oleh:
111201133
INDRAMAYU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem sirkulasi pemboran adalah sistem yang mengalirkan lumpur pemboran dari
permukaan menuju lubang bor dan sebaliknya untuk mengangkat serpihan cutting yang
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pada operasi pemboran, salah satu dari
faktor tersebut adalah hidrolika lumpur pemboran, selama lumpur pemboran melalui
yang dilalui tersebut, hal ini akan menyebabkan kehilangan tekanan aliran yang dikenal
Rate sirkulasi ataupun rate pemompaan lumpur merupakan volume dari lumpur yang
dipompakan atau disirkulasikan persatuan waktu, rate pemompaan lumpur ini tergantung
kepada diameter liner, panjang langkah lumpur, diameter piston, dan stroke per menit dari
pompa lumpur.
Lumpur diisap pompa dari tangki isap dipompakan ke stand pipe kemudian lumpur
naik ke rotary house, masuk ke swivel, dari swivel lumpur turun kedasar lubang melalui
kelly, drill pipe, drill collar, dan annulus drillpipe, lumpur yang sudah di permukaan
untuk mengetahui material apa saja yang digunakan sebagai bhan dasar maupun additive
yang digunakan untuk membuat lumpur, dan tentunya material lumpur tersebut harus
sesuai dengan formasi yang akan ditembus. Selain itu, volume lumpur harus dihitung agar
B. Sumur B terdiri dari 3 trayek yaitu, 17 , 12 1/4 dan 8 , namun yang dievaluasi
hanya trayek 17 saja pada tanggal 16 Agustus 2008. Perencanaan yang baik dalam
mendesain lumpur bor khususnya perhitungan total lumpur pemboran, pump output dan
waktu estimasi sirkulasi lumpur akan dapat mengantisipasi beberapa masalah yang terjadi
selama proses pemboran dan masalah yang akan terjadi dikemudian hari. Maka dari itu
1.2 TEMA
Perhitungan volume lumpur pemboran, pump out dan estimasi waktu sirkulasi pada
1.3 TUJUAN
2. Mengaplikasikan dilapangan ilmu yang telah didapat di Akademi Minyak dan Gas
Balongan.
dilapangan pemboran.
1. Mengetahui volume lumpur yang keluar dari tangki dan masuk lagi ke tangki
lumpur.
3. Mengetahui campuran additive apa saja yang digunakan pada lumpur pemboran.
4. Dapat memahami metode penerapan sistem sirkulasi dengan baik serta mengenal
yang bersangkutan.
1.3.3 Manfaat
1. Menghitung secara akurat jumlah lumpur yang akan disirkulasikan pada lubang
sumur.
2. Mengantisipasi masalah lumpur pemboran yang sedang dihadapi dan masalah
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sistem sirkulasi merupakan salah satu dari komponen rig yang penting, karena
mempunyai tugas utama selama operasi pemboran. Fungsi utama dari sistem sirkulasi
yaitu mengangkat serpihan cutting dari dasar sumur ke permukaan dan membersihkan
dasar lubang.
Sistem sirkulasi harus berjalan dengan baik dan benar dalam penggunaannya,
lumpur pemboran harus didesain sesuai tekanan pada formasi yang ditembus.Dalam
1. Conductor Casing
Conductor casing adalah casing yang pertama kali dipasang pada konstruksi sumur.
Casing ini dipasang pada kedalaman yang masih cukup dangkal, biasanya sampai kedalaman
200 ft.
Casing yang digunakan sebagai conductor casing ini umumnya mempunyai diameter yang
cukup besar yaitu sekitar 20 sampai dengan 30, dan biasanya digunakan untuk kondisi
Khusus di offshore adalah untuk melindungi drillstring dari air laut, dipasang dari
Pada onshore fungsinya yaitu Menutup formasi permukaan yang mudah runtuh,
Surface casing adalah casing yang dipasang setelah conductor casing. Kedalaman surface
casing ditentukan berdasarkan dari unconsolided sand (pasir lepas) serta kedalaman lapisan
air tawar yang dilindungi. Untuk daerah-daerah yang mempunyai lapisan batuan lunak atau
pada sumur-sumur eksplorasi dimana diperkirakan timbul gas bertekanan. Casing ini disemen
hingga kepermukaan.
kedalam sumur.
