Anda di halaman 1dari 33

BAB III

TEORI DASAR DESAIN CASING

Setelah suatu pemboran sumur minyak dan gas bumi mencapai


kedalaman tertentu, maka didalam sumur tersebut perlu dipasang casing yang
kemudian disusul dengan penyemenan casing dalam lubang bor. Casing
merupakan suatu selubung terbuat dari baja campuran yang dipasang pada sumur
pemboran yang berfungsi melindungi lubang sumur selama proses pemboran
selanjutnya dan proses produksi yang akan dilakukan dalam kondisi operasi yang
beragam.

 Fungsi casing, yaitu :


1. Mencegah gugurnya dinding sumur.
2. Menutup zona bertekanan abnormal dan zona loss.
3. Mencegah terkontaminasinya air tanah oleh fluida pemboran.
4. Membuat diameter sumur tetap.
5. Mencegah hubungan langsung antar formasi.
6. Tempat kedudukan BOP dan peralatan produksi.

1. Mencegah gugurnya dinding sumur.


Pada proses pemboran, terdapat lapisan batuan yang kompak dan ada
yang tidak kompak. Pemboran lapisan yang tidak kompak yang menebus
lapisan tersebut dapat menyebabkan runtuhnya sebagian dinding lubang, dan
lubang bor dapat mengalami pembesaran. Lapisan lunak juga memberikan efek
pembelokan sehingga berakibat menyimpangnya peralatan pemboran dari
trayek pemboran yang telah direncanakan.

2. Menutup zona bertekanan Abnormal dan zona Loss.


Zona bertekanan abnormal merupakan zona yang dapat menyebabkan
kick, yaitu masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor. Jika kick membesar

12
dan tidak dapat ditanggulangi maka terjadi blow out. Sedangkan zona loss yaitu
zona yang memiliki tekanan yang jauh lebih rendah dibanding tekanan
hidrostatik fluida pemboran. Sehingga fluida pemboran akan masuk dan
menghilang kedalam formasi. Zona lost dapat terjadi jika ada suatu patahan
(fault) atau faktor penyebab lainnya.

3. Mencegah Terkontaminasinya Air Tanah oleh Fluida Pemboran.


Untuk mengimbangi tekanan formasi yang dilalui dipergunakan lumpur
pemboran dengan densitas tertentu. Lumpur pemboran memiliki tekanan
hidrostatik yang sedikit lebih besar dari tekanan formasi. Akibatnya lumpur
pemboran akan masuk ke dalam formasi akibat adanya perbedaan tekanan
tersebut. Pada proses ini, pada dinding lubang bor akan terbentuk mud cake dan
filtrat lumpur. Filtrat lumpur tersebut masuk ke dalam tanah dan menyebabkan
air tanah tercemar. Diperlukan pemasangan casing untuk menghindari
pencemaran tersebut.

4. Membuat Diameter Sumur tetap.


Suatu bagian sumur pemboran yang belum dipasang casing, akan
terdapat mud cake yang dihasilkan fluida pemboran. Ketebalan mud cake
merupakan fungsi waktu terhadap permeabilitas batuan. Bila permeabilitas
batuan yang ditembus besar maka mud cake semakin tebal. Pemasangan casing
diperlukan untuk membuat diameter sumur tetap dan volume annlus akan dapat
diketahui secara pasti.

5. Mencegah Hubungan Langsung Antar Formasi.


Apabila suatu sumur menghasilkan minyak dan gas dari lapisan yang
berbeda, dan diproduksikan secara bersama-sama maka perlu dipasang casing
dan packer untuk memisahkan dua lapisan produktif itu, seperti Gambar 3.1.

13
Gambar 3.1. Pemisahan Dua Lapisan Produktif (2)

6. Tempat Kedudukan BOP dan Peralatan Produksi.


BOP merupakan peralatan pelindung jika terjadi kick ataupun semburan
liar. BOP diletakkan dipermukaaan, terhubung dengan casing surface.
Peralatan pompa juga dapat diletakkan pada casing, misalnya ESP.

3.1. Klasifikasi Casing


Berdasarkan fungsinya, casing dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu :
- Casing Conductor
- Casing Surface
- Casing Intermediate
- Casing Production
- Liner
Diawal pemboran dimana lapisan permukaan masih longgar dan mudah
terkikis oleh sirkulasi lumpur. Untuk mencegah keguguran dinding lubang akibat
sirkulasi lumpur diturunkan pipa pertama yang disebut dengan stove pipe. Untuk
lokasi yang berair pemasangan stove pipe dengan jalan ditumbuk. Untuk lokasi

14
daratan, lubang dibuat terlebih dahulu, baru stove pipe diturunkan.
Stove pipe tidak digolongkan sebagai casing karena sebagai stove pipe dapat
digunakan :
- Plat besi yang digulung dan di las.
- Drum bekas yang disambung-sambung dan di las
- Pipa air

3.1.1. Casing Conductor


Casing conductor adalah casing yang berfungsi menutup formasi air tawar
agar tidak terkontaminasi oleh zat-zat kimia lumpur. Bila formasi air tawar tidak
ditutup, zat kimia lumpur akan masuk ke dalam formasi air tawar, dan
mengkontaminasi air tawar. Zat kimia lumpur banyak yang membahayakan kalau
dikonsumsi oleh manusia. Penduduk di sekitar lokasi umumnya mengambil air
untuk keperluan sehari-hari dari lapisan formasi air tawar tersebut. Gambarannya
dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Zat Kimia Lumpur Mencemari Formasi Air Tawar (1)

Setelah menembus formasi air tawar, rangkaian casing diturunkan, dan


rangkaian casing ini disebut dengan casing conductor. Casing conductor disemen
sampai ke permukaan. Gambaran sumur setelah dipasang casing conductor dapat
dilihat pada Gambar 3.3.

