Anda di halaman 1dari 29

WELL COMPLETION

Apabila suatu reservoir diproduksikan, maka akan terjadi

penurunan tekanan reservoir. Apabila tekanan reservoir telah mencapai

tekanan saturasi, maka gas yang terlarut dalam minyak akan terlepas

sehingga mengakibatkan tekanan untuk mendorong minyak semakin

berkurang. Dengan berkurangnya tekanan pendorong minyak maka

perolehan hidrokarbon reservoir tersebut juga akan berkurang.

Laju penurunan tekanan reservoir akan melambat apabila ada

rembesan air ke dalam reservoir. Air yang merembes akan bertindak

sebagai pengisi pori-pori batuan yang ditinggalkan minyak dan sekaligus

sebagai fluida pendesak. Prinsip yang sama bila air diinjeksikan ke dalam

reservoir untuk mengisi pori-pori batuan yang kosong, menambah energi

reservoir, dan mendesak minyak keluar ke sumur-sumur produksi.

Konsep teoritis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

sumur injeksi air, mekanisme pendesakan oleh injeksi air, dan efesiensi

penyapuan oleh injeksi air.

3.1 Well Completion1)

Well completion adalah pekerjaan yang dilakukan setelah

pekerjaaan pemboran, logging, serta pemasangan casing dan flanged pada

suatu sumur sudah dilakukan. Dalam melakukan pekerjaan well

completion (penyelesaian sumur) dapat menggunakan rig yang sama


dengan rig yang digunakan pada saat pekerjaan pemboran dilakukan

ataupun dapat digunakan juga snubbing unit atau unit lain yang lebih kecil

biayanya.

Well Completion dilakukan untuk memperbaiki keadaan sumur

sehingga dapat meningkatkan kemampuan pengurasan cadangan minyak

bumi yang terdapat dalam suatu sumur. Ada beberapa pekerjaan yang

dilakukan dalam perbaikan suatu sumur, yaitu:

a. Sand Control

b. Operasi Swabbing

c. Corrosion, Scale, dan Parafin Removal

d. Pergantian Zona Produktif


Pada pemilihan jenis komplesi yang akan diterapkan pada suatu

sumur terdapat beberapa hal yang digunakan untuk dijadikan bahan

pertimbangan, diantara lain:

a. Umur penggunaan, pemeliharaan, pengoperasiaan

b. Ada atau tidaknya workover (jangka waktu panjang)

c. Terdapat flowing atau tidaknya produksi sumur tersebut dan jangka

waktunya

d. Diperlukan atau tidaknya pompa pada suatu saat nanti (jangka waktu

panjang).

Berdasarkan fungsi dan tujuannya komplesi dapat dibagi menjadi

dua bagian, yaitu:

3.1.1 Formation Completion

Metode formation (down hole) completion dapat dibagi menjadi

tiga bagian yaitu open hole completion, perforated casing completion, dan

sand exclusion types.

1. Open Hole Completion

Pada metode ini casing dipasang hanya sampai puncak formasi

produktif sehingga formasi produktif tidak tertutup secara mekanis,

dengan demikian aliran fluida reservoir dapat langsung masuk ke dalam


sumur. Metode ini hanya bisa digunakan pada formasi yang kompak dan tidak mudah

runtuh. Dalam metode ini tubing digunakan apabila laju produksi sumur kecil,

sedangkan apabila laju produksi besar maka produksi dilakukan hanya menggunakan

casing. Untuk mengevaluasi perilaku kinerja sumur (well performance) standar yang

digunakan adalah productivity indeks dari open hole yang menembus seluruh zona

lapisan produktif.

2. Perforated Casing Completion

Pada metode perforated casing completion dilakukan pemasangan

casing sampai pada dasar formasi produktif yang kemudian di semen.

Perforasi dilakukan pada saat casing sudah di semen. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk menahan supaya formasi yang diperforasi tidak

mudah runtuh.
3. Sand Exclusion Types

Sand Exclusion Types digunakan untuk mengatasi masalah

kepasiran. Dengan metode ini terproduksinya pasir dari formasi produktif

yang kurang kompak dapat dicega.


3.1.2 Tubing Completion

Dalam metode ini casing dipasang pada zona produktif dimana zona

produktif akan dibor dan dipasang casing liner dan kemudian disemen.

