Anda di halaman 1dari 47

BAB 1

PENDAHULUAN

Salah satu pekerjaan utama dalam pemboran sumur adalah pekerjaan


casing dan cementing. Casing adalah pipa besi yang dipasang dalam well oil atau
gas pada saat drilling (pemboran). Fungsi casing adalah untuk mencegah
terjadinya kebocoran dan keruntuhan dinding sumur drilling. Pada saat well
(sumur) telah berproduksi, casing dapat juga berfungsi sebagai alat menaikkan
(ekstract) oil atau gas. Penyemenan (cementing) adalah suatu egiatan pengikisan
sejumlah suspensi (padatan+fluida cair) semen kedalam casing, kemudian
memlaui sela atau gap pada bagian casing shoe mengalir naik ke annulus antara
casing dan dinding formasi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kondisi sumur adalah


sejauh mana kualitas semen yang digunakan. Untuk itulah perlu dilakukan studi
laboraturium untuk mengatahui komposisi dan sifat fisik semen. Diharapkan
dengan kualitas semen yang baik konstruksi sumur dapat dipertahankan lebih dari
20 tahun.

Standar minimum yang harus dimiliki dari perencanaan sifat-sifat semen


didasarkan pada Brookhaven national laboratory dan API Spec 10 “specification
for material and testing for well cementing”.

Secara garis besar percobaan laboraturium analisa semen pemboran dapat


dibagi dalam beberapa kelompok kecil, yaitu:

 Pembuatan suspensi semen dan cetatakan sampel ;


 Uji rheologi suspensi semen ;
 Uji sifat-sifat suspensi semen ;
 Uji sifat-sifat fisik batuan.
Uji sifat-sifat fisik batuan semen pemboran sedikit berbeda dengan uji yang
yang lainnya, karena sifat semen yang terjadi merupakan fungsi waktu. Dengan
demikian sifat-sifat tersebut akan berbeda tergantung dari waktu
pengkondisiannya baik terhadap temperatur ataupun waktunya.

Penyemenan atau cementing adalah suatu proses pendorongan bubur semen


kedalam lubung sumur melalui casing menuju annulus casing-formasi dan
dibiarkan untuk beberapa saat hingga mengering dan mengeras sehingga dapat
meletakkan casing dengan formasi. Bubur semen yang mengeras akan melindungi
casing fluida yang bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang satu dengan
zona yang lain dibelakang casing.

Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk

 Melekatkan casing pada dinding lubang sumur.


 Melindungi casing dari masalah-masalah makanis sewaktu operasi
pemboran (seperti getaran).
 Melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi.
 Memisahkan zona yang satu terhadap zona lainnya dibelakang casing.
Menurut alasan dan tujuan melakukan proses penyemenan dapat dibagi
menjadi dua yaitu:

1) Primary cementing (penyemenan utama)


Adalah penyemenan yang pertama kali dilakukan setalah casing
diturunkan kedakam sumur.

Fungsi primary cementing adalah sebagai berikut:

 Melekatkan casing dengan formasi.


 Melindungi casing daro korosi.
 Mencegah hubungan formasi-formasi dibelakang casing.
 Melindungi casing dari tekanan formasi.
 Menutup zona-zona atau formasi-formasi yang membahayakan operasi
pemboran selanjutnya.
Pada primay cementing, penyemenan casing pada dinding lubang sumur
dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen, yaitu:

 Penyemenan conductor casing bertujuan untuk mencegah terjadinya


kontaminasi fluida pemboran (lumpur pemboran) dengan formasi.
 Penyemenan surface casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar
tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat kedudukan surface
casing sebagai tempat dipasang alat BOP (Blow Out Preventer). Untuk
menahan beban casing yang terdapat dibawahnya dan untuk mencegah
aliran formasi yang akan melalaui surface casing.
 Penyemenan intermediate casing bertujuan untuk menutup tekanan
formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation.
 Penyemenan production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya
aliran antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan,
yang akan memasuk sumur selain itu juga dapat mengisolasi zona
produktif yang akan dipeoduksi fluida formasi dan juga dapat mencegah
terjadinya korosi pada casing yang disebabkan material-material korosif.

2) Secondary atau remedial cementing (penyemenan kedua atau penyemenan


perbaikan)
Adalah penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing
atau memperbaiki penyemenan yang rusak.
Fungsi secondary cementing adalh sebagai berikut:

 Memperbaiki primary cementing yang tidak baik atau tidak sempurna.


 Memperbaiki casing yang bocor.
 Menutup lubang perforasi yang salah.
 Menutup lubang terbuka yang tidak diinginkan.
 Sebagai ladasan bagi peralatan pembelokan lubang.
Setalah operasi khusus semen dilakukan, setelah Cement Bond Logging
(CBL) dan Variable Density Logging (VDL), kemudian didapati kurang
sempurnanya atau adanya kerusakan pada primary cementing maka akan
dilakukan secondary cementing, hal ini juga dapat dilakukan bila pemboran gagal
mendapatkan minyak dan menutup lagi zona produktif yang diperforasi.
Secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian antara lain:

a. Squeeze cementing
Squeeze cementing bertujuan:

 Merupakan water-oil ratio, water-gas ratio, atau gas-oil ratio.


 Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif.
 Menutup zona lost circulation.
 Memperbaiki kebocoran yang terjadi pada casing.
 Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan.
Operasi squeeze dilakukan selama operasi pemboran berlangsung,
komplesi atau pada saat workover.

b. Re-cementing
Re-cementing dilakukan untuk menyampurkan primary
cementingyang gagal dan untuk memperluas perlindungan casing diatas
top semen.

c. Plug-back cementing
Plug-back cementing dilakukan untuk:

 Menutup atau meninggalkan sumur.


 Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock,
yang disebabkan adanya perbedaan compressive strength
antara semen an formasi maka akan mengakibatkan bit
berubah arahnya.
 Menutup zona air dibawah zona minyak agar water-oil ratio
berkurang pada open hole completion.
Macam-macam teknik penyemenan

1. Penkins System
Penkins system sering juga disebut dengan penyemenan sistem
plug atau penyemenan sistem sumbat, karenan didalam penyemenan ini
menggunakan plug. Terdapat dua plug, yaitu bottom plug dan top plug.
Bottom plug memisahakan lumpur yang ada dalam casing dengan bubur
semen sedangkan top plug memisahkan bubur semen dengan lumpur
pendorong.

