Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEKNIK OPERASI PEMBORAN DI LEPAS PANTAI

DISUSUN OLEH :

NAMA : LEISVIN
NIM : 2001084
KELAS : TEKNIK PERMINYAKAN C

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan khadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
anugerah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Dalam penulisan makalah, penulis banyak dibantu berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr., Sulardi, ST., MT., MM selaku dosen MK Teknologi Lepas Pantai
2. Orang tua yang selalu memberikan dorongan semangat dan motovasi.
Penulis menyadari bahwa makalh ini dibuat sangatlah jauh dari kata sempurna dan
banyaknya kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
penulis dapat meningkatkan kualitas. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Balikpapan, 25 November 2022

Leisvin
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada operasi pemboran sumur minyak dan gas yang dilakukan tidak selalu lancar
sesuai dengan perencanaan, adakalanya terjadi permasalahan pada operasi pemboran
tersebut. Salah satu masalah dalam operasi pemboran yaitu hilang sirkulasi lumpur (lost
circulation), lost circulation atau hilang sirkulasi lumpur merupakan hilangnya sebagian
(partial lost) atau semua (total lost) dari fluida pemboran ke dalam formasi, sehingga
sirkulasi fluida pemboran tidak sesuai yang diinginkan.
Pemboran merupakan suatu kegiatan penting dalam industri perminyakan yang
harus dilakukan untuk mendapatkan hidrokarbon dibawah permukaan. Pemboran
merupakan suatu kegiatan membuat lubang dari permukaan menuju target (reservoir)
yang telah ditentukan untuk membuktikan ada atau tidaknya hidrokarbon didalam
reservoir tersebut. Seperti yang diketahui lumpur pemboran adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi dari keberhasilan pemboran, berikut adalah fungsi dari lumpur pemboran:
1. Mengangkat Cutting ke Permukaan
2. Menjaga dan Mengimbangi Tekanan Formasi
3. Membersihkan Dasar Lubang (Bottom Hole Cleaning)
4. Membentuk Mud Cake
5. Mendinginkan dan Melumasi Pahat dan Rangkaian Pipa
6. Media Logging dan Evaluasi Formasi
7. Meneruskan Daya Hidrolika ke Pahat
8. Membantu Menahan Rangkaian Pipa Bor
9. Cutting Suspension
10. Mencegah dan Menghambat Laju Korosi
Pada sistem pengeboran lepas pantai memiliki sistem yang tidak jauh berbeda
dengan sistem yang ada didarat, karena kondisi lingkungan darat dan laut sangat berbeda
maka metode operasi pengeboran lepas pantai membutuhkan teknologi yang baru dan
biaya operasi yang mahal. Peralatan mutlak yang harus ada dalam operasi pengeboran
lepas pantai adalah sebuah strutur anjungan (platform) sebagai tempat untuk meletakkan
peralatan pemboran dan produksi.Sekarang ini berbagai macam anjungan telah dibuat,
seperti anjungan permanen (fixed) yang berdiri diatas kaki- kaki beton bertulang. Jenis
ini umumnya digunakan pada laut dangkal dan pada lapangan pengembangan sehingga
dapat sekaligus menjadi anjungan pemboran dan produksi .
Pada umumnya Operasi Penyemenan bertujuan untuk melekatkan Casing pada
dinding lubang Sumur, melindungi Casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu
opersai pemboran (Seperti Getaran), melindungi Casing dari Fluida Formasi yang bersifat
korosi dan untuk memisahkan Zona yang satu terhadap Zona yang lain di
belakang Casing. Umumnya, dibagi menjadi dua, yaitu Primary Cementing (Penyemenan
utama) dan Secondary Cementing (Penyemenan Kedua atau Penyemenan perbaikan).
Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan
setelah Casing diturunkan ke dalam Sumur. Sedangkan Secondary Cementing adalah
penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki
penyemenan yang rusak.