Selanjutnya liner diperforasi untuk produksi. Metode ini biasa diterapkan

untuk sumur yang memiliki zona produkti mudah runtuh (unconsolidated)

dan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Screen Liner Completion

Pada jenis ini casing dipasang hingga top zona produksi dan

selanjutnya dipasang liner. Ada beberapa tipe screen liner yang biasa

digunakan, yaitu:

a. Wire Wrapped Screen Liner (lubang screen berbentuk anyaman)

b. Slotted Screen Liner (lubang screen vertical/horizontal)

c. Prepacked Sand Screen Liner (dua screen diisi gravel pack).


2. Perforated Liner Completion

Casing dipasang dan disemen hingga tepat di atas zona produksi

dan selanjutnya dipasang liner pada zona produksi yang kemudian disemen

dan diperforsi.

3. Gravel Pack Completion

Gravel Pack Completion biasa digunakan pada kondisi yang

memungkin dapat mengalami masalah kepasiran (sand problem). Gravel

pack digunakan apabila screen liner dalam tahap komplesi dan tidak dapat

mengatasi masalah kepasiran. Gravel akan diinjeksikan diantara

casing/liner sepanjang zona produksi. Diharapkan pasir formasi dapat

tertahan oleh gravel yang sudah dinjeksikan dan gravel tertahan juga oleh

screen liner.

Berdasarkan jumlah tubing yang digunakan pada saat komplesi

dilakukan maka jenis komplesi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

3.1.3 Single Completion

Komplesi ini diterapkan hanya dengan menggunakan satu string di

dalam sumur dengan memproduksikan hanya satu zona produksi. Komplesi

jenis ini bisa dilakukan pada tipe komplesi Open Hole maupun Perforated

Case Hole.

3.1.4 Commingle Completion

Kompelsi ini diterapkan dengan menggunakan satu string di dalam

sumur dan dapat memproduksikan lebih dari satu zona produktif secara
bersamaan. Komplesi jeni ini bisa dilakukan pada sumur Open Hole

maupun Perforated Cased Hole.

3.1.5. Multiple Completion

Komplesi ini diterapkan dengan menggunakan dua string dalam

satu rangkaian didalam sumur dan dapat memproduksikan lebih dari satu

zona produktif secara bersamaan.

. Hal ini ditujukan untuk mempercepat dan memperbesar perolehan

produksi sumur tesebut.

3.2 Pemilihan Peralatan untuk Well Completion 1)

Faktor peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan komplesi

dan kerja ulang suatu sumur akan berpengaruh untuk hasil produksinya.

Hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Kondisi operasional, misalnya temperatur dan tekanan yang tinggi

b. Safety (keamanan), misalnya shut-down system

Pengaruh peralatan yang perlu diperhatikan antara lain meliputi:

a. Cara penyelesaian sumur

b. Jumlah komplesi dalam satu sumur

c. Casing tubing configuration

d. Diameter casing dan tubing

e. Interval komplesi
3.2.1 Cara Penyelesaian Sumur

Pengaruh peralatan pada pekerjaan penyelesaian sumur (well

completion) ditentukan berdasarkan:

1. Tekanan, temperatur, dan sifat fluida reservoir

2. Jenis batuan reservoir

3. Laju produksi

4. Jenis fluida satu fasa atau lebih

5. Banyak lapisan yang diproduksikan

6. Rencana komplesi

Hal-hal di atas menentukan pemilihan peralatan yang akan

digunakan sehingga menentukan jenis pekerjaan komplesi yang akan

dilakukan.

3.2.2 Jumlah Komplesi dalam Satu Sumur

Jumlah komplesi dalam satu sumur merupakan salah satu hal yang

menentukan pemilihan jenis komplesi yang akan digunakan untuk melihat

perencanaan rangkaian peralatan produksi seperti:

1. Fleksibilitas untuk sistem produksi di masa yang akan datang

(artificial lift).

2. Jenis material untuk kondisi-kondisi khusus (korosi, dsb).


1. Faktor kemudahan pemasangan peralatan, penanganan, serta

keamanan kerja

2. Kemampuan kerja sumur (produksi dan injeksi).

3.2.2 Casing dan Configuration

Casing merupakan suatu pipa baja yang berfungsi antara lain untuk

mencegah gugurnya dinding sumur, menutup zona bertekanan abnormal,

zona lost, dan sebagainya. Tujuan utama dari perencanaan casing adalah

mendapatkan rangkaian yang cukup kuat untuk melindungi sumur baik

selama pemboran maupun produksi dengan biaya yang murah.

