bila formasi didasar lubang mempunyai tekanan rekahan yang kecil tinggi
kolam semen tidak dapat terlalu besar, sebab dasar lubang tidak sanggup
menahan tekanan yang besar kita tahu bahwa berat jenis bubur semen adalah
cukup besar dan akan menyebabkan tekanan yang lebih besar, yang akan
menghancurkan formasi dari tekanan tersebut. Ha ini berlaku pula pada sumue
dalam
2) Menghemat pemakaian semen.
Bagian dari lubang bar tidak perlu seluruhnya disemen, bila formasi
lubang cukup keras dan kompak, tidak perlu disemen. Jadi dengan tidak
seluruhnya disemen maka akan menghemat semen.
3) Formasi lost
Formasi yang sangat lemah yang mana merupakan yaqng tidak tahan
terhadap tekanan, tidak perlu disemen bila formasi tersebut tidak
menibulkan bahaya yang lain cukup disemen bagian atas dan bawahnya saja.
BAB II
𝑮𝒃𝒌 + 𝑮𝒘 + 𝑮𝒂
𝑫𝒃𝒔 =
𝑽𝒃𝒌 + 𝑽𝒘 + 𝑽𝒂
Dimana :
Dbs = Densitas suspensi semen
Gbk = Berat bubuk semen
Gw = Berat air
Ga = Berat additif
10
3. Tricalcium Aluminate
Tricalcium Aluminate (3CaO.Al2O3) dinotasikan sebagai C3A,
yang terbentuk dari reaki antara CaO dengan Al2O3.
Walaupunkadarnya lebih kecil dari komponen silikat (sekitar 15 %
untuk high-early strength cement dan sekitar 3% untuk semen yang
tahan terhadap sulfat), namun berpengaru terhadap rheology suspensi
semen dan membantu proses pengerasan awal pada semen.
4. Tetracalcium Aluminoferrite
Tetracalcium Aluminoferrite (4CaO.Al2O3.Fe2O3) dinotasikan
sebagai C4AF, yang terbentuk dari reaki antara CaO dengan Al2O3 dan
Fe2O3. Komponen ini hanya sedikit berpengaruh pada strength semen.
API menjelaskan bahwa kadar C4AF ditambah dengan 3 kali kadar
C3A tidak boleh lebih dari 24 % untuk semen yang tahan terhadap
kandungan sulfat yang tinggi. Penambahan kadar besi yang berlebihan
akan menaikkan kadar C3A dan berfungsi menurunkan panas hasil
reaksi/hidrasi C3A dan C2S.
2. Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
tersedia dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah
dan tinggih (moderate and high sulfat resistant).
3. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasan cepat). Semen
ini tersedia dalam jenis moderate dan high sulfat resistant.
4. Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai
12000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate and
high sulfat resistant.
5. Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai
14000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate and
high sulfat resistant.
6. Kelas F
Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10000 ft sampai
16000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis high sulfat
resistant.
7. Kelas G
Semen kelas G digunakan untuk kedalaman 0 sampai 8000 ft dan
merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder, semen ini dapat
dipakai untuk sumur yang dalam dan range temperatur yang cukup
besar. Semen ini tersedia dalam jenis moderate and high sulfat
resistant.
13
8. Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft dan
merupakan semen dasar pula. Dengan penambahan acclerator dan
retarder, semen ini dapat digunakan pada range temperatur dan
kedalaman yang besar. Semen ini hanya tersedia dalam jenis moderate
sulfate resistant.
9. Kelas J
Semen kelas J untuk kedalaman 0 sampai 8000 ft dan merupakan
semen dasar pula seperti Kelas G dan H. Semen ini hanya tersedia
dalam jenis moderate sulfate resistant. Didalam dunia perminyakan
semen ini jarang digunakan.
Dry Process
Pada awal proses ini, clay dan limestone sama-sama dihancurkan,
lalu dikeringkan di rotary dries. Hasilnya dibawa ke tempat
penggilingan untuk dileburkan. Kemudian hasil peleburan ini
masuk ketempat penyaringan dan partikel-partikel yang kasar
dibuang dengan system sentrifugal. Hasil saringan ini ditempatkan
di beberapa silo (tempat berbentuk tabung yang tertutup) dan
setelah didapat komposisi kimia yang diinginkan kemudian akan
melalui proses pembakaran di klin. Campuran ini biasanya
berukuran 100 – 200 mesh agar kontak antar partikel-partikel yang
terjadi dapat maksimal. Proses pembuatan semen melalui Dry
Process dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Wet Process
Material-material mentah dicampur dengan air, lalu dimasukkan ke
tempat penggilingan (grinding mill). Campuran ini kemudian
dipompa melalui vibrating screen. Material-material yang kasar
dikembalikan ke penggilingan, sementara campuran yang lolos
yang berupa susupensi ditampung pada suatu tempat berbentuk
kolom-kolom. Di tempat ini, suspensi mengalami proses rotasi dan
pemampatan sehingga didapat campuran yang homogen. Di tempat
ini pula komposisi kimia suspensi diubah-ubah untuk didapatkan
komposisi yang diinginkan sebelum dibawa ke klin.
15
2. Proses Pembakaran
Proses pembakaran (lihat Gambar 2.3. dilakukan setelah melalui salah satu
proses peleburan di atas (dry process atau wet process), campuran masuk
ke dalam “rotary klin” Di klin, campuran ini berputar-putar kemudian
dipanaskan perlahan-lahan melalui beberapa proses temperatur seperti
berikut (API Spec. 10, Material and Testing for Well Cement) :
100 oC = pembebasan air bebas.
200 oC = dehidroksilasi mineral-mineral clay.
900 oC = kritalisasi mineral-mineral clay yang mengalami
dehidroksilasi dan dekomposisi CaCO3.
900 – 1200 oC = reaksi antara CaCO3 atau CaO dengan aluminosilicates.
1250 – 1280 oC = mulai terbentuk fasa liquid.
> 1280 oC = fasa liquid terus terbentuk dan komponen-komponen
semen terjadi.
3. Proses Pendinginan
Setelah pembakaran dilakukan proses pendinginan kualitas
“klinker”, produk yang dihasilkan dari rotary klin sangat tergantung
dari kecepatan dan metode pada proses pendinginan. Bila laju
pendinginan lambat, akan dihasilkan produk yang baik dimana akan
terjadi proses kristalisasi dari klinker akan meningkatkan kekuatan
semen. Sedangkan bila laju pendinginan cepat akan dihasilkan produk
seperti gelas yang dapat mempersukar klinker digiling, ini dapat
mengakibatkan kekuatan semen cepat naik tetapi tidak lama.
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai ketika temperatur
mulai menurun dari clinkering temperature. Kualitas clinker dan
selesainya pembuatan semen sangat tergantung dari laju pendinginan-
perlahan sekitar 4-5 oC (7-8 oC) sampai suhu 1250 oC, kemudian cepat
sekitar 18-20 oC (32-36 oF) permenit.