15
Gambar 3.3. Casing Conductor Mencegah Formai Air Tawar Terkontaminasi Lumpur (1)

Pada Gambar 3.3 terlihat bahwa setelah casing conductor menutup


formasi air tawar, zat kimia lumpur sudah ditahan oleh casing dan tidak akan
mengkontaminasi formasi air tawar.
Pada umumnya casing ini berdiameter besar, yaitu 16 inch sampai 30 inch
serta letak kedalaman pemasangan umumnya 30 sampai 300 ft.

3.1.2. Casing Surface


Fungsi casing surface :
1. Melindungi air tanah dari kontaminasi oleh lumpur pemboran
2. Tempat kedudukan BOP dan wellhead.
3. Menyangga seluruh berat rangkaian casing berikutnya.
Setelah casing conductor diturunkan dan disemen, dilanjutkan pemboran
melalui bagian dalam casing conductor dengan ukuran bit yang dapat melalui
casing conductor. Bila bit mendekati formasi lapisan formasi yang bertekanan
tinggi, pemboran dihentikan.

Rangkaian pemboran dicabut, kemudian diturunkan rangkaian casing, dan


disemen sampai ke permukaan. Rangkaian casing ini disebut dengan casing

16
surface.
Diujung atas casing surface dipasang rangkaian blowout preventer.
Gambaran casing surface dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Setelah rangkaian BOP dipasang pada bagian atas casing surface,


pemboran dilanjutkan menembus formasi bertekanan tinggi. Apabila terjadi kick
sumur sudah dapat ditutup, kick dapat dicegah, dan tidak berkembang menjadi
blowout, serta selanjutnya kick dimatikan. Gambaran saat sumur mengalami kick
dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Setelah kick dapat dimatikan, pemboran dilanjutkan menembus formasi
bertekanan tinggi.

Gambar 3.4. Casing Surface (1)

17
Gambar 3.5. Gambaran Sumur Mengalami Kick (1)

Pada Gambar 3.5 diatas terlihat fluida formasi yang masuk ke dalam
sumur (influx) bergerak mendorong lumpur di annulus ke permukaan. Karena
blowout preventer telah ditutup aliran fluida (lumpur) tidak terus menyembur
karena ditahan oleh packing element dari blowout preventer.

Selanjutnya dilakukan pemboran untuk menembus lapisan abnormal


dengan berat jenis lumpur yang sama dengan kill mud weight.

Letak kedalaman pemasangan casing ditentukan oleh peraturan setempat


yang menentukan pada kedalaman berapa casing tersebut harus dipasang. Casing
ini disemen hingga ke permukaan.

3.1.3. Casing Intermediate


Casing intermediate dipasang untuk menghubungkan bagian atas
(conductor) dengan bagian bawah. Fungsinya menutup formasi-formasi yang
dapat menyebabkan kesulitan selama pemboran, seperti sloughing shale, lost
circulation, tekanan abnormal, kontaminasi lumpur dan lain-lain. Suatu sumur
dapat mempunyai lebih dari satu casing intermediate, hal ini tergantung pada

18
kondisi yang dihadapi selama pemboran.
Setelah selesai menembus formasi bertekanan tinggi, diturunkan rangkaian
casing untuk menutup formasi bertekanan tinggi, dan disemen. Penyemenan dapat
dilakukan sampai ke permukaan. Akan tetapi untuk menghemat penggunaan
semen seringnya annulus antara casing dengan casing tidak perlu disemen
seluruhnya, untuk penghematan penggunaan semen. Rangkaian casing ini disebut
dengan casing intermediate.
Bila dalam operasi pemboran terdapat beberapa buah formasi yang
berbahaya, setiap rangkaian casing yang menutupnya bernama casing
intermediate, seperti Gambar 3.6.

Untuk menghemat biaya, rangkaian casing tidak dipasang sampai ke


permukaan. Rangkaian casing digantungkan pada rangkaian casing yang sudah
terpasangan sebelumnya. Rangkaian ini disebut dengan intermediate liner.
Gambaran intermediate liner adalah seperti Gambar 3.6.

Permukaan
Permukaan

Casing Surface

Semen

Formasi
Intermediate
Berbahaya
Linner

Gambar 3.6. Intermediate Liner (1)

19
Formasi-formasi yang membahayakan adalah sebagai berikut :
 Formasi bertekanan tinggi.
 Formasi yang menimbulkan lost circulation.
 Formasi yang sudah runtuh.
 Formasi yang mengandung cairan korosif

3.1.4. Casing Production


Casing production adalah rangkaian casing yang dipasang dari lapisan
produktif ke permukaan.

Fungsi casing production :


1. Memisahkan lapisan yang mengandung minyak dengan lapisan-lapisan lain.
2. Melindungi alat-alat produksi yang terdapat dibawah pemukaan seperti
pompa dan lain-lain.
Casing ini disemen dari dasar lubang sampai ke permukaan, atau
sekurang-kurangnya 100 ft diatas casing shoe yang sudah terpasang sebelumnya.

Bila casing production dipasang dari puncak lapisan produktif sampai ke


permukaan, dan lapisan produktif dibiarkan terbuka, cara ini disebut dengan open
hole completion. Open hole completion dapat dilakukan bila lapisan produktif
merupakan formasi yang kompak atau consolidated rock.

Bila casing production menembus lapisan produktif dari permukaan,


kemudian disemen, selanjutnya casing dan semen diperforasi, cara ini disebut
dengan perforated completion. Gambaran dari Open hole completion dan
perforated completion dapat dilihat pada Gambar 3.7.