Tujuan utama dari sistem sirkulasi pada suatu operasi pemboran adalah untuk
mensirkulasikan fluida pemboran (lumpur bor) ke seluruh sistem pemboran, sehingga
lumpur bor mampu mengoptimalkan fungsinya. Sistem sirkulasi pada dasarnya terdiri
dari empat komponen, yaitu :
1. Fluida Pemboran
2. Tempat persiapkan
3. Peralatan sirkulasi
4. Conditioning area
Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen
yang dapat terdiri dari air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan – bahan
kimia, gas, udara, busa maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai lumpur
(mud). Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat menentukan dalam
mendukung kesuksesan suatu operasi pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi,
keselamatan dan biaya pemboran sangat bergantung pada kinerja lumpur pemboran.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan


masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa itu teknologi lepas pantai?
2. Apa itu proses cementing?
3. Apa itu fluida pemboran?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya
pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Ada pun tujuan penulisan makalah,
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui macam-macam rig offshore.
2. Untuk mengetahui apa itu proses cementing.
3. Untuk mengetahui apa itu fluida pemboran.
BAB II
DASAR TEORI

Sistem peralatan pemboran lepas pantai pada prinsipnya adalah merupakan


perkembangan dari sistem peralatan pemboran darat, maka metode operasi lepas pantai
membutuhkan teknologi yang baru dan biaya operasi yang mahal, karenak ondisi lingkungan laut
berbeda dengan kondisi lingkungan darat.
Peralatan mutlak yang harus ada dalam operasi pemboran lepas pantai adalahsebuah
strutur anjungan (platform) sebagai tempat untuk meletakkan peralatan pemboran dan produksi.
Berbagai macam anjungan telah dibuat, seperti anju ngan permanen (fixed) yang terdiri diatas
kaki-kaki beton bertulang. Jenis ini umumnyadigunakan pada laut dangkal dan pada lapangan
pengembangan sehingga dapatsekaligus menjadi anjungan pemboran dan produksi.
Berbagai hambatan alam yang harus diatasi bagi pengoperasian unit lepas pantai.
Hambatan tersebut antara lain : angin, ombak, arus dan badai. Khusus untuk unit terapung yang
amat peka terhadap pengaruh kondisi laut, maka menciptakan peralatan khusus, yaitu peralatan
peredam gerak oscilsi vertikal akibat ombak dan peralatan pengendalian posisi pada unit
terapung. Untuk pengendalian posisi pada unit terapung dikenal dengan mooring system dan
sistem pengendalian posisidinamik . Sedangkan untuk mengatasi gerak vertikal keatas dan
kebawah umumnyadigunakan Drill String Compensator (DSC).
Operasi pemboran lepas pantai dimulai dari pengembangan teknologi pemboran darat
dengan menggunakan casing conduktor yang ditanam atau dibor dan disemen, kemudian
meningkat dengan digunakan mud-line suspention system, danterus meningkat dengan
menggunakan riser system. Kondisi lingkungan laut berpengaruh terhadap pemilihan jenis
platform.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 MACAM MACAM RIG OFFSHORE

Operasi pengeboran lepas pantai dimulai dari pengembangan teknologi


pengeboran darat dengan menggunakan casing conduktor yang ditanam atau dibor dan
disemen, kemudian meningkat dengan digunakan mud-line proses pengeboran/lokasi
pengeboran, jenis drilling rig tersebut antara lain adalah :
3.1.1 Swamp Barge Rig
Swamp Barge Rig ini merupakan jenis rig laut yang beroperasi untuk
kedalaman antara 7 – 15 feat (laut dangkal) dan pada umumnya dipakai untuk
daerah rawa ataupun sungai. Pengoperasian rig jenis ini yakni dengan mengisi
ballast tank menggunakan air agar posisinya tenggelam dan duduk didasar laut
dan spud can juga menancap di dasar laut. Agar terhindar dari resiko terjadinya
pergeseran ballast tank akibat adanya arus laut yang kuat, maka ballast tank harus
diikat pada tiang yang sudah dipersiapkan.