16
4. Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat
mengakibatkan sekitar 97-99 % energi yang masuk diubah menjadi
panas. Selama proses penggilingan ini biasanya ditambahkan gypsum
sekitar 3 – 5 % yang berguna untuk mengontrol pembebasan CaO dan
untuk menghindari flash setting. Oleh karena itu diperlukan
pendinginan, karena jika terlalu panas akan banyak gypsum ynag
menghidrasi menjadi kalsium sulfat hemidrat (CSH2). atau larutan
anhidrit (CS). Akhirnya dari proses penggilingan didapat bubuk semen
yang diinginkan. Bubuk semen yang dihasilkan kemudian ditempatkan
di silo-silo dan dipakai.
B. Accelerator
Adalah additive untuk mempercepat thickening time. Pada
umumnya accelerator ditambahkan bbila menyemen sumur yang
dangkal. Kalau tidak ditambahkan accelerator terlalu lama menunggu
bubur semen menjadi keras.
Bahan-bahan yang bertindak sebagai accelerator adalah :
1. Calcium chlorida (CaCl2)
2% CaCl2 dapat melipat duakan compressive strength semen
dalam tempo 24 jam, pada temperatur 1200F. Umumnya calcium
chloride yang ditambahkan berkisar antara 2% sampai 4%.
2. Natrium chlorida (NaCl)
Natrium chlorida atau garam dapur, dapat bertindak sebagai
retarder dan dapat juga sebagai accelerator. Hal ini tergantung
kepada konsentrasi garamnya.
Penambahan NaCl akan menurunkan thickening time prosentase
penambahan NaCl 2 dan 4%.
3. Densified cement
Densified cement maksudnya bubur semen yang dikurangi
WCR-nya. Dengan mengurangi air yang dicampurkan dalam
membuat bubur semen, maka dihasilkan semen yang padat.
Dengan demikian akan didapatkan berat jenis bubur semen
yang lebih besar dan thickening bubur semen yang lebih kecil.
19
D. Ekstender,
adalah additive untuk menaikkan volume dari bubuk semen. Pada
umumnya penambahan extender diiringi dengan penambahan air.
Kenaikan volume tidak seimbang dengan kenaikan berat bubur semen.
Sehingga akan cepat penurunan berat jenis bubur semen.
Bahan-bahan yang termasuk sebagai extender adalah :
1. Bentonite
Bentonite merupakan bermineral clay. Sifat utamanya adalah
dapat mengisap air dengan banyak, sehingga volume bubur semen
yang terjadi bisa naik sampai 10 kali. Akibatnya berat jenis bubur
semen dapat turun lebih besar. Penambahan bentonite harus
diiringi dengan penambahan air. Untuk 2% bentonite kira-kira
penambahan air adalah 1.3 gallon per sack.
Pengaruh lain akibat penambahan bentonite adalah :
Yield semen naik
Biaya lebih murah
Perforating qualities baik
21
2. Pozzolan
Pozzolan merupakan extender yang tidak terlalu banyak
menurunkan compressive strength semen. Sedangkan pengaruh
penambahan pozzolan terhadap bubur semen adalah sama dengan
penambahan bentonite. Umumnya campuran bubuk semen dengan
pozzolan adalah 50% berbanding 50% dan biasanya bentonite 2%.
Semen yang dibuat dari campuran bubuk semen dan pozzolan
disebut dengan pozzolan cement.
3. Diatomaceous earth
Bahan ini berasal dari silika suatu sedimen. Diatomaceous
earth mempunyai surface area yang besar, sehingga memerlukan
banyak air dalam pembuatan bubur semen.
Umumnya dicampurkan antara 10% sampai 40%, dari berat bubuk
semen. Dipasaran sering disebut dengan :
Diacel D, buatan philips pet.co
Letepoz 2, buatan Dowell sclumberger.
4. Gilsonite
Gilsonit tidak memerlukan banyak air. Sehingga menurunkan
compressive strength semen akan lebih kecil dibandingkan dengan
extender yang lain, untuk pengurangan berat jenis yang sama.
Penambahan air 2 gal per 50 lb, gilsonite.
5. Expanded perlite
22
2.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive ( Bentonite dan Barite )
3. Air
23
pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika
didiamkan selama 2 jam pada temperatur kamar. Sedang kadar air
minimum adalah jumlah air yang dapat dicampurkan ke dalam semen
untuk memperoleh konsistensi maksimum sebesar 30 cc.
3. Jika menggunakan additif, lakukan prosedur sebagai berikut :
a. Jika additive berupa padatan, timbang berdasarkan % berat yang
dibutuhkan. Sebagai contoh penambahan tepung silica dalam %
BWOC, dengan berat total semen dan silica seberat 349 gram
adalah :
10
Slika 10 % BWOC dengan berat = 100 × 349 𝑔𝑟 = 34.9 𝑔𝑟
= 15,577 lb/gal
- 8,34 free water kalibrasi
28
2.6. Pembahasan
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita pembuatan suspense semen
dari pengujian densitas semen,additive yang digunakan adalah
bentonite.pada percobaan menggunakan semen dengan berat 350 gram,
additive bentonite 3,5 gram,dan air 154 ml.pada hasil perhitungan densitas
suspensi semen secara teori diperoleh besar densitas 15,577 lb/gal, nilai
tersebut merupakan suspense semen yang ditambahkan additive.
Sementara besar densitas suspense semen tanpa penambhan additive
sebesar 15,857 lb/gal. dari dua data tersebut dapat dilihat perbedaan
densitaas dimana nilai densitas dengan menggunakan additive. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa additibe bentonite dapat menurunkan harga
densitas supensi semen.
2.7. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Didapatkan densitas pada suspensi semen tanpa ditambahkan additive
yaitu 15,857 lb/gal.
2. Didapatkan densitas pada suspense semen dengan ditambahakan additive
yaitu 15,577 lb/gal.
3. Additive bentonite adalah additive yang dapat menurunkan harga densitas
suspense semen.
30
BAB III
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN
𝑾𝒔 + 𝑾𝒂𝒅𝒅 + 𝑾𝒂𝒊𝒓
𝝆 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏 =
𝑽𝒔 + 𝑽𝒂𝒅𝒅 + 𝑽𝒂𝒊𝒓
3.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive (Barite/Bentonite)
3. Air
𝑾𝒔 + 𝑾𝒂𝒅𝒅 + 𝑾𝒂𝒊𝒓
𝝆 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏 =
𝑽𝒔 + 𝑽𝒂𝒅𝒅 + 𝑽𝒂𝒊𝒓
Dimana :
ρ = Massa jenis suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wad = Berat additive
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vad = Volume Additif
Vair = Volume Air
= 15,577 lb/gal
- 8,34 free water kalibrasi
- Hasil yang ditentukan dengan additive 6,5
Tabel 3.1.
