Anda di halaman 1dari 37

MATERI OPERASI PEMBORAN PANAS BUMI

KELAS C
TAHUN AJARAN 2020/2021

1. TERJADINYA SISTIM PANASBUMI


Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah
permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut
hingga ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari
bawah hingga ke permukaan, dengan gradien temperatur rata-rata sebesar 300C/km.
Pada dasarnya sistim panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari
suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara
konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan
suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena
gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan
untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber
panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih
tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas
bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi
sirkulasi air atau arus konveksi.
Permuka
an

Perpindahan
Zona Secara
Panas
Air Konveksi

Perpindahan
Panas Secara
Konduksi
Sumber
Panas

Gambar 1.1
Perpindahan Panas Di Bawah Permukaan
Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya
dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang
berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia .Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut
telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi
panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah
selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman
(subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di
kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini
menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal
dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan
kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih
besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan
kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api
yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih
tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa
umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panas
bumi di Sumatera terdapat di dalam batan sedimen dan ditemukan pada kedalaman
yang lebih dangkal.

Gambar 1-2
Konfigurasi Tektonik di Sepanjang Busur Kepulauan Indonesia,
Hasil Interaksi Tiga Lempeng Tektonik: Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-
Australia dan Lempeng Eurasia (Budihardi, 1998)
Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan
gunung api andesitis-riolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih
asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi
umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis-basaltis dengan
sumber magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di
ujung utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau
Jawa.
Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang
dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique) antara lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang memanjang sepanjang Pulau
Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan sumber-sumber panas bumi yang
berkaitan dengan gunung-gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa
sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim patahan
regional yang terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai
Sulawesi, sistim panas buminya lebih dikontrol oleh sistim pensesaran yang bersifat
lokal dan oleh sistim depresi kaldera yang terbentuk karena pemindahan masa batuan
bawah permukaan pada saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif.
Gambar 1.3
Skema Penampang Tektonik di Bawah Permukaan –
Tumbukan Antara Dua Lempeng Menghasilkan Zona Penujaman (Subduksi)
KRITERIA JAWA - BALI SUMATERA

Geologi Umum
- Litologi Andesitik-Basaltik Riolitik-Andesitik
- Ketebalan batuan Tebal (>2500 m) Tipis (+/-1200 m)
volkanik
- Asosiasi struktur Patahan lokal Patahan regional
Sumatera
Kaldera depresi dan patahan sekundernya
- Manifestasi permukaan Fumarol suhu tinggi, Fumarol suhu tinggi
dengan
solfatar, mud pool, steam jet, Solfatar, mata
air air
panas mendidih, panas mendidih, batuan
batuan
alterasi intensif dan alterasi sangat intensif dan
kurang tersebar luas. tersebar luas.
Tabel 2.2
Perbedaan Karakteristik Antara Prospek Panas
Bumi Di Jawa-Bali Dan Sumatera (Budihardi,
1998)
Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah
mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidak-tidaknya sejak
Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan terbentuknya porositas atau
permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya
menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi yang besar, lebih besar
dibandingkan dengan permeabilitas reservoir pada lapangan-lapangan panas bumi di
Pulau Jawa ataupun di Sulawesi. Survei geologi yang dilakukan oleh Direktorat
vulkanologi telah menemukan 244 prospek di Indonesia, yang tersebar di Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Sulawesi, Bali, kepulauan Nusatenggara, Maluku dan Irian
Jaya
Gambar 1.4
Penyebaran Prospek Panas Bumi di Indonesia
(Direktorat Jenderal Migas, 1996)
1.1 KEGIATAN EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN
LAPANGAN PANAS BUMI
1.1.1 EKSPLORASI PENDAHULUAN (RECONNAISANCE SURVEY)
Eksplorasi pendahuluan (reconnaisance survey) dilakukan untuk mencari daerah prospek
panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas
bumi dilihat dari kenampakannya dipermukaan, serta untuk mendapatkan gambaran
mengenai geologi regional didaerah tersebut. Secara garis besar pekerjaan yang
dilaksanakan pada tahap ini terdiri dari:
1. Studi Literatur
2. Survei lapangan
3. Analisa data
4. Menentukan daerah prospek
5. Spekulasi besar potensi listrik
6. Menentukan jenis survei yang akan dilakukan selanjutnya
Studi Literatur
Langkah pertama yang dilakukan dalam usaha mencari daerah prospek panas
bumi adalah mengumpulkan peta dan data dari laporan-laporan hasil survei yang pernah
dilakukan sebelumnya di daerah yang akan diselidiki, guna mendapat gambaran
mengenai regional geology, lokasi daerah dimana terdapat manifestasi permukaan,
volcanic phenomena, geologi dan hidrologi di daerah yang sedang diselidiki dan
kemudian menetapkan tempat-tempat yang akan disurvei. Waktu yang diperlukan untuk
pengumpulan data sangat tergantung dari kemudahan memperoleh peta dan laporan-
laporan hasil survei yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi diperkirakan akan
memerlukan waktu sekitar satu bulan.
Survei Lapangan
Survei lapangan terdiri dari survei geologi, hidrologi dan geokimia. Luas daerah
yang disurvei pada tahap ini umumnya cukup luas, yaitu sekitar 5000-20000 km 2, tetapi
bisa juga hanya seluas 5-10 km2 (Baldi, 1990). Survei biasanya dimulai dari tempat-
tempat dimana terdapat manifestasi permukaan dan di daerah sekitarnya serta di tempat-
tempat lain yang telah ditetapkan berdasarkan hasil kajian interpretasi peta topografi,
citra landsat dan penginderaan jauh serta dari laporan-laporan hasil survei yang pernah
dilakukan sebelumnya. Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara global
formasi dan jenis batuan, penyebaran batuan, struktur geologi, jenis-jenis manifestasi
yang terdapat di daerah tersebut beserta karakteristiknya, mengambil sampel fluida
melakukan pengukuran temperatur, pH dan kecepatan air. Survei lapangan
reconnaisance yang dilakukan pada satu daerah biasanya hanya + 2 minggu sampai satu
bulan, dilanjutkan dengan survei detail selama 3-6 bulan.