20
Gambar 3.7. Gambaran Open hole completion dan Perforated Completion (1)

Bila casing production dipasang dari puncak lapisan produktif sampai ke


permukaan, dan kemudian dipasang liner melapisi lapisan produktif dan disemen,
cara ini disebut dengan liner completion. Liner adalah rangkaian pipa selubung
yang tidak dipasang sampai ke permukaan. Gambaran dari liner completion dapat
dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Liner Completion (1)

21
3.1.5. Liner
Secara umum liner mempunyai fungsi yang sama dengan casing
production, tetapi tidak dipasang hingga ke permukaan.
Pertimbangan penggunaan liner :
1. Kemampuan dari rig
2. Penghematan dari segi ekonomis maupun waktu
3. Pada sumur eksplorasi ternyata payzone berada dibawah program untuk
casing production yang telah direncanakan, maka untuk memperpanjang agar
mencapai zona yang dituju dipergunakan liner.
Gambaran dari liner completion dapat dilihat pada Gambar 3.9

liner
.

Gambar 3.9. Liner (1)

3.2. Spesifikasi Casing


Spesifikasi casing yang telah distandarisasikan oleh API antara lain adalah
diameter, berat nominal, tipe sambungan, grade, length Range, dan yield casing.

3.2.1. Diameter
Casing mempunyai tiga macam diameter, yaitu :
1. Diameter Luar (OD)
2. Diameter Dalam (ID)
3. Drift Diameter
Outside diameter casing adalah :
OD = ID + 2 t …………………………………….........................(3-1)

22
Keterangan :
OD : Outside diameter body casing, inchi
ID : Inside diameter body casing, inchi
t : Ketebalan body casing, inchi
t

OD ID

Gambar 3.10. Gambaran Body Casing (1)

Diameter luar (OD) maupun diameter dalam casing (ID) diukur pada body
casing itu sendiri seperti pada Gambar 3.10 diatas, bukan pada sambungan
casing atau couplingnya. Drift diameter adalah diameter maksimum suatu benda
yang dapat dimasukkan ke dalam casing. Diameter ini berguna untuk menentukan
diameter bit untuk melanjutkan pemboran setelah terpasangnya suatu casing.

3.2.2. Berat Nominal


Berat nominal adalah berat rata-rata body dan sambungan casing per foot.
Dari harga berat nominal, untuk panjang casing tertentu dapat diketahui berat
casing.
Berat Nominal casing terdiri dari dua, yaitu berat nominal dan berat plain
end. Berat Nominal merupakan berat rata-rata dari serangkaian casing beserta ulir
(thread) dan couplingnya per satuan panjang, yang biasanya dinyatakan dalam
satuan lb/ ft.
Sedangkan berat plain end yaitu berat dari casing tiap foot tanpa
memperhitungkan pemotongan thread maupun penambahan couplingnya.
Berat casing adalah :

W = L x BN ……………………………………............................(3-2)

23
Keterangan :
W : Berat casing, lbs
L : Panjang casing, ft
BN : Berat nominal casing , lbs/ft
3.2.3. Tipe Sambungan
Untuk menyambung casing satu dengan casing yang lain, dipergunakan
ulir (thread). Ada tiga macam tipe sambungan casing yang dapat dilihat pada
Gambar 3.12, antara lain Round Thread and Coupling (RTC), Buttress Thread
and Coupling (BTC), Extreme Line Casing (ELC).

1. Round thread and coupling (RT & C)


Bentuk ulir seperti huruf “V” dengan jumlah ulir 8 -10 per inchi.
Sambungan ini ada dua macam, yaitu long thread & coupling (LT&C) dan
short thread & coupling (ST&C), dimana Tension strength LT&C 30% lebih
kuat dari pada ST&C.

2. Buttres thread and coupling (BT & C)


Bentuk ulir seperti trapezium dengan jumlah ulir 5 buah per inch.
Rangkaian casing dengan tension load besar, rangkaian casing yang panjang
atau berdiameter besar sebaiknya memakai casing jenis ini.

3. Extreme line casing


Tipe sambungan yang ulirnya menyatu pada badan casing, bentuk ulirnya
trapezium atau segi empat. Sambungan jenis ini sangat tahan terhadap
kebocoran, yang berdiameter 85/8” sampai 103/4” mempunyai lima ulir per inch
dan berdiameter kecil, 7” ke bawah mempunyai ulir per inch

24
Gambar 3.11. Tipe Sambungan Casing (3)

3.2.4. Grade
Kekuatan casing dapat dilihat pada gradenya pada Tabel 3.1. Grade
ini ditentukan oleh pemakaian bahan campuran pembuatannya, seperti :
carbon, belerang, atau lainnya. Selain itu juga berdasarkan yield strength
minimum yang didefinisikan sebagai besarnya beban tension minimum agar
terjadi penguluran 0,5% panjang pipa kecuali P-110 sebesar 0,65% panjang
pipa.
Tabel 3.1.
Grade dan Yield Strength Casing (3)

Grade Min. Yield Strength Max. Yield Strength Yield Strength


(psi) (psi) rata-rata (psi)
H-40 40.000 60.000 50.000
J-55 55.000 75.000 65.000
K-55 55.000 75.000 65.000
C-75 75.000 90.000 85.000
N-80 80.000 100.000 90.000
C-95 95.000 105.000 100.000
P-110 110.000 140.000 125.000

25
3.2.5. Range Length
Range casing adalah panjang casing yang diukur dari ujung coupling
sampai ke ujung thread atau merupakan panjang casing bersama couplingnya (L).
Harga perkiraan panjang joint adalah Range dari setiap seksi pipa, seperti pada
Tabel 3.2. dibawah ini.
Tabel 3.2.
Length Range Casing (4)

Range Length Range Min (ft) Average Length (ft) Variasi Panjang (ft)
1 15 – 25 22 6
2 25 – 34 31 5
3 Over – 34 42 6

3.3. Penentuan Kedalaman Penempatan Casing (Casing Setting Depth)


Penempatan casing harus mempertimbangkan lithologi batuan pada lubang
bor. Sehingga casing dapat menutup zona-zona yang diperkirakan sebagai zona
abnormal pressure ataupun zona lost. Casing yang dimasukkan kedalam lubang
bor harus ditempatkan pada kedalaman yang tepat. Jika penempatan casing tidak
pada kedalaman yang seharusnya, akan terjadi problem-problem yang akan
menghambat kegiatan selanjutnya. Penentuan kedalaman penempatan casing
dilakukan dengan perhitungan terhadap data-data tekanan formasi, tekanan
lumpur yang digunakan, dan tekanan rekah formasi.