Hasil Pengujian Densitas Suspensi Semen
Densitas (ppg)
Wsemen Wbentonite Wbarite
Plug/Kel Vair (ml) Mud
(gr) (gr) (gr) Rumus
Balance
I/A1 350 154 5 0 15,83 15,5
I/A2 350 154 4 0 15,57 15,6
I/A3 350 154 3,5 0 15,85 16,5
I/A4 350 154 3 0 15,63 16,2
II/B1 350 154 2,5 0 15,67 14,7
II/B2 350 154 2 0 15,69 16,3
II/B3 350 154 2,5 0 15,63 16,2
II/B4 350 154 0 1 15,85 16,1
III/C1 350 154 0 1,5 15,86 16,1
III/C2 350 154 0 2 15,87 15,5
III/C3 350 154 0 2,5 15,87 15,7
III/C4 350 154 0 3 15,88 16,6
36
Grafik 3.1
Hubungan additive Vs semen
15.75
15.7
15.65
15.6
15.55
0 1 2 3 4 5 6
Berat additive, gr
Barite Bentonite
Grafik 3.2
Grafik Penambahan Additive Vs SG Semen (mud balance)
16.5
Densitas, ppg
16
15.5
15
14.5
0 1 2 3 4 5 6
Berat additive, gr
Barite Bentonite
37
3.6. Pembahasan
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita pembuatan suspense semen
dari pengujian densitas semen,additive yang digunakan adalah
bentonite.pada percobaan menggunakan semen dengan berat 350 gram,
additive bentonite 3,5 gram,dan air 154 ml.pada hasil perhitungan densitas
suspensi semen secara teori diperoleh besar densitas 15,577 lb/gal, nilai
tersebut merupakan suspense semen yang ditambahkan additive.
Sementara besar densitas suspense semen tanpa penambhan additive
sebesar 15,857 lb/gal. dari dua data tersebut dapat dilihat perbedaan
densitaas dimana nilai densitas dengan menggunakan additive. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa additibe bentonite dapat menurunkan harga
densitas supensi semen.
3.7 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Didapatkan densitas pada suspensi semen tanpa ditambahkan additive
yaitu 15,857 lb/gal.
2. Didapatkan densitas pada suspense semen dengan ditambahakan additive
yaitu 15,577 lb/gal.
3. Additive bentonite adalah additive yang dapat menurunkan harga densitas
suspense semen.
38
BAB IV
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
𝜇𝑝 = 𝐶600 − 𝐶300
Y𝑝𝑣 = 𝐶300 − 𝜇𝑝
Dimana :
µp = Plastic Viscosity, Cp
2
Yp = Yield point, lb/100ft
C600 = Dial reading pada 600 rpm
C300 = Dial reading pada 300 rpm
5. Stop Watch
4.3.2. Bahan
1. Bubuk Semen kelas A
2. Air
3. Bentonite
4. Barite
Tabel 4.1.
Tabulasi Pengujian Rheologi Suspensi Semen
Yb
Wsemen Wbentonite WNaCl WCMC μp
Plug/Kel Vair (ml) (lb/100
(gr) (gr) (gr) (gr) (cp)
ft2)
I/A1 350 154 3,5 0 0 -10 55
I/A2 350 154 3,5 0 0 20 145
I/A3 350 154 3 0 0 1 3
I/A4 350 154 2,5 0 0 50 40
II/B1 350 154 0 2 0 150 0
II/B2 350 154 0 3 0 60 -5
II/B3 350 154 0 3,5 0 10 20
II/B4 350 154 0 2,5 0 34 4
III/C1 350 154 0 0 3,5 -77 289
III/C2 350 154 0 0 2,5 70 45
III/C3 350 154 0 0 2 20 55
III/C4 350 154 0 0 3 190 -120
45
Grafik 4.1
Grafik Penambahan additive Vs Plastic Viscosity
Berat Additive vs μp
250
200
Viskositas Plastik, cp
150
100
50
0
-50
-100
1.5 2 2.5 3 3.5 4
Berat additive, gr
Grafik 4.2
Grafik Penambahan additive Vs Yield Point
Berat Additive vs Yb
350
300
Yield Point, lb/100 ft2
250
200
150
100
50
0
-50
-100
-150
1.5 2 2.5 3 3.5 4
Berat additive, gr
4.6. Pembahasan
Pada pengujian rheologi suspensi semen ini digunakan komposisi
semen 350 gram, bentonite 3 gram dan air 154 mL. Suspensi semen yang
sudah jadi lalu dimasukkan ke dalam bejana pada alat Fann VG Meter
untuk diukur Plastic Viscosity dan Yield Pointnya. Dari percobaan dengan
3 gr bentoite didapat dial reading pada 600 rpm dan 300 rpm yaitu 5 rpm
dan 4 rpm. Kemudian dilakukan perhitungan, diperoleh Plastic Viscosity
sebesar 1 Cp (pengurangan C600 dengan C300) serta Yield Point 3 lb/100
ft2 (pengurangan C300 dengan µp).
Terlihat pada tabel bahwa penambahan barite menyebabkan kenaikan
plastic viscosity, sedangkan bentonite menyebabkan plastic viscosity
menurun, sedangkan penambahan barite menyebabkan yield point
cenderung naik dan dengan penambahan bentonite cenderung turun
Dari grafik penambahan additive vs plastic viscosity menunjukkan
adanya fluktuasi. Dimana pada grafik Bentonite menunjukkan
kecenderungan untuk relative menurun. Secara teoritis dengan
bertambahnya bentonite maka viscositasnya semakin besar (µp naik).
Sedangkan pada penambahan barite menunjukkan kenaikan.
Grafik penambahan yield point vs bentonite menunjukkan
kecenderungan menurun, sesuai dengan teori, bahwa penambahan
bentonite menyebabkan penurunan yield point. Sedangkan pada grafik
penambahan yield point vs barite menunjukkan kecenderungan kenaikan.
Aplikasi di lapangan untuk pengujian rheologi semen ini adalah untuk
menghitung hidrolika operasi penyemenan yang sangat menentukan dalam
operasi pemboran. Dalam hal ini, rheologi semen berhubungan dengan
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat–sifat aliran dalam
penyemenan. Untuk memperoleh keberhasilan dalam penyemenan, harus
disesuaikan dengan keadaan formasi.
47
4.7. Kesimpulan
1. Sifat fisik fluida sangat berpengaruh dalam proses sirkulasi semen,
penambahan barite akan memperbesar harga plastic viscosity dan
yield point, sedangkan penambahan bentonite akan memperkecil
harga plastic viscosity dan yield point.
2. Dari perhitungan diperoleh harga Plastic Viscosity (μp) =1 Cp dan
Yield Point (Yp) =3 lb/100 ft2 .
3. Umumnya additif yang digunakan untuk pengujian rheology semen
yaitu barite dan bentonite karena additif ini dapat berpengaruh
terhadap sifat-sifat rheologi semen serta kualitas dari suspensi semen
tersebut.
4. Rheologi suspensi semen merupakan parameter yang digunakan untuk
menentukan hidrolika operasi penyemenan serta hubungan dari
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran yaitu
viskositas dan yield point.
5. Ada 2 tipe dasar alat yang digunakan yaitu Capillary Pipe Rheometers
dan Coaxial Cylinder Rotational Viscosity
48
BAB V
PENGUJIAN THICKENING TIME
Semen yang dipakai pada teknik pemboran gas dan panas bumi
merupakan suspensi dari serbuk semen dengan jumlah air banyak dan
mempunyai viskositas yang relatif rendah.Thickening time semen ini
sangatlah penting , waktu pemompaan harus lebih kecil dari thickening
time, karena bila tidak akan menyebabkansuspensi semen mengeras lebih
dahulu. Sebelum sesudah suspense semen mencapai target yang
diinginkan dan bila mengeras didalam casing merupakan kejadian yang
sangat fatal dalam oprasi pemboran selanjutnya.
Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolam penyemenannya
yang panjang, diperluakn waktu pemompaan yang lama sehingga
Thickening time harus diperpanjang, untuk memeperpanjang atau
memperlambat Thickening time perlu ditambah retarder kedalam suspensi
semen, seperti kalsium lignosulfat, carboxymenthyl hydroxyethyl
cellulose dan senyawa-senyawa organik.