Spekulasi Besar Sumberdaya Panasbumi


Pada tahap ini data mengenai reservoir masih sangat terbatas. Meskipun demikian
seringkali para ahli geothermal diharapkan dapat "berspekulasi" mengenai besarnya
sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki. Jenis dan temperatur reservoir dapat
diperkirakan. Luas prospek pada tahapan ini dapat diperkirakan dari penyebaran
manifestasi permukaan dan pelamparan struktur geologinya secara global, tetapi selama
ini hanya ditentukan dengan cara statistik (rata-rata luas prospek).
Usulan Untuk Eksplorasi Lanjut
Data yang diperoleh dari hasil survei pendahuluan masih sangat umum. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai daerah prospek yang sedang diselidiki
maka masih perlu dilakukan survei rinci. Dari hasil pengkajian data harus diusulkan
tempat-tempat yang perlu di survei rinci dengan skala prioritasnya, berikut jenis-jenis
survei yang perlu dilakukan di tempat-tempat tersebut pada tahap selanjutnya.Pada tahap ini
sudah dapat ditentukan apakah prospek yang diteliti cukup baik untuk dikembangkan selanjutnya apakah
survei rinci perlu dilakukan atau tidak. Apabila tidak maka daerah yang diteliti ditinggalkan.
1.1.2 EKSPLORASI LANJUT (RINCI)
Tahap kedua dari kegiatan eksplorasi adalah tahap ‘pre-feasibility study’ atau tahap
survei lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan
geofisika. Tujuan dari survei tersebut adalah:
 Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai
kondisi geologi permukaan dan bawah permukaan.
 Mengidentifikasi daerah yang “diduga” mengandung sumberdaya panas bumi
Dari hasil eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai penyebaran
batuan, struktur geologi, daerah alterasi hidrothermal, geometri cadangan panas bumi,
hidrologi, sistim panas bumi, temperatur reservoir, potensi sumberdaya serta potensi
listriknya.
Survei Geologi Lanjut/Rinci
Diantara ketiga survei di atas, survei geologi umumnya yang pertama dilakukan.
Untuk memahami struktur geologi dan stratigrafi maka survei geologi rinci harus
dilakukan di daerah yang cukup luas.Survei geologi ini bertujuan untuk mengetahui
penyebaran batuan secara mendatar maupun secara vertikal, struktur geologi, tektonik
dan sejarah geologi dalam kaitannya dengan terbentuknya suatu sistim panas bumi
termasuk memperkirakan luas daerah prospek dan sumber panasnya.
Survei Geokimia Lanjut
Analisa geokimia tidak hanya dilakukan pada fluida atau gas dari manifestasi
panas permukaan, tetapi juga pada daerah lainnya untuk melihat kandungan gas dan
unsur- unsur tertentu yang terkadang dalam tanah yang terbentuk karena aktivitas
hidrothermal. Hasil analisis kimia fluida dan isotop air dan gas dari seluruh manifestasi
panas permukaan dan daerah lainnya berguna untuk memperkirakan sistim dan
temperatur reservoir, asal sumber air, karakterisasi fluida dan sistim hidrologi dibawah
permukaan. Hasil analisis air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-
problema yang mungkin terjadi (korosi dan scale) apabila fluida dari sumberdaya panas
bumi tersebut dimanfaatkan dikemudian hari.
Survei Geofisika
Survei geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya
lebih mahal. Dari survei geologi dan geokimia diusulkan daerah-daerah mana saja yang
harus disurvei geofisika. Survei geofisika dilakukan untuk mengetahui sifat fisik batuan
mulai dari permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer dibawah permukaan.
Dengan mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah
Survei Geologi Lanjut/Rinci
Diantara ketiga survei di atas, survei geologi umumnya yang pertama dilakukan.
Untuk memahami struktur geologi dan stratigrafi maka survei geologi rinci harus
dilakukan di daerah yang cukup luas. Survei geologi ini bertujuan untuk mengetahui
penyebaran batuan secara mendatar maupun secara vertikal, struktur geologi, tektonik
dan sejarah geologi dalam kaitannya dengan terbentuknya suatu sistim panas bumi
termasuk memperkirakan luas daerah prospek dan sumber panasnya.
Survei Geokimia Lanjut
Pekerjaan yang dilakukan pada waktu survei geokimia lanjut pada dasarnya
hampir sama dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap ini sampel harus
diambil dari semua manifestasi permukaan yang ada di daerah tersebut dan di daerah
sekitarnya untuk dianalisis ditempat pengambilan sampel dan/atau dilaboratorium. Hasil
analisis kimia fluida dan isotop air dan gas dari seluruh manifestasi panas permukaan
dan daerah lainnya berguna untuk memperkirakan sistim dan temperatur reservoir, asal
sumber air, karakterisasi fluida dan sistim hidrologi dibawah permukaan. Hasil analisis
air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-problema yang mungkin
terjadi (korosi dan scale) apabila fluida dari sumberdaya panas bumi tersebut
dimanfaatkan dikemudian hari.
Survei Geofisika
Survei geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya
lebih mahal. Dari survei geologi dan geokimia diusulkan daerah-daerah mana saja yang
harus disurvei geofisika. Survei geofisika dilakukan untuk mengetahui sifat fisik batuan
mulai dari permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer dibawah permukaan.
Dengan mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah
ke drill string ke rotary drive sprocket, ke catheads

