Anda di halaman 1dari 16

Ghifari Yoga Pradana

Final Report

PENENTUAN PRESSURE WINDOW PADA TRAYEK 12-1/4


DAN 9-7/8 UNTUK OPERASI AERATED DRILLING PADA
PEMBORAN PANAS BUMI
Ghifari Yoga Pradana
Akamigas Balongan Indramayu
Jl. Soekarno Hatta, Indramayu, Jawa Barat
ghifariyoga@hotmail.com

ABSTRAK

Aerated drilling telah terkenal baik dipakai untuk menembus zona potensi
sumur panas bumi penting untuk dinilai agar pemboran berjalan optimal. Analisa
performa aerated drilling dengan menggunakan pressure window telah
dipersiapkan untuk digunakan sebagai acuan praktek dilapangan untuk sumur
pemboran geothermal agar dalam operasinya dapat berjalan dengan lancar terhindar
dari masalah lubang sumur.

Sumur panas bumi yang didominasi rekahan didalamnya cenderung


mempengaruhi kemampuan lumpur dalam proses sirkulasi pemboran. Kolom
tekanan lumpur yang berkurang akibat penambahan fasa gas yang berasal dari
formasi dan permukaan (aerasi) menyebabkan lumpur yang dipakai berada dalam
ranah underbalanced yang terkait secara teknis dengan kebersihan lubang
sumurnya. Penentuan pressure window dibuat dengan cara memberikan rentang
volume yang tepat antara fasa gas dan cair dalam sistem sirkulasi lumpur, dibatasi
dengan kemampuan pembersihan lubang sumur dan peralatan pendukung
dipermukaan agar mendapatkan hasil sirkulasi lumpur yang optimal.

Uji coba dilakukan dalam simulasi pemboran aerasi pada sumur geothermal
dengan kedalaman 2500 meter diprediksi terdapat zona rekahan pada kedalaman
1500 meter dalam seksi 12-1/4 dan 9-7/8. Pada campuran 800-900 gpm lumpur dan
1500 scfm udara. Semakin kedalam densitas dan viskositas aerasi semakin tinggi
dan sebaliknya membuat lumpur bor menjadi lebih memiliki kekuatan untuk
mengangkat cutting. Nilai annular velocity yang melebihi batas minimal (36 mpm),
dan transport velocity 85-93% menunjukan kemampuan pengangkatan cutting yang
optimal. Hasil ini kemudian dimasukan kedalam grafik pressure window. Demikian
aerated drilling dinilai memiliki performa yang baik dalam mengatasi masalah
lubang bor pada zona reservoir panas bumi yang penuh rekahan. Laporan ini
disimpulkan dengan penilaian performa aerated drilling yang ditunjukan oleh grafi
pressure window pada tiap seksi trayek sumur yang sekaligus membuktikan bahwa
aerated drilling dapat membuat pemboran lebih cepat, mudah dan murah.

Kata Kunci : Aerated Drilling, Rekahan, Pressure Window.

