Final Report
ABSTRAK
Aerated drilling telah terkenal baik dipakai untuk menembus zona potensi
sumur panas bumi penting untuk dinilai agar pemboran berjalan optimal. Analisa
performa aerated drilling dengan menggunakan pressure window telah
dipersiapkan untuk digunakan sebagai acuan praktek dilapangan untuk sumur
pemboran geothermal agar dalam operasinya dapat berjalan dengan lancar terhindar
dari masalah lubang sumur.
Uji coba dilakukan dalam simulasi pemboran aerasi pada sumur geothermal
dengan kedalaman 2500 meter diprediksi terdapat zona rekahan pada kedalaman
1500 meter dalam seksi 12-1/4 dan 9-7/8. Pada campuran 800-900 gpm lumpur dan
1500 scfm udara. Semakin kedalam densitas dan viskositas aerasi semakin tinggi
dan sebaliknya membuat lumpur bor menjadi lebih memiliki kekuatan untuk
mengangkat cutting. Nilai annular velocity yang melebihi batas minimal (36 mpm),
dan transport velocity 85-93% menunjukan kemampuan pengangkatan cutting yang
optimal. Hasil ini kemudian dimasukan kedalam grafik pressure window. Demikian
aerated drilling dinilai memiliki performa yang baik dalam mengatasi masalah
lubang bor pada zona reservoir panas bumi yang penuh rekahan. Laporan ini
disimpulkan dengan penilaian performa aerated drilling yang ditunjukan oleh grafi
pressure window pada tiap seksi trayek sumur yang sekaligus membuktikan bahwa
aerated drilling dapat membuat pemboran lebih cepat, mudah dan murah.
1
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
2
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
1
ECD adalah densitas lumpur saat sirkulasi.
3
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
2
kecepatan jatuh kebawah karena
pengaruh gravitasi dengan percepatan nol.
4
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
3
Thru depth adalah batas kedalaman akhir.
5
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
kedalaman 2500 meter akan pada kombinasi 1500 scfm gas dengan
mendapatkan sirkulasi kembali 800 dan 900 gpm air pada kedalaman
kepermukaan selama 50 menit. Apabila 2000 dan 2500 meter di trayek 12 ¼ dan
kurang dari ini maka lumpur yang 9 7/8, hasil ini mendukung pernyataan
tersirkulasi kemungkinan lumpur telah bahwa fluida aerasi akan mengalami
hilang sebagian-partial loss (bila kondensasi sehinggasemakin dalam gas
volumenya berkurang) atau seluruhnya- akan mengompresi, membuat fraksi cair
total loss (bila mendapati zona hilang bertambah dan semakin keatas akan
rekahan besar). Kemudian perhitungan mengekspansi sehingga dalam
kebersihan lubang sumur dilakukan aplikasinya dapat membuat lumpur
untuk menghasilkan pressure window bergerak lebih cepat kepermukaan.
yang optimal untuk proses pemboran.
Tren grafik 5.3 menerangkan
5.2. Hydraulic Analysis bahwa semakin dalam lubang bor maka
Dari hasil perhitungan ECD pada viskositas lumpur aearasi mengalami
kedua trayek diatas rata-rata densitas kenaikan, Demikian fraksi cair sangat
trayek 12 ¼ adalah 3 ppg dan trayek 9 menentukan tren dari viskositas aerasi
7/8 adalah 5,43 ppg, selisih 2 ppg ini ini. Selain itu, terdapat penurunan nilai
menandakan bahwa semakin kedalam antara trayek 12 ¼ dan 9 7/8 karena
densitas aerasi semakin besar (aerated) viskositas lumpur dasar pada trayek 12
(Grafik 5.1). ¼ (57 MF) lebih besar dari pada trayek
9 7/8 (47 MF) walaupun dihitung
Densitas aerasi berbanding lurus dengan densitas lumpur yang sama (8.6
dengan densitas udaranya dan nilai ppg).
kehilangan tekanan (pressure loss)
selama didalam anulus, pressure loss Hasil analisa kedua trayek (Grafik
berbanding terbalik dengan selisih 5.4) didapat annular velocity pada
ruang didalam anulus yang dipengaruhi trayek 12 1/4 rata-rata lumpur aerasi
oleh diameter luar rangkaian bor dan menghasilkan 1720 fpm sedangkan
diameter lubang bor akan tetapi lumpur dasar 96 fpm. Dari trayek 9 7/8
berbanding lurus dengan lajualir. rata rata lumpur aerasi menghasilkan
Seperti pada trayek 12¼ dikedalaman 881 fpm sedangkan lumpur dasar 172
1000 meter dimana terdapat peralihan fpm. Selisih yang jauh ini menandakan
dari casing 13 3/8 ke trayek bit 12¼ lumpur aerasi lebih cepat bergerak
selain itu, outside diameter drill collar ketimbang lumpur dasar yang tidak
juga mempengaruhi dikedalaman 1600- teraerasi
2000 m. Begitupun dengan trayek 9 7/8,
Densitas dan viskositas dari fluida
dimana pada kedalaman 2000 meter
yang teraerasi cenderung membuat gas
terdapat peralihan dari trayek bit 12 ¼
semakin terkompresi, demikian dapat
yang di-casing dengan ukuran 10 ¾ ke
mempengaruhi nilai annular velocity
trayek bit 9 7/8. Selain itu outside
didalam annulus. Ekspansi gas akan
diameter drill collar mempengaruhi
lebih besar didalam anulus ketimbang
dikedalaman 2200-2500 m. (Grafik 5.1)
didalam rangkaian bor karena proses
densitas kedua trayek berbeda karena
agitasi oleh bit dapat menyebabkan
lajualirnya berbeda.
fraksi gas terlarut dalam fraksi cairnya.
Tren fraksi (Grafik 5.2) pada Semakin mendekati permukaan maka
lubang bor yang berbeda ditunjukan nilai annular velocity akan semakin
6
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
7
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
8
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
9
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
DAFTAR GAMBAR
10
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
11
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
§ Mud : PV, YP, Funnel Viscosity, Rate base mud before aeration
§ Equipment : kompressor and booster capability
§ Well Data : target depth, fracture depth, drill string length
Mud Rate:
Hidrolika · liquid rate assumption
Reology Kompressor and
· air rate Formation
pressure booster limitation
based on PT
Survei or
Assumption
Assumption :
Fractures filled by
water (8.33 ppg)
Type of Regime
Yes ; Turbulen
Iteration
model
12
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
13
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
PV : 15 cP
PH : 9 – 10
PV : 15 cP
PH : 9 – 10
14
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
DAFTAR GRAFIK
15
Ghifari Yoga Pradana
Final Report
16