Gambar 1. 1 Swamp Barge Rig

3.1.2 Drillship
Drillship merupakan jenis rig yang bersifat mobile dan diletakkan diatas
kapal laut sehingga sangat cocok untuk pengeboran dilaut dalam (dengan
kedalaman lebih dari 2800 meter). Pada kapal ini, didirikan menara dan bagian
bawahnya terbuka ke laut (moon pool). Dengan sistem thruster yang dikendalikan
dengan computer, dapat memungkinkan sistem ini dapat mengendalikan posisi
kapalnya.
Memiliki daya muat yang lebih banyak sehingga sering dipakai pada upun
jauh dari daratan. Rig ini juga jenis rig terapung. Rig ini seperti kapal – kapal
kebanyakan, cuman sudah dimodifikasi bebrapa bagiannya sehingga berfungsi
sebagai rig. Ditengah kapal biasanya didirikan menara dan di bagian bawahnya
terbuka ke laut (moon pool). Drill ship adalah rig mobile yang paling sering
digunakan untuk pengeboran susmu – sumur explorasi yang jauh dari daratan.

Gambar 1. 2 Drillship

3.1.3 Jack Up Rig


Jack Up Rig jenis ini menggunakan platform yang dapat mengapung
dengan menggunakan tiga atau empat kakinya. Kaki – kaki pada rig ini dapat
dinaikan dan diturunkan, sehingga untuk pengoperasiannya semua kakinya harus
diturunkan hingga ke dasar laut. Kemudian, badan dari rig ini diangkat hingga
diatas permunkaan air dan memiliki bentuk seperti platform. Untuk melakukan
perpindahan tempat, semua kakinya harus dinaikkan dan badan rignya akan
mengapung dan ditarik menggunakan kapal.
Pada operasipengeboran menggunakan rig jenis ini dapat mencapai lima
hingga 200 meter. Rig ini terdiri dari barge yang ditopang oleh beberapa kaki
baja. Rig ini terapung atau digusung ke lokasi. Pada lokasi yang telah ditentukan.
Crew rig akan mengoperasikan kaki – kaki baja rig ini turun hingga menyentuh
dasar laut. Setelah kaki – kaki baja tersebut mantap menjejakkan ke dasar laut,
kemudian barge akan dinaikkan hingga beberapa meter diatas permukaan air laut.
Gambar 1. 3 Jack Up Rig

3.1.4 Semi – Submersible Rig


Semi – Submersible Rig jenis ini yang sering disebut semi ini merupakan
model rig yang mengapung (flooded atau ballasted). Rig ini dapat didirikan
dengan menggunakan tali mooring dan jangkar agar posisinya tetap diatas
permukaan laut. Dengan menggunakan thruster (semacam baling – baling) yang
berada disekelilingnya dan ballast control system, sistem ini dijalankan dengan
menggunakan computer sehingga rig ini mampu mengatur posisinya secara
dinamis dan pada level diatas air sesuai keinginan. Rig ini sering dipakai jika jack
up rig tidak mampu menjangkau permukaan dasar laut. Rig ini sering dipakai
pada lokasi yang berombak besar dan memiliki cuaca buruk dan pada kedalaman
90 hingga 750 meter.

Gambar 1. 4 Semi Sumersible


3.1.5 Drilling Jacket
Struktur platform ini adalah baja dan biasanya berukuran kecil. Drilling
jacket juga kuat karena terbuat dari baja sehingga cocok apabila beroperasi di laut
tenang atau dangkal dan sering dikombinasikan dengan tender barge atau jack up
rig.