1
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

I. PENDAHULUAN 2. Recharge area where cold fluid


seeps in and interact with heat
Zona produktif sumur panas bumi source
sangat rentan untuk tercamari cutting
3. Heat source
selama operasi pemboran. Demikian
metode pemboran dapat mempengaruhi Air meteorik yang masuk
produktifitas sumur panas bumi. kedalam zona reservoir akan
terpanaskan oleh sumber panas dan
Metode aerated drilling sudah berubah fasa menjadi uap yang panas,
dikenal sebagai metode yang efektif inilah yang kemudian mengalir
untuk diterapkan. (Ashadi. 2015). kepermukaan untuk di eksploitasi.
Aerated drilling menggunakan fasa gas Didalam reservoir hal ini menyebabkan
dan cair untuk dimasukan kedalam gradien tekanan menjadi rendah karena
kolom lumpur pemboran untuk terisi oleh steam atau uap panas dan
mengurangi densitas efektif (ECD) agar gradien suhu yang tinggi karena dekat
dapat meningkatkan peluang lumpur dengan sumber panas. Akibatnya,
bersirkulasi. Mengetahui variasi proses pemboran dapat terhambat
penggunaan volume fasa gas dan cair karena apabila tekanan formasi kurang
untuk diinjeksikan menjadi hal penting dari tekanan hidrostatisnya (lumpur)
untuk diketahui pada operasi pemboran maka peluang hilang sirkulasi menjadi
aerated. tinggi dan kemudian dapat
menyebabkan pipa terjepit apabila
Analisa pressure window dapat
rekahan sudah terisi oleh cutting yang
dijadikan acuan dilapangan mengenai
tidak dapat terangkat kepermukaan.
penggunaan volume injeksi antara fasa
gas dan cair agar operasi pemboran Penggunaan volume lumpur yang
tidak menimbulkan masalah seperti efektif berhubungan langsung dengan
hilang sirkulasi dan pipa terjepit. tekanan hodrostatis yang dibentuk
selama pemboran. Volume lumpur
dengan nilai yang sesuai dapat dijadikan
II. KONDISI GEOLOGI DAN
alat yang tepat untuk mengangkat
RESERVOIR GEOTHERMAL
cutting agar tidak terjebak didalam
Kondisi geologi menjelaskan anulus dan masuk ke zona rekah
tentang kondisi formasi batuan yang potensial selama operasi pemboran.
akan dihadapi selama proses pemboran
panas bumi, termasuk didalamnya
III. AERATED DRILLING
kondisi formasi reservoirnya. Ada tiga
komponen penting dari suatu formasi Teknik Aerated drilling telah
batuan untuk dapat dijadikan lahan diakui memiliki kinerja yang baik dalam
eksploitasi panas bumi, diantarnya pemboran panas bumi. (Ashadi.
yaitu: (Dwinanto 2013) (Gambar 2.1) Dumrongthai 2015) (Syahrul 2013)
(Dwinanto 2013) (Subiatmono 2001)
1. Aquifer / a reservoir with fault and
(Chemwotei 2011). Komposisinya
fracture networks and fluid as heat
berupa udara, lumpur dan zat tambahan
transfer media
(bila diperlukan). Penambahan fasa gas
kedalamnya dapat menurunkan densitas
kolom lubang sumur selama pemboran.

2
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

Daya ekspansi dari gas setelah teragitasi Adapun peralatan pendukungnya


oleh pahat dapat membuat fasa cair dan seperti:
gas menjadi bersatu sehingga membuat
lumpur didalam anulus bergerak lebih 1. Manifold
cepat naik kepermukaan, dapat 2. Mud Pump
dikatakan meningkatkan kemampuan 3. Mud Cooler
lumpur untuk bersirkulasi. 4. Conditioning Equipments (e.g.
shakers mud pit, etc.)
Karena kecepatannya maka 5. Barton
lumpur ini cocok untuk diterapkan 6. Float valve (back pressure
dalam kondisi lubang yang memiliki equipment in drill string)
rekahan. Hasil analisa literatur dan
berdasarkan pengalaman insinyur Mengetahui komposisi lumpur
dalam prakteknya dilapangan lumpur aerasi, fasa cair yang biasa dipakai
aerasi ini juga menjadi solusi mencegah adalah air yang dipompakan melalui
masalah lubang sumur yang sering mud pump, adapun zat tambahannya
terjadi dalam pemboran sumur panas seperti polimer potasium klorida (KCL
bumi seperti hilang sirkulasi dan pipa polymer). Fasa gas adalah udara yang
terjepit yang mencapai 17.9% dari dikompresi oleh kompresor (tipe screw)
keseluruhan masalah selama pemboran dan diberi tekanan oleh booster
(Susilo 2015). (kompresor tipe piston) dan ditambah
zat tambahan seperti foam agent dan
3.1. Aerated Drilling Layout corrosion inhibitor diinjeksikan oleh
texsteam pump ditambahkan untuk
Pada prakteknya, volume injeksi
memperbaiki kinerja dalam
lumpur aerasi dikontrol oleh peralatan
mengangkat cutting selama sirkulasinya
sirkulasinya. Susunan sistem sirkulasi
karena densitas yang berkurang dan
berikut ini dapat menjelaskan sistem
memperpanjang umur rangkaian bor
aliran lumpur beserta peralatan yang
agar tidak mudah korosi. Float valve
dipakainya selama sirkulasi (Gambar
dipasang pada rangkain bor untuk
3.1).
mencegah gas mengalir kembali keatas
Standar peralatan yang dipakai (back pressure) saat diinjeksikan.
dalam pemboran panas bumi dengan Adapun jenis valve sebagai pengatur
memakai sistem aerasi diantaranya aliran pada peralatan aerasi (kompresor
adalah: dan booster) didahului oleh check valve
yang berfungsi untuk mengalirkan
1. Kompresor fluida pada satu arah dan menghindari
2. Booster adanya aliran balik, selanjutnya adalah
3. Texsteam/Chemical Injection/Mist ball valve untuk mengatur alirannya.
Pump
4. Rotating Head 3.2. Pressure window, Hydraulic and
5. Banjobox Hole Cleaning Assessment
6. Blooi-line Pressure window berisi grafik laju
7. Geothermal Separator alir gas (Qgas) dan tekanan yang berasal
dari perhitungan Equivalent Circulating
Density 1 (ECD) pada setiap batas