Pada sumur-sumur yang dangkal maka diperlukan thickening time
yang tidak lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu
panjang, juga untuk mempersingkat waktu. Untuk mempersingkat
thickening time, dapat ditambah accelerator kedalam suspensi semen.
Yang termasuk accelerator adalah kalsium klorida, sodium klorida,
gypsum, sodium silikat, air laut dan additif yang tergolong dalam
dispersant.
Perencanaan besarnya thickening time bergantung kepada kedalamen
sumur dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan disemen
dilaboratorium, pengukuran thickening time menggunakan alat high
pressure high temperature consistometer (HPHT). Disimulasikan pada
kondisi temperature dan tekanan sirkulasi. Thickening time suspense
semen dibaca bila pada alat diatas telah menunjukkan 100 Uc untuk
setandar API. Namun ada perusahaan lainyang menggunakan angka 70 Uc
(seperti pada hudbay) dengan pertimbangan factor keselamatan,
kemudiaan dieksrapolasi ke 100 uc.
50
𝑻 − 𝟕𝟖, 𝟐
𝑩𝒄 =
𝟐𝟎, 𝟎𝟐
Dimana :
Bc = Konsistensi suspense semen
T = Pembacaan harga torsi,g-cm
51
5.3.2. Bahan
1. Bubuk semen
2. NaCl
3. CMC
4. Air
4. Paddel yang teah dilapisi grease dipasang pada lid yang telah terpasang
paddel pada slurry container dan masukkan kedalam atmospheric
consistometer.
5. Hidupkan motor dan stop watch dan skala petunjuk dalam selang
waktu tertentu sampai jarum torsi menunjukkan angka 70 BC.
Tabel 5.1
Pengujian Thickening Time
No Waktu (s) Thickening time
1 0 20
2 5 27
3 10 28
4 20 29
5 30 31
6 40 32
7 50 34
8 55 32
9 57 29
10 59 26
11 62 4
12 65 3
13 68 1
14 70 0
55
Thickening time
40
35
30
thickening time
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
waktu (s)
Grafik 5.1
Grafik Penambahan Additive Vs Thickening Time
5.6. Pembahasan
Pada percobaan thickening time ini dilakukan dengan contoh
perhitungan yang didapatkan dari asisten pratikum. Thickening time
adalah awaktu yang diperlukan suspense semen mencapai konsistensi 100
uc ( unit of consistency ).pada waktu 0 sekon sampai dengan 50 sekon
mengalami kenaikan thickening time dari 20 sampai 34.
Pada saat pemompaan pada waktu 55 sekon sampai dengan 70 sekon
mengalami penurunan thickening time dari 32 sampai 0.jadi pada suspensi
semen tidak mengalami pengerasan dikarenakan terlalu banyak air atu
additive retarder.untuk mencapai suspense semen dengan konsistensi 100
uc diutamakan waktu pemompaan harus lebih kecil dari thickening time
karena bila tidak akan menyebabkan suspense tersebut mengeras terlebih
dahulu sebelum suspense semen mencapai target yang diinginkan.
56
5.7. Kesimpulan
1. Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan suspensi
semen untuk mencapai konsistensi 100 uc yang merupakan batasan
suspensi semen yang masih dapat dipompa kembali.
2. Thickening time sangat penting karena dapat mengetahui waktu
pemompaan yang harus lebih kecil karena bila tidak suspensi akan
mengeras lebih dahulu.
3. Pada waktu 0 sampai 50 sekon thickening time mengalmi kenaikan
dari 20 sampai 34.
4. Pada waktu 55 sampai 70 sekon thickening time mengalami penurunan
dari 32 sampai 0.
57
BAB VI
PENGUJIAN FREE WATER
Dalam penentuan harga free water ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
WCR (Water Cemen Ratio, yaitu perbandingan air yang dicampur
terhadap bubuk semen sewaktu suspensi dibuat). Jumlah air yang
dicampurkan tidak boleh lebih dari kadar air maksimum atau kurang dari
batas air minimum karena akan mempengaruhi baik buruk ikatan
58
6.3.2. Bahan
1. Semen kelas A
2. Air
3. Bentonite
4. Barite
60
Tabel 6.2
Hasil Percobaan terhadap Free Water @ 2 hours
Wsemen Wbentonite Wbarite Free Water
Plug/Kel Vair (ml)
(gr) (gr) (gr) (ml)
I/A1 350 154 0 5 4,4
I/A2 350 154 0 4,2 4,3
I/A3 350 154 0 3,6 2,8
I/A4 350 154 0 3,3 2,5
II/B1 350 154 2 0 2,2
II/B2 350 154 2,5 0 4
II/B3 350 154 0 3,1 4
II/B4 350 154 3 0 4
III/C1 350 154 3,5 0 3,9
III/C2 350 154 4 0 3
III/C3 350 154 0 2,5 3,2
III/C4 350 154 5 0 3,5
63
Grafik 6.1
Penambahan Additive Vs Free Water @ 2 Hours
4
Free Water, ml
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Berat additive, gr
6.6. Pembahasan
Pada percobaan free water ini kita menggunakan contoh perhitungan
350 gram semen, 154 ml air dan 3,6 gram barite. Setelah 30 menit free
water diamati dengan membaca kandungan air dari skala gelas ukur.
Diperoleh free water sebanyak 2,8 ml pada barite dalam waktu 30 menit.
Dari grafik penambahan bentonite vs free water menunjukkan adanya
fluktuasi. Dimana pada awal grafik meningkat, kemudian menurun. Secara
teoritis, bentonite berfungsi sebagai penghisap/pengabsorb air, sehingga
kadar free water akan berkurang bila bentonite yang ditambahkan semakin
banyak. Namun bila free water terlalu sedikit, menyebabkan semen
memiliki friksi yang besar terhadap lubang bor, akibatnya formasi bisa
retak atau pecah. Jumlah air yang terlalu sedikit akan menyulitkan
pemompaan, sedangkan bila terlalu banyak akan menurunkan kekuatan
semen karena naiknya permeabilitas semen. Jadi kadar air yang terdapat
dalam suspensi semen harus berada antara kadar minimum dan kadar
maksimum.
64
6.7. Kesimpulan
1. Harga free water tidak boleh lebih besar dari kadar maksimum karena
dapat mengakibatkan semen yang kurang baik untuk menyekat lubang
dari fluida formasi. Dan harga free water tidak boleh lebih kecil dari
kadar minimum karena akan berpengaruh pada ikatan semen.
2. Free water adalah air bebas yang terlepas dari suspensi semen,
sedangkan free water level adalah zona dimana hanya terdapat air
saja, tidak ada lagi minyak yang bercampur didalamnya.
3. WCR adalah perbandingan air yang dicampur dengan bubuk semen
pada saat suspensi akan dibuat.
4. Didapatkan free water pada percobaan yang di tambahkan additive
barite 2,8 ml.
5. Apabila free water lebih dari batas maksimum maka akan terjadi
ekspansi pada suspensi semen yang memperbesar pori-pori semen
sehingga mengakibatkan nilai permeabilitas semen besar pula.
