Anda di halaman 1dari 53

Cementing

Apriandi Rizkina Rangga Wastu, ST, M.T


Cementing

Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran


(mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui
casing sehingga mengalir ke atas melewati annulus di belakang casing
sehingga casing terikat ke formasi
Tujuan Cementing
• Melekatkan casing pada dinding lubang sumur
• Melindungi casing dari masalah masalah mekanis sewaktu operasi
pemboran (seperti getaran)
• Melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi
• Memisahkan zona yang satu dengan zona yang lain
Jenis Cementing

Primary Cementing : Penyemenan pertama kali yang di lakukan setelah


casing di turunkan dalam sumur. Pada primary cementing , penyemenan
casing pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan
di semen.
• Penyemenan Conductor casing : mencegah terjadinya kontaminasi fluida
pemboran (lumpur pemboran) terhadap lapisan tanah permukaan
• Penyemenan Surface Casing : melindungi air tanah agar tidak tercemar
dari fluida pemboran, memperkuat kedudukan surface casing sebagai
tempat BOP, menahan beban casing yang terdapat di bawahnya dan
untuk mencegah terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi
yang akan melalui surface casing.
• Penyemenan Intermediate Casing : menutup tekanan formasi abnormal
atau mengisolasi daerah lost circulation
• Penyemenan Production Casing : mencegah terjadinya aliran antar
sumur formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak di inginkan yang
akan memasuki zona produktif, mengisolasi zona produktif yang akan di
produksikan fluida formasi (perforated completion), dan mencegah
terjadinya korosi pada casing yang di sebabkan oleh material-material
korosif.
Sistem Penyemanan
• Penyemenan Poor Boy Yaitu penyemenan dengan menggunakan Tubing
sebagai pengantar Cement Slurry kedalam lubang sumur, biasanya
dipakai untuk penyemenan Stove Pipe dan Conductor Casing .Pada Stove
Pipe dengan memasang Pipa Tubing pada annulus lubang yang pertama
dibor dengan Stove Pipe, sedangkan untuk Conductor Casing dengan
memasukkan Pipa Tubing kedalam Casing dan digantung dengan
Cementing Head.

• Penyemenan Dengan Stinger Yaitu penyemenan dengan menggunakan


Stinger dan Drill Pipe (DP), sedangkan Shoe yang dipakai adalah Duplex
Shoe. Biasanya dipakai untuk penyemanan Conductor Casing karena
Casing ini memiliki ukuran diameter besar sehingga dengan system ini
diperlukan volume displace sedikit ( sepanjang DP) dan waktunya lebih
cepat.
SISTIM PENYEMENAN
Primary

Poor Boy Stinger

Open Hole 26”


Casing 20”

Open Hole 26” Open Hole 26”


Casing 20” Casing 20”

Open Hole 17½”


Casing 133/8”
Dual Stage Cementing System
Dual Stage digunakan bila tekanan formasi
tidak cukup kuat untuk menahan tekanan
hydrostatik bubur semen yang akan
dipompakan di annulus
Cementing Accessories Tambahan :
1. DSCC (dual stage cementing collar)
2. ECP (external casing packer)
3.Flexible Plug
4.Trip Plug
5. Shut Off Plug
• Penyemenan Multi Stage Yaitu penyemenan Casing dalam satu trayek
dilakukan lebih dari satu kali dengan cara bertahap/bertingkat,
menggunakan peralatan khusus yaitu DSCC, Plugs khusus, dan Float
Collar khusus. Pertimbangan dilakukan penyemenan Multi Stage adalah
Casing yang disemen panjang dan atau adanya zona loss pada lubang
sumur tersebut. Biasanya untuk penyemenan Intermediate dan
Production Casing.
Jenis Cementing

Secondary Cementing / Remedial Cementing adalah penyemenan ulang


untuk menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki
penyemanan yang rusak. Secondary cementing dilakukan apabila
pengeboran gagal mendapatkan minyak dan menutup kembali zona
produkti yang di perforasi.
Secondary Cementing di bagi 3 bagian
• Squeeze Cementing
• Re cementing
• Plug Back Cementing
Squeeze Cementing

Tujuan
• Mengurangi water oil ratio, water gas ratio atau gas oil ratio
• Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif
• Menutup zona lost circulation
• Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing
• Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan
Operasi squeeze cemeting dilakukan selama operasi pemboran
berlangsung,komplesi maupun pada saat workover.
Metode Squeeze Cementing