1
ECD adalah densitas lumpur saat sirkulasi.

3
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

kebersihan lubang, didalamnya terdapat yang menerangkan kemampuan fluida


batasan yang menerangkan kemampuan khususnya saat kondisi bergerak.
lumpur agar tidak menimbulkan
masalah pemboran khususnya dalam Analisa fluida aerasi seperti
sumur panas bumi seperti hilang densitas, viskositas, kehilangan tekanan
sirkulasi dan pipa terjepit, seringkali hal dan annular-slip velocity,
ini terjadi karena efek dari diperhitungkan untuk mendapatkan
overbalanced. Efek overbalanced ini nilai konsentrasi cutting didalam anulus
berasal dari tekanan formasi yang (Ca) dan transport ratio yang
berkurang akibat suhu yang tinggi dapat memperlihatkan nilai pengangkatan
dikontrol dari densitas lumpur yang cutting kepermukaan. Dari studi
dipakai. literatur sebelumnya mengenai
hidrolika lumpur aerasi didapat
Dalam pemboran panas bumi beberapa batasan, seperti annular
pressure window dibatasi oleh: velocity (kecepatan lumpur mengalir di
1. Kemampuan peralatan permukaan anulus) sebesar 36 m/min pada dasar
lubang (P.S. Puon 1984) dan lebih dari
2. Pembersihan lubang sumur 3000 ft/min dipermukaan (Russel
3. Tekanan formasi 1987), maksimal cutting
concentration/konsentrasi fraksi cutting
Kemampuan maksimal perlatan yang ada didalam lubang sumur 5%
dipermukaan ditentukan oleh kebutuhan (Rabia 2002), minimal transport ratio
di lapangan. Contohnya seperti sebesar 80% pada zona open hole,
kompressor yang memiliki batas memenuhi rumusan sederhana bahwa
mengompres udara sampai 2700 scfm annular velocity lebih dari nilai slip
dan booster dengan tekanan 2500 psi velocity 2 . (Gambar 3.2 Hole Cleaning
(Kesuma 2005). Faktor tekanan formasi States).
dalam pemboran panas bumi dalam hal
ini diasumsikan bahwa didalam hanya Perhitungan kebersihan lumpur
terdapat air maka dari itu hal ini menjadi menggunakan pendekatan power law,
acuan utama saat mendesain lumpur karena dalam prakteknya lumpur
agar tetap dalam kondisi berbahan dasar air-newtonian (water
underbalanced. based mud) akan ditambah zat lain
untuk mendukung performanya maka
Faktor pembersihan lubang sumur trennya menjadi non-newtonian.
adalah hal yang paling kritis dalam Batasan diatas adalah jarak aman pada
penentuan pressure window ini, karena operasinya dilapangan menurut sumber
berhubungan dengan kondisi reservoar
yang rekah, apabila tidak bersih maka Analisa kebersihan lubang bor
besar kemungkinan cutting akan dalam prakteknya dilapangan juga
mengisi bagan rekahan yang dapat dikorelasikan dengan lag time karena
menjadi masalah dikemudian. nilai ini adalah cerminan waktu untuk
bersirkulasi dari permukaan kedasar
Pengaruh kebersihan lubang lubang sumur sampai kembali lagi
sumur dipengaruhi oleh reologi yang
menerangkan sifat aliran dan hidrolika

2
kecepatan jatuh kebawah karena
pengaruh gravitasi dengan percepatan nol.