Makin dalam formasi yang ditembus umunya tekanan formasinya makin besar, dan juga
sering dijumpai formasi bertekanan abnormal, dapat menimbulkan kick. Untuk mencegah
agar tidak blow out, maka sumur harus dilengkapi dengan blow out preventer (BOP) yang
Gambar surface casing setelah dipasang BOP dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.
3. Intermediate Casing
diperlukan suatu casing untuk menutup formasi tersebut. Casing yang berfungsi untuk
menutup yang menimbulkan masalah dalam operasi pemboran sering disebut dengan
intermediate casing.
Pada prinsipnya intermediate casing untuk menutup zone-zone yang menimbulkan kesulitan
Menutup formasi garam, gypsum dan formasi shale yang mudah runtuh
Menutup zone-zone bertekanan tinggi (abnormal), lost circulation dan zone yang
Menghindari pipa terjepit pada saat pemboran formasi dengan interval yang terlalu
panjangGambar intermediate casing menutup formasi yang menimbulkan kick dapat dilihat
4. Production Casing
Setelah ditemukan formasi yang akan diproduksikan, dan sumur sudah dimaksud untuk
Production casing dipasang sampai diatas lapisan produktif dan ada yang dipasang sampai
menembus lapisan produktif, fungsi dari production casing adalah sebagai berikut :
Menyekat antara lapisan produktif yang satu dengan lapisan produktif yang lainnya
Melindungi alat-alat produksi yang terdapat dibawah permukaan seperti pompa dan
sebagainya.
5. Liner
Liner pada pokoknya mempunyai fungsi yang sama dengan production casing, tetapi
tidak dipasang hingga permukaan. Liner merupakan selubung yang digantungkan kepada
casing yang sudah terpasang. Tujuannya adalah untuk menghemat pemakaian casing.
Biasanya dipasang untuk sumur-sumur dalam Apabila pada akhir pemboran diperoleh ukuran
lubang yang sangat kecil sementara itu sumur tidak terlalu dalam maka diperlukan ukuran
casing dengan toleransi yang sangat kecil. Untuk persoalan semacam ini dapat dipergunakan
liner. Alasan yang lain adalah kekuatan menara. Casing yang terlalu panjang mungkin menara
tidak dapat mengangkatnya. Hal ini karena kmampuan menara lebih kecil dari berat
rangkaian casing kalau dipasang dari dasar lubang sampai kepermukaan.Berikut akan tampak
Gambar 3.
Liner
Fluida pemboran merupakan suatu campuran (liquid) yang terdiri dari inert
solid (sand and limestone), reactive solid(tanah liat / clay), liquid phase (air tawar
atau asin,gas, udara, busa, minyak) dan bahan-bahan kimia (chemical additives). Di
menjadi faktor yang sangat penting dalam pemboran. Kecepatan pemboran, efesiensi,
keselamatan dan biaya pemboran sangat dipengaruhi oleh seberapa baik kinerja
lumpur ini.
Lumpur pemboran harus didesain sesuai tekanan pada formasi yang ditembus,
selain itu sifat-sifat lumpur harus diperhatikan karena lapisan-lapisan atau formasi-
formasi yang akan ditembus oleh lumpur bermacam-macam atau berubah-ubah, maka
media pembawa, pembentuk dinding pelapis lubang bor, menahan tekanan formasi,
pelumas, pencegah korosi pada bit dan drill pipe, dan sebagai media perantara
evaluasi formasi.
Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan fungsi dari densitas, aliran
Panas dapat timbul akibat gesekan bit dan drill string yang kontak dengan
ini. Tetapi aliran lumpur ini mampu mendinginkan rangkaian pipa dan
melumasinya.
formasi yang permeable (lulus air). Pembentukan mud cake ini menyebabkan
dengan persamaan:
Ph = 0.052. . m. D...........................................................................(4.1)
Keterangan :
Depth : Kedalaman, ft
terutama tergantung dari gel strength. Bahwa cutting atau pasir harus dibuang dari
aliran lumpur, karena sifatnya yang sangat abrasive (mengikis) pada pompa,
fitting, dan bit. Untuk ini biasanya kadar pasir maksimal boleh ada sebesar 2%.
mengandung hidrokarbon atau tidak (mud log), sedangkan sample log adalah
menganalisa cutting yang naik ke permukaan, untuk menentukan formasi apa
yang di bor.
Pada penentuan adanya minyak atau gas serta zona-zona air dan juga
alat, antara lain alat listrik, gammaray, atau neutron), seperti electric logging,
1. Aqueous
Salah satu contoh Aqueous drilling fluid adalah Water Based Mud. Lumpur
jenis ini yang paling banyak digunakan, karena biayanya relatif murah. Lumpur
ini terbagi atas fresh water mud dan salt water mud.
Lumpur air garam (salt water mud) adalah lumpur yang mempunyai
konsentrasi garam (NaCl) di atas 10.000 ppm (1%), konsentrasi garam dapat
2. Nonaqueous
Salah satu contoh Nonaqueous adalah Oil Based Mud / OBM. Lumpur ini
mengandung minyak sebagai fasa terbanyaknya. Relatif lumpur ini tidak sensitif
negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol viskositas, gel strenght,
mengurangi efek kontaminasi air, dan mengurangi filtrate loss, perlu ditambahkan
zat-zat kimia.
Invert Emulsion Terbagi atas oil in water emulsion dan water in
oilemulsion tergantung dari fasa apa yang terdispersi. Fungsi lumpur ini adalah
drilling.
Lumpur ini bahan dasarnya adalah udara kering dan digunakan pada
formasi kering atau keras. Lumpur bisa juga merupakan aerated drilling mud
Komposisi dari lumpur pemboran tergantung pada kebutuhan dan kondisi dari
jenis air yang tersedia, tekanan dan temperatur merupakan faktor penting dalam
Empat macam komposisi atau fasa yang umum digunakan di dalam lumpur
Fasa Liquid
Baker Hughes, 1995, Fasa liquid terdiri dari air ( tawar atau asin), minyak (diesel
atau crude) dan mineral oil atau fluida sintetik lainnya. Fasa liquid ini berfungsi
sebagai fasa pelarut bagi padatan yang bersifat reactive dan inert.
hal ini clay air tawar seperti bentonite menyerap (absorp) air tawar.
Inert Solid (Zat Padat yang Tidak Bereaksi)
Inert solid adalah padatan yang tidak akan bereaksi dengan air dan dengan
komponen lainnya dalam lumpur. Fungsi utama dari material ini adalah berkaitan
erat dengan densitas lumpur, berguna untuk menambah berat atau berat jenis dari
lumpur, yang bertujuan untuk menahan tekanan dari tekanan formasi dan tidak
banyak pengaruhnya dengan sifat fisik lumpur yang lain. Material inert ini antara
lain adalah barite atau barium sulfate (BaSO4), besi III oksida (Fe2O3), calcite atau
calcium sulfate (CaSO4), dan galena (PbS), di mana kebanyakan dari zat-zat ini ini
Inert solid dapat pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa
oleh lumpur seperti chert, pasir, padatan seperti ini bukan disengaja untuk
Fasa Kimia
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol
viskositas, mengurangi water loss, mengontrol fasa koloid disebut dengan surface
activeagent.