Sedangkan tubing merupakan pipa alir yang ditempatkan di dalam

casing produksi yang berfungsi untuk mengalirkan fluida produksi sumur

ke permukaan atau mengalirkan fluida injeksi ke dalam sumur. Disamping

itu, tubing dapat pula digunakan untuk pekerjaan swab, squeeze cementing,

sirkulasi pembersihan sumur, dan mengalirkan fluida serta material peretak

hidraulis dan pengasaman.

3.2.3 Casing dan Tubing

Di dalam sumur, tubing digantungkan pada tubing hanger dan

biasanya ditempatkan hingga beberapa feet di atas zona perforasi.

Diameter tubing berkisar antara 2 (dua) inch sampai 4,50 inch dengan
panjang setiap single berkisar antara 6 (enam) sampai 9,50 meter. Baik

tubing maupun coupling dispesifikasikan oleh API (American Petroleum

Institute) atas grade, jenis sambungannya, bentuk ulir, dan dimensinya.

Terdapat Sembilan grade tubing yaitu : H-40, J-55, K-55, C-75,L-80,N-

80,C-95,P-105, dan P-110 dimana angka menunjukkan harga API minimum

yield strenght dan abjad H, J, dan N hanyalah kependekan verbal sedangkan

K berarti mempunyai ultimate strength, J, C, L berarti restricted yield

strength dan P berarti high strength.

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, casing terdiri dari beberapa

jenis dan ukuran. Setiap sumur tidak selalu menggunakan jenis casing yang

sama. Rangkaian casing dan pilihan ukuran yang digunakan ditentukan

dari kebutuhan sumur. Semua jenis casing memiliki fungsi yang berbeda-

beda. Ada 5 jenis casing yang umum digunakan yaitu conductor, surface

casing, intermediate casing, production casing, dan liner casing. Pada tabel

(3.1) memperlihatkan jenis casing dan fungsinya.


Tabel 3.1

Jenis Casing dan Kegunaannya11)

Jenis Ukuran Kegunaan

Melindungi formasi yang

bertekanan abnormal,

Intermediate mengisolasi zona gara dan


9-5/8”
Casing zona yang menyebabkan

problem seperti heaving dan

sloughing shale

Mengisolasi zona produksi,


Production
7” memproteksi peralatan
Casing
tubing produksi

3-1/2”,
Tubing Memproduksi hydrocarbon
2-7/8”
Tabel 3.1

Jenis Casing dan Kegunaannya

( Lanjutan)

Jenis Ukuran Kegunaan

Digunakan pada pemboran


Drive Pipe 30”
lepas pantai

Mengatasi loss circulation,

Conductor 22” hole caving, dan kick pada

zona yang dangkal

Melindungi dari air tanah,


Surface
13 3/8” menstabilkan lubang bor, tempat
Casing
dudukan BOP

3.3 Workover

Workover adalah pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki

keadaan sumur agar produksi sumur tersebut meningkat, ataupun tetap

dapat dipertahankan termasuk karakteristik suatu sumur. Pekerjaan

workover dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:


1. Squeeze Cementing

Kegiatan penyempurnaan semen sumur produksi untuk perbaikan

primary cementing.

2. Add Perforation

Pekerjaan yang dilakukan untuk penambahan lubang perforasi dari

suatu sumur dari perforasi yang ada.

3. Reperforation

Perforasi ulang pada interval yang sama yang dilakukan untuk

meningkatkan efektifitas dari lubang yang telah ada maupun setelah

dilakukan squeeze cementing.

4. Acidizing

Pekerjaan ini memulihkan kondisi lubang formasi batuan yang telah

tersumbat oleh endapan scale, dengan cara menginjeksikan batuan dengan

larutan kimia yang bersifat asam.

5. Hydraulic Fracturing

Membuat rekahan baru dengan menginjeksikan proppan untuk

membentuk rekahan yang tetap terbuka waktu sumur berproduksi.

6. Swabbing

Swabbing dilakukan jika tekanan formasi sudah tidak mampu

mengangkat kolom fluida yang terakumulasi didalam sumur ke

permukaan. Keadaan ini biasa terjadi secara alami pada sumur-sumur

yang mengalami penurunan tekanan reservoirnya.


7. Fishing

Pekerjaan yang menggunakan alat fishing untuk mengangkat

peralatan yang tertinggal di dalam sumur.

8. Pump Repair

Penggantian pompa yang lama dengan yang baru karena pump

performance sudah menurun dan menyebabkan pengangkatan fluida

produksi tidak sebaik sebelumnya.