4
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

kepermukaan, demikian dapat dipantau selama operasinya. Penentuan rentang


performanya. penggunaan udara ini sangat kritikal
untuk menentukan kesuksesan
pemboran hingga TD sumur.
IV. PENENTUAN PRESSURE
WINDOW TRAYEK 12 ¼ DAN 4.2. Data Formasi
9 7/8 Suhu target TD diprediksi akan
Pada bagian ini akan menganalisa sebesar 250 ℃, dengan dominasi batuan
sebuah studi kasus pemboran panas beku vulkanik yang memiliki densitas
bumi. Segala perhitungan dari riset ini 22 ppg. Tekanan dasar sumur
menggunakan microsoft excel sebagai diperkirakan 2800 psi pada TD sumur.
media hitungnya kemudian akan Suhu tinggi ini akan dialami dari zona
direpresentasikan kedalam grafik, yang menjadi heat carrier (media),
demikian pada akhirnya akan menilai steam zone (zona uap panas). Steam ini
proses pemboran panas bumi dengan akan teralirkan melalui zona rekahan
menggunakan operasi aerated drilling sepanjang operasi pemboran.
sampai pada aspek pentingnya yaitu
penentuan pressure window untuk 4.3. Data Permukaan
mengetahui besaran volume injeksi Ketersediaan peralatan tambahan
yang optimal. Secara lengkap alur untuk aerated drilling di permukaan
proses penentuan pressure window adalah terdapat tiga kompresor dan satu
dalam operasi aerated drilling dapat booster yang mampu menghasilkan
dilihat dalam lampiran (Gambar 4.1) 2400 scfm pada 2500 psi. Terdapat juga
(Gambar 4.2). foam agent dan corrosion inhibitor
untuk meningkatkan performa
4.1. Tentang Sumur “X” pemboran aerasi. (Lampiran Program
Sumur “X” adalah sumur Aerated Drilling. Hal.14).
eksplorasi panas bumi yang dibor
dilapangan “Y” pada daerah “Z”. Sumur
ini rencananya akan dibor tegak hingga V. HASIL DAN DISKUSI
kedalaman 2500 meter measured depth Penggunaan aerated drilling
(mMD). Zona rekah total dan partial didasarkan pada analisa fuzzy logic yang
diprediksi akan dialami pada kedalaman tujuan utamanya adalah mengatasi
1500 mMD hingga True Depth 3 (TD). masalah lubang sumur panas bumi
Target utama dari pengeboran ini adalah dalam menembus zona potensial yang
untuk mengetahui potensi dari lapangan penuh rekahan didalamnya (Gambar
“Y”, apakah dapat dikembangkan atau 5.1).
tidak.
5.1. Lag Time
Aerated drilling akan digunakan
pada trayek bit 12 ¼” (inch) dan 9 ⅞” Pemompaan 800 gpm lumpur (air)
(inch) dengan tujuan mengatasi hilang kedalam lubang sumur pada kedalaman
sirkulasi, namun rentang penggunaan 2000 meter secara teoritis akan
udara belum ditentukan, digunakan mendapatkan sirkulasi pada dalam
analisa pressure window untuk waktu 44 menit. Sedangkan
memperoleh rentang volume injeksi pemompaan 900 gpm lumpur pada