65
BAB VII
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit ,ml
Ft = filtrat pada t menit , ml
t = waktu pengukuran
berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. sedangkan pada squeeze
cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 55 – 65 cc selama 30
menit. Jadi dapat disimpulkan bila formasi yang akan di lalui oleh
bubur semen merupakan formasi yang porous dan permeable, maka perlu
penambahan additive yang sesuai sebalum bubursemen dipompakan, atau
dengan kata lain sebelum dilakukan penyemena.
Untuk mengontrol besar kecilnya filtration loss dapat digunakan :
1. Fluid Loss Control Agents.
Yaitu additif-additif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa
liquid semen ke dalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan
dalam suspensi semen. Additive – additive yang termasuk kedalam
fluid loss control agents diantaranya polymer, CMHEC, dan latex.
2. Lost Circulation Control Agents.
Yaitu additive yang berguna mengontrol hilangnya suspensi semen
ke dalam formasi yang lemah atau bergua. Biasanya Material loss
circulation yang dipakai pada pemboran digunakan pula dalam
suspensi semen. Additive yang termasuk dalam lost circulation control
agents diantaranya gilsonite, cellophane flakes, gipsum, bentonite, dan
nut shells.
7.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
68
3. Kerosine
4. Air
dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit ,ml
Ft = filtrat pada t menit , ml
t = waktu pengukuran
5. Hentikan penekanan udara atau gas N2, buang tekanan udara dalam
silinder dan sisa suspense semen yang di dalam silinder tuangkan
kembali ke dalam breaker.
Tabel 7.1
Hasil Pengujian Filtration Loss
Mud
Wsemen Vair Wbarite WNaCl W F10 F30
Plug/Kel Cake
(gr) (ml) (gr) (gr) bentonite (ml) (ml)
(mm)
I/A1 350 154 1,9 35,8 64,18 0,02
I/A2 350 154 3 41,8 75,09 0,30
I/A3 350 154 2,5 32,4 58,17 0,80
I/A4 350 154 2,5 18,5 34,00 1,00
II/B1 350 154 3,5 34,8 62,52 0,30
II/B2 350 154 2,5 33,2 59,60 0,20
II/B3 350 154 2 35,8 64,08 0,15
II/B4 350 154 2 17,0 30,52 0,22
III/C1 350 154 2,4 31,0 55,69 0,18
III/C2 350 154 2,1 36,0 64,62 0,10
III/C3 350 154 3 44,8 86,20 0,15
III/C4 350 154 1,8 39,5 70,96 0,10
Grafik 7.1
Grrafik Penambahan Additive Vs Filtration Loss @ 3n perhitungan
100
80
F(30), ML
60
40
20
0
1.3 1.8 2.3 2.8 3.3 3.8
BERAT ADDITIVE, GR
73
7.6. Pembahasan
Pada percobaan ini menggunakan komposisi semen 350 gr, air 154 ml,
dan pada contoh perhitungan pada additif Nacl 2,5 gram. didapat nilai FL
sebesar 32,34 ml dalam waktu percobaan selama 10 menit.dengan
menggunakan rumus dapat diperoleh harga filtration loss sebesar 32,31 ml
dalam waktu 30 menit.
Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen
ke dalam formasi permeable yang dilaluinya. Cairan yang hilang ini
disebut filtrat dimana jumlah filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak
karena akan menyebabkan suspensi semen akan kekurangan air. Peristiwa
ini disebut flash set. Bila suspensi semen ini mengalami flash set maka
akan menyebabkan friksi di annulus dan juga dapat mengakibatkan
pecahnya formasi. Nacl befpungsi untuk mempecepat proses pengerasan
suspensi semen(accelerator).
7.7. Kesimpulan
1. Akibat filtration loss pada semen adalah pengerasan semen kurang
kompak karena kurang air sehingga semen terlalu kental.
2. Salah satu fungsi dari cementing adalah mencegah filtration loss agar
tidak ada filtrat yang hilang ke formasi.
3. Penambahan Nacl berfungsi sebagai accelerator.
4. Dari data contoh percobaan filtration loss ,filtrate yang di peroleh
selama 10 menit adalah 32,41 ml.
5. Dari data contoh percobaan pada perhitunga filtration loss ,filtrate
yang di peroleh selama 30 menit adalah 32,31 ml
74
BAB VIII
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH
lama waktu 24 jam terhadap compressive strength dapat dilihat pada grafik
8.2.1
Grafik 8.2.1.Compressive Strength Terhadap Tekanan5
8.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
4. Air
78
Dimana :
CS = Compressive Strength semen, psi
P = Pembebanan maksimum, psi
A1 = Luas penampang block bearing dari hydraulic mortar, in2
A2 = Luas permukaan sampel semen, in2
K = Konstanta koreksi, funsi dari perbandingan tinggi (t) terhadap
diameter (D)
Tabel 8.1
Perbandingan t / D terhadap koefisien faktor
= 0,50
4,75
- t/d = 3,8
= 507.720 psia
Tabel 8.2
Hasil Pengujian Compressive Strength
Wsemen Vair Wbarite Wbentonite Pmax Compressive
Plug/Kel
(gr) (ml) (gr) (gr) (psia) Strength (psi)
I/A1 350 161,5 3,5 56 1786,67
I/A2 350 180,5 3 54,5 3400,26
I/A3 350 183,5 2,3 53 507,72
I/A4 350 181,5 2 51 36,99
II/B1 350 161,7 3,5 54,5 1628,00
II/B2 350 174,5 2,5 61 1122,22
II/B3 350 176 1,8 53 2037,65
II/B4 350 182 2 52 1375,56
III/C1 350 162,6 2,2 47,5 2568,37
III/C2 350 184,3 2 56 1571,00
III/C3 350 165,5 2,8 48,5 1040,68
III/C4 350 175 1,8 49 1131,28
82
Grafik 8.1
Grafik Penambahan Additive Vs Compressive Strength
3000
2000
1000
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4
Berat additive, gr
Barite Bentonite
8.6. Pembahasan
Pengujian compressive strength merupakan pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan yang
berasal dari formasi maupun dari casing atau dapat disebut menahan
tekanan dalam arah horizontal.
Dari hasil percobaan dapat lihat bahwa setiap penambahan additive
Bentonite , nilai compressive strength menurun secara signifikan dan
cukup drastis, sedangkan pada penambahan NaCl, perubahan compressive
strength lebih stabil tetapi juga menurun, hal ini disebabkan pada
penambahan bentonite, nilai compressive strength yang dihasilkan
mempunyai selisih yang cukup besar, sedangkan pada penambahan NaCl
nilai compressive strength yang dihasilkan mempunyai selisih yang tidak
terlalu besar.
Dari hasil contoh percobaan dapat dilihat bahwa setiap penambahan
additive bentonite, nilai comperesive strength menurun secara signifikan
dan cukup drastis . dari hasil percobaan diketahui pada semen dasar harga
comperesive strength adalah 507,720 psia.yang berarti seuspensi semen
tersebut dapat menahan tekanan sebesar 507,720 psia.
83
8.7. Kesimpulan
1. Rumus yang digunakan untuk menghitung compressive strength
adalah K x P x ( A1 / A2)
2. Penambahan additif bentonite dan NaCl akan memperkecil
compressive strength, namun dengan menggunakan penambahan yang
sama. harga CS lebih besar dengan bentonite dibanding NaCl.