mengencerkan), misalnya:
1. Quobracho (dispersant)
2. Phosphate
3. Sodium Tannate (kombinasi caustic soda dan tannium)
4. Lignosulfonates
5. Lignites
misalnya, adalah:
1. C.M.C
2. Starch
3. Attapulgite
4. Bentonite
5. Polymer
misalnya, adalah:
1. Barite
2. Calcium Carbonat
3. Hematite
Filtrat Reducers : Zat zat kimia yang bertujuan untuk mengurangi filtrat
misalnya, adalah:
1. Startch
2. CMC
3. Bentonite
4. PAC
5. Acrylate
6. Bentonite
7. Dispersant
Lost Circulation Materials : Zat zat kimia yang bertujuan untuk
diatas maka sifat sifat lumpur pemboran perlu dirancang dan dijaga nilainya sesuai
dilakukan diluar lubang bor dan dsimulasikan agar kondisinya menyerupai keadaan
sebenarnya dalam lubang bor. Hal ini bertujuan agar kita dapat memprediksikan sifat
lumpur pada kondisi downhole dengan sifat lumpur pada kondisi permukaan.
Annis,1974, Pengukuran sifat lumpur pemboran dibagi menjadi sifat fisik dan
komposisi. Umumnya fungsi dikendalikan langsung oleh komposisi lumpur dalam arti
lain kita mengkorelasikan sifat fisik dengan mengatur komposisi lumpur tersebut.
pemboran maka kira perlu kolaborasi antara pengujian fisik dan komposisi. Sifat
lumpur pemboran seharusnya diukur ketika lumpur masuk dan keluar dari flow line.
Densitas lumpur pemboran merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat
disebabkan oleh adanya gesekan antara partikel pada fluida yang mengalir, seperti
molekul zat cair dan molekul-molekul zat cair. Viskositas lumpur bertindak
sebagai tahanan terhadap aliran lumpur disaat melakukan sirkulasi, hal ini dapat
terjadi karena adanya pergeseran antara partikel-partikel dari lumpur bor tersebut.
3. PlasticViscosity
oleh adanya gesekan-gesekan antara padatan di dalam lumpur, padatan cairan dan
gesekan antara lapisan cairan, di mana plastic viscosity merupakan hasil torsi dari
4. ApparentViscosity
Newtonian, di mana apparent viscosity merupakan hasil torsi pada putaran 600
5. Yield Point
lumpur dibanding dengan plastic viscosity. Pada lumpur tanpa pemberat, yield
point dijaga pada level yang cukup untuk pembersih dasar lubang. Pada lumpur
lumpur untuk menahan padatan-padatan. Satuan yield point dan gel strength
adalah lb/100 sqft. Jika yield point dan gel strength terlalu besar, dapat diturunkan
Kegunaan laju lapisan adalah membentuk mud cake pada dinding lubang
bor. Mud cake yang baik adalah tipis untuk mengurangi kemungkinan terjepitnya
pipa bor dan kuat untuk membantu kestabilan lubang bor, serta padatan agar
dan lumpur akan kehilangan banyak cairan. Invasion filtrate yang masuk ke dalam
adanya pengaturan terhadap laju filtrasi, yaitu dengan membatasi cairan yang
tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur bor. Keasaman (pH) dari lumpur yang
dipakai berkisar antara 8.5 sampai 12, jadi lumpur pemboran yang digunakan
adalah dalam kategori basa. Kalau lumpur bor dalam suasana asam, maka cutting
yang keluar dari lubang bor akan halus atau hancur, sehingga tidak dapat
ditentukan batuan apakah yang ditembus oleh mata bor. Dengan kata lain sulit
9. Kandungan Garam
Kandungan Cl- ditentukan untuk mengetahui kadar garam dari lumpur.
Kadar garam dari lumpur akan mempengaruhi interpretasi logging listrik. Kadar
garam yang besar akan menyebabkan daya hantarnya besar pula. Pembacaan
resistivity dari cairanformasi akan terpengaruh. Naiknya kadar garam dari lumpur
garam.
persiapan lumpur.