3
Thru depth adalah batas kedalaman akhir.

5
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

kedalaman 2500 meter akan pada kombinasi 1500 scfm gas dengan
mendapatkan sirkulasi kembali 800 dan 900 gpm air pada kedalaman
kepermukaan selama 50 menit. Apabila 2000 dan 2500 meter di trayek 12 ¼ dan
kurang dari ini maka lumpur yang 9 7/8, hasil ini mendukung pernyataan
tersirkulasi kemungkinan lumpur telah bahwa fluida aerasi akan mengalami
hilang sebagian-partial loss (bila kondensasi sehinggasemakin dalam gas
volumenya berkurang) atau seluruhnya- akan mengompresi, membuat fraksi cair
total loss (bila mendapati zona hilang bertambah dan semakin keatas akan
rekahan besar). Kemudian perhitungan mengekspansi sehingga dalam
kebersihan lubang sumur dilakukan aplikasinya dapat membuat lumpur
untuk menghasilkan pressure window bergerak lebih cepat kepermukaan.
yang optimal untuk proses pemboran.
Tren grafik 5.3 menerangkan
5.2. Hydraulic Analysis bahwa semakin dalam lubang bor maka
Dari hasil perhitungan ECD pada viskositas lumpur aearasi mengalami
kedua trayek diatas rata-rata densitas kenaikan, Demikian fraksi cair sangat
trayek 12 ¼ adalah 3 ppg dan trayek 9 menentukan tren dari viskositas aerasi
7/8 adalah 5,43 ppg, selisih 2 ppg ini ini. Selain itu, terdapat penurunan nilai
menandakan bahwa semakin kedalam antara trayek 12 ¼ dan 9 7/8 karena
densitas aerasi semakin besar (aerated) viskositas lumpur dasar pada trayek 12
(Grafik 5.1). ¼ (57 MF) lebih besar dari pada trayek
9 7/8 (47 MF) walaupun dihitung
Densitas aerasi berbanding lurus dengan densitas lumpur yang sama (8.6
dengan densitas udaranya dan nilai ppg).
kehilangan tekanan (pressure loss)
selama didalam anulus, pressure loss Hasil analisa kedua trayek (Grafik
berbanding terbalik dengan selisih 5.4) didapat annular velocity pada
ruang didalam anulus yang dipengaruhi trayek 12 1/4 rata-rata lumpur aerasi
oleh diameter luar rangkaian bor dan menghasilkan 1720 fpm sedangkan
diameter lubang bor akan tetapi lumpur dasar 96 fpm. Dari trayek 9 7/8
berbanding lurus dengan lajualir. rata rata lumpur aerasi menghasilkan
Seperti pada trayek 12¼ dikedalaman 881 fpm sedangkan lumpur dasar 172
1000 meter dimana terdapat peralihan fpm. Selisih yang jauh ini menandakan
dari casing 13 3/8 ke trayek bit 12¼ lumpur aerasi lebih cepat bergerak
selain itu, outside diameter drill collar ketimbang lumpur dasar yang tidak
juga mempengaruhi dikedalaman 1600- teraerasi
2000 m. Begitupun dengan trayek 9 7/8,
Densitas dan viskositas dari fluida
dimana pada kedalaman 2000 meter
yang teraerasi cenderung membuat gas
terdapat peralihan dari trayek bit 12 ¼
semakin terkompresi, demikian dapat
yang di-casing dengan ukuran 10 ¾ ke
mempengaruhi nilai annular velocity
trayek bit 9 7/8. Selain itu outside
didalam annulus. Ekspansi gas akan
diameter drill collar mempengaruhi
lebih besar didalam anulus ketimbang
dikedalaman 2200-2500 m. (Grafik 5.1)
didalam rangkaian bor karena proses
densitas kedua trayek berbeda karena
agitasi oleh bit dapat menyebabkan
lajualirnya berbeda.
fraksi gas terlarut dalam fraksi cairnya.
Tren fraksi (Grafik 5.2) pada Semakin mendekati permukaan maka
lubang bor yang berbeda ditunjukan nilai annular velocity akan semakin