2. SISTEM PEMBORAN PANAS BUMI


2.1 Sistem Sirkulasi (Circulating System)
Peralatan utama dari circulating system adalah :
1. Mud pumps: Berfungsi untuk memompa fluida pemboran dengan tekanan tinggi.
Ada dua macam mud pump yaitu : Duplex dan triplex. Perbedaan utamanya adalah
dalam jumlah torak dan cara kerjanya
2. Mud pits: Suatu kolam tempat lumpur sebelum disirkulasikan.Sistem pit dan susunan
dari peralatan yang menangani lumpur di atas pit dirancang atas pertimbangan drilling
engineer
3. Mud mixing equipment: Suatu peralatan yang berfungsi untuk mencampurkan bahan-
bahan atau material pada lumpur dengan menggunakan mixing hopper.
4. Contaminant removal : Suatu perlatan yang berfungsi untuk membersihkan fluida
pemboran yang keluar dari lubang sumur setelah disirkulasikan
a. Mud gas Separator, berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida pemboran
b. Shale shaker, berfungsi untuk memisahkan cutting berukuran besar dari fluida
pemboran.
c. Degasser, berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida pemboran secara terus
menerus.
d. Desander, berfungsi untuk memisahkan pasir dari fluida pemboran
e. Desilter, berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang ukurannya lebih kecil
dari pasir.
2.2 Rotating System
Rotary system termasuk semua peralatan yang digunakan untuk mentransmisikan putaran
meja putar ke bit. Bagian utama dari rotary sistem adalah:
a. Swivel berfungsi sebagai penahan beban drillstring dan bagian statis yang
memberikan drillstring berputar. Swivel merupakan titik penghubung antara circulating
system dan rotating system.
b. Kelly adalah rangkaian pipa yang pertama di bawah swivel. Bentuk potongan dari
kelly dapat berupa segi empat atau persegi enam sehingga akan mempermudah rotary
table untuk memutar rangkain di bawahnya
c. Rotary drive: Peralatan yang berfungsi meneruskan daya dari drawworks ke rotary
table
d. Rotary table: Peralatan yang berfungsi untuk memutar dan dipakai untuk
menggantung drill string (drill pipe, drill collar dsb) yang memutar bit di dasar sumur
e. Drillpipe : Pipa baja yang digantung di bawah kelly. Drill pipe di pasang pada bagian
atas dan tengan drill stem.Porsi utama dari drillstring terdiri dari drillpipe. Drillpipe
yang umum digunakan adalah type hot-rolled, pierced dan seamless tubing.
f. Drill Collar: Pipa baja penyambung berdinding tebal yang terletak di bagian bawah
drill stem di atas bit. Fungsi utamanya untuk menambah beban yang terpusat pada bit
g. Bit Bit atau pahat merupakan ujung dari drill string yang menyentuh formasi, diputar
dan diberi beban untuk menghancurkan serta menembus formasi. Bit dapat dibagi
menjadi dua tipe yaitu :
1. Drag bit mempunyai pisau pemotong yang mirip ekor ikan, karena jenis bit ini
tidak memiliki bagian yang bergerak, maka pemboran dilakukan dengan cara
menggeruk saja dan tergantung dari beban, putaran serta kekuatan dari pisau
pemotongnya, terbuat dari alloy steel yang umumnya diperkuat oleh tungsten
carbide
2. Diamond Bit Diamond bit memasang butir-butir intan sebagai penggeruk pada
matrix besi atau carbide dan tidak memiliki bagian yang bergerak. Bit ini
digunakan untuk membor formasi yang keras dan abrasive. Salah satu pabrik bit
yang mengembangkan jenis bit ini memasang polycristallyne diamond pada