Peralatan yang digunakan pada penyemenan system perkins adalah


sebagai berikut:

a. Peralatan yang terletak dibawah permukaan adalah antara lain:


 Casing shoe
Casing shoe terletak diujung rangkaian casing. Fungsi dari
casing shoe adalah untuk menuntun casing diwaktu penurunannya
agar tidak tersangkut. Casing shoe yang berfungsi hanya sebagai
penuntun casing diwaktu penurunannya disebut guide shoe casing
yang diperlngkapi dengan klap penahan tekanan baik disebut
dengan float shoe.
 Shoe Track
Shoe Track adalah satu atau dua batang casing yang
ditempatkan diatas casing shoe. Shoe Track berfungsi untuk
menampung bubur semen yang terkontaminasi oleh lumpur
pendorong. Kalau bubur semen yang terkontaminasi oleh lumpur
pendorong masuk ke annulus maka ikatan semen di annukus tidak
baik.
 Casing Collar
Sambungan pendek yang dipasang diantara shoe track. Alat ini
berfungsi untuk menahan cementing plug setelah cementing.
 Scratcher
Scratcher berfungsi untuk mengikis mud cake. Bila mud cake
tidak terkikis maka ikatan semen dengan dinding lubang tidak baik,
ini kakan membentuk channeling pada semen. Scratcher terdiri dari
2 macam, yaitu:
a) Rotaring scratcher yang berfungsi untuk mengikis mud
cake dengan jalan memutar casing.
b) Reciprocating scratcher yang berfungsi untuk mengikis
mud cake dengan jalan menaik-turunkan rangkaian casing.
 Centralizer
Centralizer berfungsi membuat casing berada ditengah-
tengah lubang, jika casing tidak berada ditengah-tengah lubang
bor, maka semen tidak rata tebalnya disekeliling casingbahkan ada
annulus casing yang tidak tersemen, apabila hal ini terjadi maka
casing tidak ada yang menahan dari serangan cairan korosif.
Sehingga casing akan cepat bocor atau terbuat channeling dalam
semen.

b. Peralatan yang terletak diatas permukaan adalah antara lain:


 Cementing head
Cementing head adalah pralatan penyemenan yang dipasang
diujung casing teratas. Cementing head yang modern sekarang
adalah plug container dimana di dalam plug container bia dipasang
langsung bottom plug dan topplug, masing-masing plug akan
ditahan oleh pin penahan.
Selain dari itu jenis cementing head dilengkapi dengan 3
buah saluran yaitu:

1. Saluran Lumpur, saluran ini untuk sirkulasi lumpur untuk


membersihkan lubang bor.
2. Saluran bubur semen, saluran ini dipakai diwaktu
memompakan bubur semen ke dalam casing.
3. Saluran lumpur pendorong, saluran ini digunakan
mendorong sampai top plug terimpit dengabottom plug di
casing collar.
 Cementing line
 Cementing pump
Pompa semen bertugas mengisap bubur semen yang telah
dibuat dan memompakan bubur semen ke cementing head melalui
cementing line.
 Slurry pan
 Hopper dan mixer
Hopper adalah corong untuk memasukkan bubur semen dan
additive, air disalurkan dengan tekanan tinggi dari bagian belakang
mixer. Air dengan bubuk semen dan additive diaduk hingga rata
oleh mixer.
 Tangki Air
Proses pembuatan bubur semen dan memompakannya ke
bawah permukaan adalah seperti berikut. Bubuk semen
dimasukkan kedalam hopper, air dialirkan dengan tekanan tinggi
ke mixer. Mixer akan tercampur bubuk semen dengan air atau
additive membentuk bubur semen (slurry), slurry terdorong ke
slurry pan. Pompa semen akan mengisap bubur semen dan
memompakannya ke cementing head melalui cementing line.
Plug yang terdapat pada plug container mempunyai 3
saluran yaitu:
1. Saluran untuk sirkulasi lumpur.
2. Saluran bubur semen.
3. Saluran lumpur pendorong.

2. Poorboys System
Metode poorboys system ini disebut juga dengan penyemenan
sistem tubing atau tubing system. Dikatakan tubing system sering
digunakan untuk penyemenan casing berukuran 16 inc keatas. Alasan dari
penggunaan poorboys system adalah:

a. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk melakukan penyemenan
dengan poorboys system lebih singkat dibanding bila menyemen
dengan perkins system. Hubungan diameter casing besar waktu
untuk pendorongan akan lebih panjang.
b. Peralatan yang tersedia
Bila casing besar, top plug yang mempunyai ukuran yang
besar tidak ada dipasaran. Kalau dipesan pada pabrik tentu harus
segera khusus, sehingga hargnya mahal, dan bila ditinjau dari segi
biaya tidak ekonomis.

c. Bubur semen
Bila menggunakan perkins system, tentu untuk casing yang
besar akan mempunyai shoe track yang mempunyai volume yang
besar pula. Di dalam shoe track nantinya setelah selesai
penyemenan teris oleh semen, yang banyak sekali, dan semen yang
tertinggal di dalam shoe track akn terbuang saja. Tentu ini
merupakan kerugian dari bubuk semen, sehingga perkins system
juga tidak ekonomis untuk menyemen casing yang berdiameter
besar.
d. Lumpur pendorong
Lumpur pendorong ysng digunakan tentu akan banyak sekali
bila menggunakan penyemenan dengan sistem sumbat, volume
lumpur pendorong mulai dari permukaan sampai ke casing collar
adalah sangat besar volumenya untuk casing yang besar
diameternya.
e. Pompa lumpur pendorong
Pompa lumpur pendorong mungkin tidak ada sanggup
mendorong lumpur pemboran yang besar volumenya.
Proses kerjanya adalah sebagai berikut. Casing yang akan
disemen disambung ujungnya dengan duplex float shoe. Shoe ini
berfungsi menuntun casing agar tidak tersangkut dalam
penurunannya. Karena mempunyai float system, shoe dapat
menahan tekanan balik bubur semen dari annulus. Selain itu duplex
float shoe di lengkapi juga stinger socket. Pada bagian luar casing
dilengkapi dengan centralizer dan scratcher, yang bertugas agar
casing tetap berada di tengah lubang dan membersihkan mud cake.
Di annulus drill pipe dengan casing juga dipasang sebuah
centralizer agar pemasangan stinger dengan stinger socket bisa
tepat, tubing dan drill pipe digunakan sebagai saluran bubur semen
dan lumpur pendorong.