Gambar 1. 5 Drilling Jacket

3.2 SEMEN PEMBORAN

Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran (mixing) dan
pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui casing sehingga mengalir ke atas
melewati annulus di belakang casing sehingga casing terikat ke formasi . Pada umumnya
penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding lubang bor, melindungi casing
dari masalah-masalah mekanis sewaktu pemboran berlangsung (seperti torsi yang tinggi dan
lain-lain), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosif dan untuk memisahkan
zona yang lain di belakang casing.
3.2.1 Fungsi Penyemenan
Adapun tujuan dari penyemenan yang kita lakukan antara lain :
 Melindungi dan melekatkan casing pada dinding formasi.
 Menutup daerah hilang sirkulasi dan mengisolasi lapisan
 dibelakang casing agar tidak terjadi komunikasi antar lapisan.
 Mencegah penyusupan gas atau fluida formasi yang bertekanan tinggi ke
celah antara casing dan formasi, yang dapat menimbulkan masalah yang
yang membahayakan dipermukaan.
 Menutup sumur yang akan ditinggalkan.
 Memperbaiki casing yang rusak.
 Memperbaiki kesalahan pada waktu perforasi.
3.2.2 Tipe Penyemenan
Operasi penyemenan yang tidak sempurna dapat menimbulkan banyak
masalah, antara lain sulitnya mengontrol produksi pada tiap-tiap lapisan
formasi produktifnya. Oleh karna itu type penyemenan terbagi menjadi 2
bagian yaitu :
1. Primary Cementing adalah penyemenan yang pertama kali dilakukan
setelah casing diturunkan kelubang sumur. Primary Cementing juga
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
 Penyemenan Conductor Casing.
 Penyemenan Surface Casing.
 Penyemenan Intermediate.
 Penyemenan Production Casing.
2. Secondary Cementing adalah penyemenan tahap kedua atau
penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing .
Secondary Casing juga terdiri dari beberapa bagian yaitu :
 Squeeze Cementing : Penyemenan yang bertujuan untuk
memperbaiki kebocoran atau kerusakan pada casing atau juga
memperbaiki penyemenan pada Primary cementing yang belum
sempurna.
 Re - Cementing : Untuk memperluas perlindungan casing diatas top
semen serta menyempurnakan penyemenan pertama.
 Plug Back Cememting : tujuan untuk menutup atau meninggalkan
sumur (Abandonment Well) Dan menutup zona air dibawah zona
produksi minyak.
3.2.3 Klasifikasi Semen Pemboran
Dilihat dari fungsinya, semen dapat diklasifikasikan atau dikelompokan
menjadi beberapa tipe menurut API (API spec. 10) yaitu :
 Kelas A : Digunakan untuk penyemenan selubung sampai kedalaman 1830
meter (6000 ft) dan apabila sifat-sifat khusus dari formasi tidak disyarat.
 Kelas B : Digunakan untuk sumur sampai kedalaman 1830 meter (6000 ft)
apabila kondisi formasi membutuhkan tahan sulfat sedang sampai tahan sulfat
tinggi.
 Kelas C : Digunakan pada sumur dengan kedalaman 1830 meter (6000 ft)
apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan awal yang tinggi.
 Kelas D : Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 1830 meter (6000 ft)
sampai kedalaman 3050 meter (10000 ft) dengan kondisi suhu dan tekanan
sedang.
 Kelas E : Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 3050 meter (10000 ft)
sampai kedalaman 4270 meter (14000 ft) dengan kondisi suhu dan tekanan
tinggi.
 Kelas F : Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 3050 meter (10000 ft)
sampai kedalaman 4880 meter (16000 ft) dengan kondisi suhu dan tekanan
tinggi.
 Kelas G : Digunakan sebagai semen pemboran dasar untuk kedalaman 2440
meter (8000 ft), atau dapat digunakan dengan akselerator dan retarder untuk