3.4 Electric Submersible Pump (ESP)

Pertama kali ESP dilakukan di Indonesia oleh Caltex sekitar tahun

1960. Kemudian sejak tahun 1969 ESP banyak digunakan oleh

perusahaan-perusahaan minyak asing maupun Pertamina. Dewasa

ini ada 4 (empat) pabrik ESP yang terbesar yaitu Reda, Centrilift, Baker,

dan ODI. Peralatan Electrical Submersible Pump (ESP) terdiri atas pompa

sentrifugal bertingkat banyak, dimana keseluruhan pompa motor dan

motornya ditenggelamkan ke dalam cairan. Pompa digerakkan dengan

motor listrik di bawah permukaan dengan suatu poros motor yang memutar

pompa dan akan memutar sudu-sudu (impeller) pompa yang akan

menimbulkan gaya sentrifugal sehingga fluida dapat naik ke permukaan.

Untuk memilih jenis dan ukuran pompa digunakan pump curve

(kurva pompa) dari masing-masing jenis pompa.


Gambar 3.3 dibawah ini menampilkan gambar Electric Submersible

Pump (ESP).

Gambar 3.3

Electric Submersible Pump10)


3.6.1 Perencanaan Formasi

Merupakan perencanaan tahap awal well completion dan

terpenting, karena tahap ini langsung berhubungan dengan zona atau

formasi produktifnya. Perencanaan formation completion bertujuan untuk

mendapatkan hasil produksi yang optimum dan mengatasi efek negatif dari

setiap lapisan produktif, dan juga digunakan untuk menentukan metode

well completion yang tepat dan ukuran peralatan yang sesuai untuk setiap

sumur. Tidak ada dua jenis well completion yang sama persis antara sumur

satu dengan yang lainnya.

Faktor yang perlu diketahui dan diperhatikan dalam perencanaan

formation completion adalah kestabilan formasi, dimana hal ini sangat

berkaitan dengan terjadinya keruntuhan lubang bor pada sumur saat operasi

dilakukan, baik pemboran maupun produksi. Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kestabilan formasi pada batuan karbonat adalah

sementasi batuan dan kekuatan formasi. Proses ini meliputi perforasi, yaitu

pelubangan di dinding sumur, pemasangan seluruh pipa-pipa dan katup

produksi beserta aksesorinya untuk mengalirkan minyak dan gas ke


permukaan, pemasangan berbagai peralatan keselamatan, serta

pemasangan pompa jika perlukan, dan sebagainya.

Pada sumur Y terdapat dua formasi yang akan diperlakukan

berbeda dalam waktu yang bersamaan. Yang akan dilakukan pada sumur Y

adalah lapisan TX-II akan memproduksikan cadangan hidrokarbon yang

terdapat didalamnya dan lapisan Kais digunakan sebagai water injection

untuk pressure maintenance beberapa sumur di lapangan Walio.

3.6.2 Perencanaan Tubing

Penentuan jenis tubing komplesi didasarkan atas jumlah tubing yang

akan digunakan, dimana hal ini erat hubungannya dengan jumlah atau zona

produktif yang dimiliki serta produktivitas formasinya.

Menurut jumlah production string, well completion yang akan

diterapkan pada sumur Y termasuk dalam jenis multiple completion. Tetapi

ini adalah tipe komplesi yang diterapkan dari multiple completion pada

umumnya dikarenakan pekerjaan yang berbeda dilakukan pada dua lapisan

yang berbeda tetapi dalam satu sumur dan dijalankan dalam waktu yang

bersamaan. Dimana dalam perencanaan sumur akan digunakan dua string

di bawah Y-Block dan satu string diatasnya.


3.6.3 Perencanaan Wellhead

Wellhead atau kepala sumur adalah suatu istilah yang digunakan

untuk menggulirkan peralatan yang terpaut pada bagian atas dari rangkaian

pipa di dalam suatu sumur untuk menahan dan menopang rangkaian pipa,

menyekat daripada masing-masing casing dan tubing serta untuk

mengontrol produksi sumur.

Komponen-komponen utama dari wellhead terdiri dari lower casing

head, intermediate casing head, tubing head, dan christmast tree.

Dalam menentukan jenis dan ukuran wellhead completion sebagai

tindak lanjut dari formation completion dan tubing completion. Pemilihan

peralatan wellhead, seperti ukuran, grade, desain, dimensi, dan kualitas

bertujuan untuk memastikan keselamatan kerja pada saat pekerjaan

penggantian atau pemasangan peralatan tersebut. Dalam pemilihan

peralatan ini dibatasi berdasarkan standart American Petroleum Institute

(API). Peralatan wellhead dalam 14 API diklasifikasikan berdasarkan

kesanggupannya dalam menahan tekanan kerja yang berkisar antara 960

psi sampai dengan 15.000 psi.