3. Penyemenan bertingkat
Penyemenan bertingkat lebih populer disebut dengan stage
cementing, penyemenan ini dilakukan secara bertingkat atau secara
bertahap. Tingkat pertama dilakukan untuk menyemen lagi casing bagian
bawah sepanjang kolam semen tertentu, kemudian dilanjutkan lagi untuk
menyemen lagi casing yang lebih atas. Penyemenan dengan cara ini bisa
dilakukan untuk menyemen seluruh annulus casing dari dsar lubang atau
tidak seluruhnya. Mungkin beberapa ribu feat dari dasar lubang, dan ada
beberapa ribu atau ratus feet dari permukaan, hal ini tergantung kepada
tujuan penyemenan itu dan kondisi dari formasi yang akan disemen.
Alasan-alasan dilakukannya penyemenan bertingkat sebagai berikut:
a. Tekanan rekah formasi
Bila formasi didasar lubang mempunyi tekanan rekahan yang
kecil tinggi kolam semen tidak dapat terlalu besar, sebab dasar
lubang tidak sanggup menahan tekanan yang besar kita tahu bahwa
berat jenis bubur semen adalah cukup besar dan akan menyebabkan
tekanan yang lebih besar, yang akan menghancurkanformasi dari
tekanan tersebut. Hal ini berlaku pula pada sumur dalam.
b. Menghemat pemakaian semen
Bagian dari lubang bor tidak perlu seluruhnya di semen,
bila formasi lubang cukup keras dan kompak, tidak perlu disemen.
Jadi dengan tidak seluruhnya disemen makan akan menghemat
semen.
c. Lost formation
Formasi yang sangat lemah yng mana merupakan yang
tidak tahan terhadap tekanan, tidak perlu disemen bila formasi
tersebut tidak menimbulkan bahaya yang lain cukup dsemen
bagian atas dan bawahnya saja.
Teknik penyemenan bertingkat ada beberapa cara, yaitu:

 Regular two stage cementing.


 Continuous tripping two stage cementing.
 Continuous two stage cementing.
Tidak terdapat banyk perbedaan anatra ketiga cara diatas, karena
secara teknis proses kerja dari ketiga cara diatas pada dasarnya sama.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pembuatan Suspensi Semen dan Cetakan Sampel

2.1.1 Dasar Teori


Pembuatan suspensi semen dimulai dengan persiapan
peralatan dan material semen, baik berupa semen Portland, air dan
additive. Adapun fungsi dari semen dalam operasi pemboran
minyak dan gas adalah sebagai berikut:

1. Melekatkan casing pada dinding lubang sumur.


2. Melindungi casing dari masalah-maalah mekanis suatu
operasi pemboran (seperti getaran).
3. Melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosif.
4. Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang ain
dibelakang casing.
Semen portland merupakan semen yang banyak digunakan
dalam industri perminyakan, karena semen ini termasuk semen
hidrolis dalam arti akan mengeras bila bertemu atau bercampur
dengan air:

Semen portland memiliki 4 komponen mineral utama,


yaitu:

1. Tricalcium silicate
Tricalcium silicate (3CaO.SiO2) dinotasikan
sebagai C3S, yang dihasilkan dari kombinasi CaO
dan SiO2. Komponn ini merupakan yang terbanyak
dalam semen portland, sekitar 40-45% untuk semen
yang lambat proses pengerasannya dan sekitar 60-
65% untuk semen yang cepat prose pengerasannya
(high-early strength cement). Komponen C3S pada
semen memberikan strength yang terbesar pada
awal pengerasan.

2. Dicalsium Silicate
Dicalsium silicate (2CaO.SiO2) dinotasikan
sebagai C2S, yang juga dihasilkan dari kombinasi
CaO dan SiO2. Komponen ini sangat penting dalam
memberikan final strength semen. Karena C2S ini
menghidrasinya lambat maka tidak berpengaruh
dalam setting time semen, akan tetapi sangat
menentukan dalam kekuatan semen lanjut. Kadar
C2S dalam semen tidak lebih dari 20%.

3. Tricalsium Aluminate
Tricalsium Aluminate (3CaO.A12O3)
dinotasikan sebagai C3A, yang terbentuk dari reaksi
antara CaO dengan A12O3. Walaupun kadarnya
lebih kecil dari komponen silikat (sekitar 15% untuk
high-early strength cement dan sekitar 3% untuk
semen yang tahan terhadap sufat), namun
berpengaruh pada rheologi suspensi semen dan
membantu proses pengerasan awal pada semen.

4. Tetracalcium Aluminoferrite
Tetracalcium Aluminoferrite
(12CaO.A12O3.Fe2O3) dinotasikan sebagai C4AF,
yang terbentuk dari reaksi CaO,A12O3, dan Fe2O3.
Komponen ini hanya sedikit pengaruhnya pada
strength semen. API menjelaskan bahwa kadar
C4AF ditambah dengan dua kali kadar C3A tidak
boleh dari 24% untuk smen yang tahan terhadap
kandungan sulfat yang tinggi. Penambahan oksida
besi yang berlebihan akan menaikkan kadar C4AF
dan menurunkan kadar C3A, dan berfungsi
menurunkan panas hasil reaksi / hidrasi C3S dan
C2S.
Selain komponen dasar, ada juga komponen tambahan
dalam pembuatan semen pemboran. Komponen tambahan semen
merupakan macam-macam additive yang digunakan dalam operasi
penyemenan untuk memperoleh sifat khusus atau kinerja yang
dibutuhkan. Additive yang umum digunakan untuk bahan
campuran pada suspensi semen / slurry antara lain :