3.3.1. Tekanan Formasi


Tekanan formasi merupakan derajat tekanan yang ada pada pori-pori
batuan serta fluida yang terkandung dalam batuan. Tekanan formasi ini yang
menyebabkan fluida dapat mengalir ke lubang sumur yang memiliki tekanan lebih
rendah. Tekanan formasi dapat berupa tekanan overburden, tekanan hidrostatik,
ataupun tekanan kapiler dan lain-lain.
1. Tekanan Overburden, yaitu tekanan yang terjadi pada batuan bagian bawah
karena berat batuan dan fluida diatasnya.
2. Tekanan Hidrostatik, adalah tekanan statik yang disebabkan oleh fluida yang

26
mengisi pori-pori batuan diatasnya.
3. Tekanan kapiler, tekanan oleh adanya gaya yang dipengaruhi oleh tegangan
permukaan fluida yang bersinggungan, besar volume dan bentuk pori serta
sifat kebasahan dari batuan.
4. Tekanan (Gradien) rekah formasi, yaitu tekanan hidrostatik formasi
maksimum yang dapat ditahan tanpa menyebabkan terjadinya pecah formasi.

3.3.2. Tekanan Lumpur


Besarnya tekanan lumpur tergantung pada densitas lumpur yang digunakan
dan tinggi kolom lumpur di dalam lubang bor. Tekanan lumpur berfungsi
menahan tekanan formasi sehingga fluida formasi tidak masuk kedalam lubang
bor. Masuknya fluida formasi kedalam lubang bor disebut kick. Kick yang tidak
terkendali menyebabkan blow out. Tekanan lumpur tidak boleh lebih besar dari
tekanan rekah formasi. Apabila tekanan lumpur lebih besar dari tekanan rekah
formasi akan terjadi lost circulation yang disebabkan tekanan lumpur yang lebih
besar dari tekanan rekah formasi.

3.3.3. Langkah-langkah penentuan Casing Setting Depth


Casing harus ditempatkan pada lapisan batuan yang kompak dan kuat.
Sehingga casing dapat bertahan dari tekanan maupun pembebanan yang
ditanggungnya. Hal ini memberikan keamanan untuk proses pemboran maupun
proses produksi tahap selanjutnya.
Penentuan letak kedalaman casing bertujuan menutup zona lost
circulation, menutup formasi bertekanan abnormal, kemudian menutup zona-zona
rapuh. Perencanaan dimulai dari casing yang paling bawah, dan dilanjutkan
sampai bagian yang paling atas. Dengan menggunakan data tekanan formasi,
tekanan hidrostatik lumpur, dan tekanan rekah formasi, letak penempatan casing
dapat dilakukan.
Data-data tekanan yang telah diperoleh selanjutnya diplot terhadap
kedalaman lubang bor. Penentuan kedalaman casing dimulai dari dasar sumur
hingga ke permukaan.

27
3.4. Perencanaan Casing
Setelah lubang dibuat sampai kedalaman tertentu diturunkan rangkaian
casing untuk menyelubungi dinding lubang. Casing diturunkan sebatang demi
sebatang yang disambungkan secara ulir.
 Prinsip dasar perencanaan casing adalah sebagai berikut :
 Casing yang dipasang di dalam lubang sumur harus memenuhi syarat
secara teknis. Maksudnya adalah casing harus dapat menahan semua
gaya-gaya yang bekerja padanya dan tahan terhadap korosi serta tahan
terhadap temperature tinggi, supaya casing tidak rusak.
 Casing yang dipasang di dalam lubang sumur harus memenuhi syarat
secara ekonomis. Maksudnya biaya casing yang seminimal mungkin.

 Langkah-langkah dalam perencanaan casing adalah sebagai berikut :


 Tentukan atau perkirakan gaya dan tekanan yang menyerang casing.
 Pilih casing yang mempunyai kekuatan yang sedikit lebih besar dari
pada gaya dan tekanan yang menyerang casing.

 Gaya-gaya dan tekanan yang menyerang casing adalah sebagai berikut :


- Tension load
- External pressure
- Internal pressure
- Biaxial Stress
Kalau gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang menyerang casing melebihi
kekuatannya, maka casing akan rusak. Kerusakan-kerusakan casing tersebut
adalah sebagai berikut :
- Casing putus
- Casing collapse
- Casing Bursting
Untuk itu kita harus merencanakan casing untuk menghadapi gaya-gaya
dan tekanan-tekanan tersebut. Gaya-gaya dan tekanan-tekanan tersebut adalah :
- External pressure

28
- Internal pressure
- Joint load
Untuk menghadapi gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang menyerang
casing, Casing mempunyai kekuatan untuk menghadapinya. Kekuatan tersebut
adalah sebagai berikut :
- Joint strength
- Collapse resistance
- Internal yield pressure
Mengingat biaya untuk rangkaian casing sangat mahal, rangkaian casing
yang dipilih harus semurah mungkin. Jadi dalam perencanaan rangkaian casing,
dipilih casing yang dapat menahan gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang bekerja
pada rangkaian casing dan semurah mungkin.
Agar biaya untuk casing semurah mungkin dan tidak rusak maka
rangkaian casing dikombinasikan.