Apabila luas permukaan sampel kecil makan CS semakin besar
begitupun sebaliknya. Penambahan additif bentonite berbanding
terbalik terhadap compressive strength.
3. Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun beban
casing, tekanan tersebut berarah horizontal.
4. Nilai compressive strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan
semen untuk melindungi casing di zona formasi.
5. Dari hasil percobaan didapatkan hasil kompresive strength adalah
507,720 psia.
84
BAB IX
PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH
9.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
4. Air
Dimana :
SBS = Shear bond strength, psi
A1 = Luas Bearing Block Hydraulik Mortar, in2
D = Diameter dalam casing sample (semen), in
h = Tinggi sample semen,in
p = Pembebanan maksimum, psi
k = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi
(t) terhadap diameter (D)
89
Tabel 9.1
Perbandingan t / D terhadap koefisien faktor
Perhitungan
- Mencari A = Πr2
= 3,14 x (3,35)
= 35,23
- Mencari k dari t/d = 1,35/0,77
= 1,75
Jadi nilai K adalah 0,98
90
𝐴1
- Menghitung SBS = K x P x (𝛱𝐷ℎ)
35,23
= 0,98 x 51 x (3,12𝑥 0,77𝑥1,67)
= 436,085 psia
Tabel 9.2
Hasil Pengujian Shear Bond Stremgth
Grafik 9.1
Grafik Penambahan Additive Vs Shear Bond Strength
400
300
200
100
0
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Berat additive, gr
Bentonite Barite
9.6. Pembahasan
Percobaan ini dimulai dengan membersihkan permukaan sampel dan
permukaan mold dari tetesan air dan pasir atau gerusan butiran semen
agar tidak menempel pada bearing block mesin penguji, kemudian
meletakkan mold silinder yang berisi sampel semen pada holder
silinder penyangga yang didudukkan pada bearing block hy draulic
bagian bawah dimana posisi sampel harus berdiri vertical.
Shear Bond strength merupakan kemampuan semen menahan tekanan
secara vertical yang digunakan untuk menahan tekanan karena berat casing
dalam pengujiannya semen bubur semen yang digunakan ditambah dengan
additive bentonite dan barite. Strength pada semen terbagi dua yaitu
compressive strength dan shear bond strength. Compressive strength
adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan yang berasal dari arah
horizontal. Sedangkan shear bond srength adalah kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan dari arah vertikal.
Semen yang baik adalah semen yang mempunyai harga shear bond
strength tinggi karena semen mempunyai kekuatan untuk mampu menahan
tekanan-tekanan yang berasal dari berat casing yang ditimbulkan atau
tekanan – tekanan dalam arah yang vertikal. Dari hasil percobaan dapat
92
9.7. Kesimpulan
1. Penambahan bentonite dan NaCl akan memperkecil SBS, namun
dengan penambahan yang sama, harga SBS lebih besar jika ditambah
NaCl disbanding bentonite.
2. Shear bond strength didefinisikan sebagai kekuatan semen untuk
menahan tekanan berat casing sevara vertical.
3. Apabila diameter dalam casing semakin besar maka nilai SBS semakin
kecil danbegitupun sebaliknya.
4. Pengukuran SBS dapat diketahui dengan melihat harga tekanan saat
terjadi peretakan (pecah)
5. Berdasarkan hasil pengukuran suatu sampel suspense semen diatas,
diperoleh nilai SBS sebesar 436,085 Psi.
93
BAB X
PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN
𝟐𝟑, 𝟐 𝒙 √𝝓𝟑 𝒙 √𝒕
𝑶𝒑𝒔 =
𝝆𝒔 𝒙 ( 𝟏 − 𝝓 ) 𝒙 √𝝁
Dimana :
= Porositas semen
t = Waktu pengukuran dengan Blaine Permeameter
s = Densitas semen
= Viscositas udara
10.3.2. Bahan
1. Semen
Ops 23.2 x 3 x t / s x1 x
- t = 37 detik
Perhitungan
Dari data – data hasil percobaan di atas, dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut :
1. Penentuan Densitas Bubuk Semen
a. Berat Pignometer = 41 gram (W1)
b. Berat Pignometer + fluida (toluene) = 83 gram (W2)
c. Densitas fluida (ρf)
W2 − W1 (80 − 41)gr gr
ρf = = = 0,78 ⁄ml
vol. pignometer 50 ml
d. Berat Pignometer + Semen = 73,65 gram (W3)
e. Berat Semen = W3 - W1 = (73,65 - 41) gram = 32,65 gram (W4)
f. Berat Pignometer + Semen + Fluida = 108,3 gram (W5)
g. Densitas Semen (ρsemen )
(𝑊4 𝑥𝜌𝑓 ) (32,65 𝑥 0,78)
𝜌𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 = (𝑊 +𝑊 −𝑊 )
= (80+32,65−106,3 ) = 3,75 𝑔𝑟/𝑐𝑐
2 4 𝑠
√μ = 0,01352
d. √μ = 0,01352 → ∅ = 0,354 (dari Tabel)
e. Waktu pengukuran dengan blaine permeameter = 37 detik
f. t = 37 detik → √t = 6,0827
g. Menentukan OSP
3⁄
(23,2 𝑥 ∅ 2𝑥 √𝑡)
𝑂𝑆𝑃 =
(𝜌𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 [1 − ∅]𝑥√𝜇)
3
[23,2 𝑥 (0,345) ⁄2 𝑥(37)]
=
[3,75 𝑥 (1 − 0,354)𝑥 (0,01352)]
29,64
=
0,28
98
2
= 105,86 𝑐𝑚 ⁄𝑔𝑟
Tabel 10.1. Tabulasi Hasil Pengukuran Densitas dan OSP Semua Kelompok
W1 W2 W3 W4 W5 ρf ρs OSP
Plug/Kel
(gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr/cc) (gr/cc) (cm2/gr)
I/A1 41 82 74,20 33,20 100,3 0,82 1,92 1862,70
I/A2 41 74 77,32 36,32 101,3 0,66 2,61 1284,20
I/A3 41 83 73,60 32,60 108,3 0,84 3,75 907,40
I/A4 41 80 73,65 32,65 106,3 0,78 4,01 849,23
II/B1 41 78 108,30 31,50 108,3 0,84 5,05 661,81
II/B2 41 80 74,01 33,01 108,3 0,78 5,46 632,34
II/B3 41 77 73,90 32,90 106,3 0,72 6,58 521,21
II/B4 41 62 76,10 35,10 95,3 0,42 8,19 415,50
III/C1 41 69 77,93 36,93 104,0 0,56 10,71 318,50
III/C2 41 75 73,30 32,30 105,3 0,68 10,98 309,84
III/C3 41 75 74,50 33,50 107,5 0,68 18,90 179,27
III/C4 41 66 78,07 37,07 102,3 0,50 24,07 141,36
Grafik 10.1
Grafik Viscositas Vs Temperature
1200
1000
800
600
400
200
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
Densitas Semen, gr/cc
99
10.6. Pembahasan
Pengujian luas permukaan dilakukan untuk mengetahui besarnya
luas permukaan semen, hal pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan
densitas bubuk semen dan kemudian menentukan luas permukaan butir semen.