a. retarder, digunakan untuk memperpanjang


thickening time, contohnya lignosulfonat,
senyawa-senyawa asam organik dan CMHEC.
b. Akselerator, digunakan untuk memperpendek
thikening time, contohnya calcium klorida,
sodium klorida, gipsum, sodium siliat dan air laut.
c. weighting agent, digunakan untuk menambah
densitas suspensi semen, contohnya hematite,
ilmenite, barite dan pasir.
d. Extender, digunakan untuk mengurangi densitas
suspensi semen, contohnya bentonite, attaulgite,
sodium silikat, pozzoland, perlite dan geozonite.
e. Dispersant, digunakan untuk menurunkan
viskositas suspensi semen, contohnya senyawa-
senyawa sulfonat.
f. Fluidlosst control agant, digunakan untuk
mengurangi filtrat (air bebas), contohnya polymer,
CMHEC dan latex.
g. lost circulstion control agent, digunakan untuk
mengurangi kehilangan suspensi semen
keformasi, contohnya geosonite, cellophane,
flakes, ghipsum, bentonite, dan nutshell.
h. special additiv, digunakan untuk untuk keperluan
khusus dalam menanggulangi kasus tertentu,
contohnya silika, mutkill, radio active,tracers,
vibers, antifroam agents.
Semen portland terbuat dari bahan-bahan mentah tertentu,
pemilihan bahan-bahan mentah tersebut sangat berpengaruh
terhadap komposisi bubuk semen yang diinginkan. Ada dua
macam bahan mentah yang dibutuhkan dalam menhasilkan semen
portland, yaitu:

1. material calcareous
material ini berisi kalsium karbonat dan kalsium
oksida yang terdiri dari limestone dan batuan
semen.

- Limestone adalah batuan terbentuk


dari sebagian besar zat-zat organik
sisa (seperti kerang laut atau karang )
yang terakumulasi. Limestone ini
merupakan komponen dasar dari
kalsium karbonat.
- Batuan semen adalah batuan yang
komposisinya berupa dengan semen
batuan

2. Material Argillaceous
Material ini berisi clay atau mineral clay
- Clay adalah bahan yang bersifat
plastis bila basah keras bila
dipanaskan. Terdiri dari sebagaian
besar aluminium silikat dan mineral
lainnya.
- Shale adalah batuan fosil yang
berbentuk dari gabungan clay,
lumpur dan salt (endapan lumpur).
- Slate adalah batu tulis adalah batuan
yang padat dan berbutir biak, yang
dihasilkan dari pemampatan clay,
shale, dan batuan lainnya.
- Ash adalah abu merupakan produk
pembakaran batu bara.
2.2. pengujian densitas suspensi semen

2.2.1 Dasar teori

Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai


perbandingan antara jumlah berat bubuk semen air dan additive
terhadap jumlah volume bubuk semen, air, dan addtive.
W s +W add + W air
ρ semen=
V s +V add +V air

Dimana:

Sgs : suspensi semen

Ws : berat bubuk semen

Wad : berat addtive

Wair: berat air

Vair : volume air

Vs : volumen bubuk semen

Vad : volume additive

Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap


tekanan hidrostatis suspensi semen didalam lubangnya sumur.bila
farmasi tidak sangup menahan tekanan suspensi semen maka akan
menyebabkan formasi pecah sehingga terjadi lost circulation.

Ada dua jenis additive yang berhubungan dengan control


density yaitu axtender dan weigthing agent. Extander adalah
additive yang digunakan dalam suspensi semen untuk mengurangi
densitas suspensi semen dsan juga berfungsi untuk menambah
yieldslurry. Extander yang berupa clay juga dapat berfungsi
mengurangi air bebas ( freewater). Dalam suspensi semen, selain
itu dapat juga berupa gas yang dilarutkan dalam suspensi semen
seperti nitrogen / udara yang hasilnya memberikan compresife
strength yang cukup.

Weighting agent adalah additive yang digunakan untuk


menanbah densitas suspensi semen berupa material dengan
densitas lebih berat dari densitas suspensi semen yang harus
memenuhi persyaratan ebagai berikut :

 Distribusi ukuran partikel dari material additive harus


cocok dengan ukuran partikel semen kadar air yang
terkandung dlam material additive tidak banyak.
 Material additive harus suka bereaksi dengan semen,
baik pada saat pencampuran maupun saat proses
hidrasi. Semen dan juga compactible dengan additive
lain yang mungkin dicampurkan dalam semen.
Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan
dalam operasi yang sudah primary cementing dan remedial
cementing, guna menghindari terjadinya frakture pada formasi
yang lemah. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan
hal-hal sebagai berikut :

- Menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat jenis extander.


- Menambahkan bahan –bahan yang dapat emperbesar
volume suspensi semen seperti pozzoland.
Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan
bila tekanan formasi cukup besar. Untuk memperoleh densitas dpat
ditambahkan material-material pemberat kedalam suspensi semen
seperi barite.

Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari :

1. Kelas A digunakan dari kedalaman 0 (permukaan)


sampai 6000 fit. Semen ini terdapat dalam tipe biasa
atau ordinary type saja.
2. kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 fit
dan tersedia dalam jenis yang tahan terhadap
kandungan sulfat menengah dan tinggi.
3. Kelas C digunakan dari kealaman 0 sampai 6000 ft
dan mempunyai sifat high-early strength (proses
pengereasannya cepat). Semen ini tersedia dalam
jenis moderate and high sulface resistant.
4. Kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft
sampai 12000 ft dan untuk kondisi sumur yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen
ini tersedia dalam jenis moderate dan high sulfate
resistant.
5. Kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft
sampai 14000 ft dan untuk kondisi sumur yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen
ini tersedia dalam jenis modeate and high sulfate
resistant.
6. Kelas F digunakan dari kedalaman 10000 sampai ft
sampai 16000 ft dan untuk kondisi sumur yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen
ini tersedia dalam jenis high sulfate resistant.
7. Kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft
dan merupakan semen dasar. Bila ditambahkan
retarder, semen ini dapat dipakai untuk sumur yang
dalam dan range temperatur yang cukup besar.
Semen ini tersedia dalam jenis moderate and high
sulfate resistant.
8. Kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft
dan merupakan pula semen dasar. Dengan
penambahan accelerator dan retarder, semen ini
dapat digunakan pada range kedalam dan
temperatur yang besar. Semen ini hanya tersedia
dalam jenis moderate sulfate resistant.
Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari
data berat dan volume tiap komponen yang ada dalam
suspensi semen, sedangkan dilapangan dengan
menggunakan alat “Pressurized Mud Balance”.