6
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

besar hal ini terjadi seiring densitas dan Trayek 12 ¼


viskositas lumpur yang berkurang.
Batas injeksi fluida yang optimal
5.3. Hole Cleaning Assessment (pressure window) pada trayek ini
sebesar 700–1000 gpm air dengan
Pada akhirnya penilaian hole 1000–2400 scfm gas. Nilai ini sudah
cleaning tercermin dari nilai Ca (cutting memenuhi minimal TR sebesar 80%
concentration) dan TR (transport ratio). pada zona open hole.
Perhitungan slip velocity terlebih dahulu
dilakukan, pada trayek 12¼ didapat Trayek 9 7/8
hasil 31 ft/min dan 23 ft/min pada trayek
9 7/8 dengan asumsi diameter dan Dari perhitugan yang sama
densitas cutting sebesar 0.3 in dan 22 kemudian diterapkan kedalam trayek 9
ppg. Nilai TR pada trayek 12¼ adalah 7/8 dimana ini adalah batas akhir
70-90% dan pada trayek 9 7/8 sebesar pemboran yang kemudian akan
70-95%. dipasang liner sebagai pipa produksinya

Kemudian nilai Ca dihitung Batas injeksi fluida aerasi yang


dengan asumsi laju penembusan bit optimal berada pada 400-600 gpm air
sebesar 40 ft/hr. Pada trayek 12¼ dan 500-2400 scfm gas. Akan tetapi,
menghasilkan 0.4% dan pada trayek 9- batas maksimal pada trayek ini tetap
7/8 sebesar 0.3%. nilai ini berbanding pada 900 gpm.
terbalik dengan transport ratio. Nilai Ca
dan TR diatas menjelaskan bahwa Pressure window pada kedua
semakin dalam kemampuan lumpur trayek (12¼ dan 9-7/8) memiliki nilai
aerasi dapat mengangkat cutting yang kefektifan yang berbeda. Nilai optimal
lebih banyak kepermukaan. lebih baik dipakai dari pada nilai
maksimal. Pada penerapannya
5.4. Pressure Window Assessment dilapangan, penggunaan pressure
Hasil akhir perhitungan window ini bertujuan untuk
kebersihan lubang sumur akan berupa mendapatkan sirkulasi kepermukaan
densitas yang kemudian akan pada nilai volume injeksi yang optimal,
direkayasa ulang dengan laju alir (scfm nilai ini tergantung kondisional di
dan gpm) yang bervariasi, kemudian lapangan dan ada atau tidaknya sirkulasi
akan dicatat ECD yang optimal (return) dapat dievaluasi dari lag time
berdasarkan hasil hole cleaning-nya (bagian 5.1. Lag Time).
untuk dapat diterjemahkan kedalam
tekanan selama lumpur bersirkulasi
(BHCP) dan dimasukan kedalam grafik
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
berdasarkan jumlah gas dan fluida yang
diinjeksikan (Grafik 5.5 dan 5.6). Dari 6.1. Kesimpulan
grafik ini kemudian dapat digunakan
sebagai acuan dalam praktek 1. Aerated drilling dengan komposisi
dilapangan. lumpur berisi udara dan air yang
ditambah zat tambahan seperti
Kedua grafik tersebut dibatasi corrosion inhibitor, foam agent dan
pada ECD antara 4-7 ppg, nilai ini KCL Polymer dipakai untuk
efektif berdasarkan pengalaman menembus zona potensial (loss zone)
insinyur dilapangan (AirDrilling, 2016). agar meminimalisir masalah

7
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

pemboran seperti hilang sirkulasi untuk mendapatkan sirkulasi


yang dapat menyebabkan penurunan lumpur kepermukaan, hal ini
laju produksi karena hambatan dikombinasikan dengan nilai lag
cutting dan juga pipa terjepit karena time (44 menit pada trayek 12¼ dan
akumulasi cutting. 50 menit pada trayek 9-7/8).
2. Aerated drilling digunakan untuk
meningkatkan bottom hole cleaning,
6.2. Saran
terlihat pada batasan pressure
window 4-7 ppg underbalanced 1. Diperlukan studi lanjut untuk
relatif terhadap fresh water 8.33 ppg. perhitungan pressure window
dengan menggunakan pendekatan
3. Semakin besar laju injeksi gas
multifasa agar lebih akurat terutama
maka akan semakin kecil BHCP-
untuk perhitungan pressure loss.
nya karena gas dapat mengurangi
densitas. 2. Dalam aplikasinya interpretasi letak
zona rekahan akan sangat membantu
4. Kenaikan laju alir air dapat
untuk penerapan aerated drilling, hal
meningkatkan bottom hole
ini berkaitan dengan kapan
cleaning, terlihat dari nilai TR dan
dimulainya operasi aerated.
Ca.