1. Braden Head Squeeze


Metode ini di gunakan dengan cara menempatkan cement slurry di depan perforasi dan di
sebut “balancing plug“ setelah slurry dicampur, slurry kemudian di pompa ke dalam tubing dan
di ikuti oleh sejumlah fluida work over yang sudah di hitung sehingga membentuk suatu
keseimbangan (kesamaan tinggi) kolom slurry di dalam tubing dan annulus. Tubing di angkat di
atas cement slurry dan tubing di lakukan sirkulasi balik untuk membersihkan kelebihan cement.
Tekan squeeze di berikan untuk menekan slurry ke dalam perforasi, setelah final squeeze
pressure didapat, tubing kemudian di turunkan untuk sirkulasi balik kelebihan cement, sampai
cement plug masih tinggal beberapa feetdi atas perforasi.

Keuntungan Braden head squeeze


• Tidak di perlukan peralatan khusus
• Resiko casing pecah terhindar
• Bisa melakukan squeeze job pada casing berdiameter kecil.

Kerugian Braden head squeeze


• Perlu test tubing
• Tidak dapat men test kebocoran casing
• Casing terkena tekanan squeeze
2.Packer squeeze
• Perkiraan tekanan squeeze akan melebihi kekuatan casing
• Casing sudah tua dan bisa saja ada kebocoran diatas perforasi yang
akan di squeeze
• Terdapat perforasi atau casing bocor yang pernah di perbaiki di atas
perforasi yang akan di squeeze.
Packer yang di pakai dari jenis retrievable packer yang di turunkan
bersama tubing dan diset secara mekanikal.

Prosedur Squeeze cementing dengan retrievable packer:


1. Packer di pasang di ujung tubing dan di bawah packer di pasang
tail pipe dengan panjang secukupnya yang akan memungkiinkan
sirkulasi semua objek di depan peforasi.
2. Ujung tail pipe di tempatkan tepat di atas perforasi dan setelah
packer di set, tubing dan casing di test dengan tekanan.
3. Katup bay pass di buka dan semen di pompa di ikuti cairan
pendorong sampai cement mencapai ujung tubing.
4. Katup by pass di tutup, untuk mengisolir annulus dari tubing,
kemudian cement di pompa kedalam perforasi..
5. Setelah final squeeze pressure tercapai, katup by pass di buka dan
kelebihan atau sisa cement di dalam tubing di sirkulasi balik dengan
meng unset packer terlebih dahulu.

Keuntungan squeeze dengan packer.


a. Casing dan tubing bisa di test dari kebocoran
b. Casing terlindung dari tekanan squeeze yang tinggi
c. Cement tetap berada di dalam tubing di atas packer
d. Bisa melakukan squeeze dengan tekanan tinggi

Kerugian-kerugianya.
a. Biaya tinggi
b. Resiko packer terjepit/stuck
c. Resiko meninggalkan ikan dalam sumur seperti rubber packer
RE- cementing

RE – cementing dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing


yang gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas top
semen
Plug-Back Cementing
Adalah suatu operasi di mana suatu bubur cement ( Cement slurry ) di
tempatkan pada kedalaman tertentu pada suatu sumur minyak, gas atau
Geothermal.
Plug back Cementing di lakukan pada saat :
• Pengeboran
• Penyelesaian sumur
• Kerja ulang / Work over
Plug back cementing dilakukan untuk
1. Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well)
2. Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock, yang
dikarenakan adanya perbedaan compressive strenght antara semen
dan formasi maka akan mengakibatkan perubahan arah pada bit
3. Menutup zona air di bawah zona minyak agar water oil ratio berkurang
pada open hole completion.
Kekurangan pada plug back cementing
4. tidak dapat digunakan untuk mengetest kebocoran pada casing, tetapi
lebih baik dari Squeeze cementing.
Squeeze Annular
Cement Annular
Plug Annular
Retainer Cement

Pipe Ram Pipe Ram Pipe Ram


Komposisi dan Pembuatan Semen
Semen yang digunakan dalam industri perminyakan adalah semen
Portland.
Semen Portland mempunyai 4 komponen
1. Tricalcium Silicate
2. Dicalcium Silicate
3. Tricalcium Aluminate
4. Tetracalcium Aluminoferrite
Semen Portland terbagi 2 material
1. Material Calcareous
Materi ini berisi kalsium karbonat dan kalsium oksida dari limestone dan
batuan semen.
2. Material Argillaceous
Materi ini berisi clay atau mineral clay
Klasifikasi Semen

API telah melakukan pengklasifikasian semen kedalam beberapa kelas


guna mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan
digunakan, pengklasifikasian ini berdasarkan pada kondisi sumur,
temperature, tekanan dan kandungan yang terdapat pada fluida formasi.

Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari:

• Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai


6.000 ft. semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja, dan
mirip dengan semen ASTM C-150 tipe I.
• Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan
tersedia dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah
dan tinggi (moderate dan high sulfate resistant)
• Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasannya cepat)
semen ini tersedia dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
• Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6.000
ft sampai 12.000 ft, dan untuk kondisi sumur yang
mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen
ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate
resistant.
• Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6.000
ft sampai 14.000 ft, dan untuk kondisi sumur yang
mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen
ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate
resistant
• Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari
10.000 ft sampai 16.000 ft, dan untuk kondisi sumur
yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia dalam jenis high sulfate resistant.
• Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10.000 ft sampai 16.000
ft, dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature
tinggi. Semen ini tersedia dalam jenis high sulfate resistant.
• Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8.000 ft, dan
merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat
dipakai untuk sumur.
• Semen Kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 4000 ft, dan
merupakan semen dasar. Dengan penambahan accelerator dan retarder,
semen ini dapat digunakan pada range kedalaman dan temperatur yang
besar. Semen ini hanya tersedia dalam jenis moderate sulfate resistant.
Sifat Fisik Semen
• Densitas
Densitas suspensi semen sangat di pengaruhi terhadap tekanan
hidrostatis suspensi semen di dalam lubang sumur. Bila formasi
tidak sanggup menahan tekanan suspensi semen, maka akan
menyebabkan formasi pecah sehingga terjadi lost circulation.
Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam
operasi primary cementing dan remedial cementing guna
menghindari terjadinya fracture pada formasi yang lemah
Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan :
1. Menambahkan clay atau zat – zat kimia silikat jenis extender
2. Menambahkan bahan-bahan yang dapat memperbesar
volume semen, seperti pozzolan
Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir atau
material material pemberat kedalam suspensi semen seperti
barite .
• Thickening Time
Thickening Time adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras atau
mencapai konsistensi sebesar 100 UC (unit of Consistency) dan semen
tidak dapat di pompa lagi. Thickening time sangat penting. Waktu
pemompaan harus lebih kecil dari Thickening Time, karena bila tidak akan
menyebabkab semen akan mengeras lebih dahulu sebelum seluruh semen
sampi target berikutnya.
• Untuk memperlambat Thickening time dengan menggunakan additive
retarder : kalsium lignosulfonate, carboxymethyl hydroxyethyl cellulose
dan senyawa – senyawa asam organik
• Untuk mempercepat Thickening time dengan menggunakan additive
accelerator : kalsium klorida, sodium klorida, gipsun, sodium silikat dan air
laut
• Filtration loss
Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari semen ke dalam
formasi permeabel yang dilaluinya. Filtrat yang hilang tidak boleh
karna dapat menyebabkan flash set. Jika semen mengalami flash set
maka akan mengajibatkan friksi di annulus dan dapat mengakibatkan
pecahnya formasi. Primary cementing 150-250 cc / 30 menit. Squeeze
Cementing 55-65 cc / 30 menit .
• Water Cement Ratio (WCR)
Water Cement Ratio adalah perbandingan air yang di campur terhadap
bubuk semen sewaktu semen di buat
Kadar air minimum : banyak air yang di tambahkan tanpa dapat
menyebabkan konsisten lebih dari 30 UC. Bila air yang di tambahkan
lebih kecil dari kadar minimumnya, maka akan terjadi friksi yang
cukup besar di annulus sewaktu semen di pompakan dan juga
menaikkan tekanan di annulus
Kadar air maksimum :250 ml bubur semen, didiamkan 2 jam, maks
air bebas 3.5 ml maka akan terjadi pori pori pada semen. Dan hal ini
mengakibatkan semen mempunyai permeabilotas yang besar.
• Waiting On Cement (WOC)
Waiting on Cement adalah waktu yang dihitung saat wiper plug di
turunkan sampai plug dibor kembali untuk operasi selanjutnya. WOC
di tentukan oleh tekanan dan temperatur sumur, WCR, Compressive
Strenght dan aditif – aditif yang dicampurkan ke dalam semen.
• Permeabilitas
Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras, dan bermakna
dengan permeabilitas batuan tersebut yang berarti kemampuan
untuk fluida. Pada cementing permeabilitas yang di inginkan adalah
tidak ada atau sekecil mungkin karna jika besar dapat menyebabkan
terjadinya kontak fluida antara formasi dengan annulus, dan strenght
semen berkurang sehingga semen tidak sesuai dengan keinginan
yaitu menyekat casing dengan fluida formasi yang korosif. Dan
bertambanya permeabilitas semen dapat di sebabkan karena air
pencampuran terlalu banyak, karena kelebihan aditif atau
temperatur formasi yang tinggi.
• Compressive Strenght dan Shear Strenght
Compressive Strenght adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan-
tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing.
Shear Strenght adalah kekuatan semen dalam menahan berat casing.
Compressive strenght menahan tekanan dalam arah horizontal sedangkan
shear strenght itu dalam arah vertikal
Aditif yang di gunakan dalam semen