2.3 Pengujian Rheology Suspensi Semen

2.3.1 Dasar Teori

Pengujian Rheology Suspensi semen dilakukan untuk


menghitung hidrolika operasi penyemenan. Penggunanaan dari
hubungan yang tepat pada perkiraan kehilangan tekanan akibat
friksi dan sifat-sifat aliran, suspensi semen sangat bergantung dari
besaran pengukuran parameter rheology di laboraturium.

Terdapat dua tipe alat yang digunakan pada pengukuran


rheology suspensi semen, yaitu Capillary Pipe Rheometers dan
Coaxial Cylinder Ratational Viscometer. Yang sering digunakan
pada pengukuran rheology dilaboratorium adalah Ratational
Viscometer atau yang dikenal dengan Rheometer/Fann VG meter.

Berikut adalah beberapa istilah yang selalu diperhatikan


dealam penentuan rheologi suatu suspensi semen:

a. Fluida non-newtonian adalah fluida yang


mempunyai viskositas tdak konstan, karena
tergantung dari besaran geseran (shear rate) yang
terjadi.
b. Fluida newtnian adalah fluida yang mempunyai
viskositas konstan, fluida non-newtonian
memperlihatkan suatu yield stress dengan jumlah
tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan
agar fluida dapat mengalir seluruhnya.
c. Yield point adalah bagaian dari resistensi untuk
mengalir yang dipengaruhi oleh gaya tarik-menarik
antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebabkan
oleh muatan-muatan pada permukaan partikel yang
dispersi dalam fasa fluida.
d. Gel strength dan yield point keduanya merupakan
ukuran gaya tarik-menarik. Gel strength adalah
pembentukan padatan karenan gaya tarik-menarik
antara plat-plat clay jika didiamkan dan ini bukan
sifat dalam aliran tetapi dalam keadaan statis
dimana clay dapat mengatur diri. Bedanya gel
strength merupakan ukuran gaya tarik-menarik yang
statis sedangkan yield point merupakan gaya tarik-
menarik yang dinamis. Sifat yield point adalah
dinamis (ada aliran atau gerak) sedang sifat gel
strength adalah statis (tak ada gerakkan atau diam).
e. Viskositas plastik (plastic viscosity) seringkali
digambar sebagai bagian dari resistensi untuk
mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik.
f. Viskositas adalah tahanan fluida terhadap aliran
atau gerakkan. Viskositas semen diukur dengan
fann vg meter (multi speed rotational). Viskositas
yang terlalu tinggi akan menyebabkan:
- Penetration rate turun.
- Pressure lost tinggi karena terlalu
banyaknya gesekkan.
- Pressure surg yang berhubungan dengan
lost circulation dan swebbing berhubungan
dengan terjadinya blow out.
- Sukar melepaskan gas dan cutting dari
lumpur saat dipermukaan.
Sedangkan vskositas yang terlalu rendah
menyebabkan:

- Pengangkatan cutting tidak maksimal.


- Material-material pemberat lumpur
terendapkan.
Alat yang digunakan untuk mengatahui sifat rheology
adalah Fann VG Vicometer yang dilengkapi cupheater untuk
menaikkan temperatur suspensi semen. Suspensi semen yang akan
dites ditempatkan sedemikian rupa sehingga mengisi ruang antar
bob dan rotor sleeve. Pada saat rotor berputar, maka suspensi
semen akan menghasilkan torque pada saat rotor berputar, maka
suspensi semen akan menghasilkan torque pada bob sebanding
dengan viscositas suspensi semen. Untuk menentukan plastic
viscosity dan yeld ponit dalam satuan lapangan digunakan
persamaan Bingham Plastic:
µp = C600 – C300

Yp = C300 - µp

Dimana :

µp = Plastic Viscosity, Cp

Yp = Yield point, lb/100 ft 2

C600 = Dial reading pada 600 rpm

C300 = Dial reading pada 300 rpm

2.4 Pengujian Free Water

2.4.1 Dasar Teori

Free water adalah air bebas yang terpisah dari suspensi


semen. Apabila harga free water ini terlalu besar melebihi batas air
maksimum maka akan terjadi pori-pori pada semen. Ini akan
mengakibatkan semen mempunyai permeabilitas besar sehingga
dapat menyebabkan kontak fluida antara formasi dengan annulus
dan strength semen berkurang. Hal tersebut mengakibatkan fungsi
semen tidak seperti yang diinginkan yaitu menyekat casing dngan
formasi yang korosif.

Dalam penentuan harga free water ini, hal yang perlu


diperhatikan adalag WCR (Water Cement Ratio), yaitu
perbandingan air yang dicampur terhadap bubuk semen sewaktu
suspensi dibuat. Jumlah air yang dicampurkan tidak boleh lebih
dari kadar air maksimum atau kurang dari batas air minimum
karena akan mempengaruhi baik buruk ikatan cementingnya.

Kadar air minimum adalah jumlah air yang dicampurkan


tanpa menyebabkan konsistensi suspensi semen lebih dari 30 UC.
Bila air yang ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya,
maka akan terjadi gesekan-gesekan (friksi) yang cukup besar di
annulus sewaktu suspensi semen dipompakan dan juga akan
menaikkan tekanan di annulus.

Kadar Air Maksimum adalah batas air yang dicampurkan


ke dalam campuran suspensi semen tanpa menyebabkan pemisahan
lebih dari 3.5 mL dalam 250 mL suspensi semen, bila didiamkan
selama 2 jam pada temperatur kamar. Air bebas yang terjadi tidak
boleh lebih dari 3.5 ml. Bila air bebas melebihi 3.5 ml maka akan
terjadi pori-pori pada semen. Dan ini akan menyebabkan semen
mempunyai permeabilitas yang besar.