3.7 Packer

Packer adalah alat yang digunakan atau di set untuk menciptakan

kondisi pembatas (sealing) antara tubing dengan casing, drill pipe dengan

casing atau dalam open hole sebagai pengisolasi area formasi tertentu.
Adapun berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis serta tujuan dipasangnya

packer tersebut.

3.7.1. Alasan Penggunaan Packer

1. Proteksi Casing

Packer mengisolasi dan melindungi casing dari fluida sumur

yang korosif dan bertekanan tinggi.

2. Safety

Packer membatasi area tekanan yang bekerja (well control),

dan tekanan pada area diameter casing menjadi tekanan yang hanya

pada sekitar diameter tubing saja.

3. Konservasi Energi

Packer mengalirkan seluruh fluida reservoir melalui tubing,

dimana gas dan minyak menyatu sehingga menyebabkan daya angkat

(memanfaatkan tekanan gas) dalam kecepatan tinggi, packer juga dapat

membatasi zona-zona produksi sehingga mencegah

kehilangan/kerusakan reservoir sumber fluida tersebut.

4. Kondisi Operasional

Terkait dengan alasan operasional penggunaan packer antara

lain : alasan produksi (gas lift/ hydraulic pump), dimana dibutuhkan


volume annular tertentu yang terbentuk oleh packer, tubing dan casing,

alasan cementing, acidizing, (WO & WS).

3.7.2 Jenis dan Karakteristik Packer

1. Cup Type Packer

Adalah bentuk packer yang paling standard, dimana seal

berbentuk cup yang bisa menahan tekanan dari 1 arah atau 2 arah

bersamaan.

Gambar 3.4

Cup Type Packer7)


2. Tension Packer

Packer yang diset dengan tension, tubing ditarik dengan besaran

overpull tertentu yang akan menyebabkan rubber packing mengembang,

terhadap casing. Gambar 3.5 dibawah ini menampilkan gambar Tesion

Packer.

Gambar 3.5

Tension Packer7)

3. Solid-head Compression Packer.

Packer yang diset dengan kompresi, tubing ditekan dengan

besaran tertentu yang akan menyebabkan rubber packing mengembang /

pack off terhadap casing.


Gamabar 3.6 dibawah ini menampikan gamabr Solid-head Compression

Packer.

Gambar 3.6

Solid-head Compression Packer7)

4. Isolation Packer

Packer yang diset dengan tujuan isolasi yang ditunjukan dengan

adanya pipa/ tubing anchor yang menerus ke bawah packer untuk

dikoneksikan denga packer lain.


Gambar 3.7 dibawah ini menampilkan gambar Isolate Packer yang telah

dijelaskan diatas.

Gambar 3.7

Isolation Packer7)

5. Control Head Compression Packer

Packer yang menggunakan control head pada compression packer yang

bertanggung jawab untuk menanggulangi masalah-masalah pressure dan

memungkinkannya packer dicabut tanpa harus release packer.


Gambar 3.8 dibawah ini menampilkan gambar Control Head Compression

Packer.

Gambar 3.8

Control Head Compression Packer7)

6. Treating Compression Packer

Packer yang diset dengan fitur tertentu di mana pada tipe ini

packer memiliki kemampuan untuk menahan pressure dari bawah tanpa

harus bergantung pada berat tubing.


Gambar 3.8 dibawah ini menampilkan gambar Treating Compression

Packer.

Gambar 3.9

Treating Compression Packer7)

7. Mechanically Set Dual Slip Packer

Packer yang diset ketika berat tubing tidak mencukupi untuk set

packer akibat titik set packer yang lebih tinggi, sehingga tidak ada tubing
di bawah packer, dimana dilengkapi slip di atas dan di bawah packer yang

memungkinkan menahan pressure dari dua arah.

Gambar 3.10

Mechanically set dual slip packer7)

8. Retrievable, Permanent Packer / Drillable Packer

Packer yang juga dilengkapi dengan dua slip di atas dan di bawah,

pengesetannya bisa secara mekanik, hidrolik bahkan wire line. Biasanya


pada bagian atas terdapat check valve untuk menahan pressure dari bawah

dan bisa diset dengan stinger pipe / tubing.

Gambar 3.11

Retrievable, Permanent Packer / Drillable Packer7)

Anda mungkin juga menyukai