memperoleh batas jangkauan kedalaman sumur dan suhu yang lebuh luas.
 Kelas H : Digunakan sebagai semen pemboran dasar untuk kedalaman sampai
2440 meter (8000 ft) dan dapat digunakan dengan penambahan akselerator dan
retarder untuk memperoleh batas jangkauan suhu dan kedalaman sumur yang
lebih luas.
 Kelas J : Digunakan untuk semen dasar pemboran untuk kedalaman 3660
meter (12000 ft) samapai kedalaman 4880 meter (16000 ft) pada kondisi suhu
dan tekanan yang amat tinggi atau dapat digunakan dengan penambahan
akselerator dan retarder untuk memperoleh batas jangkauan sumur dan suhu
yang lebih besar.
3.2.4 Komposisi Semen Pemboran
Pada umumnya terdapat 4 (empat) senyawa kimia yang berperan
sebagai senyama aktif dalam semen. Bila semen mengalami hidrasi, sennyawa
ini memberikan pengaruh besar dalam pembentukan kekuatan semen
keringnya. Senyawa-senyawa tersebut antara lain :
 Tricalcium Aluminate (C 3A) : C3A terbentuk dari perpaduan C aO dan Al2
O3.
 Tricalcium silicate (C 3S) : Senyawa ini dibentuk oleh reaksi antara C aO
dan SiO2.
 Dicalcium Silicate (C 2S) : Senyawa ini juga dihasilkan oleh reaksi antara
CaO dan SiO2.
 Tetracalcium Aluminoferrite (C 4AF) : C4AF dibentuk dari CaO, Al 2O3,
Fe2O3.
3.2.5 Bahan Aditif Semen
Berbagai jenis additive telah banyak digunakan dalam penyemenan
sumur-sumur minyak, gas dan panas bumi, dengan mempertimbangkan
kondisi sumur seperti kedalaman, temperatur, dan tekanan. Beberapa operator
menggunakan berbagai jenis additive semen untuk berbagai kebutuhan, antara
lain untuk :
 Menambah dan mengurangi berat bubur semen.
 Menambah volume bubur semen dengan biaya yang relatif rendah.
 Mempercepat atau memperlambat waktu pengenjalan (thickening time).
 Meningkatkan kekuatan.
 Mengurangi water loss.
a. Accelerators : Accelerators adalah zat yang dapat mempercepat proses
pengerasan pada bubur semen, sehungga thickening time menjadi lebih
singkat. Accelerator yang biasa digunakan adalah calcium chloride (CaCl2),
sodium chloride (Salt - NaCl), gypsum cement, sodium silicate (Na2SiO2),
air laut. Cara Konvensional untuk mempercepat proses pengerasan bubur
semen adalah dengan memperbesar densitas semen atau mengurangi jumlah
air.
b. Light Weight Additive : Additive ini berfungsi untuk membuat bubur semen
lebih ringan. Digunakan untuk penyemenan pada formasi yang lemah dan tidak
kuat menahan berat kolom semen.
c. Heavy Weight Additive : Additive ini berfungsi untuk pemberat bubur semen.
Additive ini digunakan untuk penyemenan pada formasi yang memiliki tekanan
cukup tinggi, sehingga tekanan dalam kolom semen mampu mengimbangi
tekanan formasi.
d. Retarder : Semen retarder adalah additive yang digunakan untuk
memperpanjang waktu proses pengerasan bubur semen. Biasanya additive ini
digunakan untuk penyemenan sumur-sumur dalam yang bertemperatur tinggi.
Sehingga bubur semen tidak mengeras sebelum target tercapai.
e. Friction Reducer : Additive ini berfungsi untuk mengurangi kekentalan bubur
semen, serta membuat turbulensi aliran bubur semen pada laju pemompaan
yang rendah. Friction reducer juga sering dikenal dengan nama cement
dispersant.
f. Lost Circulation – Control Agents : Additive jenis ini digunakan untuk
menanggulangi kehilangan bubur semen pada saat proses penyemenan. Ada
dua cara untuk menanggulangi kehilangan bubur semen, yaitu :
 Dengan mengurangi densitas bubur semen.
 Dengan menambahkan material penyumbat, seperti serbuk gergaji, bubur
kayu, plastik, dsb.
 Dengan menambahkan nitrogen kedalam sistem lumpur.

Anda mungkin juga menyukai