Dalam hasil penyemenan, permeabilitas semen yang


diinginkan adalah tidak ada atau sekecil mungkin. Karena bila
permeabilitas semen besar akan menyebabkan terjadinya kontak
fluida antara formasi dengan annulus dan strength semen
berkurang, sehingga fungsi semen tidak akan seperti yang
diinginkan yaitu, menyekat casing dengan fluida formasi yang
korosif. Bertambahnya permeabilitas semen dapat disebabkan
karena air pencampur telalu banyak karena kelebihan additive atau
temperatur formasi yang terlalu tinggi. Kandungan air normal
dalam suspensi semen yang direkomendasikan oleh API dapat
dilihay pada tabel berikut:

API CLASS WATER (%) WATER


CEMENT BY
WEIGHT OF Gal Per Sack Liter Per
CEMEN Sack
A dan B 45 5.19 19.6
C 56 6.32 23.9
D,E,F, dan H 38 4.29 16.2
G 44 4.97 18.8
J (tentative) - - -
BAB III

PENGUJIAN

3.1 Pembutan Suspensi Semen dan Cetakan Sampel

3.1.1 Alat

a. Mixer
b. Stopwatch (Handphone)
c. Gelas Arloji
d. Gelas Ukur
e. Gelas Beaker
f. Spatula Besi
g. Kaca Corong
h. Timbangan Digital
i. Pipa Ukuran 10 cm (1 inch & 2 inch)
j. Penutup Pipa Ukuran 2 inch
Gambar Alat
Gambar 3. 1. 1 Mixer

Gambar 3. 1. 2 Stopwatch (Handphone)

Gambar 3. 1. 3 Gelas Arloji


Gambar 3. 1. 4 Gelas Ukur

Gambar 3. 1. 5 Gelas Beaker

Gambar 3. 1. 6 Sepatula Besi

Gambar 3. 1. 7 Corong Kaca


Gambar 3. 1. 8 Timbangan Digital

Gambar 3. 1. 9 Pipa Ukuran 10 cm (1 inch & 2 Inch) & penutup pipa

3.1.2 Bahan

a. Semen Portland
b. Additive (Barite dan Bentonite)
c. Air Aquades

Gambar 3. 1. 10 Semen Portland


Gambar 3. 1. 11 Barite

Gambar 3. 1. 12 Bentonite

Gambar 3. 1. 13 Air Aquades


3.1.3 Prosedur Kerja

a. Siapkan alat & bahan.


b. Letakkan gelas arloji diatas timbangan digital dan timbang bahan-
bahan yang dibutuhkan.
- Semen: 350 gr
- Barite: 3,5 gr (3 gr)
- Bentonite: 3,5 gr (3 gr)
c. Ukur air aquades menggunakan gelas ukur sebanyak 250 ml.
d. Ambil cup mixer dan campur bubuk semen dengan additive
padatan pada kondisi kering.
e. Campurkan air pada cup mixer dan jalankan mixer pada kecepatan
normal selama 60 detik atau 1 menit.
f. Matikan mixer dan suspensi semen telah selesai dibuat.
g. Siapkan pipa sesuai ukuran yang yang telah di rakit, lalu masukkan
suspensi semen menggunakan corong kaca dan spatula besi pada
rongga-rongga pipa dan diamkan sampai suspensi semen
mengering.
3.2 pengujian Densitas Suspensi Semen

3.2.1 Alat

a. Mixer
b. Stopwatch
c. Gelas Arloji
d. Gelas Ukur
e. Gelas Beaker
f. Spatula Besi
g. Timbangan Digital
h. Mud Balance

Gambar 3. 2. 1 Mixer
Gambar 3. 2. 2 Stopwatch (Handphone)

Gambar 3. 2. 3 Gelas Ukur

Gambar 3. 2. 4 Gelas Arloji

Gambar 3. 2. 5 Gelas Beaker


Gambar 3. 2. 6 Sepatula Besi

Gambar 3. 2. 7 Timbangan Digital

Gambar 3. 2. 8 Mud Balance


3.2.2 Bahan

a. Semen
b. Barite
c. Bentonite
d. Air Aquades

Gambar 3. 2. 9 Semen
Gambar 3. 2. 10 Barite

Gambar 3. 2. 11 Bentonite

Gambar 3. 2. 12 Air aquades


3.2.3 Prosedur Kerja

a. Siapkan alat & bahan.


b. Buatlah suspensi semen sesuai proedur percobaan pada acara 1.
c. Masukkan suspensi semen kedalam cup balanced, kemudian tutup.
Pastikan semen yang melekat didinding bagian luar cup balanced
telah dibersihkan.
d. Letakkan balanced arm pada kedudukan semula, kemudian atur
rider hingga seimbang, dan baca harga skala sebagai densitas
suspensi semen.
3.3 Pengujian Rheologi Suspensi Semen

3.3.1 Alat

a. Mixer
b. Stopwatch
c. Gelas Arloji
d. Gelas Ukur
e. Gelas Beaker
f. Spatula Besi
g. Timbangan Digital
h. Rheometer

Gambar 3. 3. 1 Mixer
Gambar 3. 3. 2 Stopwatch (Handphone)

Gambar 3. 3. 3 Gelas Arloji

Gambar 3. 3. 4 Gelas Ukur

Gambar 3. 3. 5 Gelas Beaker


Gambar 3. 3. 6 Sepatula Besi

Gambar 3. 3. 7 Timbangan Digital

Gambar 3. 3. 8 Rheometer

3.3.2 Bahan

a. Semen
b. Barite
c. Bentonite
d. Air Aquades
Gambar 3. 3. 9 Semen

Gambar 3. 3. 10 Barite

Gambar 3. 3. 11 Bentonite

Gambar 3. 3. 12 Air Aquades

3.3.3 Prosedur Kerja


a. Siapkan alat & bahan
b. Buatlah suspensi semen sesuai prosedur 1 .
c. Isi bejana dengan suspensi semen yang telah disiapkan sampai
batas yang telah ditentukan.
d. Letakkan bejana pada tempatnya dan ataur kedudukannya sehingga
rotor dan bab tercelup kedalam semen sesuai batas yang telah
ditentukan.
e. Gerakkan rheometer secara manual dengan mengayuh padal pada
bagian belakang alat.
f. Pemutaran terus dilakukan sempai kedudukan skala (dial)
mencapai keseimbangan.
g. Catat harga yang ditunjukkan skala sebagai hasil pembacaan.
3.4 Pengujian Free Water

3.4.1 Alat

a. Mixer
b. Stopwatch
c. Gelas Arloji
d. Gelas Ukur
e. Gelas Beaker
f. Spatula Besi
g. Corong Kaca
h. Timbangan Digital
i. Botol Kaca
Gambar 3. 4. 1 Mixer