masa dasar tungsten carbide dan cocok untuk membor formasi yang sangat
keras yang tidak dapat dilakukan oleh rock bit.
3. Rolling cutter bit Rolling cutter bit adalah bit yang mempunyai kerucut-kerucut
(cone) yang berputar untuk menghancurkan batuan, tipenya :
 Milled tooth cutter. Gigi milled tooth bit dibuat dengan me-milling baja hingga
berbentuk kerucut. Milled tooth bit didesain untuk formasi lunak, biasanya
dilapisi dengan material yang kuat seperti tungsten carbide
 Tungsten carbide insert bit. Gigi bit ini dibuat dari tungsten carbide kemudian
ditekan dalam mesin yang mempunyai lubang berbentuk cone.Untuk membor
formasi yang lunak digunakan tungsten carbide yang bergigi panjang dan
ujungnya berbentuk pahat , lebih keras digunakan tungsten carbide yang bergigi
pendek dan ujungnya hemispherica
2.4 BOP System Blowout Preventer (BOP)
BOP merupakan peralatan yang diletakkan tepat di atas permukaan sumur untuk menyediakan
tenaga untuk menutup sumur bila terjadi kenaikan tekanan dasar sumur yang tiba-tiba dan
berbahaya selama atau sedang dalam operasi pemboran. Berdasarkan tempat berfungsinya alat
BOP terbagai atas :
1. Anular Blowout Preventer terdiri dari :
a. Anular (spherical preventer) annular BOP ini dapat menutup annulus disekitar
drillpipe, drillcolar dan casing, juga dapat mengisolasi sumur dalam kondisi open hole.
b. Ram preventer
 Pipe rams didesain untuk menutup annulus di sekeliling peralatan-peralatan
yang berupa drillpipe, tubing atau casing
 Blind Ram
Ram ini didesain untuk menutup dan mengisolasi lubang bor yang tanpa drill
string atau casing.
 Shear Ram
Shear ram adalah blind ram yang dapat memotong pipa dan mengisolasi lubang
dalam kondisi openhole.
c. Drilling spools
Drilling spools Apabila elemen-elemen BOP dipasang tanpa line-line untuk jalannya
lumpur, maka perlu dipasang suatu drilling spool yang ditempatkan dalam susunan BOP,
dimana line-line jalannya lumpur (choke dan kill line) menjadi satu
d. Casing head
Casing head merupakan tumpuan dari semua susunan BOP dan biasanya merupakan
komponen utama yang dipasang. Casing head dapat dilengkapi dengan flens yang dilas atau
susunan penahan yang hanya dibaut saja. Casing head mempunyai persyaratan minimum
berdasarkan standard API, yaitu:
1. Mempunyai rate tekanan kerja yang sama atau melebihi tekanan maksimum
permukaan.
2. Sama atau melebihi kekuatan pembengkokan dari arah luar casing yang ditempatkan.
3. Mempunyai sambungan dengan kekuatan mekanik dan kapasitas tekanan yang
sebanding dengan flens berdasarkan API atau pipa yang ditempatkan.
4. Mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menahan casing berikutnya serta berat
tubing yang digantung di sana.
e. Diverter bags
Dalam kasus-kasus tertentu, prosedur untuk mengontrol sumur menghendaki agar kick
tidak ditutup, tetapi dikeluarkan dan dikontrol dari jauh. Prosedur pengalihan blowout di sini
tidak membutuhkan suatu susunan Blowout preventer yang lengkap, sebagai gantinya
digunakan diverter bags yang relatif mengurangi tekanan kerja peralatan.
f. Rotating head
Fungsi utama dari suatu annular preventer adalah sebagai pelengkap pengontrol tekanan
yang membolehkan pipa untuk bergerak (naik-turun, berputar).
g. Choke dan Kill lines