• Accelerator
• Retarder
• Extender
• Weighting Agent
• Dispersant
• Fluid loss Control Agent
• Lost Circulation Agent
• Specially Additives
• Accelerator : mempercepat proses pengerasan pada semen.
Contohnya : kalsium klorida, sodium klorida, gipsun, sodium silikat dan
air laut.
• Retarder : memperlambat proses pengerasan pada semen.
Contohnya : kalsium lignosulfonate, carboxymethyl hydroxyethyl
cellulose dan senyawa – senyawa asam organik.
• Extender : untuk menaikkan volume pada semen namun mengurangi
densitas semen tersebut.
Contohnya : Bentonite, Sodium silikat, Pozzoloan, Expanded Perlite,
Gilsonite.
• Weighting Agents : untuk menaikkan densitas semen.
Contohnya : hematite, ilmenite, barite,pasir.
• Dispersant : untuk mengurangi viskositas pada semen.
Contohnya : Polymelamine Sulfonate dan Polynapthena Sulfonate.
• Fluid Loss Control Agents : mencegah hilangnya fasa liquid semen ke
dalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan pada semen.
Contohnya : Polymer, CMHEC dan latex.
• Lost Circulation Control Agent : mengontrol hilangnya semen ke dalam
formasi yang lemah atau bergoa.
Contohnya : gilsonite, cellophone flakes, gipsum, bentonite dan nut shell.
• Special Additive
Silika : penyemenan agar stenght semen tidak hilang pada temperatur
tinggi.
Mud Kill : menetralisir bubur semen terhadap zat zat kimia dalam lumpur
pemboran.
Radioactive Tracers : memudahkan operasi logging dalam menentukan
posisi semen dan mengetahui kualitas ikatan semen.
Antifoam Agents : untuk mencegah hilangnya tekananan pemompaan.
Peralatan Penyemenan

• Casing Shoe
• Shoetrack
• Casing Collar
• Centralizer
• Scratcher
• Cementing Head
SOAL
1. Setelah selesai pemasangan casing, maka sumur tsb akan dilakukan penyemanan dimana akan
digunakan semen Class G dengan campuran bentonite 4 % dan excess volume lubang sebesar 25 %
di semen dari dasar sampai permukaan. Casing 20 ” (ID = 18.52 ”)

Class Water (%) Gal/Sx L/Sx


By weight of cement

A dan B 46 5.19 19.6

D, E, F dan H 38 4.29 16.2

G 44 4.97 18.8

Note : Penambahan 5 % air tiap pemakaian 1% bentonite

a. Yield dan densitas slurry.


b. Sx semen yang di butuhkan.
c. Total waktu yang di butuhkan untuk proses penyemenan tsb, jika release plug 15
menit dan mixing rate 30 sx / menit, flowrate pompa 280 gpm.
d. Berapa banyak air spacer yang di butuhkan untuk mengurangi tekanan hidrostatis
sebesar 350 psi.
e. Tentukan annular velocity.
f. Tentukan volume of mix water.
g. Tentukan total lumpur kembali selama operasi penyemenan, jika diketahui volume
Contoh Soal Surface Casing