5. Perencanaan pada 800 gpm dan


1500 scfm dapat menghasilkan UCAPAN TERIMAKASIH
nilai trasport ratio 70-90% dan Ca
sebesar 0.4%. Batas injeksi fluida Besar terimakasih terucap kepada
aerasi yang optimal pada trajek Dwi Arifiyanto, S.T. dan M. Imron
12¼ berada pada 600-900 gpm air Zamzani, S.T. dari Akamigas Balongan
dan 800-2400 scfm gas dinilai yang telah membimbing, memberikan
aman karena tetap dalam batas taktik dan strategi untuk menyelesaikan
ECD yang baik dari casing shoe 13 laporan ini.
3/8.
Suatu kehormatan bagi saya dan
6. Perencanaan pada 900 gpm dan terimakasih saya ucapkan untuk Raka
1500 scfm dapat menghasilkan Aditya, Citra Christina and Malisa
nilai trasport ratio 70-95% dan Ca Triana Herningtias sebagai project
sebesar 0.3%. Batas injeksi fluida engineer dan Indra Arman sebagai
aerasi yang optimal pada trajek 9 Project Manager dari PT. Air Drilling
7/8 berada pada 400-600 gpm air Indonesia, semua yang telah
dan 500-2400 scfm gas dinilai membimbing saya dalam memahami
aman karena tetap dalam batas operasi aerated drilling.
ECD yang baik dari casing shoe 10
3/8. Penulis mengapresiasi kepada
keluarga besar dan teman yang telah
7. Masing-masing nilai perencanaan banyak membantu, terutama Christin,
(800 dan 900 gpm) menghasilkan Hanibal dan Nida sedari waktu magang
pressure window yang berbeda, sampai selesainya laporan ini.
nilai inilah yang akan dijadikan
acuan pada prakteknya dilapangan

8
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

DAFTAR PUSTAKA 9) Melisano, Erawan. 2011. Evaluasi


Penerapan Aerated Drilling
Panasbumi pada Sumur Beta 2.
1) AirDrilling. 2016. Yogyakarta: UPN Yogyakarta.
“http://www.airdrilling.com/about/
history.” 10) P.S. Puon, S. Ameri. 1984.
http://www.airdrilling.com/. 15 1. “Simplified Approach to
http://www.airdrilling.com/about/h Airdrilling Operation.” Society
istory. Petroleum Engineer 197-200.

2) Al-Ajmi, Saad Ebrahem. 2003. 11) Rabia, Hussain. 2002. Well


Optimum Selection of Engineering & Construction. Iran.
Underbalanced Techniques. 12) Rubiandini, Rudi. 2009. Teknik
Oklahoma: Texas A&M Pemboran. Bandung: ITB.
University.
13) Russel. 1987. “The Use of Aerated
3) Ashadi. Dumrongthai, Panurach. Fluids in Geothermal Drilling.”
2015. “Successful Implementation Geothermal Energy New Zeland
of Aerated Drilling in Improving Limited. New Zeland: GEZL. 1.
Geothermal Drilling Performance.”
Proceedings World Geothermal 14) Subiatmono, P., Kenedy., Irwan,
Congress 1. Yulianto. 2001. “Penerapan
Teknologi Pemboran
4) Chemwotei, Sichei Chepkech. Underebalanced pada Sumur
2011. “Geothermal Drilling Lapangan Jatibarang Pertamina DO
Fluids.” Geothermal Traiing Hulu Cirebon.” Proceeding
Progrmme (united nation Simposium Nasional Iatmi 2001 68.
university) 149-177.
15) Susilo, Surjanto Djoko. 2015.
5) Chevron. 2009. Drilling & Pengenalan Pemboran
Completions Fluids & Waste Geothermal. Indramayu, Jawa
Management Team. US: Chevron. Barat, 27 September.
6) Dwinanto, Ariya. 2013. Aerated 16) Syahrul, Edo Pratama. 2013.
Underbalanced Drilling Screening “Drilling Parameter Analysis in
Assessment at “X” Geothermal Solving Pipe Stiking in a Total Lost
Field. Bandung: ITB. Circulation Zone Case Study:
7) Kesuma, I made Budi. 2005. "Well X and Well Y Geothermal
“aerated drilling in Indonesia and Well Ulubelu Field.” Indonesia
Icelandic.” unu-gtp. Petroleum Association. Jakarta:
Indonesia Petroleum Association.
8) Kurniawan, Budi. 2015. Evaluasi 4-6.
dan Penanggulangan Zona Loss
Sirkulasi pada Pemboran Sumur
Panasbumi "B-1" Lapangan "K".
Yogyakarta: UPN Veteran
Yogyakarta.