Choke line membawa lumpur dan fluida kick dari susunan BOP ke choke, sedangkan
kill line membantu choke line. Choke line dan kill line dapat digunakan untuk memompakan
lumpur langsung ke dalam annulus apabila diperlukan.
2. Drillpipe Blowout Preventer terdiri dari :
a. Kelly dan kelly cock
Kelly memberikan gerakan berputar pada drillstring dengan peralatan pembotan di
permukaan. Valve-valve biasanya ditempatkan di atas dan di bawah kelly untuk melindungi
kelly dan semua peralatan di permukaan dari tekanan.
b. Automatic valve
Valve tersebut berfungsi mencegah blowout melalui drillpipe, tapi alat tersebut juga
sering digunakan untuk mencegah terjadinya aliran balik selama penyambungan ataupun pada
saat tripping.  c. c. Manual Valve
Valve ini biasanya dipasang setelah terjadi kick, apabila kelly tidak digunakan.
Keuntungan valve ini adalah dapat ditusukkan pada drillpipe dalam posisi terbuka sehingga
akan mengurangi efek gerakan lumpur ke atas yang akan mengangkat valve.
2.5 Power System
Hampir sebagian besar daya yang tersedia pada rig dikonsumsi oleh hoisting system
dan circulating system. Sistem lainnya hanya sedikit mengkonsumsi daya yang tersedia.
Bagian-bagian power system:
1. Prime Mover, merupakan motor utama yang menyalurkan tenaga ke komplek
pemboran
2. System Transmisi, tenaga yang dibangkitkan dengan prime mover harus disalurkan
ke bagian-bagian utama dari system pemboran rotary drilling. Sistim Utama Komponen
Yang Membutuhkan Tenaga: Hoisting System Drawworks, Driller Console dsb.
Rotating System Rotary Table Transmisi tenaga ini dilakukan melalui sistem-sistem
penggerak :
 Sistem-sistem penggerak mekanik
Sistem penggerak mekanik memiliki gear-gear, rantai dan belt untuk
mentransmisikan tenaga dari mesin-mesin ke peralatan operasi seperti drawwork
dan pompa-pompa.
 Sistem-Sistem Penggerak Elektrik Generator DC - Motor DC
. Motor yang digerakan dengan generator-generator DC dihubungkan dengan batang
pada prime mover, uintuk kemudian menggerakkan.
 Sistem-sistem AC – SCR
Sistem-sistem Alternating current (AC) dan Silicon controlled rectifier (SCR) sering
digunakan pada instalasi ri-rig elektrik yang baru. Motor-motor AC lebih tahan
lama, lebih ringan, mudah pemeliharaannya, dan biayanya lebih ringan
dibandingkan motor DC
3. GEOTHERMAL WELL DESIGNS
Dalam mendesain trayek sumur, dilakukan beberapa langkah umum, seperti :
3.1 Pendekatan Bottom-to-Top
Prioritas tertinggi didalam perencanaan ukuran lubang sumur adalah desain yang
menyediakan secara ekonomis produksi dari pay zone. Artinya bahwa pay zone dianalisa
potensial alirannya dan problem pemboran diperhitungkan, pendekatan ini disebut dengan
bottom to top. Kebalikan dari pendekatan ini sering menghasilkan batasan produksi dari
kapasitas pay zona.
3.2 Ukuran Flow String
Rangkaian tubing merupakan sarana untuk mengalirkan minyak atau gas dari reservoir
ke permukaan dengan laju alir yang ekonomis. Tubing dengan diameter kecil atau ckoke
menyebabkan laju alirnya dengan friksi yang tinggi, dengan demikian diameter tubing yang
besar lebih disukai untuk mempertimbangkan laju alir.
Pada pemboran panas bumi, umumnya menggunakan trayek pemboran large
mengingat tekanan yang berasal dari reservoir panas bumi yang relatif tinggi.

Gambar 3.1
Trayek Pemboran

Gambar 3.2
Gambar 3.2 Contoh Trayek Pemboran oleh Pertamina Geothermal Energy

4. CASING DESIGN
Casing adalah pipa berdiameter besar yang dirangkai untuk dimasukkan ke dalam lubang
bor untuk memindahkan fluida produksi dari reservoir ke permukaan. Fungsi casing ialah
menjaga dan menstabilkan kondisi lubang bor, mencegah masuknya fluida formasi yang dapat
mengkontaminasi fluida saat pemboran maupun produksi, serta ebagai penyangga peralatan di
atas sumur dan BOP dalam pengaturan tekanan bawah permukaan.
Casing yang dipakai pada sumur panas bumi, antara lain :
a. Conductor casing
Merupakan casing teratas pada rangkaian casing. OD conductor casing
merupakan yang paling besar di banding casing lain. Fungsi conductor casing untuk
mengeliminasi kontaminasi dari air tanah, tempat dudukan BOP dan untuk
memperkokoh kontruksi sumur.
b. Surface casing
Biasanya pada panas bumi tidak digunakan surface casing karena surface casing
digunakan pada sumur migas dengan adanya potensi gas rawa. Surface casing
digunakan untuk mengeliminasi kontaminasi gas rawa.
c. Intermediate casing
Intermediate casing merupakan trayek casing ketiga pada rangkaian casing.
Intermediate casing biasanya merupakan trayek casing terpanjang pada trayek
pemboran. Fungsi dari intermediate casing antara lain untuk menghindari atau
mencegah adanya problem pemboran.
d. Production Casing
Casing untuk memproduksi fluida panas bumi. Production casing umumnya
memiliki ukuran yang berbeda beda, contohnya pada lapangan wayang windu,
digunakan casing ukuran 9 5/8” sampai dengan 13 3/8”.
e. Liner
Pada sumur panas bumi, tidak menggunakan perforasi sehingga tidak melubangi
casing, tetapi menggunakan slotted liner. Urutan liner pada sumur panas bumi, antara lain
adalah liner hanger, blind liner, lalu slotted liner. Slotted liner adalah liner yang terdapat
lubang lubang, lubang lubang inilah yang berfungsi untuk masuknya fluida produksi.
Sedangkan blind liner berfungsi untuk menggantikan casing sekaligus tubing, yang berguna
untuk menahan pecahan breksi ataupun tufa.Pada sumur panas bumi, tidak menggunakan
tubing, fungsi tubing untuk mengalirkan fluida seluruhnya digantikan oleh casing
4.2 PARAMETER
PADA DESIGN
CASING
Pada casing design,
beberapa parameter juga
perlu ditentukan,
seperti :
Nominal Weight (NW
lb/ft)
NW adalah beban
secara nominal yang
diterima oleh casing per satuan
panjang. Beban yang
diterima casing dapat
Desain Casing
dihitung sesuai berat

Gambar 3.3
casing per satuan panjang dan panjang casing yang digunakan.
Contoh soal perhitungan NW
1. Diketahui panjang casing sebesar 1000m dan NW 40 lb/ft dan panjang tiap casing
sebesar 40 ft. Maka beban pada sambungan paling atas adalah:
Panjang casing = 1000 m = 3280 ft
Beban casing = panjang casing . NW
= 3280 ft . 40 lb/ft
= 131200 lb
Beban casing 1 = panjang casing 1 . NW
= 40 ft . 40 lb/ft
= 1600 lb
Beban pada sambungan 1 = beban casing – beban casing 1
= 131200 – 1600
= 129600 lb
Casing Grade
Casing grade menandakan kelas kelas pada casing. Semakin besar angka pada casing
grade semakin baik bahannya sehingga kualitas semakin baik dan akan semakin mahal. Contoh
: H-40, V-55, K-55 dan P-110. P-110 memiliki kualitas paling baik diantara contoh contoh di
atas, dan H-40 memiliki kualitas paling rendah. Untuk sumur geothermal, menggunakan high
grade casing, minimal C-75. Pada casing grade, terdapat besaran Collapse Resistance, Burst
Resistance, safety factor, NW dan lain lain. Semakin besar grade nya, harga resistance akan
semakin besar pula, sehingga semakin tahan akan adanya tekanan. Casing pada sumur
geothermal diharuskan memiliki grade yang besar atau kualitas yang baik, karena akan
mengalami HPHT (High Pressure High Temperature). Adanya HPHT (T >> 250°C) pada
casing, casing dapat mengalami penurunan kekuatan. Sehingga dapat mengurangi kualitas
casing.
Tabel. 3.1 Casing Grade
Ulir
Ulir pada casing berguna untuk menyambungkan atau menggabungkan antara
casing satu dengan casing lainnya. Untuk menyambungkan, terdapat pin and box. Pin
and box terdapat pada ujung ujung casing. Hal ini berfungsi untuk menguatkan
sambungan antara casing dengan casing lainnya. Pin akan masuk ke dalam box dalam
penyambungan casing. Apabila hanya terdapat pin and pin atau box and box, dapat
menggunakan connector untuk menyambungkan casing.
Terdapat 3 jenis sambungan pada casing, antara lain:

4.3 Kriteria Perencanaan Setting Depth Casing

Sebelum memulai prosedur perencanaan setting depth point, ada beberapa


kriteria perencanaan yang harus diikuti. Kriteria-kriteria tersebut mengandung
faktor- faktor keselamatan yang harus dimasukkan dalam perencanaan setting
depth casing. Ada 6 kriteria yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
4.3.1 Swab factor (atau dikenal sebagai trip margin), dinyatakan dalam ppg
berat lumpur ekivalen (EMW – equivalent mud weight), menunjukkan
sejumlah berat lumpur yang harus ditambahkan agar melebihi besarnya
tekanan formasi untuk menghindari terjadinya efek swabbing (analoginya
adalah seperti efek piston saat ditarik dari silinder, kondisi lubang
cenderung menjadi vakum) pada saat pencabutan string. Harga yang umum
digunakan untuk swab factor adalah 0,3 ppg
4.3.2 Surge factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan sejumlah
minimum berat yang perlu ditambahkan pada gradien rekah di bawah kaki
casing, mengimbangi berat lumpur di sumur, untuk menghindari pecahnya
formasi pada saat casing dimasukkan. Analogi dari efek surge ini
merupakan kebalikan dari efek swab, dimana kondisinya adalah seperti
pada saat piston didorong menuju titik mati atas sehingga udara
terkompresi karena tertekan dinding silinder. Pada sebuah lubang hasil
pengeboran, efek surge ini perlu diperhatikan secara teliti karena seperti
yang telah disebutkan sebelumnya bahwa efek surge ini dapat
menyebabkan formasi menjadi rekah sehingga secara lebih jauh lagi
menyebabkan masuknya fluida pengeboran ke dalam formasi (lost
circulation). Harga yang umum digunakan untuk surge factor adalah 0,3
ppg
4.3.3 Safety Factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan tambahan
jumlah pada gradien rekah minimum pada kriteria 2, untuk memberikan
harga yang memadai pada saat prosedur operasional dilakukan. Harga yang
umum digunakan untuk safety factor adalah 0,2 ppg. Kick load, dinyatakan
dalam ppg EMW atau bbls, menunjukkan sejumlah tambahan berat lumpur
yang diperlukan untuk mengimbangi dan menanggulangi densitas kick di
formasi

4.3.4 Allowable differential pressure pada zona tekanan normal atau


subnormal, dinyatakan dalam psi menunjukkan maksimum differential
pressure (PD) yang diperbolehkan di interval open hole dan selalu
dibandingkan dengan kondisi PD aktual maksimum yang dihadapi.
4.3.5 Allowable differential pressure pada zona tekanan abnormal atau high
formation pressure, dinyatakan dalam psi, menunjukkan maksimum P D
yang diperbolehkan pada interval open hole yang berada dalam zona
tekanan abnormal.

4.4 Pembebanan Yang Terjadi Pada Casing


Pembebanan yang terjadi pada casing pada dasarnya meliputi tiga macam gaya,
yaitu:
Tekanan Burst
Suatu rangkaian casing yang berada di dalam sumur secara serentak akan
menerima tekanan yang berasal dan kolom fluida di dalam casing (Pi), dan tekanan
yang berasal dan kolom fluida di luar casing (Pe). Kedua macam tekanan ini bekerja
dengan arah yang saling berhadapan.
Pada kasus tertentu Pi dapat menjadi lebih besar daripada Pe, sehingga
terdapat selisih tekanan yang arahnya keluar, maka dalam hal seperti ini casing dikatakan
berada dalam kondisi pembebanan burst, lihat gambar 2-16.

Gambar 4.1 Kondisi Pembebanan Burst

Fungsi casing di sini adalah menahan selisih tekanan di dalam dan di luar casing
tersebut sebesar Pi - Pe. Beban burst dapat berasal dan tekanan kepala sumur,
tekanan hidrostatik lumpur, tekanan pada saat penyemenan, stimulasi dan semua
kondisi yang dapat menyebabkan harga tekanan Pi - Pe positif. Tekanan burst
adalah tekanan minimum (Pi - Pe) yang dapat menyebabkan
pecahnya/meledaknya casing.

Contoh perhitungan Burst :

1. Diketahui besarnya gradient tekanan formasi sebesar 0,5 psi/ft dengan


kedalaman sebesar 4000 ft dan Burst Resistance sebesar 3000 psi. Maka dapat
dihitung beban burst dan safety factor burst:

Gpf = 0,5 psi/ft

Br = 3000 psi

D = 4000 ft

Pf = Gpf . D = 0,5 psi/ft . 4000 ft

= 2000 psi

Beban Burst = PF = 2000 psi

Safety factor = BR / PF = 3000 / 2000 = 1,5

Apabila diketahui minimal SF untuk Burst sebesar 1,3, maka casing di atas dapat
digunakan, karena SF melebihi SF yang ditentukan.
Tekanan Collapse
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya maka rangkaian casing yang berada di dalam
sumur akan mendapat tekanan dan fluida yang berada di dalam casing (Pi), dan fluida yang
berada di luar casing (Pe). Tetapi kali ini dapat pula terjadi sebaliknya yaitu P i menjadi lebih
kecil dan pada Pe, maka dikatakan casing berada pada kondisi pembebanan collapse. Tekanan
collapse adalah tekanan minimum yang dikenakan pada casing (Pi - Pe) sehingga menyebabkan
casing tersebut remuk