1. Pemboran sumur x trayek pahat 17.5 in telah selesai di bor sampai kedalaman 6200 ft dan
akan dilakukan pemasangan casing 13 3/8 in (ID = 12.565 in) panjang shoe track 80 ft dari
dasar lubang, densitas lumpur 72 pcf.
Data program casing sebagai berikut :
0 – 400 ft, lubang 26 in grad tek = 0.433 psi/ft
400 – 6200 ft, lubang 17.5 in grad tek = 0.465 psi/ft
6200 – 12000 ft, lubang 12.25 in grad tek = 0.48 psi/ft

Grad tek air asin = 0.465 psi/ft


Grad tek gas = 0.1 psi/ft
Safety factor Burst = 1.1 dan Collapse 0.90

Buatlah program casing tersebut dengan metode perhitungan burst dan collapse, jika casing
yang tersedia di lapangan sebagai berikut :

Grade Weight Collapse Burst


(lbm/ft) (psi) (psi)

J55 54.50 1130 2730


K55 68 1950 3450
L80 72 2670 5380
A. Yield dan densitas Slurry
Bentonite = % bentonite x 1 sak semen (Lb)
Bentonite = 0.04 x 94
Bentonite = 3.76 lb/sx

Massa slurry Air = (% Class + ( % bentonite x Penamabahan air )) x 94


Massa Slurry Air = (44 + ( 4 x 5)) x 94
Massa Slurry Air = 60.16 lb/sx

Massa slurry = cement + bentonite + air


Massa slurry = 94 + 3.76 + 60.16 = 157.92 lb/sx

Volume slurry = +
= 10.99 gal/ sx

Yield

Densitas Slurry = 14.37 lb/ gal Yield Slurry = 1.47 cuft/sx


b. Sak semen yang di butuhkan

H shoe track = 80

H open hole.= 6200 – 400 = 5800ft

H cased hole = 400 ft


Volume total = Shoe Track Volume + Open Hole Volume + Cased Hole Volume
Volume total = + + = 5463. 02 Cuft

Sak semen

Sak semen = 3716.34 sx


c.Total waktu yang di butuhkan untuk proses penyemenan tersebut, jika release plug
15 menit dan mixing rate 30 sx/ menit. Flowrate pompa 280 GPM

Waktu yang di butuhkan = mixing time + Release Plug + Displacement

Waktu yang di butuhkan = + Release Plug +

Waktu yang di butuhkan = ( )+ 15 +( )

Waktu yang di butuhkan = 279,66


d. Berapa banyak air spacer yang di e. Tentukan Annular Velocity
butuhkan untuk mengurangi tekenan
hidrostatis sebesar 350 psi ? (dalam bbl) V=

P Hidrostatis = ( mud – Water) x 0.052 x H V=

V=

h = 4808.62 ft V = 53.89 ft/min

Annulus Area =

Volume = Annulus area x H

Volume = x 4808.62 ft = 3366.03 cuft


f. Tentukan volume of mix water. (bbl)
Vol of mix water = sak semen x pertambahan air

Vol of mix water = 3716.34 sx X 4.97 gal/sx = 18470.21 gal

Vol of mix water = = 439,77 bbl

G Tentukan total lumpur kembali selama operasi penyemenan, jika diketahui volume of water a
head sebesar 30 bbl.

Mud return = steel volume + volume of water a head + total slurry vol

Mud return = () + volume of water a head + total slurry vol

Mud return = ()+(30 bbl x 5.625 cuft/bbl)+5463,02 cuft

Mud return = 6342,14

Mud return = = 1127,49 bbl


TUGAS CEMENTING INTERMEDIATE
1. Setelah selesai pemasangan casing, maka sumur tsb akan dilakukan penyemanan dimana akan
digunakan semen Class F dengan campuran bentonite 3 % dan excess volume lubang sebesar 25 % di
semen dari dasar sampai permukaan.
Casing 13 3/8 ” (ID = 12.275 ”).
Class Water (%) Gal/Sx L/Sx
By weight of cement

A dan B 46 5.19 19.6

D, E, F dan H 38 6.32 16.2

G 44 4.29 18.8

Note : Penambahan 5 % air tiap pemakaian 1% bentonite

a. Yield dan densitas slurry.