9
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Reservoir Geothermal (seri kuliah 2016)

Gambar 3.1 Aerated Drilling Layout (Yoga 2016)

Gambar 3.2 Hole Cleaning States

10
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

Gambar 4.1. Diagram Alir Penentuan Pressure Window (Yoga 2016)

11
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

Prepare aerated mud, well depth/target and


equipment data

§ Mud : PV, YP, Funnel Viscosity, Rate base mud before aeration
§ Equipment : kompressor and booster capability
§ Well Data : target depth, fracture depth, drill string length

Mud Rate:
Hidrolika · liquid rate assumption
Reology Kompressor and
· air rate Formation
pressure booster limitation
based on PT
Survei or
Assumption

Assumption :
Fractures filled by
water (8.33 ppg)

Type of Regime

Yes ; Turbulen

Iteration
model

Minimum Hole Cleaning


Arrange at different flowrates of mud and air

Makes BHCP Window

Gambar 4.2 Perhitungan Pressure Window (Yoga 2016)

12
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

Gambar 5.1 Fuzzy Logic Mengatasi Masalah Pemboran Geothermal

13
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

PROGRAM AERATED DRILLING

Trayek 12-1/4” (Awal Dilakukannya Aerated Drilling).


· Parameter dan Desain Penggunaan Peralatan Pemboran Trayek 12 ¼”

Jenis bit : Tricone


BHA (DC) : OD 8, ID 3.5 (inci) Panjang 400 m
DP : OD 5, ID 4.25 (inci) Panjang hingga permukaan
Mud Rate : 800 gpm (sebelum aerasi)
Air Rate 1500 scfm (program aerasi)

• Program Lumpur Pemboran Trayek 12 ¼”

Mud Type : Water KCl Polymer


Mud Weight : Unweighted – air tanpa bentonit - 8.6 ppg
Funnel Viscosity : > 50 sec/qt
lb
YP : 20 - 27
100 ft 2

PV : 15 cP
PH : 9 – 10

Trayek 9-7/8” (Menembus Zona Produksi)

• Parameter dan Desain Penggunaan Peralatan Pemboran Trayek 9 ⅞”

Jenis bit : Tricone


BHA (DC) : OD 6.5, ID 2.25, (inci) Panjang 300 m
DP : OD 5, ID 4.25, (inci) Panjang hingga permukaan
Mud Rate : 900 gpm (sebelum aerasi)
Air Rate : 1500 scfm (program aerasi)

· Program Lumpur Pemboran Trayek 9 ⅞”

Mud Type : Water KCl Polymer


Mud Weight : Unweighted – air tanpa bentonit - 8.6 ppg
Funnel Viscosity : > 45 sec/qt
lb
YP : 22 - 26
100 ft 2

PV : 15 cP
PH : 9 – 10

14
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 ECD vs Depth

Grafik 5.2. Fraksi Aerasi

Grafik 5.3. Viskositas Aerasi

15
Ghifari Yoga Pradana
Final Report

Grafik 5.4. Annular velocity

Grafik 5.5. Pressure window Trayek 12 ¼

Grafik 5.6. Pressure window Trayek 9-7/8

16

Anda mungkin juga menyukai