Gambar 3. 4. 2 Stopwatch (Handphone)

Gambar 3. 4. 3 Gelas Arloji


Gambar 3. 4. 4 Gelas Beaker

Gambar 3. 4. 5 Spatula Besi

Gambar 3. 4. 6 Corong Kaca

Gambar 3. 4. 7 Timbanagn Digital

Gambar 3. 4. 8 Botol Kaca


Gambar 3. 4. 9 Gelas Ukur
3.4.2 Bahan

a. Semen
b. Barite
c. Bentonite
d. Air Aquades

Gambar 3. 4. 10 Semen

Gambar 3. 4. 11 Barite
Gambar 3. 4. 12 Bentonite

Gambar 3. 4. 13 Air Aquades

3.4.3 Prosedur Kerja

a. Siapkan alat & bahan.


b. Buatlah suspensi semen prosedur percobaan pada acara 1.
c. Siapkan botol kaca, kemudian isi botol tersebut dengan suspensi
semen yang telah dibuat.
d. Diamkan suspensi semen dalam botol kaca selama 2 jam hingga
terbentuk air bebas pada bagian atas botol. Catat harga air bebas
yang terbentuk.
e. Air bebas (free water) yang terbentuk tidak boleh lebih dari 3.5 ml.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Suspensi Semen dan Cetakan Sampel

Bubuk semen merupakan padatan yang mempunyai sifat


menyemen dan additive merupakan bagian yang ditambahkan untuk
mendapatkan sifat-sifat semen yang diinginkan. Sifat-sifat bubur dari
semen yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi formasi yang akan
disemen, agar hasil penyemenan sesuai dengan yang diinginkan.
Pembuatan suspensi semen dimulai dengan persiapan peralatan dan
material semen. Menurut alasan dan tujuannya Penyemenan dibagi
menjadi dua, yaitu: Primary Cementing dan Secondary Cementing atau
Squeeze Cementig.

Kemudian suspensi semen yang dihasilkan dimasukkan ke dalam


cetakan,sesuai dengan cetakan yang diperlukan. Cetakan sample yang
dibutuhkan dalam pengujian ini adalah cetakan berupa kubik berukuran
2x2 in,cetakan sampel ini diperlukan untuk pengukuran compressive
strength standar API,cetakan berupa silinder casing berukuran tinggi 2
in,dan diameter dalamnya 1 in,cetakan sampel ini diperlukan untuk
pengukuran shear bond strength antara casing dan semen,serta pengukuran
permeabilitas dengan casing, cetakan berupa core silinder berukuran tinggi.
1-1/2 in dan diameter luarnya 1 in.Sampel ini digunakan untuk
pengukuran permeabilitas semen dengan casing dan pengukuran
compressive strength.

Setelah proses-proses tersebut hal yang perlu lagi dilakukan yaitu


pengkodisian semen. Pengkondisi suspensi semen dimaksudkan untuk
mensimulatorkan kondisi tekanan dan temperatur yang diinginkan.
Pengkondisian dapat dilakukan dengan tekanan atmosphere dan
temperatur sampai 900C dengan menggunakan water bath. Pengkondisian
pada tekanan dan temperatur operasi dapat dilakukan dengan alat pressure
curing chamber.

4.2 Pengujian Densitas Suspensi Semen

Densitas suspensi semen yaitu perbandingan antara jumlah berat


bubuk semen, air pencampur dan additive terhadap jumlah volume bubuk
semen air pencampur dan additive terhadap jumlah volume bubuk semen
air pencampur additive. Densitas suspensi semen sangat berpengaruh
terhadap PH, suspensi semen di dalam lubang sumur, misalnya saja
formasi akan pecah dan terjadi loss circulation apabila formasi sudah
tidak mampu menahan formasi.

Oleh karena itu, untuk menjaga densitas semen ada bebrapa hal
yang perlu dilakukan yaitu apabila densitas cukup tinggi maka dapat di
turunkan dengan menambahkan clay atau zat-zat kimia silijat jenis
extender. Selain itu dapat pula dilakukan pembesaran volume suspensi
semen dengan menambahkan bahan tertentu. Sebaliknya apabila densitas
suspensi semen sangat rendah maka dapat ditambahkan pasir atau
material-material pemberat kedalam suspensi semen. Densitas suspensi
semen yang rendah digunakan pada operasi primary cementing dan
remedial. Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan pada
operasi yang bertekanan tinggi.

Dalam percobaan pengujian densitas semen ini perlu diketahui


ukuran besar specific gravity semen (ppg) dari masing-masing additive
seperti barite dan bentonite, dimana dalam percobaan ini telah diketahui
harga densitas barite bentonite semen dan juga berat air dan berat semen
atau volume air, sedangkan volume semen perlu dihitung dulu dengan
cara nilai dari berat semen dibagi dengan densitas semen. Begitu pula
dengan volume masing-masing additive (barit dan bentonit) dihitung
dengan cara nilai berat masing-masing additive dibagi dengan nilai dari
densitas masing-masing additive.

Setelah volume additive tersebut diketahui selanjutnya yang


dilakukan adalah perhitungan SG semen dengan cara berat air ditambah
berat semen dan ditambahkan berat additive kemudian hasil dari
penjumlahan trsebut dibagi dengan hasil dari penjumlahan antara volume
air dengan volume semen dan volume additive. Setelah ini SG dari
masing-masing additive didapatkan maka perbandingannya dapat
diketahui. Walaupun kedua additive ini mempunyai fungsi yang sama
sebagai bahan yang dapat meningkatkan densitas ternyata barite lebih baik
karena dengan berat yang sama dengan bentonite, barite lebih mempunyai
pengaruh yang lebih besar terhadap penambahan densitas dari bentonite.
4.3 Pengujian Rhologi Suspensi Semen

Dalam praktikum kali ini, akan dilakukan pengujian rheology


suspensi semen. Pengujian ini dilakukan untuk menghitung hidrolika
operasi penyemenan serta menentukan harga Plastic Viskosity dan Yield
Point semen pemboran. Pengujian rheology suspensi semen merupakan
pengujian yang bertujuan untuk perhitungan hidrolika operasi
penyemenan.