Semakin luas permukaan butir semen maka semakin kecil ukuran partikel semen
tersebut. Semakin kecil ukuran partikel semen maka semakin padat semen
tersebut dan juga semakin kompak ikatannya. Semakin kompak ikatan semen
berarti semakin besar pula kemampuan semen dalam menahan tekanan –
tekanan yang diberikan padanya. Hal pertama yang harus dilakukan pada
pengujian ini yaitu ditentukan dahulu densitas bubuk semen dan kemudian
setelah itu baru ditentukan luas permukaan butir semen.
Pengujian luas permukaan butir padatan dilakukan karena suatu
padatan mempunyai densitas yang lebih besar daripada liquid sehingga
mengakibatkan adanya perbedaan sifat fisik setelah ditambahkan dengan liquid
dimana salah satu sifat fisik padatan adalah ukuran butiran, semakin halus ukuran
butiran maka semakin luas permukaan butiran sehingga pertukaran ionnya
semakin tinggi sedangkan apabila suatu butiran mempunyai ukuran butiran yang
kasar maka semakin sempit luas permukaan sehingga mempunyai pertukaran
ionnya semakin rendah. Dari hasil percobaan, diuperoleeh nilai densitas bubuk
semen sebesar 4,01 gr/cc. Berdasarkan teori, diketahui bahwa semakin besar
densitas semen maka luas permukaan semen akan semakin kecil sehingga
kekuatan ikat semen semakin buruk. Oleh karena itu, untuk menghasilkan
kekuatan ikat semen yaang lebih baik, maka densitas semen harus kecil. Untuk
menurunkan densitas semen, dapat dilakukan dengan menambahkan zat – zat
kimia silikat jenis extender dan bahan – bahan yang dapat memperbesar volume
semen, seperti Pozzolan. Akan tetapi, penurunan densitas perlu dipertimbangkan
secara tepat dan disesuaikan dengan tekanan formasi untuk memperoleh hasil
yang diharapkan.
Setelah menentukan densitas bubuk semen, langkah selanjutnya
yaitu menentukan luas permukaan bubuk semen (OSP). Untuk menentukan luas
permukaan bubuk semen diperlukan data temperatur, viskositas, porositas dan
100
10.7. Kesimpulan
1. Densitas semen diperoleh sebesar 4,01 gr/cc
2. Luas permukaan butiran semen (OSP) diperoleh sebesar 849,23
cm2/gr.
3. Semakin besar densitas semen maka luas permukaan butiran semen
semakin kecil.
101
BAB XI
PEMBAHASAN UMUM
Nilai densitas yang diperoleh tergolong cukup tinggi. Oleh karena itu, suspensi
semen ini dapat digunakan bila tekanan formasi cukup besar. Adapun
penambahan additive yaitu bentonite pada percobaan kali ini yaitu berdasarkan
teori, bentonite bertindak sebagai extender (additive yang digunakan untuk
mengurangi densitas dari suspensi semen).
Dalam praktikum yang berjudul “Pengujian Rheologi Suspensi Semen”
dilakukan perhitungan hidrolika operasi penyemenan serta menentukan harga
Plastic Viscosity dan Yield Point semen pemboran. Dalam operasi penyemenan,
besar – kecilnya viskositas harus diperhatikan karena viskositas berhungan
langsung dengan kemampuan alir suspensi semen. Besar – kecilnya harga
viskositas ini berhubungan dengan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat -sifat
aliran suspensi semen, yang berkaitan pula dengan operasi penyemenan itu
sendiri. Besar – kecilnya viskositas dalam operasi penyemenan dapat diatur
dengan menambahkan zat additive. Dalam percobaan ini digunakan additive
berupa CMC.
Hasil pengadukan suspensi semen tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
bejana pada alat Fann VG Meter, sehingga didapat nilai C600 dan C 300. Dari hasil
percobaan, dapat dibaca skala dial reading pada 600 rpm (C600) yaitu sebesar 140ᵒ
dan skala dial reading pada 300 rpm (C300) yaitu sebesar 90ᵒ. Setelah dilakukan
perhitungan, diperoleh nilai Plastic Viscosity (μp) sebesar 50 cp (dari pengurangan
antara C600 dan C300). Adapun nilai Yield Point – nya (Yb) sebesar 40 lb/100ft2
(dari pengurangan antara C300 dan μp). Harga Plastic Viscosity (μp) dan Yield
Point (Yb) biasanya berbeda – beda karena penambahan berat zat additive yang
berbeda – beda pula. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa viskositas
berpengaruh pula terhadap thickening time dari suspensi semen.
Aplikasi di lapangan untuk pengujian rheologi semen ini adalah untuk
menghitung hidrolika operasi penyemenan yang sangat menentukan dalam operasi
pemboran. Dalam hal ini, rheologi semen berhubungan dengan perkiraan
kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat–sifat aliran dalam penyemenan. Untuk
memperoleh keberhasilan dalam penyemenan, harus disesuaikan dengan keadaan
formasi.
104
ratio (WCR) yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebesar 44% (termasuk
semen Portland kelas G). Selanjutnya, dapat dihitung nilai berat air yang dapat
ditambahkan untuk dapat membuat suspensi semen yaitu dengan mengalikan
berat semen dengan water cement ratio (WCR) sehingga diperoleh nilai berat
airnya sebesar 154 gram. Supaya berat tersebut menjadi volume maka harus
dibagi dengan densitas air sebesar 1 gr/cc sehingga volume air yang harus
ditambahkan untuk membuat suspensi semen sebesar 154 cc. Adapun additive
.yang ditambahkan dalam suspensi semen ini yaitu bentonite sebesar 3,3 gram.
Setelah komposisi suspensi semen dan additive terukur (350 gram semen,
154 mL air dan 3,3 gram additive bentonite), selanjutnya dicampur menggunakan
mixing container. Langkah selanjutnya yaitu dengan memasukkan campuran
suspensi dan additive ke dalam gelas ukur sampai volume 250 mL, kemudiab
didiankan selama 45 menit (seharusnya didiamkan selama 2 jam, tetapi karena
waktu tidak mencukupi jadi hanya didiamkan selama 45 menit saja). Dari hasil
percobaan, diperoleh nilai kandungan free water sebesar 2,5 mL. Harga ini
menunjukkan kandungan free water masih normal karena kurang dari 3,5 mL.
Pada dasarnya penambahan additive akan menyebabkan volume suspensi
semen bertambah besar dan permeabilitasnya naik karena zat additive bersifat
mengikat air. Untuk mencegahnya maka jumlah zat additive yang ditambahkan
haruslah tepat. Sedang penambahan air ke dalam suspensi dapat menyebabkan
pori – pori dan permeabilitas semen besar bila jumlah kadar air melebihi kadar
maksimumnya yaitu 3,5 mL.
Percobaan kali ini digunakan komposisi semen sebesar 350 gr dan barite
sebesar 2,5 gram. Untuk membuat suspensi semen, diperlukan perbandingan yang
tepat dalam menentukan jumlah air dan bubuk semen. Adapun nilai water cement
ratio (WCR) yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebesar 44% (termasuk
semen Portland kelas G). Selanjutnya, dapat dihitung nilai berat air yang dapat
ditambahkan untuk dapat membuat suspensi semen yaitu dengan mengalikan
berat semen dengan water cement ratio (WCR) sehingga diperoleh nilai berat
airnya sebesar 154 gram. Supaya berat tersebut menjadi volume maka harus
106
dibagi dengan densitas air sebesar 1 gr/cc sehingga volume air yang harus
ditambahkan untuk membuat suspensi semen sebesar 154 cc.