b. Sx semen yang di butuhkan.
c. Total waktu yang di butuhkan untuk proses penyemenan tsb, jika release plug 20 menit
dan mixing rate 35 sx / menit, flowrate pompa 350 gpm.
d. Berapa banyak air spacer yang di butuhkan untuk mengurangi tekanan hidrostatis
sebesar 360 psi.
e. Tentukan annular velocity.
f. Tentukan volume of mix water.
g. Tentukan total lumpur kembali selama operasi penyemenan, jika diketahui volume of
Contoh Soal Intermediate Casing
2. Pemboran sumur x trayek pahat 12.25 in telah selesai di bor sampai kedalaman 11000 ft
dan akan dilakukan pemasangan casing 9 5/8 in (ID = 8.725 in) panjang shoe track 75 ft dari
dasar lubang, densitas lumpur 76 pcf.
Data program casing sebagai berikut :
0 – 400 ft, lubang 26 in grad tek = 0.433 psi/ft
400 – 6000 ft, lubang 17.5 in grad tek = 0.465 psi/ft
6000 – 11000 ft, lubang 12.25 in grad tek = 0.475 psi/ft
11000 – 16000 ft, lubang 8.5 in grad tek = 0.48 psi/ft

Grad tek air asin = 0.465 psi/ft


Grad tek gas = 0.1 psi/ft
Safety factor Burst = 1.1 dan Collapse 0.85

Buatlah program casing tersebut dengan metode perhitungan burst dan collapse, jika casing
yang tersedia di lapangan sebagai berikut :
Grade Weight Collapse Burst
(lbm/ft) (psi) (psi)

C55 43.50 3750 5930


L80 47 4750 6870
C95 53.50 7330 9410
A. Yield dan densitas Slurry
Bentonite = % bentonite x 1 sak semen (Lb)
Bentonite = 0.03 x 94
Bentonite = 2.82 lb/sx

Massa slurry Air = (% Class + ( % bentonite x Penamabahan air )) x 94


Massa Slurry Air = (38 + ( 3 x 5)) x 94
Massa Slurry Air = 49.82 lb/sx

Massa slurry = cement + bentonite + air


Massa slurry = 94 + 2.82 + 49.82 = 146.64 lb/sx

Volume slurry = +

= 9.7 gal/ sx

Yield

Densitas Slurry = 15.12 lb/ gal Yield Slurry = 1.30 cuft/sx


b. Sak semen yang di butuhkan

H shoe track = 75

H open hole.= 11000 – 6000 = 5000ft

H cased hole = 6000 ft


Volume total = Shoe Track Volume + Open Hole Volume + Cased Hole Volume
Volume total = + + = 3887.75 Cuft

Sak semen

Sak semen = 2990.58 sx


c.Total waktu yang di butuhkan untuk proses penyemenan tersebut, jika release plug
20 menit dan mixing rate 35 sx/ menit. Flowrate pompa 350 GPM

Waktu yang di butuhkan = mixing time + Release Plug + Displacement

Waktu yang di butuhkan = + Release Plug +

Waktu yang di butuhkan = ( )+ 20 +( )

Waktu yang di butuhkan = 202,39 menit


d. Berapa banyak air spacer yang di e. Tentukan Annular Velocity
butuhkan untuk mengurangi tekenan
hidrostatis sebesar 360 psi ? (dalam bbl) V=

P Hidrostatis = ( mud – Water) x 0.052 x H V=

V=

h = 3568.10 ft V = 149.40 ft/min

Annulus Area =

Volume = Annulus area x H

Volume = x 3568.10 ft = 1106.11 cuft


f. Tentukan volume of mix water. (bbl)
Vol of mix water = sak semen x pertambahan air

Vol of mix water = 2990.58 sx X 6.32 gal/sx = 18900.47 gal

Vol of mix water = = 450,01 bbl

G Tentukan total lumpur kembali selama operasi penyemenan, jika diketahui volume of water a
head sebesar 30 bbl.