7. Reserve Pit, merupakan kolam yang besar digunakan untuk menyimpan
kelebihan lumpur.
turun ke rangkaian pipa bor, dan naik ke annulus mengangkat serbuk bor ke
khusus, yaitu:
1. Mud Pit, merupakan tangki atau tempat menampung lumpur di permukaan yang siap
untuk disirkulasikan.
2. Mud Pump, merupakan alat yang digunakan memompakan lumpur dari tangki lumpur
menyalurkan lumpur dari mud pump ke annulus melalui drill string dan return line
merupakan pipa yang digunakan untuk mengalirkan lumpur yang membawa cutting
lemas dan sangat kuat, yang menghubungkan stand pipe dengan swivel.
membersihkan lumpur bor dari serbuk bor (cutting) dan gas-gas yang terbawa
digunakan untuk menampung cutting dari dalam lubang bor dan kadang-
yang memisahkan gas yang terlarut dalam lumpur bor dalam jumlah yang
besar.
4. Shale Shaker, merupakan peralatan yang
Casing Hole, dan kedalaman akhir pada trayek tersebut. Dalam perhitungan ini,
volume Displacement pipa perlu diperhitungkan karena disini kita menghitung total
volume String. Sedangkan agar sirkulasi berjalan dengan baik, volume lumpur yang
dibutuhkan adalah minimum 2 kali dari volume lumpur yang berada didalam lubang
sumur.
Metode 1
OH
OH
OH
( 2ID drillpipe section 32 ) x Length section 3
1029.4
Vol. Annulus = ( 2ID 2
drillpipe section 2 )x Length section 2
+
1029.4
( 2ID drillpipe section 12 )x Length section 1
+
1029.4
2
ID drillstring
Vol. dalam drillstring = 1029.4 x panjang drill string
2
OH
Volume lubang bor tanpa drillstring = x Kedalaman
1029.4
ID drill pipe2
Drill string capacity = x Panjang drill pipe
1029.4
In Pits/Pipe out of hole = Volume Mud pit ketika drillstring dicabut dari lubang selama trip
In Hole / Closed End Pipe / Volume Mud di lubang bor ketika drillstring di bawah / Closed
end
capacity
In Pits / Closed End Pipe / Volume Mud pit ketika drillstring di bawah / closed end
In Hole / Open Ended Pipe / Volume Mud di lubang ketika drillstring di bawah /open end
Total Volume sirkulasi lumpur dengan drillstring di bawah = Hole vol + Mud Pit Vol
OE
2.10 Persamaan untuk Perhitungan Sirkulasi Lumpur Pemboran
Pompa..(4.13)
Minutes(4.14)
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
terutama yang berkaitan dengan pengaruh karakteristik batuan dan kondisi formasi
akan dipergunakan dengan berdasarkan pada fungsi lumpur pemboran agar dapat
berfungsi dengan baik dan memberikan hasil yang sesuai dengan teori ideal.
5. Melakukan pengaturan meliputi sifat fisik dan sifat kimiawi serta jenis atau tipe lumpur
dengan dianggap sebagai variable yang bisa diubah-ubah agar diperoleh fungsi lumpur
yang sesuai dengan karakter dan kondisi formasi pada Sumur B Lapangan Y.
6. Mempersiapkan fluida pemboran (drilling fluids), tempat untuk mempersiapkan lumpur
Volume dalam Casing, Volume Open Hole, Total Volume tanpa String, Total dalam
Put, Debit Pompa yang dihasilkan setiap 1 menit serta waktu estimasi sirkulasi lumpur
pemboran.
10. Dari perhitungan untuk menentukan Volume Lumpur Pemboran didapatkan kesimpulan
WELL PROFILE
20"
casing 26" OH
13 3/8"
casing, shoe 17 1/2" OH,
@ 220 m TD @ 220 m
Perhitungan total lumpur yang disirkulasikan pada tanggal 16 Agustus 2008 pada
Sumur B
Hasil Perhitungan
Metode 1 :
OH
OH
OH
( 2ID d rillpipe section 32 ) x Length section 3
1029.4
Vol.Annulus= ( 2ID 2
drillpipe section 2 )x Length section 2
+
1029.4
( 2ID drillpipe section 12 )x Length section 1
+
1029.4
17.5
17.5
17.5
( 252) x 131
1029.4
Volume Annulus = ( 25 2) x 250 = 177.98 bbl
+
1029.4
( 26.5 2) x 288
+
1029.4
ID drillstring 2
Vol. dalam drillstring = 1029.4 x panjang drill string
2.25
3
( 2) x 131
= 1029.4 = 6.717 bbl
2
( 2)x 288 (3.5 ) x 250
+ +
1029.4 1029.4
Volume lubang bor = volume annulus + volume dalam drillstring = 177.98 bbl + 6.717 bbl =
184.7 bbl
Total Mud Volume = Volume pit + Volume lubang bor = 315 bbl + 184.7 bbl = 499.7 bbl
Metode 2:
OH 2 17.52
Volume lubang bor tanpa drillstring = 1029.4 x Kedalaman = 1029.4
x 669 = 199.1 bbl
14.4 bbl
ID drill pi pe2
Drill string capacity = x Panjang drill pipe
1029.4
2.25
3
( 2) x 131
= 1029.4 = 6.717 bbl
( 2)x 288 (3.5 2) x 250
+ +
1029.4 1029.4
In Pits/Pipe out of hole = Volume Mud pit ketika drillstring dicabut dari lubang selama trip
= Mud Pit - Drill string displacement = 315 bbl 14.4 bbl = 300.6 bbl
In Hole/Closed End Pipe = Volume Mud di lubang bor ketika drillstring di bawah/closed
end
= Vol. lubang bor tanpa drillstring Vol.ds displacement Drill string
capacity
In Pits/Closed End Pipe = Volume Mud pit ketika drillstring di bawah/ closed end
In Hole/Open Ended Pipe = Volume Mud di lubang ketika drillstring di bawah/open end
Total Volume sirkulasi lumpur dengan drillstring di bawah = Hole vol + Mud Pit Vol
OE
Pembahasan
didapatkan bahwa perhitungan menunjukkan hasil yang sama dengan perhitungan drilling
engineer di Pertamina, namun perlu adanyan perbandingan hasil perhitungan dengan kondisi
aktual yang ada sumurB. Apa bila hasil perhitungan secara teoritis lebih banyak dari pada
jumlahlumpur pada kondisi aktual yang ada dilapangan maka terjadi indikasi adanya lost
circulation. Untuk menangani masalah tersebut biasa digunakan campuran lumpur baru yang
mengandung lost circulation addictive seperti starch. Jika tidak segera dilakukan penanganan
terhadap lost circulation, maka tekanan hidrostatik lumpur dilubang pemboran akan lebih
rendah dari tekanan formasi / tekanan pori. Penyebab utama terjadinya lost circulation antara
lain tekanan hidrostatik lumpur melampaui tekanan fracture, kondisi batuan yang britle, dan
Sebaliknya jika perhitungan secara teoritis kurang dari pada jumlah lumpur pada kondisi
aktual yang ada di lapangan maka terjadi kick. Apabila kick tidak ditangani dengan baik,
maka hal tersebut akan berdampak pada terjadinya blowout. Hal tersebut akan dihindari oleh
perusahaan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Maka dari pada itu
penangan terhadap kick dilakukan dengan well control, antara lain metode driller, wait on
weight, campuran volumetric method dan bull heading. Pada penanganan kick dengan
metode driller, secara langsung kick di desak oleh densitas lumpur yang sama, sedangkan
metode wait on weight melakukan perhitungan terlebih dahulu untuk menentukaan densitas
lumpur yang baru. Pada metode driller harus dilakukan 2X sirkulasi lumpur, sedangkan wait
lumpur yang perlu disirkulasikan pada waktu tertentu hal tersebut dikarenakan perubahan
volume lumpur yang disirkulasikan akan mempengaruhi nilai densitas dari lumpur yang
disirkulasikan. Oleh karena itu dalam mengubah densitas lumpur yang disirkulasikan pada
kondisi tertentu diperlukan waiting agent seperti barite. Selain itu, faktor lain yang digunakan
untuk menyesuaikan kondisi lumpur yang digunakan pada kondisi tertentu diperlukan
Surfactant (surface active agents) C.M.C, Starch dan Beberapa senyawa polimer.
Penentuan Pump Out Put, Debit Pompa dan waktu sirkulasi lumpur
Tabel 1.2 Pumps Daily Mud Report Sumur B
Pump Model 1
Effisiensi : 95 %
Hitung Waktu Sirkulasi Lumpur pada Sumur B pada tanggal 16 Agustus 2008!
Hasil Perhitungan
Pump Model 1
Pump Out Put = 0.000243 x (Diameter Liner)2 x Panjang Stroke x Efisiensi Pompa
= 79. 44 menit
Pembahasan
Dengan mengetahui nilai pump output, debit pompa, dan volume lumpur yang
disirkulasikan maka dapat diperoleh waktu yang diperlukan untuk mensirkulasikan lumpur
kedalam lubang sumur. Maka dari itu kita dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu
dalam penggunaan lumpur yang akan digunakan untuk sirkulasi saat pemboran berlangsung.
Selain itu hal tersebut berfungsi pada saat kita harus mengubah suatu properties lumpur
pemboran pada interval tertentu, sehingga kita dapat mengurangi non productive time pada
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung total lumpur yang
disirkulasikan, Pump Output serta waktu estimasi sirkulasi pada sumur B lapangan Y
pada trayek 17 pada tanggal 16 Agustus 2008 dengan rincian sebagai berikut :
1. Total lumpur pada sumur B lapangan Y pada trayek 17 adalah 499.7 bbl
2. Pump Output yang diperlukan pada sumur B lapangan Y untuk pump model 1 adalah
0.06988623 bbl/stk
3. Estimasi waku yang diperlukan pada sumur B lapangan Y adalah 79. 44 menit
sebenarnya dengan hasil perhitungan secara teoritis. Dengan menganalisa hal tersebut
dapat diketahui bahwa letak permasalahan yang terjadi di lapangan. Permasalahan bisa
terjadi dari hilangnya lumpur pemboran ke dalam formasi dimana kondisi tersebut terjadi
apabila mud engineer salah menentukan tekanan hidrostatik lumpur sehingga lebih besar
dibandingkan dengan tekanan formasi. Dampak dari hilangnya lumpur pemboran tersebut
dapat berakibat fatal karena volume pemboran otomatis akan berkurang sehingga akan
mengurangi tekanan hidrostatik lumpur sehingga hal ini akan berpotensi untuk
menimbulkan kick dan bila terlambat mengatasi ini akan berujung pada terjadi blowout .
Selain itu, permasalahan dapat terjadi pada kesalahan monitoring atau human
errorakibat kurang memadainya fasilitas pemboran dan lain lain. Kemudian, penulis
sehingga hasil yang diperloh lebih valid dan akurat yang merepresentasikan kondisi
downhole.
menyarankan untuk selalu mengukur sifat lumpur pemboran ketika suction (lumpur
masuk lubang bor) dan ketika lumpur keluar dari lubang bor. Selain itu, tekanan dan
1974.
3. ASME Shale Shaker Committee, Drilling Fluids Processing Handbook 1 st
1995.
5. Baroid, Manual Of Drilling Fluids Technology, Houston, Texas 1979.
6. Rubiandini, Rudi, Diktat Pemboran I, 2009.