Setelah komposisi suspensi semen dan additive terukur (350 gram semen,
154 mL air dan 2,5 gram additive barite), selanjutnya dicampur menggunakan
mixing container. Langkah selanjutnya yaitu dengan memasukkan campuran
suspensi semen dan additive ke dalam filter press untuk diukur volume filtratnya
dalam selang waktu tertentu. Dalam percobaan ini, volume filtrat diukur pada
menit ke – 2; 4; 6; 8 dan 10. Berdasarkan hasil percobaan pada menit ke – 2,
volume filtratnya yaitu 2 mL. Pada menit ke – 4, volume filtratnya yaitu 5 mL.
Pada menit ke – 6, volume filtratnya yaitu 4,5 mL. Pada menit ke – 8, volume
filtratnya yaitu 6 mL. pada menit ke – 10, volume filtratnya yaitu 1 mL. Volume
filtrat yang diperoleh pada 10 menit yaitu totalnya 19 mL berguna untuk
menghitung nilai filtration loss pada 30 menit. Nilai 30 menit ini sudah menjadi
tetapan baik dalam primary cementing maupun squeeze cementing. Hal ini
dikarenakan batasan nilai filtration loss yang diijinkan pada primary cementing
yaitu sebesar 150 – 250 cc sedangkan pada squeeze cementing sebesar 55 – 65 cc
dimana nilai filtration loss tersebut ditetapkan selama 30 menit.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai filtration loss sebesar 34 mL.
Nilai filtration loss yang terukur semakin kecil karena hal ini berhubungan dengan
additive yang digunakan yaitu barite. Secara teoritis, barite berfungsi sebagai
penghisap (pengabsorb) air, sehingga filtration loss akan berkurang bila barite
yang ditambahkan semakin banyak. Nilai filtration loss pada 30 menit yaitu 97,94
mL merupajab nilai yang diijinkan apabila filtration loss ini terjadi pada primary
cementing. Hal ini dikarenakan pada primary cementing, besarnya filtration loss
yang diijinkan adalah sekitar 150 cc – 250 cc yang diukur selama 30 menit dengan
menggunakan saringan berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. Namun,
apabila filtration loss sebesar 34 mL ini terjadi pada squeeze cementing, filtration
loss yang diijinkan sekitar 55 – 65 cc selama 30 menit.
Pengujian compressive strength merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari
formasi maupun dari casing atau dapat disebut menahan tekanan dalam arah
107
horizontal. Hal ini tentu berbeda dengan shear strength karena shear strength
dilakukan untuk mengetahui kekuatan semen dalam menahan berat casing atau
dapat disebut menahan tekanan dalam arah vertikal. Percobaan pengujian
comppresive strength bertujuan untuk menentukan besarnya compressive strength
semen, efek dari penambahan additive terhadap semen serta cara kerja alat
hydraulic press.
Dari hasil percobaan diketahui pada semen dasar harga compressive
strength-nya adalah 36,99 psi yang berarti semen tersebut mempunyai
kemampuan untuk menahan tekanan sebesar 36,99 psi yang berasal dari selisih
tekanan formasi dengan tekanan yang berasal dari casing. Apabila kekuatannya
lebih dari itu, maka semen akan pecah. Untuk mengatasi hal ini, maka
compressive strength harus diperbesar caranya dengan menambahkan additive
yang dapat memperbesar nilai densitas, contohnya yaitu barite. Aplikasi
lapangannya yaitu kita dapat mengetahui besarnya strength dari suspensi semen
yang telah mengeras dikarenakan paparan suhu (BHST) yang sangat tinggi
sebagai kemampuan semen untuk dapat menyangga casing (selubung) dan
menyekat cairan antara formasi yang berlainan serta mengisolasi batuan.
menyebabkan perubahan harga shear bon strength tergantung dari additive yang
ditambahkan. Semen yang baik adalah semen yang mempunyai harga shear bond
strength yang tinggi karena semen tersebut mempunyai kekuatan untuk mampu
menahan tekanan yang berasal dari berat casing yang ditimbulkan ataupun
tekanan – tekanan lainnya dari arah vertical. Aplikasi lapangan dari percobaan ini
adalah untuk mengetahui besarnya shear bond strength dari suspensi semen
sebagai kemampuan semen untuk dapat menahan dari berat casing yang
ditimbulkan ataupun tekanan formasi lainnya dari arah vertical.
permukaan bubuk semen maka padatan tersebut mempunyai ukuran butiran yang
relatif halus dimana semakin halus ukuran butiran yang dihasilkan maka semakin
besar kekuatan dari semen tersebut sehingga dapat disimpulkan sampel semen
tersebut memiliki ukuran butiran yang cukup halus dan memiliki kekuatan yang
cukup baik.
110
BAB XII
KESIMPULAN UMUM
11. Kandungan free water diperoleh sebesar 2,5 mL. Harga ini
menunjukkan kandungan free water masih normal (karena di bawah
3,5 mL kadarnya).
12. Berdasarkan teori, penambahan additive bentonite akan menurunkan
kandungan free water dalam suspensi semen.
13. Jika kadar air yang ditambahkan lebih kecil dari kadar minimum,
akan menyebabkan friksi di annulus dan jika kadar air yang
ditambahkan lebih besar dari kadar maksimum, akan menyebabkan
terjadinya pori – pori dalam semen sehingga permeabilitasnya tinggi
atau naik.
14. Kadar air dalam suspensi semen harus berada di antara kadar
minimum dan kadar maksimum.
23. Secara teoritis, additive yang digunakan dalam percobaan kali ini
yaitu barite dapat digunakan untuk meningkatkan Shear Bond
Strength.
24. Semen yang baik adalah semen yang mempunyai harga shear bond
strength yang tinggi.
25. Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
besarnya shear bond strength dari suspensi semen sebagai
kemampuan semen untuk dapat menahan dari berat casing yang
ditimbulkan ataupun tekanan formasi lainnya dari arah vertical.
26. Densitas semen diperoleh sebesar 4,01 gr/cc
27. Luas permukaan butiran semen (OSP) diperoleh sebesar 849,23
cm2/gr.
28. Semakin besar densitas semen maka luas permukaan butiran semen
semakin kecil.
29. Semakin besar atau semakin luas permukaan bubuk semen (ukuran
butiran kecil), maka semakin kuat suspensi semen dalam menahan
tekanan, baik yang disebabkan oleh casing maupun yang diakibatkan
oleh t
113
DAFTAR PUSTAKA
1. Bida, Irwan Sulu. 2016. “Laporan Resmi Praktikum Analisa Semen
Pemboran”. Yogyakarta : Universitas Proklamasi 45.
LAMPIRAN I
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN
&
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN
115
LAMPIRAN II
PENGUJIAN RHEOLOGY SUSPENSI SEMEN
116
LAMPIRAN III
PENGUJIAN THICKENING TIME
117
LAMPIRAN IV
PENGUJIAN FREE WATER
118
LAMPIRAN V
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
119
LAMPIRAN VI
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH
120
LAMPIRAN VII
PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH
121
LAMPIRAN VIII
PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN