Anda di halaman 1dari 46

BAB III

TEORIDASAR

Penyemenan sangat erat hubungannya dengan operasi pemboran, dimana

keberhasilan perencanaan penyemenan merupakan salah satu faktor keberhasilan

dalam proses pemboran. Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses

pencampuran (mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen melalui

casing dan mengalir ke atas melewati annulus di belakang casing sehingga casing

terikat ke formasi. Menurut alasan dan tujuannya penyemenan dapat dibagi

menjadi dua, yaitu Primary Cementing (Penyemenan Utama) dan Secondary

Cementing atau Remedial Cementing (Penyemenan Kedua atau Penyemenan

Perbaikan).

Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan

setelah casing diturunkan ke dalam sumur. Sedangkan Secondary Cementing

adalah penyemenan ulang untuk menyempurnakan Primary Cementing atau

memperbaiki penyemenan yang rusak.

PrimaryCementing

Pada Primary Cementing, penyemenan casing pada dinding lubang sumur

dipengaruhi oleh jenis casing yang akan di semen. Penyemenan conductor casing

bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi fluida pemboran (lumpur

pemboran) terhadap formasi. Penyemenan surface casing bertujuan untuk

melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat

kedudukan surface casing sebagai tempat di pasangnya alat BOP (Blow Out

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
9

Preventer), untuk menahan beban casing yang terdapat di bawahnya dan untuk

mencegah terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui

surface casing. Penyemenan intermediate casing bertujuan untuk menutup

tekanan formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah Lost Circulation.

Penyemenan production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran antar

formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang akan masuk ke

sumur. Selain itu, untuk mengisolasi zona produktif yang akan diproduksikan

fluida formasi (perforated completion), dan juga untuk mencegah terjadinya

korosi pada casing yang disebabkan oleh material - materialkorosif.

Fungsi Primary Cementing adalah sebagai berikut :

- Melekatkan casing dengan dindinglubang;

- Melindungi casing dari korosi;

- Mencegah hubungan formasi - formasi di belakangcasing;

- Melindungi casing dari tekanan formasi;

- Menutup zona atau formasi yang membahayakan operasi pemboran

selanjutnya;

Secondary Cementing atau RemedialCementing

Kualitas hasil penyemenan perlu diperiksa, seperti Cement Bond Logging

(CBL) dan Variable Density Logging (VDL), bila didapati kurang sempurnanya

atau ada kerusakan pada primary cementing, maka dilakukanlah secondary

cementing. Secondary Cementing dilakukan juga apabila pengeboran gagal

mendapatkan minyak dan menutup kembali zona produksi yang diperforasi.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
10

Fungsi Secondary Cementing adalah sebagai berikut :

- Memperbaiki primary cementing yang tidak baik, atau tidaksempurna;

- Memperbaiki casing yangbocor;

- Menutup lubang perforasi yangsalah;

- Menutup lubang terbuka yang tidakdiinginkan;

- Sebagai landasan bagi peralatan pembelokanlubang;

Secondary Cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Squeeze

Cementing, Re - Cementing dan Plug - Back Cementing.

SqueezeCementing

Squeeze Cementing bertujuan untuk :

1. Mengurangi water oil ratio, water gas ratio atau gas oilratio;

2. Menutup formasi yang sudah tidak lagiproduktif;

3. Menutup zona LostCirculation;

4. Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing;

5. Memperbaiki Primary Cementing yang kurangmemuaskan;

Operasi Squeeze Cementing dilakukan selama operasi pemboran

berlangsung, pada saat komplesi maupun workover.

Re -Cementing

Dilakukan untuk menyempurnakan Primary Cementing yang gagal dan

untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
11

Plug - BackCementing

Plug - Back Cementing dilakukan untuk :

1. Menutup atau meninggalkan sumur (Abandonment Well);

2. Melakukan Directional Drilling sebagai landasan whipstock untuk

mengarahkan pahatbor;

3. Menutupzonaairdibawahzonaminyakagarwateroilratio

berkurang pada open hole completion.

FungsiPenyemenan

Penyemenan adalah proses pendorongan bubur semen ke dalam casing dan

naik ke atas melalui annulus, kemudian didiamkan sampai semen tersebut

mengeras hingga mempunyai sifat melekat baik terhadap casing maupun dinding

lubang.

Secara lebih spesifik, fungsi penyemenan dalam suatu pemboran adalah :

1. Melindungi casing dari tekanan yang datang dari bagian luar casing yang

dapat menimbulkancollapse;

2. Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan dari satu lapisan ke

lapisan yanglain;

3. Melindungi casing dari fluida yang bersifatkorosif;

Untuk memenuhi fungsi - fungsi tersebut di atas, maka semen

pemboran harus memenuhi beberapa syarat :

a. Semen setelah ditempatkan harus mempunyaikekuatan atau strength

yang cukup besar dalam waktu tertentu;

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
12

b. Semen harus memberikan daya ikat casing dengan formasi yang

cukupbaik;

c. Semen tidak boleh terkontaminasi dengan fluida formasi ataupun

dengan fluidapendorong;

d. Semen harusimpermeable;

4. Menutup sumur yang akanditinggalkan;

5. Memperbaiki casing yangrusak;

6. Memperbaiki kesalahan pada waktuperforasi.

Metode Penyemenan

Berdasarkan pada metode yang digunakan, proses penyemenan dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu single stage cementing, dan dual stage

cementing.

a. Single StageCementing

Single stage cementing umumnya digunakan untuk melakukan

penyemenan terhadap pipa konduktor dan surface. Sejumlah lumpur disiapkan

dan dipompakan ke dalam casing. Perlu dicatat pula bahwa seluruh bagian

internal dari peralatan casing, termasuk float shoe, float collar dan lain

sebagainya merupakan peralatan yang dengan mudah dapat hancur bila dibor.

b. Dual StageCementing

Dual stage cementing diterapkan pada penyemenan rangkaian casing

yang panjang khususnya guna :

1. Mengurangi tekanan totalpemompaan;

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
13

2. Mengurangi tekanan total hidrostatis pada formasi - formasi lemah sehingga

tidak terjadi atau terbentukrekahan;

3. Memungkinkan penyemenan keseluruhan total panjang casing;

4. Memastikan penyemenan efektif di sekeliling shoe dari casingsebelumnya;

Pada dual stage cementing sebuah stage cementer dipasang pada posisi

tertentu pada rangkaian casing. Posisi stage cementer ditentukan oleh panjang

total kolom semen dan kekuatan formasi. Casing lalu diturunkan ke dasar lubang,

kemudian casing disirkulasikan dengan sejumlah volume lumpur sebesar dua kali

kapasitas lubang. Tahap pertama penyemenan ditujukan sebagai operasi tahap

tunggal, akan tetapi bagian top kolom semen berakhir tepat di bawah stage

cementer.

Tahap kedua diawali dengan menjatuhkan sebuah opening bomb

dari permukaan, sehingga memungkinkan untuk membuka opening port pada

stagecollar. Saat bomb telah ditempatkan, tekanan pemompaan sebesar 1200 -

1500 psi agar memungkinkan bottom sleeve bergerak turun. Gerakan sleeve akan

membuka, sehingga menetapkan hubungan antara bagian dalam (internal) casing

dengan annulus. Lumpur kemudian disirkulasikan guna mengkondisikan rongga

annulus sumur yang ditujukan untuk memulai tahapkedua.

Operasi penyemenan merupakan bagian dari operasi pemboran yang

memakan biaya yang besar karena peralatan yang digunakan tidak dapat dipakai

kembali, karena tertanam dalam sumur untuk seterusnya seperti centralizer,

casing dan scratcher. Penyemenan harus benar - benar sempurna dan tidak terjadi

rongga-ronggapadatempatyangdisemenkarenamenyebabkankerusakan

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
14

casing akibat mengembangnya udara atau fluida lainnya yang masuk dalam

rongga tersebut sebagai akibat dari terkena temperatur dan tekanan yangtinggi.

KlasifikasiSemen

API telah melakukan pengklasifikasian semen ke dalam beberapa kelas guna

mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan,

pengklasifikasian ini berdasarkan pada kondisi sumur, temperatur, tekanan dan

kandungan yang terdapat pada fluida formasi.

Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari:

 KelasA

Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6.000 ft.

Semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja, dan mirip dengan

semen ASTM C-150 tipe I.

 KelasB

Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan tersedia

dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi

(moderate dan high sulfate resistant).

 KelasC

Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan mempunyai

sifat high - early strength (proses pengerasannya cepat) semen ini tersedia

dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
15

 KelasD

Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 12.000 ft,

dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi.

Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.

 KelasE

Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 14.000 ft,

dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi.

Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.

 KelasF

Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10.000 ft sampai 16.000 ft,

dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi.

Semen ini tersedia dalam jenis high sulfate resistant.

 KelasG

Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 4.000 ft, dan merupakan

semen dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai untuk sumur

yang dalam dan range temperature yang cukup besar. Semen ini tersedia

dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.

 KelasH

Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 4.000 ft, dan merupakan

semen dasar. Dengan penambahan accelerator atau retarder, semen ini dapat

digunakan pada range kedalaman dan temperature yang besar. Semen ini

hanya tersedia dalam jenis moderate sulfate resistant.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
16

Sifat-sifatSemen

Densitas

Densitas bubur semen didefinisikan sebagai perbandingan antara

jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan aditif terhadap jumlah

volume bubuk semen, air pencampur dan aditif.

Densitas bubur semen sangat berpengaruh terhadap tekanan

hidrostatis bubur semen di dalam lubang sumur. Bila formasi tidak sanggup

menahan tekanan bubur semen, maka akan menyebabkan formasi pecah,

sehingga terjadi lost circulation. Densitas bubur semen yang rendah sering

digunakan dalam operasi primary cementing dan remedial cementing, guna

menghindari terjadinya fracture pada formasi yanglemah.

Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan hal - hal berikut :

 Menambahkan clay atau zat - zat kimia silikat jenisextender;

 Menambahkan bahan - bahan yang dapat memperbesar volume bubur

semen, sepertipozzolan;

Sedangkan densitas bubur semen yang tinggi digunakan bila tekanan

formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir

atau material - material pemberat ke dalam bubur semen, seperti barite.

Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat dan

volume tiap komponen yang ada di dalam bubur semen, sedangkan di

lapangan dengan menggunakan alat ‘pressurized mudbalanced’.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
17

Thickening Time danViscositas

Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan

bubur semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of

Consistency). Konsistensi sebesar 100 UC merupakan batasan bagi bubur

semen masih dapat dipompa lagi. Dalam penyemenan, sebenarnya yang

dimaksud dengan konsistensi adalah viskositas, hanya dalam

pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip sehingga penggunaan unit

konsistensi ini dapat dipakai untuk membedakan viskositas pada operasi

penyemenan dengan viskositas pada operasi pemboran (lumpur pemboran).

Untuk memperpanjang atau memperlambat thickening time perlu

ditambahkan retarder atau accelerator ke dalam bubur semen, seperti

kalsium lignosulfonat, carboxymethyl, hydroxyethyl, cellulose, dansenyawa

- senyawa asamorganik.

FiltrationLoss

Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari bubur semen

ke dalam formasi permeable yang dilaluinya. Cairan ini sering disebut

dengan filtrat. Filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak, karena akan

menyebabkan bubur semen kekurangan air. Kejadian ini disebut dengan

flash set. Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan alat filter

press pada kondisi temperatur sirkulasi dengan tekanan 1.000 psi. Namun

filter press memiliki kekurangan yaitu batasan temperatur maksimum yang

bisa digunakan hanya sampai 82°C (180°F). Filtration loss diketahui dari

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
18

volume filtrat yang ditampung dalam sebuah tabung atau gelas ukur.

Pengujian dilakukan selama 30 menit.

Pada Primary Cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 150 -

250 cc yang yang diukur selama 30 menit dengan menggunakan saringan

berukuran 325 mesh dan pada tekanan 1.000 psi. Sedangkan pada Squeeze

Cementing, filtration loss diijinkan sekitar 55 - 56 cc selama 30 menit.

Water Cement Ratio(WCR)

Water Cement Ratio (WCR) adalah perbandingan air yang dicampur

terhadap bubuk semen sewaktu bubur semen dibuat. Jumlah air yang

dicampur tidak boleh lebih atau kurang, karena akan mempengaruhi baik -

buruknya ikatan semen nantinya.

Waiting On Cement(WOC)

Waiting On Cement atau waktu menunggu pengerasan bubur semen

adalah waktu yang dihitung saat wiper plug diturunkan sampai kemudian

plug di bor kembali untuk operasi selanjutnya. WOC ditentukan oleh faktor

- faktor seperti tekanan dan temperatur sumur, WCR, compressive strength

dan aditif - aditif yang dicampur ke dalam bubur semen (seperti accelerator

atau retarder), pada umumnya sekitar 12jam.

Permeabilitas

Permeabilitas diukur pada bubur semen yang mengeras, dan bermakna

sama dengan permeabilitas pada batuan formasi yang berarti kemampuan

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
19

untuk mengalirkan fluida. Semakin besar permeabilitas semen maka

semakin banyak fluida yang dapat melalui semen tersebut, dan begitu pula

untuk keadaan yang sebaliknya. Dalam hasil penyemenan, permeabilitas

semen yang diinginkan adalah tidak ada atau sekecil mungkin. Karena jika

permeabilitas semen besar hal ini menyebabkan terjadinya kontak fluida

antara formasi dengan annulus dan strength semen berkurang, sehingga

fungsi semen tidak akan seperti yang diinginkan, yaitu menyekat casing

dengan fluida formasi yang korosif. Bertambahnya permeabilitas semen

dapat disebabkan karena air pencampur terlalu banyak, karena kelebihan

aditif atau temperatur formasi yang terlalutinggi.

Compressive Strength dan ShearStrength

Strength pada semen terbagi dua, yakni compressive strength dan

shear strength. Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen

dalam menahan tekanan - tekanan yang berasal dari formasi maupun dari

casing, sedangkan shear strength didefinisikan sebagai kekuatan semen

dalam menahan berat casing. Jadi compressive strength menahan tekanan -

tekanan dalam arah horizontal dan shear strength semen menahan tekanan -

tekanan dari arah vertikal. Umumnya compressive strength mempunyai

harga 8 - 10 kali lebih dari harga shear strength. Pengujian compressive

strength di laboratorium dilakukan dengan menggunakan alat Curing

Chamber dan Hydraulic Mortar.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
20

SulfatResistance

Air asin bawah permukaan biasanya banyak mengandung sodium

sulfat dan kerusakan dapat terjadi ketika larutan tersebut bereaksi dengan

hasil hidrasi semen tertentu. Magnesium dan sodium sulfat bereaksi dengan

endapan kalsium hidroksida membentuk magnesium dan sodium hidroksida

serta kalsium sulfat.

Aditif Yang Digunakan Dalam SuspensiSemen

Sistem semen Portland ada yang direncanakan sampai temperatur 371°C

(700°F) misalnya untuk sumur - sumur geothermal. Juga ada yang direncanakan

untuk tekanan 30.000 psi misalnya untuk sumur - sumur yang dalam. Ada faktor -

faktor lainnya yang turut mempengaruhi dalam pembuatan bubur semen, seperti

waktu dan harga. Selain itu pembuatan bubur semen harus memperhatikan juga

sifat dari bubur semen tersebut.

Hingga saat ini lebih dari 100 aditif telah dikenal. Namun aditif yang

digunakan dalam penyemenan liner ini yaitu :

 AntifoamingAgent

 AntisettlingAgent

 Gasblock

 Liquid TICDispersant

 CementRetarder

 Silica Flour

 Spacer

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
21

 WeightingAgent

 ChemicalWash

AntifoamingAgent

Antifoaming agent merupakan aditif yang digunakan untuk

mengurangi dan menghambat pembentukan busa akibat adanya perbedaan

tegangan osmotik di dalam suatu cairan.

AntisettlingAgent

Antisettling agent merupakan aditif yang digunakan sebagai pengental

di dalam suatu larutan.

Gasblock

Gasblock merupakan aditif yang digunakan untuk memblok gas agar

gas tidak masuk kedalam ikatan semen. Adanya gas yang masuk ke dalam

ikatan semen dapat mempengaruhi laju produksi dan dapat menyebabkan

korosi pada casing serta menimbulkan channeling.

Liquid TICDispersant

Liquid TIC dispersant merupakan aditif yang digunakan untuk

meningkatkan pemisahan partikel dan mencegah pengendapan /

penggumpalan pada bubur semen. Dispersant adalah zat aditif yang

digunakan untuk mengurangi viskositas bubur semen (sebagai pengencer)

sehingga bubur semen dapat mengalir dengan aliran turbulen meskipun di

pompa dengan laju alir yang rendah.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
22

CementRetarder

Cement Retarder merupakan aditif yang digunakan untuk

memperlambat proses pengerasan pada bubur semen, sehingga bubur semen

mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai kedalaman target yang

diinginkan. Cement Retarder sering digunakan dalam menyemen casing

pada sumur - sumur yang dalam, sumur - sumur yang bertemperatur tinggi

atau untuk kolom penyemenan yang panjang. Aditif yang berlaku sebagai

retarder antara lain lignosulfonat, senyawa - senyawa asam organik dan

CMHEC (Carboxy Methyl Hydroxy Etyl Cellulose).

SilicaFlour

Silica flour merupakan aditif yang digunakan agar bubur semen

yang telah mengeras tidak pecah. Karena silica flour dapat menaikkan

strength pada bubur semen apabila suhu di atas 110°C (230°F), dan pada

suhu yang sama apabila bubur semen tidak mengandung silica flour maka

bubur semen yang telah mengeras akan kehilangan strength sampai

setengah kalinya setelah 14 jam, kemudian bubur semen yang telah

mengeras akanpecah.

Spacer

Spacer merupakan aditif yang digunakan sebagai pemisah antara

semen dengan lumpur. Karena jika semen dan lumpur tercampur, akan

berpengaruh pada ikatan semen yang dihasilkan.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
23

WeightingAgent

Aditif ini digunakan untuk memperberat bubur semen. Karena zat

yang terkandung dalam weighting agent ini sangat berpengaruh terhadap

Compressive Strength pada semen. Compressive strength yaitu kekuatan

semen dalam menahan tekanan - tekanan yang berasal dari formasi maupun

casing.

ChemicalWash

Chemical Wash merupakan zat aditif kimia yang digunakan untuk

membantu membersihkan lubang bor dari sisa - sisa sirkulasi lumpur

pemboran. Chemical wash akan membantu memaksimalkan pembersihan

lubang bor dari sisa lumpur pemboran karena semen tidak boleh

terkontaminasi oleh lumpur.

TeknikPenyemenan

Keberhasilan suatu pekerjaan penyemenan merupakan fungsi dari

kemampuan suatu team dalam merencanakan peralatan penyemenan, persiapan -

persiapan yang harus dilakukan sebelum penyemenan. Selain masalah di atas

teknik penyemenan (primary cementing) harus dilaksanakan secara tepat dan jika

teknik penyemenan tersebut gagal, maka penyemenan perbaikan (squeeze

cementing) harus dilaksanakan, sehingga tercapai tujuan dari penyemenan tersebut.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
24

PeralatanPenyemenan

PeralatanPermukaan

Peralatan penyemenan di permukaan terdiri dari :

 Mixer

Alat ini pada prinsipnya adalah mempertemukan bubuk semen dan air

dengan kecepatan yang sangat tinggi (sistem jet) melalui suatu venturi

sehingga timbul aliran turbulensi yang menjadikan proses

pencampuran menjadi sempurna. Gambar 3.1 merupakan Jet Mixer

yang digunakan untuk mencampur bubuk semen dan air menjadi

bubursemen.

Gambar3.1

Jet Mixer 2

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
25

 PompaSemen

Pompa semen dipakai untuk memompakan bubur semen ke dalam

sumur. Pompa yang biasa dipakai adalah pompa duplex double acting

piston atau triplex single acting plunger pump. Plunger pump adalah

biasa dipakai karena laju alir bubur semen yang keluar lebih seragam

dengan tekanan yang cukup besar. Terkadang pumping dengan

recirculating mixer dijadikan satu kesatuan tempat yang mudah

dipindah - pindahkan. Ini disebut sebagai mobile cementing equipment

(Gambar 3.2).

Gambar 3.2

Plunger Pump 3

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
26

Plug container sebagai tempat top dan bottom cementing plug yang

diletakkan di atas dan di bawah bubur semen. Cementing head

digunakan untuk menyimpan pump down plug sebelum dilepas

(Gambar 3.3).

Gambar 3.3

Liner Cementing Head 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
27

 Casing Cementing Head

Alat ini berfungsi sebagai media penghubung antara pipa penyemenan

dari pompa semen ke casing dan sebagai tempat untuk menempatkan

plug (top dan bottom plug). Cementing Head / Head Plug Conditioner

digunakan untuk menyimpan top plug dan bottom plug. Dengan

adanya casing cementing head ini, maka lumpur dapat disirkulasikan

oleh desakan bottom plug sampai ke float collar lalu diisikan bubur

semen di atasnya sebelum pendesakan oleh top plug dimulai (Gambar

3.4).

Gambar 3.4

Casing Cementing Head 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
28

Peralatan BawahPermukaan

 FloatingEquipment

Alat ini terdiri dari float shoe dan float collar. Float shoe adalah

peralatan yang dipasang pada ujung casing agar casing tidak

tersangkut selama diturunkan. Float shoe dan float collar untuk

mencegah aliran balik dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5

Floating Equipment 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
29

 WiperPlug

Wiper plug adalah plug yang dipakai untuk membersihkan dinding

dalam casing dari semen pemboran. Wiper plug digunakan untuk

menyekat tercampurnya semen dan lumpur. Plug ini dibagi menjadi

dua yaitu top plug dan bottom plug. Bottom plug berfungsi mendorong

lumpur dalam casing sedangkan top plug dipakai untuk mendesak

kolom semen dalam casing agar bubur semen dapat didorong sampai

ke tempat lokasi penyemenan rongga annulus (Gambar 3.6).

Gambar 3.6

Wiper Plug 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
30

 Scratchers

Adalah peralatan pembersih dinding lubang sumur dari mud cake

sehingga semen dapat melekat langsung pada dinding formasi dan

dapat menghindarkan channeling (lubang saluran di antara semen dan

formasi). Cara pemakaian alat ini ada beberapa macam yaitu dengan

cara diputar (rotating) atau dengan menaik - turunkan atau

reciprocating (Gambar 3.7).

Gambar3.7

Scratchers5

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
31

 Centralizer

Centralizer adalah alat untuk menempatkan casing tepat di tengah -

tengah lubang sumur, agar diperoleh jarak yang sama antara dinding

casing dengan dinding lubang sumur. Pemasangan alat ini pada casing

biasanya dengan cara di las atau welding (dipasang di antara casing

coupling) atau menggunakan stop ring. Stop ring digunakan untuk

memposisikam centralizer apabila dipasang pada bagian badan string.

Penempatan casing dalam lubang sumur sebisa mungkin terletak di

tengah - tengah untuk menghindari terjadinya channeling (lubang

saluran di antara semen dan formasi). (Gambar 3.8).

Gambar 3.8

Centralizer 6

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
32

 Landing Collar

Berfungsi untuk menyekat atau menangkap liner wiper plug,

mencegahnya naik kembali ke atas lubang, menyekat tekanan dari

bawah dan mencegahnya berputar sewaktu melakukan pemboran

sumur. (Gambar 3.9).

Gambar 3.9

Landing Collar 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
33

 LinerPacker

Alat ini dipasang pada bagian atas liner sebagai penyekat antara liner

dan casing pada trayek sebelumnya setelah pemompaan semen selesai.

Gambar 3.10 menunjukkan gambar linerpacker.

Gambar3.10

Liner Packer7

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
34

 Pump DownPlug

Alat ini dihubungkan pada bagian atas pipa bor. Terdapat Manifold

yang digunakan untuk membantu pada waktu pemompaan lumpur dan

semen ke dalam pipa bor sampai pump down plug bertemu dengan

wiper plug. Gambar 3.11 merupakan gambar pump down plug.

Gambar 3.11

Pump Down Plug 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
35

 Liner Wiper Plug

Alat ini ditempatkan pada bagian bawah setting tool. Pump down plug

akan mengikuti bubur semen sambil membersihkan bubur semen pada

bagian dalam pipa bor, kemudian bersama liner wiper plug

mendorong bubur semen di dalam rangkaian liner. Liner wiper plug

kemudian lepas dari setting tool karena mendapat tekanan daripompa.

Gambar 3.12

Liner Wiper Plug 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
36

 Liner SettingTool

Berfungsi untuk menghubungkan pipa bor dengan liner. Setting

collar dan tie - back receptacle atau sleeve. Biasanya digabungkan

menjadi satu alat (Gambar3.13).

Gambar 3.13

Liner Setting Tool 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
37

PersiapanPenyemenan

Pada persiapan penyemenan, ada beberapa tahap yang harus dilakukan

terlebih dahulu yaitu analisa masalah mengenai faktor - faktor sebelum

dilakukannya penyemenan.

3.9.1 Analisa Masalah

Faktor - faktor yang perlu diperhatikan sebelum dilakukannya

penyemenan adalah :

 Data kedalaman /konfigurasi

 Keadaan lubangsumur

 Datatemperatur

Data yang diperlukan adalah kedalaman vertikal, measured depth,

ukuran casing (dan berat), ukuran open hole, jenis string (liner). Data

kedalaman sangat penting karena berhubungan dengan temperatur, volume

semen, tekanan hidrostatik, dan tekanan gesekan.

Kedalaman lubang sumur seperti formasi yang over pressure, atau

dengan gradien rekah yang rendah, gas, zone garam, yang massive perlu

diketahui. Data temperatur yang dimaksud adalah peralatan Bottom Hole

Circulating Temperature (BHCT) dan Bottom Hole Static Temperature

(BHST) diperlukan untuk memperkirakan perbedaan serta distribusi

temperatur di sepanjang lubang bor.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
38

Prosedur Penempatan BuburSemen

Prinsip operasi penyemenan ini adalah menempatkan bubur semen ke dalam

annulus antara casing dan lubang sumur, dengan cara mensirkulasikan bubur

semen tersebut melaluicasing kemudian melalui casing shoe dengan

menggunakan dua buah plug (top plug dan bottom plug). Oleh karena itu primary

cementing ini disebut juga casing cementing.

Agar diperoleh hasil yang maksimal dalam primary cementing, maka

beberapa prosedur di bawah ini sebaiknya dilakukan yaitu :

1. Mengkondisikan lubang sumur, antara lain dengan reaming yaitu pemboran

kecil pada lubang yang telah ada untuk memperlebar sedikit lubang atau

meratakan dinding lubangpemboran.

2. Mengkondisikan lumpur dengan cara mengalirkan lumpur pada saringan agar

terlepas semua cuttingnya. Selain itu menjaga viscositas, gel strength, dan

water loss agar tetap rendah.

3. Memasang guide shoe dan float collar. Float collar biasanya dipasang ± 30 ft

(namun tidak selalu) atau 2 - 3 joint casing di atas guide shoe untuk

mencegah pendorongan yang berlebihan (over displacement) pada bubur

semen dan agar diperoleh bubur semen yang baik di sekitar casingshoe.

4. Memasang scratcher terutama untuk zona - zona permeable guna

menghilangkan mud cake.

5. Memasang centralizer agar casing terletak di tengah - tengah lubang. Lokasi

pemasangan ditentukan dengan caliper log dan jaraknya diatur sekitar 60 - 90

ft.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
39

6. Memakai bubur semen dengan densitas sedikit lebih besar dari densitas

lumpur mula - mula. Semen yang dipilih harus sesuai dengan kelas semen

berdasarkan kedalaman dan temperaturformasi.

7. Memakai caliper log untuk mengukur diameter lubang pemboran agar

volumebubursemenbisadihitungdengantepat,laluditambahkansekitar15

- 25% volume untuk safety factor. Bila dalam penentuan diameter lubang

tidak dipakai caliper log, maka safety factor dapat mencapai 50 - 100%.

8. Menggunakan top plug dan bottomplug.

9. Memutar dan menggerak - gerakkan casing selama pendesakan bubur semen

berlangsung, dilanjutkan sampai top plug menyentuh bottom plug di atas

float collar hingga selesai pendesakan bubursemen.

10. Setelah penempatan bubur semen selesai, periksa permukaan fluida di

annulus. Annulus harus selalu penuh dengan fluida, atau bubur semen sampai

kepermukaan.

11. Casing dijaga dalam keadaan tension pada saat penyemenan. Thickeningtime

dapat diatur sesuai dengan kondisi yang ada.

12. Melakukan pressure test pada penyemenan tersebut sebelum pemboran

dilanjutkankembali.

Gelombang Acoustic

Acoustic berkaitan erat dengan karakterisktik perambatan gelombang suara

(sound wave). Pada hakikatnya perambatan gelombang suara ini merupakan

proses compression (penekanan) dan refraction (pengembangan) molekul -

molekulgasataucairanataucairansebagaiprosessqueezing(pemerasan)dan

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
40

stretching (perentangan) struktur butiran padatan. Ada tiga jenis gelombang

acoustic, compressional wave dan shear wave.

Apabila proses perambatan gelombang terjadi searah dengan arah

perambatan gelombang, gelombang tersebut disebut dengan gelombang

kompressional (compressional wave). Dan apabila gerakan di atas tegak lurus

dengan arah perambatan gelombang disebut gelombang shear (shear wave).

Ditinjau dari jumlah frekuensi yang dipancarkan, gelombang acoustic dibagi

menjadi 3, infrasonic (frekuensi kurang dari 20 kHz), gelombang suara (frekuensi

antara 20 sampai 20.000 kHz) serta ultrasonic (frekuensi di atas 20 kHz).

Metode AcousticLogging

Ada dua metode acoustic logging yang dipakai dan memiliki prinsip

pengukuran yang berbeda, yakni Cement Bond Logging (CBL) dan Cement

Evaluation Tool (CET). Jenis ketiga yakni Cement Bond Tool (CBT) pada

dasarnya merupakan borehole - compensated CBL.

Cement Bond Logging(CBL)

Cement Bond Logging (CBL) merupakan metode yang sudah

dikembangkan sejak 30 tahun yang lalu dan merupakan metode yang

masih sering digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan penyemenan.

Prinsip pengukuran CBL adalah merekam harga transit time dan

amplitudo / attenuation dari gelombang acoustic 20 kHz yang

dipancarkan oleh transmitter setelah merambat melalui dinding casing

dan semen pada lubang bor.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
41

Cement Bond Tool(CBT)

Cement Bond Tool (CBT) merupakan metode evaluasi kualitas

semen yang merupakan pengembangan dari CBL. CBT dikenal juga

sebagai Ratio Bond Tool (RBT) atau attenuation - ratio log. Peralatan

CBT dilengkapi dengan 3 receiver yang dipasang di antara dua

transmitter, di atas dan di bawah. Selain itu juga dilengkapi dengan

centralizer.Prinsip pengukuran CBT hampir sama dengan prinsip

pengukuran CBL, yakni merekam harga transit time dan gelombang /

attenuation dari gelombang acoustic 20 kHz yang dipancarkan oleh

transmitter setelah merambat melalui dinding casing dan fluida lubang

bor. Namun karena CBT memiliki 2 receiver utama R2 dan R3 di antara

transmitter T1 dan T2, terdapat perbedaan dalam perhitungan respon

yang diterima olehCBT.

Perhitungan Penyemenan Liner 7Inch

Pada penyemenan liner 7 inch, ada beberapa perhitungan yang dilakukan

antara lain total volume slurry cement, total volume displacement, sack of cement,

total volume lumpur, dan kecepatan volume semen di annulus.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
42

Volume Total SlurryCement

Perhitungan ini biasanya berdasarkan ukuran diameter lubang

ditambah volume tambahan yang disebut dengan volume excess biasanya

berdasarkan pengalaman lapangan (umumnya 10% - 25%). Namun pada

sumur ini, volume excess yang dibutuhkan sebanyak 180% yang diperoleh

dari data yang tersedia.

Dalam perhitungan pada penyemenan ini, berpedoman pada kondisi

profile sumur yang ditunjukkan pada gambar 3.14.

Gambar 3.14

Profile Sumur

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
43

Perhitungan ini memungkinkan service company menentukan volume

total slurry cement yang diperlukan untuk mencampur dan memompakan

bubur semen serta mendorongnya ke dalam annulus. Berikut ini merupakan

persamaan yang digunakan.

1. Volume Annular ID Casing 9 ⅝" &OD LINER7”

V1 = Capacity 1 x ( DTOL – Dcsg 95/8).................................................. (3.1)


5
( ᆀ֚al 9 " )2 − ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity 1 = 8
........................................(3.2)
1029,4

2. Volume Annular OH 8½ ” &OD Liner7”

V2 = Capacity 2 x ( Dflatshoe – Dcsg 95/8)................................................ (3.3)


1
( 3 8 " )2− ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity2 = 2 .............................................. (3.4)
1029,4

3. Volume ID LINER7”

V3 = Capacity 3 x ( Dfloatcollar –Dfloatshoe).............................................(3.5)

( 7" )2
Capacity 3 = .............................................................. (3.6)
1029,4

4. Volume RatHole

V4 = Capacity 4 x ( Dfloatshoe –Dwell).................................................... (3.7)


1
( 8 " )2
Capacity 4 = 2
......................................................................(3.8)
1029.4

5. Volume Annular OH 8½” &OD Casing 7”Excess

V5 = Capacity 2 x (Dflatshoe – Dcsg 9 5/8)x180%.................................... (3.9)


1
( 3 8 " )2− ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity2 = 2 ............................................. (3.4)
1029,4

6. Volume Rat HoleExcess

V6 = Capacity 4 x ( Dfloatshoe – Dwell )x180%..................................... (3.10)

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
44

1
( 8 " )2
Capacity 4 = 2
....................................................................(3.8)
1029.4

7. Volume Total CementSlurry

TCS = V1 + V2 +V3 +V4 + V5 +V6.................................................................................... (3.11)

Volume TotalDisplacement

Perhitungan yang keempat adalah menghitung banyaknya Volume

Total Displacement pada ID DP 5” &ID 7” Liner.

1. Volume Displacement in DP5”

V7 = Capacity 5xDTOL......................................................................................................... (3.12)


( 5" )2
Capacity 5 = ................................................................ (3.13)
1029,4

2. Volume Displacement in Liner7”

V8 = Capacity 3 x (DTOL–Dfloatcollar)................................................ (3.14)


2...................................................................................................................
Capacity 3 = ( 7")
(3.6)
1029,4

3. Volume TotalDisplacement

TDisp = V7+V8............................................................................................................................. (3.15)

Total SackCement

Perhitungan yang ketiga yaitu menghitung berapa sack cement

yang dibutuhkan untuk penyemenan casing 7 inch liner.

TSC = ................................................................. (3.16)

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
45

Tinggi Spacer di Annular OH 8 ½” &OD Casing7”

Spacer merupakan aditif yang digunakan untuk memisahkan antara

lumpur dan bubur semen agar tidak tercampur saat dilakukan penyemenan.

Masing - masing cementing company memiliki pilihan untuk banyaknya

pemakaian spacer yang akan digunakan pada proses penyemenan.

Penggunaan spacer ini diharapkan dapat meminimalisir campuran antara

bubur semen dan lumpur yang akan mempengaruhi kualitas ikatan semen.

Pada penyemenan kali ini, spacer yang digunakan sebanyak 40 bbl. Pada

dasarnya, spacer yang digunakan harus mampu mengisi kolom lubang

paling sedikit sepanjang 1000 ft. Karena jika pengisian spacer kurang dari

1000 ft, maka akan menghasilkan ikatan semen yang kurang bagus karena

terkontaminasinya bubur semen olehlumpur.

TSPC= ................................................................................ (3.17)


2

1
( 3 8 " )2− ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity2 = 2 .............................................. (3.4)
1029,4

Total Volume SirkulasiLumpur

1. Volume Lumpur Annular ID Casing 9 ⅝” &OD DP5”

V9 = Capacity 6xDTOL................................................................................................ (3.18)


5
( ᆀ֚al 9 " )2 − ( ᆀᆀ푃 5" )2
Capacity 6 = 8
.....................................(3.19)
1029,4

2. Volume Lumpur Annular ID Casing 9⅝” &OD Liner7”

V1 = Capacity 1 x ( DTOL – Dcsg 95/8)........................................... (3.1)

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
46

5
( ᆀ֚al 9 " )2 − ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity 1 = 8
1029,4
................................ (3.2)

3. Volume Lumpur Annular OH 8½” &OD Liner7”

V2 = Capacity 2 x ( Dflatshoe – Dcsg 95/8)......................................... (3.3)


1
( 3 8 " )2− ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity2 = 2 ....................................... (3.4)
1029,4

4. Volume Rat Hole /Pocket

V4 = Capacity 4 x ( Dfloatshoe –Dwell)............................................. (3.7)


1
( 8 " )2
Capacity 4 = 2
................................................................(3.8)
1029.4

5. Volume Lumpur ID DP5”

V10 = Capacity 5xDTOL................................................................................................ (3.20)


( 5" )2
Capacity 5 = .......................................................... (3.13)
1029,4

6. Volume Lumpur ID Liner7”

V11 = Capacity 3 x (DFloatShoe–DTOL)............................................ (3.21)


2...........................................................................................................
Capacity 3 = ( 7")
(3.6)
1029,4

7. Volume TotalLumpur

TVL = V9 + V10 + V11 + V12 +V13+V14..............................................................(3.22)

Kecepatan Laju Alir Bubur Semen diAnnular

Reynold Number (NRE)

d = (OH 8 ½”)² - (ODLINER7”)².................................................... (3.23)

V= ................................................................................. (3.24)
2

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
47

1
( 3 8 " )2− ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity2 = 2
).......................................... (3.4)
1029,4

............................................................................................................
NRE = 928 x (3.25)
µ

Volume SqueezeCementing

1. Volume Squeeze Annular OH 8½” &OD LINER7”

V12 = Capacity 2xDsqueeze......................................................................................... (3.26)


1
( 3 8 " )2− ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity2 = 2 ....................................... (3.4)
1029,4

2. Volume Squeeze Annular OH 8½” &OD LINER 7” + Excess 180%

V13 = Capacity 2 x Dsqueezex180%.............................................. (3.27)


1
( 3 8 " )2− ( ᆀi gLi 7" )2
Capacity2 = 2 ....................................... (3.4)
1029,4

3. Volume TotalSqueeze

TVS = V12+V13................................................................................................................... (3.28)

Dimana:

DTOL = Kedalaman Top of Liner, ft

Dcsg9⅝ = Kedalaman Casing 9 ⅝”, ft

DFS = Kedalaman Float Shoe,ft

DFC = Kedalaman Float Collar, ft

DSqueeze = Kedalaman Area Squeeze, ft

DWell = KedalamanSumur

Capacity1 = Kapasitas Annular ID Casing 9⅝” & ODLiner

7”, bbl/ft

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
48

Capacity2 = Kapasitas Annular OH 8 ½”&OD Liner 7”, bbl/ft

Capacity3 = Kapasitas ID Liner 7” , bbl/ft

Capacity4 = Kapasitas OH 8½”,bbl/ft

Capacity5 = Kapasitas ID DP 5”, bbl/ft

Capacity 6 = Kapasitas ID Casing 9 ⅝” – OD DP 5”, bbl/ft

d = diameter, inch

NRE = Reynold Number, Dimensionless

Qc = Rate pompa semen, bpm

Qm = Rate pompa lumpur, gpm

t = time, minute

TSpc = Tinggi Spacer, ft

TCS = Total Cement Slurry, bbl

TSC = Total Sack Cement, bbl

TDisp = Total Displacement, bbl

TVL = Total Volume Lumpur, bbl

V = Velocity,ft/sec

V1 = Volume Annular ID Casing 9 ⅝” &OD Liner 7”, bbl

V2 = Volume Annular OH 8½” &OD Liner 7”, bbl

V3 = Volume ID Liner 7”, bbl

V4 = Volume Rat Hole/Pocket

V5 = Volume Annular OH 8½” &OD Liner 7” + Excess,bbl

V6 = Volume Rat Hole/Pocket + Excess, bbl

V7 = Volume Displacement in DP 5”, bbl

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
49

V8 = Volume Displacement in Liner 7”, bbl

V9 = Volume Annular ID Casing 9 ⅝” &OD DP 5”,bbl

V10 = Volume Lumpur in DP 5”,bbl

V11 = Volume Lumpur in Liner 7”,bbl

V12 = Volume Squeeze Annular OH 8½” &OD Liner7”

V13 = Volume Squeeze Annular OH 8½” &OD Liner 7” +

Excess180%

Vs = VolumeSpacer

VS = Total Volume Squeeze Cementing,bbl

YP = Yield Point, cuft /sack

ρ = Densitas,ppg

µ = Viscosity,cp

KonsentrasiAditif

Konsentrasi dari sebagian besar aditif yang ditambahkan ke dalam

semen dinyatakan dalam persen berat semen BWOC (By Weight Of Cement).

Metode ini juga digunakan dalam proses penambahanair.

Densitas Semen dan YieldSemen

Densitas semen dihitung dengan menambahkan massa dari komponen

bubur semen dan dibagi dengan total absolute volume atau untuk

menentukan densitas (lb/gal) total berat (pounds) dibagi dengan total

volume (gallons). Hampir semua perhitungan densitas berdasarkan berat

satusacksemenadalah94lb.Yieldsemenadalahvolumeyangmencakup

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
50

satu unit semen ditambah semua aditif dan air pencampur. Untuk satuan

semen sering disebut dengan sack, dan yield semen dinyatakan dalam

cuft/sack. Yield semen digunakan untuk menghitung jumlah sack semen

yang diperlukan untuk mencapai keperluan volume di annulus. Untuk aditif

jumlahnya kurang dari 1% biasanya dalam perhitungandiabaikan.

Liner

Liner merupakan casing yang digantungkan kepada casing yang sudah

terpasang. Tujuannya adalah untuk menghemat pemakaian jumlah casing. Selain

itu, pemasangan liner juga bertujuan untuk dipasang pada sumur - sumur dalam

apabila pada akhir pemboran diperoleh ukuran lubang yang sangat kecil

sementara itu sumur tidak terlalu dalam maka diperlukan ukuran casing dengan

toleransi yang sangat kecil. Untuk persoalan semacam ini dapat dipergunakan

liner.

Alasan yang lain adalah kekuatan menara, casing yang terlalu panjang

mungkin menara tidak dapat mengangkatnya. Hal ini karena kemampuan menara

tidak sebanding dengan berat rangkaian casing apabila dipasang dari dasar lubang

sampai ke permukaan. Liner berada tepat di bawah production casing dan

digantungkan pada production casing (tidak sampai ke permukaan). Liner ini

sendiri sama seperti casing akan tetapi pendek dan digantung pada casing atau

liner di atasnya. Sebagaimana casing, liner ini biasanya disemen khususnya pada

liner sumur yang menggunakan blind liner (liner yang tidak memiliki lubang).

Kesulitan pada penyemenan ini terutama karena kecilnya annulus di sekitar liner,

sehingga perpindahan lumpur pemboran menjadi kurang baik.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
51

Untuk memperbaikinya, digunakan beberapa metode menggerakkan liner,

seperti menggerakkan naik turun (reciprocating) dan memutar (rotation) liner

pada waktu menyemen seperti ditunjukkan pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15

Proses Penyemenan Liner 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
52

Tujuan Penggunaan CasingLiner

Liner adalah casing string yang tidak memperpanjang kembali ke

kepala sumur, tetapi digantungkan pada casing string lain. Liner yang

digunakan sebagai pengganti casing string penuh untuk :

 Mengurangibiaya

 Mengurangi beban rig agar tidak besar

Liner dapat berupa Intermediate atau Production String. Penyemenan

liner biasanya di seluruh panjang liner saja.

LinerHanger

Liner hanger merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

menggantungkan casing pada trayek casing sebelumnya. Selain itu,

penggunaan liner hanger adalah untuk cost reduction. Liner hanger

dipasang pada bagian atas rangkaian liner. Untuk sumur - sumur dalam,

penggunaan liner dinilai lebih ekonomis dibandingkan dengan pemasangan

casing sampai ke permukaan. Namun penggunaan liner tidak hanya

digunakan pada casing 7 inch, tapi juga bisa digunakan pada casing 9 ⅝

inch, dan casing 4 ½ inch.

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo
53

Liner Hanger memiliki dua macam cara kerja yaitu Mechanical Liner

Hangers dan Hydraulic Liner Hangers ditunjukkan pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16

Liner Hanger 4

Evaluasi penyemenan liner 7 inch pada sumur under lapangan Bridge


Irshadi Dyan Satrioutomo

Anda mungkin juga menyukai