Mud return = steel volume + volume of water a head + total slurry vol

Mud return = () + volume of water a head + total slurry vol

Mud return = ()+(30 bbl x 5.625 cuft/bbl)+ 3887.75 cuft

Mud return = 5047.32

Mud return = = 897.30 bbl


Hole depth 13900 Ft (4237 M)
Hole size 8 ½ in (215.9 mm)
Casing Shoe 13891 ft (4234 M)
Mud weight 87 pcf (1.394 kg/l)
Casing dimensions OD/ID = 7 in / 6.184 Grade C95 29#
Cement Cement column should be 6562 ft (2000 m) long ,
as follows : From shoe 656 ft (200 M) API Class G ,Cement from 656 to 6562 ft (200- 2000 m)
use API Class H cement, with 2 % bentonite and 0.4 % HR-4
To prevent contaminations of Cement by mud 30 bbl (4770 l)
of freshwater should be pumped a head of the cement.
Allow 15 min for release of plugs
shoe track = 80 ft (24 m)

Calculate Class By weight of Mix Water Mix Water


cement each percent
bentonite
1. Yield and densitas slurry
H 38 % 5.49 gal/sack 5%
2. Quanity of cement from each class G 44 % 5 gal/sack 5%

3. Volume of mix water


4. Total time for the job ( Note : mix cement at the cement rate of 35 sack/min and displace cement at 300 gpm (1136 l/min))
5. Total spacer water is needed to reduce the hydrostatic pressure 380 psi
6. Annular velocity during case
7. Total mud return during the whole cementing operation
1. Tentukan yield dan Densitas Slurry

Cement Class G
Bentonite = % bentonite x 1 sak semen (Lb)
Bentonite = 0.02 x 94
Bentonite = 1.88 lb/sx

Massa slurry Air = (% Class + ( % bentonite x Penamabahan air )) x 94


Massa Slurry Air = (44 + ( 2 x 5)) x 94
Massa Slurry Air = 50,76 lb/sx

Massa slurry = cement + bentonite + air


Massa slurry = 94 + 1.88 + 50.76 = 146.64 lb/sx

Volume slurry = +

= 9.77 gal/ sx

Yield

Densitas Slurry = 15.01 lb/ gal Yield Slurry = 1.31 cuft/sx


1. Tentukan yield dan Densitas Slurry

Cement Class H
Bentonite = % bentonite x 1 sak semen (Lb)
Bentonite = 0.02 x 94
Bentonite = 1.88 lb/sx

Massa slurry Air = (% Class + ( % bentonite x Penamabahan air )) x 94


Massa Slurry Air = (38 + ( 2 x 5)) x 94
Massa Slurry Air = 45,12 lb/sx

Massa slurry = cement + bentonite + air


Massa slurry = 94 + 1.88 + 45,12 = 141 lb/sx

Volume slurry = +

= 9.1 gal/ sx

Yield

Densitas Slurry = 15.5 lb/ gal Yield Slurry = 1.22 cuft/sx


2. Quantity of cement from each class
Semen Class G

Volume of Pocket
= 83,19 cuft
Vol Total Class G = Shoe Track volume + Volume Pocket + volume annular space
Vol Total Class G = 16,69 + 3,55 + 83,19 = 103,43 cuft

sx semen Class G = = 78,95 sx

Semen Class H

Volume H slurry = (TD –D) x annular capity


Volume H slurry = (TD –D) x

Volume H slurry = (TD –D) x = 748,93 cuft

sx semen Class H = = 613,88 sx


3. Volume of mix water (bbl)
Volume of mix water = water class G + water Class H
Volume of mix water = 394,75 + 3370,20 = 3764,95 gal
Volume of mix water = 3764,95 / 42 = 89,64 bbl
Water Class G = ( sx class G x Pertambahan air G) = 78,95 x 5 = 394,75 gal
Water Class H = ( sx class G x Pertambahan air G) = 613,88 x 5,49 = 3370,20 gal

4Total time for the job ( Note : mix cement at the cement rate of 35 sack/min and displace cement
at 300 gpm (1136 l/min))

Waktu yang di butuhkan = mixing time + Release Plug + Displacement

Waktu yang di butuhkan = + Release Plug +

Waktu yang di butuhkan = ( )+ 15 +( )

Waktu yang di butuhkan = 106, 62 menit


5. Total spacer water is needed to reduce the hydrostatic pressure 380 psi
P Hidrostatis = ( mud – Water) x 0.052 x H

h = 2132,54 ft

Annulus Area =

Volume = Annulus area x H

Volume = x 2132,54 ft = 270,43 cuft


6. Annular velocity during case

V==
V = 316,28 ft/min

7. Total mud return during the whole cementing operation

Mud return = steel volume + volume of water a head + total slurry vol

= () + volume of water a head + total slurry vol

= ()+(30 bbl x 5.625 cuft/bbl)+ (103,43 + 748,93) cuft

Mud return =

Mud return = = 326,43 bbl

Anda mungkin juga menyukai