Langkah-langkah penggambaran desain casing adalah :


1. Membuat Internal gradient line
2. Membuat collapse load line
3. Membuat Burst load line
4. Memilih casing yang akan dipasang
5. Memeriksa beban tarikan (beban tension)

3.4.1. Internal pressure


Internal pressure adalah tekanan yang menyerang casing dari dalam
casing. Dalam perencanaan casing dianggap bahwa internal pressure adalah
tekanan formasi yang berasal dari trayek casing berikutnya, disaat terjadi blow
out. Gambaran internal pressure yang diderita oleh casing dapat dilihat pada
Gambar 3.12.

29
Gambar 3.12. Internal pressure (1)

Pada Kedalaman casing yang direncanakan, internal pressure adalah :


Pi = 0.052×(Gfr+SF)×Li ................………………................................. (3-3)
Keterangan :
Pi : Internal yield pressure / tekanan formasi, psi
Gfr : Gradient tekanan rekah formasi, psi/ft
D : Kedalaman casing, ft.

Kekuatan yang dipunyai casing untuk menahan internal pressure disebut


dengan Internal pressure resistance. Apabila internal pressure yang terjadi pada
casing lebih besar dari pada kekuatan casing untuk menahannya, maka casing
akan pecah atau bursting. Gambaran casing bursting dapat dilihat pada Gambar
3.13.

Gambar 3.13. Casing Bursting (1)

30
3.4.2. External pressure
External pressure adalah tekanan yang menyerang casing dari luar. Dalam
desain casing, sebagai external pressure dianggap tekanan hidrostatis lumpur di
luar rangkaian casing, sehingga external pressure terbesar dirasakan casing di
dasar lubang dan kondisi yang terburuk terjadi disaat casing kosong atau tekanan
di dalam casing adalah nol. Pada kedalaman nol atau di permukaan external
pressure adalah nol, karena tinggi kolom lumpur yang menekan casing tidak ada.
Pada Kedalaman casing yang direncanakan, External pressure adalah :
Pc = 0,052 x ρm x D ……………………………………..............(3-4)
Keterangan :
Pc : Collapse pressure, psi
ρm : Densitas lumpur, ppg.
0,052 : Konstanta Konversi Satuan
Bila external pressure yang terjadi pada casing lebih besar dari pada
kekuatan casing untuk menahannya, maka casing akan tertekuk ke dalam atau
collapse. Agar casing casing tidak collapse, casing yang dipasang harus
mempunyai collapse resistance lebih besar dari external pressure.

3.4.3. Pemilihan Casing


Burst load line berpotongan dengan collapse load line. Dibawah titik
potong (titik C) sampai dasar lubang gaya atau tekanan dominan yang menyerang
casing adalah external pressure. Sehingga casing-casing yang dipilih harus
mempunyai collapse resistance yang sedikit lebih besar dari external pressure,
supaya casing tidak collapse.
Sedangkan untuk casing diatas titik potong (titik C) sampai ke permukaan
tekanan yang dominan menyerang casing adalah internal pressure. Sehingga
casing-casing yang dipilih harus mempunyai internal yield pressure yang sedikit
lebih besar dari internal yield pressure yang menyerang casing, supaya casing
tidak bursting. Pemilihan casing dilakukan terlebih dahulu untuk yang dibawah
titik C sampai kedalaman casing yang direncanakan, kemudian baru dilanjutkan
untuk kedalaman diatas titik C ke permukaan.

31
1. Pemilihan Casing Dibawah Titik Perpotongan Collapse Load Line dan
Burst Load Line
Dalam pemilihan casing dibawah titik perpotongan collapse load line dan
burst load line, pilih casing yang mempunyai collapse resistance yang lebih besar
dari external pressure, lihat pada Tabel Standar API Casing, Collapse resistance
sesuai dengan ukuran casing yang direncanakan. Kemudian plotkan harga
collapse resistance pada collapse load line dalam grafik yang telah dibuat, seperti
pada Gambar 3.14.

2. Pemilihan Casing Di Atas Titik Perpotongan Collapse Load Line dan


Burst Load Line
Langkah selanjutnya adalah memilih casing yang akan dipasang dari titik
perpotongan collapse load line dan burst load line atau disebut dengan titik C ke
permukaan. Casing yang dipilih harus mempunyai Internal yield pressure yang
lebih besar dari Burst load pressure, supaya casing tidak bursting. Kemudian
plotkan harga internal yield pressure pada burst load line dalam grafik yang telah
dibuat, seperti pada Gambar 3.15. Dan hasil keseluruhan plot harga collapse
resistance dan internal yield pressure bisa dilihat seperti pada Gambar 3.16.

Gambar 3.14. Pemilihan Casing Dibawah Titik C (1)

32
Gambar 3.15. Pemilihan Casing Diatas Titik C (1)

Gambar 3.16. Pemilihan Casing Secara Maksimum Load (1)