Dalam opeerasi penyemenan, besar-kecilnya viskositas harus


diperhatikan karena viskositas berhubungan langsung dengan kemampuan
alir suspensi semen. Besar kecilnya harga viskositas ini berhubungan
dengan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran suspensi
semen, yang berkaitan pula dengan operasi penyemenan itu sendiri.
Besar-kecilnya viskotas dalam operasi penyemenan dapat diatur dengan
menambahkan zat additive. Dalam percobaan ini digunakan additive
berupa bentonite.

Dalam percobaan ini pengujian rheology suspensi semen


dilakukan untuk mengetahui besarnya ukuran plastic viscosity dan yield
point dari pengaruh masing.masing additive seperti barite dan bentonite.
Dimana pada percobaan ini nilai dari dial reading telah diketahui yaitu
dial reading pada 300 rpm dan dial reading pada 600 rpm. Skala-skala
tersebut didapatkan dari gerakan dan kecepatan rotor 600 rpm dan 300
rpm.

Perhitungan plastic viscosity (μp) dilakukan dengan cara dial


reading pada 600 rpm dikurangi dial reading pada 300 rpm, selanjutnya
perhitungan yield point (yp) dilakukan dengan cara nilai dial reading pada
300 rpm dikurangi nilai dari plastic viscosity yang telah dihitung
sebelumnya.

4.4 PENGUJIAN FREE WATER

Pada percobaan kali ini, akan dilakukan pengujian kandungan


free water dari suspensi semen. Free water adalah kandungan air bebas
yang terpisah dari suspensi semen. Pengujian free water merupakan
pengujian yang dilakukan untuk mengehui perbandingan air yang
dicampur terhadap bubuk semen sewaktu suspensi semen dibuat, jumlah
air yang dicampur tidak boleh lebih atau kurang karena akan berpengaruh
terhadap baik buruknya ikatan semen. Apabila harga free water terlalu
besar atau melebihi batas air maksimum maka akan terjadi pori-pori pada
semen, sehingga semen mempunyai permeabilitas yang besar.

Ada beberapa kandungan air normal dalam suspensi semen yang


diperbolehkan seperti pada table ( lihat di data dan perhitungan). Batasan
jumlah air dalam suspensi semen didefinisikan sehingga kadar air
maksimum dan kadar air minimum. Pada percobaan ini telah diketahui
harga free water 2 jam (ml) yang artinya harga air bebas dari suspensi
semen dengan jumlah tertentu pada tabung yang telah didiamkan selama 2
jam. Perlu diketahui bahwa batas air bebas yaitu tidak boleh lebih dari 3,5
ml, karena harga free water dan berat masing-masing additive telah
diketahui maka kita dapat melihat perbandingan antara penambahan
additive bentonite dan barite.
Dari data dan perhitungan kita dapat melihat bahwa bentonite
pada keadaan nol harga free water 2 jamnya sebesar 0,5 selanjutnya harga
free water 2 jam menurun menjadi nol seiring dengan penambahan
bentonite dari 1 gram hingga 4 gram, kemudian pada saat penambahan
bentonite sebesar 5 gram maka harga free water 2 jam meningkat drastis
sebesar 0.75 dan pada penambahan additive bentonite sebesar 6 sampai 7
gram harga free water 2 jam menurun kembali menjadi menjadi nol
seperti pada penambahan bentonite 1 sampai 4 gram. Sedangkan pada
barite apabila dalam keadaan nol maka harga free water 2 jamnya pun
akan tetap nol, tapi apabila berat barite sebesar 1 gram maka harga free
water 2 jamnya meningkat menjadi 0.25, dan bila ditambahkan barite
sebesar 2 gram maka harga free water 2 jamnya menurun menjadi 0.1 dan
lebih menurun lagi ketika penambahan barite sebesar 3 gram hingga 7
gram harga free water 2 jamnya konstan pada angka nol.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pembuatan suspensi semen dan cetakkan semen ini perlu dilakukan


dalam penentuan shear bond dan compressive strength

Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen yang baik akan sangat
mendukung nilai dari shear band dan compressive strength yang akan
ditentukan kemudian.

Densitas dari suspensi semen sangat perlu diperhatikan karena sangat


berpengaruh dalam proses penyemenan
Pengukuran densitas berguna untuk mengetahui tekanan hidrostatik
suspensi semen didalam lubang sumur. Bila tekanan hidrostatik yang dihasilkan
suspensi semen terlalu besar maka akan mengakibatkan formasi pecah sehingga
terjadi loss circulation, dan jika tekanan hidrostatik yang dihasilkan suspensi
semen terlalu kecil maka akan mengakibatkan collapse.

Pada percobaan densitas ini semakin besar penambahan massa barite


dan bentonite maka akan semakin memperbesar nilai dari densitas suspensi
semen.

Penggunaan additive barite cenderung akan lebih cepat meningkatkan


nilai densitas bila dibandingkan dengan penggunaan additive bentonite.

Pengujian rheology suspensi semen bertujuan untuk menhitung


hidrolika operasi penyemenan yang mana rheology semen ini berhubungan
dengan perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran yang
bisa menetukan keberhasilan dalam penyemenan yang baik disesuaikan dengan
keadaan dalam formasi.

Semakin besar penambahan massa additive barite kedalam suspensi


semen maka nilai plastic viscosity nya semakin besar sebaliknya semakin besar
penambahan bentonite maka plastic viscositynya semakin kecil.

Dari grafik hubungan penambahan additive vs plastic viscosity terlihat


bahwa terdapat titik potong antara kurva barite dan bentonite ini menunjukkan
kedua additive tersebut

Semakin besar penambahan masa additive barite kedalam suspense


maka nilai yield pointnya semakin besar.

5.2 Saran

Saran saya sebelum melakukan praktikum Analisa Semen Pemboran


sebaiknya para praktikum memahami materi yang telah diberikan Asprak
berupa Modul Praktikum, karena pada saat melakukan percobaan
dilaboratorium akan sangat membantu kerena telah mengatahui materi yang
akan dilakukan dilaboratorium selain itu juga dapat membantu dalam menjawab
post test yang diberikan oleh Asprak. Saya juga mengharapkan Asprak bersikap
lebih baik lagi dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum Analisa Semen Pemboran – STT Migas Balikpapan


LAPORAN RESMI ANALISA SEMEN PEMBORAN – Ferarry
Marcus

Anda mungkin juga menyukai