Keterangan :
Titik C : Titik perpotongan collapse load line dan burst load line

3.4.4. Beban Tension (Tension load)


Tension load (gaya tarikan), atau tensile load yang diderita oleh casing

33
adalah berat casing yang menggantung di dalam lubang sumur. Makin panjang
casing maka tension load yang diderita casing yang teratas makin besar. Tension
load yang terbesar dirasakan oleh rangkaian casing adalah yang paling atas,
sehingga kemungkinan putus adalah pada joint teratas.
Pada saat casing dimasukkan ke dalam sumur maka lumpur yang berada
didalam lubang bor akan memberikan gaya keatas terhadap casing, sehingga
terdapat titik netral pada rangkaian casing tersebut. Rangkaian casing akan lebih
ringan jika berada di dalam lumpur dibandingkan dengan rangkaian casing di
udara bebas.
Hukum Archimedes : Benda dalam suatu cairan akan berkurang beratnya
sebesar berat cairan yang dipisahkannya.
Karena bagian yang tertipis dari suatu casing adalah pada sambungan
(joint), maka tension load disebut juga dengan Joint load. Kekuatan casing untuk
menahan Joint load, disebut dengan joint strength.
Casing yang dipasang harus mempunyai Joint Strength yang lebih besar
dari tension load (Joint load), agar casing tidak putus.
Casing mempunyai kekuatan untuk menahan Joint load. Kekuatan ini
disebut dengan joint strength. Joint strength casing tergantung pada :
- Diameter luar
- Berat nominal
- Jenis sambungan
- Grade
Apabila beban tension pada casing telah melampaui minimum yield
strengthnya maka casing akan mengalami deformasi permanen. Deformasi akan
terjadi pada sambungan casing, yaitu pada bagian ulir terakhir, karena luas
penampang ulir pada bagian itu minimum.
Pada umumnya, pemboran tidak menghasilkan lubang yang benar-benar
lurus, melainkan ada penyimpangan (deviasi). Casing yang dipasang pada lubang
yang mengalami deviasi akan memperbesar beban tension casing tersebut. Dalam
perencanaan casing untuk lubang yang mengalami deviasi, beban tension yang
ditimbulkan pada casing sekitar titik belok tersebut harus memperhitungkan setiap

34
seksi yang melewati dan ditempatkan pada titik belok tersebut. Tetapi casing
berada diatas titik belok yang tidak dipengaruhi. Pengaruh pembelokan lubang
terhadap beban tension akan lebih besar khususnya pada casing berdiameter besar
daripada casing berdiameter kecil.

Prosedur untuk menghitung beban tension adalah sebagai berikut :


1). Bouyancy factor
BF = 1 – (ρm/65,5) ……………………………………................(3-5)
2). Berat casing di udara, lbs
Wa = Li x BN ……………………………………........................(3-6)
3). Berat casing didalam lumpur, lbs
Wm (Tension load) = Li x BN x BF ………………………………...(3-7)

Pengecekan Joint Strength


4). Berat maksimum yang mampu ditahan casing, lbs
Wmax = Fj / Nj ………………………………...................................(3-8)
5). Panjang maksimum yang mampu ditahan casing, ft
Lmax = Wmax / BN ………………………………........................(3-9a)
Panjang maksimum yang mampu ditahan casing akibat kombinasi casing,
ft
Lmax = Wmax –Tension load total / BN ……………………...….(3-9b)

Keterangan :
OD : Diameter luar, inchi
ID : Diameter dalam, inchi
L : Panjang casing, ft
ρm : Densitas lumpur, ppg
BF : Bouyancy factor
T : Beban tension, lbs
BN : Berat nominal casing, lb/ft
Fj : Joint strength casing, lbs

35
Nj : Safety factor untuk mencegah casing putus
65,5 : Densitas besi/baja, ppg.

Jika dalam trayek pemboran terdiri dari beberapa seksi, maka untuk
perhitungan beban tension adalah sebagai berikut :

Seksi 1 :
Wm1 = BF1 . L1 . W1
 ρm 
 1   L1 . w 1 ……………...………………………..............(3-10)
 65,5 
Seksi 2 :
 ρm 
Wm 2  1   L 2 . w 2  Wm1 …………………………………….(3-11)
 65,5 
Seksi 3 :
 ρm 
Wm3  1  L 3 . w 3  Wm 2 …………………………………….(3-12)
 65,5 

Jadi beban tension di permukaan :


Ts = Wm1 + Wm2 + Wm3

Ts = TsI + TsII + TsIII ……………………………………................(3-13)

Keterangan :
Wm : Berat casing dalam lumpur, lbs
w/BN : Unit berat casing, lbs/ft.

3.4.5. Beban Biaksial


Adanya berbagai pembebanan pada casing, memungkinkan casing
menerima dua gaya yang bekerja secara bersamaan (biaxial). Beban Burst atau
collapse terjadi serentak dengan beban tension. Kombinasi dan pengaruh gaya-
gaya ini pada casing ditunjukkan pada kurva ellips.
Misalkan terdapat suatu rangkaian casing dengan Burst dan collapse rating

36
tertentu dan berada dalam lubang bor yang berisi lumpur. Pada bagian atas casing,
tension akan menyebabkan kenaikan burst rating dan penurunan collapse rating.
Sedangkan pada casing bagian bawah, compression akan menyebabkan
penurunan burst rating dan kenaikan collapse rating.
Perencanaan ini diuji mengikuti urutan terhadap beban burst, beban
collapse, beban tension dan terakhir beban biaxsial. Sehingga apabila ada salah
satu langkah pengujian dari tiga beban diatas yang tidak dapat dipenuhi maka
desain harus diulang dari beban Burst dan selanjutnya kembali seperti langkah
semula diuji terhadap beban collapse, tension dan beban biaxsial hingga terpenuhi
semuanya.
Untuk menghitung besarnya penurunan collapse resistance suatu casing
pada beban tension tertentu dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut :

1. Faktor beban axial


X = (Beban Tension / Pipe body yield strength) …………….....(3-14)
2. Memasukkan harga X ke dalam grafik biaxial stress pada Gambar 3.17,
atau sudah tersedia pada Tabel 3.3, sehingga didapat harga faktor Collapse
strength (Y).
3. Collapse resistance hasil koreksi terhadap beban tension
CRC = Faktor Collapse strength (Y) x Collapse Resistance ...........(3-15)

37
Gambar 3.17. Analisa Biaxial Stress (3)

Gambar 3.18. Grafik Biaxial Stress (2)

38
Tabel 3.3.
Pasangan harga % Yield Strength (X) dan % of nominal resistance (Y) (2)

x y x y x y x y x y
0,000 1,000 0,200 0,929 0,400 0,818 0,600 0,659 0,800 0,427
0,005 0,999 0,205 0,927 0,405 0,815 0,605 0,654 0,805 0,420
0,010 0,997 0,210 0,925 0,410 0,812 0,610 0,650 0,810 0,412
0,015 0,996 0,215 0,922 0,415 0,808 0,615 0,645 0,815 0,405
0,020 0,995 0,220 0,920 0,420 0,805 0,620 0,640 0,820 0,398
0,025 0,993 0,225 0,918 0,425 0,801 0,625 0,635 0,825 0,390
0,030 0,992 0,230 0,915 0,430 0,798 0,630 0,630 0,830 0,382
0,035 0,990 0,235 0,913 0,435 0,794 0,635 0,625 0,835 0,374
0,040 0,989 0,240 0,910 0,440 0,791 0,640 0,620 0,840 0,366
0,045 0,987 0,245 0,908 0,445 0,787 0,645 0,615 0,845 0,358
0,050 0,986 0,250 0,905 0,450 0,784 0,650 0,609 0,850 0,350
0,055 0,984 0,255 0,903 0,455 0,787 0,655 0,604 0,855 0,342
0,060 0,983 0,260 0,900 0,460 0,776 0,660 0,599 0,860 0,334
0,065 0,981 0,265 0,898 0,465 0,773 0,665 0,594 0,865 0,325
0,070 0,980 0,270 0,895 0,470 0,769 0,670 0,588 0,870 0,316
0,075 0,978 0,275 0,893 0,475 0,765 0,675 0,583 0,875 0,307
0,080 0,976 0,280 0,890 0,480 0,761 0,680 0,577 0,880 0,298
0,085 0,975 0,285 0,887 0,485 0,757 0,685 0,572 0,885 0,289
0,090 0,973 0,290 0,885 0,490 0,754 0,690 0,566 0,890 0,280
0,095 0,971 0,295 0,882 0,495 0,750 0,695 0,561 0,895 0,270
0,100 0,969 0,300 0,879 0,500 0,746 0,700 0,555 0,900 0,261
0,105 0,968 0,305 0,876 0,505 0,742 0,705 0,549 0,905 0,251
0,110 0,966 0,310 0,874 0,510 0,738 0,710 0,543 0,910 0,241
0,115 0,964 0,315 0,871 0,515 0,734 0,715 0,538 0,915 0,230
0,120 0,962 0,320 0,868 0,520 0,730 0,720 0,532 0,920 0,220
0,125 0,960 0,325 0,865 0,525 0,725 0,725 0,526 0,925 0,209
0,130 0,958 0,330 0,862 0,530 0,721 0,730 0,520 0,930 0,198
0,135 0,956 0,335 0,859 0,535 0,717 0,735 0,513 0,935 0,187
0,140 0,954 0,340 0,856 0,540 0,713 0,740 0,507 0,940 0,175
0,145 0,952 0,345 0,853 0,545 0,709 0,745 0,501 0,945 0,163
0,150 0,950 0,350 0,850 0,550 0,704 0,750 0,495 0,950 0,151
0,155 0,948 0,355 0,847 0,555 0,700 0,755 0,488 0,955 0,139
0,160 0,946 0,360 0,844 0,560 0,696 0,760 0,482 0,960 0,126
0,165 0,944 0,365 0,841 0,565 0,691 0,765 0,475 0,965 0,112
0,170 0,942 0,370 0,838 0,570 0,687 0,770 0,469 0,970 0,098
0,175 0,940 0,375 0,835 0,575 0,682 0,775 0,462 0,975 0,084
0,180 0,938 0,380 0,831 0,580 0,678 0,780 0,455 0,980 0,069
0,185 0,936 0,385 0,828 0,585 0,673 0,785 0,448 0,985 0,053
0,190 0,934 0,390 0,825 0,590 0,668 0,790 0,441 0,990 0,036
0,195 0,931 0,395 0,822 0,595 0,664 0,795 0,434 0,995 0,019

39
3.5. Angka Keselamatan (Safety factor)
Angka keselamatan bertujuan untuk mencegah kerusakan casing akibat
adanya gaya-gaya atau beban yang bekerja berlebihan pada casing. Angka
keselamatan terhadap beban tension, burst, dan collapse yang dikeluarkan
Petroleum Equipment and Service dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Angka keselamatan dikalikan dengan gaya yang bekerja tetapi dengan
resistancenya dibagi. Menurut Hills, angka keselamatan dipilih sesuai dengan
empat faktor utama yaitu :
1. Ketelitian daripada strength data yang digunakan untuk desain. Makin tepat
harga minimumnya, maka safety factor cukup kecil saja.
2. Ketelitian daripada asumsi yang digunakan untuk pembebanan. Makin besar
asumsi pembebanan dengan harga maksimum yang terjadi sebenarnya, makin
kecil safety factornya.
3. Perbandingan antara kondisi-kondisi testing dengan yang sebenarnya. Jika
praktek sebenarnya memberikan beban yang sama, tipenya dengan yang
ditest, maka safety factornya boleh kecil.
4. Akibat yang ditimbulkan jika terjadi kegagalan. Jika gagal, dapat
menimbulkan bahaya bagi pekerja dan kerugian ekonominya, maka safety
factor harus dibuat besar.

Tabel 3.4.
Angka Keselamatan (Safety factor) (5)

Angka Keselamatan
Beban / Gaya
Tinggi Rendah Rata-rata

Burst (Ni) 1,25 0,875 1,1

Collapse (Nc) 1,25 0,7 1

Tension (Nj) 2,0 1,6 1,8

40
Untuk menentukan safety factor masing-masing gaya adalah dengan persamaan:
Internal Yield Pressure
SF Ni = ……………………………………...........(3-16)
Burst Pressure
Collapse Resistance
SF Nc = ……………………………………………...(3-17)
External Pressure
Joint Strength
SF Nj = …………………………………….......................(3-18)
Beban Tension
Keterangan :
SF Ni = Safety factor internal pressure
SF Nc = Safety factor collpase
SF Nj = Safety factor joint strength.

3.6. Prosedur Perhitungan Evaluasi Casing


3.6.1. Evaluasi Casing Intermediate 9-5/8”.
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :
 Terjadi gas kick yang berasal dari kedalaman yang berikutnya
 Tekanan maksimum yang terjadi pada casing
1. Collapse Load Line
 8.942 
 D3 = 1    L1 …………………………........................(3-19)
 ρ hmw 
 Internal pressure :
 Di Surface : Pi = 0 psi
 Pada D3 : Pi = 0 psi

 Di top of Cement : Pi = 0.052× 𝜌 ℎ𝑚𝑤 ×( 𝐷𝑡𝑜𝑝 − 𝐷3) …..(3-20)

 Di top of TAIL : Pi = 0.052× 𝜌 ℎ𝑚𝑤 ×( 𝐷𝑡𝑎𝑖𝑙 − 𝐷3 .....(3-21)

 Di casing Shoe : Pi = 0.052× 𝜌 ℎ𝑚𝑤 ×( 𝐿𝑖 − 𝐷3)............(3-22)


 External pressure :
 Di Surface : Pe = 0 psi
 Pada D3 : Pe = 0.052 x 𝜌𝑚𝑤 x 𝐷3.............................(3-23)

41
 Di top of LEAD : Pe = 0.052 x 𝜌𝑚𝑤 x 𝐷L ........................(3-24)

 Di top of TAIL :Pe = (0.052 x 𝜌L x HL ) + P@ top lead ….(3-25)

 Di casing Shoe : Pe = (0.052 x 𝜌T x HT ) + P@ top tail …..(3-26)

Plot harga Pc @surface dan Pc @shoe pada grafik. Garis yang


dihasilkan merupakan Collapse load line.

2. Burst Load Line


 Internal pressure :
 Di casing Shoe : IP = ………..(3-27)

 Di Surface : Ps = IP - ……………….....(3-28)
 Penentuan tinggi kolom gas dan lumpur :
 Li = Hm + Hg ………………............................................(3-28)

 Hg = ……………......(3-29)

 Hm = Li-Hg ………………………………………….....(3-30)
 Di batas kolom lumpur : P Hm = IP - 0.115 x Hg.………......(3-31)
 Di batas kolom gas : P Hg = IP - 0.052(Gfr x Hm) .…….....(3-32)
 Di permukaan (surface) : Pe = 0.465 x D…………...........(3-33)
 Di batas kolom lumpur : Pe = 0.465 x Lmud ……… .....(3-34)
3. Di batas kolom gas : Pe = 0.465 x Lgas ………….…….....(3-35)
4. Di casing Shoe : Pe = 0.465 x TVD…………................ ....(3-36)

Keterangan :
IP = Internal Pressure
Pe = Pressure eksternal
Hg = Tinggi kolom gas
Hm = Tinggi kolom lumpur
Gfr = Gradient Fracture
SF = Safety Factor

42
CSD/Li = Kedalaman Trayek Casing, ft
D3 = Ketinggian Kolom Lumpur terakhir saat Loss
TD = Kedalaman Trayek Casing berikutnya, ft
ρm = Densitas Lumpur, ppg
0,465 = Gradient Lumpur di luar casing
Plot harga Pb @surface dan Pb @shoe pada grafik. Garis yang
dihasilkan adalah Burst load line.

3. Pemilihan Casing
Pemilihan casing didasarkan kepada collapse pressure, yaitu dipilih casing
yang mempunyai collapse resistance yang mempunyai collapse resistance
yang telah dibagi dengan safety factor terhadap collapse (Nc) lebih besar
dari collapse load line.
Cr
 Cll
Nc ...........................................................................(3-37)
Keterangan :
Cr = Collapse Resistance, psi
Nc = Safety factor terhadap collapse
Cll = Collapse load line, psi
Sedangkan pemilihan casing di atas titik kritis didasarkan kepada bursting
pressure, yaitu dipilih casing yang mempunyai bursting pressure, yaitu
dipilih casing yang mempunyai bursting resistance atau internal yield
pressure yang telah dibagi dengan safety factor terhadap busrsting (Ni)
lebih besar dari bursting load line.
Br
> Bll …..........................................................................(3-38)
Ni
Keterangan :
Br : Bursting resistance, psi
Ni : Safety factor terhadap bursting
Bll : Bursting Load Line, psi
Tetapi pemilihan casing tersebut belum cukup karena kita harus

43
menghitung apakah casing tersebut dapat menahan gaya pembebanan
rangkaian casing atau tension load. Selain itu kita harus juga
memperhatikan penurunan dari collapse resistance atau sering disebut
dengan biaxial effect.

4. Menghitung Beban Tension


Perhitungan beban tension seperti yang sudah dijelaskan dalam sub-bab
3.4.4. sebelumnya terurai jelas prosedur perhitungan beban tension.

5. Mengkoreksi Beban Biaxial


Perhitungan beban biaxial seperti yang sudah dijelaskan dalam sub-bab
3.4.5. sebelumnya terurai jelas prosedur perhitungan beban biaxial.

6. Perhitungan Safety Factor


Perhitungan safety factor seperti yang sudah dijelaskan dalam sub-bab
3.5.

44

Anda mungkin juga menyukai