Gambar 4.2
Tekanan Collap
Beban Tension
Beban tension adalah beban yang ditimbulkan oleh berat rangkaian casing.
Setiap sambungan casing harus menanggung berat rangkaian casing yang tergantung di
bawahnya. Di atas titik netral casing berada dalam kondisi tension sedangkan di bawah
titik netral casing dalam kondisi compression. Apabila beban tension pada casing sudah
melampaui minimum yield strength-nya maka casing akan mengalami deformasi
permanen. Deformasi akan terjadi pada sambungan casing, yaitu pada bagian ulir
terakhir, karena sebagaimana dijelaskan sebelumnya luas penampang pada bagian
tersebut adalah minimum.

Gambar 4.3 Beban Tension


Beban Biaksial
Gaya-gaya yang bekerja pada casing yang terdapat di dalam sumur terjadi secara
kombinasi. Beban burst atau collapse terjadi serentak dengan beban tension atau
compression
5. FLUIDA PEMBORAN LAPANGAN PANAS BUMI

a. Air
Air tawar adalah fluida pengeboran yang disukai untuk pengeboran panas bumi,
khususnya di zona produksi. Setelah kerugian muncul, persediaan air yang stabil diperlukan ~
60 L / dtk untuk bit 12 ¼ “ dan ~ 30 L / s untuk bit 8 ½”. Kecepatan tenggelam terminal
cutting dalam air adalah ~ 0,5 m / s. Sementara itu, air garam jenuh digunakan untuk mengebor
kubah garam namun hal ini jarang dijumpai
b. Lumpur
Bentonit adalah tanah liat alami yang mengembang dan mengental air. Diperlukan
tambahan kecil yaitu sekitar ~ 5% padatan dengan berat. Jika hasil tinggi digunakan Wyoming
bentonit, lain hingga 10%.. Penambahan aditif seperti Caustic untuk penyesuaian pH, dispersan
untuk mencegah flokulasi, visocifyers (polimer) untuk meningkatkan reologi. Ada sejumlah
bahan kimia lain yang digunakan untuk pengeboran, tetapi lumpur untuk panas bumi
kondisinya cenderung agak "sederhana".
c. Polimer
Polimer pengeboran sintetis. Digunakan untuk colokan poli vis-tinggi (batch kecil ~
25m3) dipompa untuk membersihkan ("menyapu") lubang jika ada total kehilangan sirkulasi
dan
pembersihan lubang yang buruk. Carboxymethyl cellulose (CMC) digunakan sebagai aditif
untuk mengebor lumpur karena membentuk gel. Guar gum merupakan polimer alami berbiaya
rendah terutama digunakan untuk coring.

d. Udara
Pengeboran aerasi menggunakan udara terkompresi disuntikkan ke dalam air atau
lumpur untuk mengurangi densitas cairan pengeboran dan untuk mencapai keseimbangan
tekanan atau kurang seimbang. Sabun (surfaktan) ditambahkan dan membutuhkan kompresor
udara ekstra dan meningkatkan konsumsi bahan bakar rig. Peralatan tambahan diperlukan di
lokasi, kadang-kadang disediakan oleh layanan pengeboran udara spesialis. Peralatan ini
termasuk kompresor, kepala berputar untuk mengalihkan aliran ke garis aliran dan pemisah
udara / air. Pengeboran udara saja dimana dalam sistem yang didominasi uap, tekanan di
reservoir adalah dekat dengan iso-statis dan dengan demikian sumur yang diisi dengan lumpur
memiliki kerugian tinggi. Ini sudah diatasi dengan pengeboran hanya udara, mis. di Geyser di
AS, di mana udara besar kompresor memasok udara sebagai cairan pengeboran untuk
membersihkan lubang. Selain itu uap memasuki sumur ketika formasi produktif ditemukan,
karena Ketidakseimbangan, jadi sumur ini dibor "panas", uap + udara. Tidak ada cutting hilang
ke formasi sehingga mereka tidak berkontribusi terhadap kerusakan formasi, dan terakhir
dengan kompresi udara dengan kompresor sekrup hingga 25 bar dan piston multi-tahap
kompresor booster hingga ~ 100 bar.
5.1 PEMILIHAN FLUIDA PENGEBORAN UNTUK SUMUR GEOTHERMAL
Untuk mengebor bagian-bagian yang tertutup dari sumur <~ 1200 m biasanya
digunakan bentonit hal ini dikarenakan ukuran mata bor besar yang diperlukan untuk casing
dengan kecepatan annular minimum 0,7-1 m / s untuk pengeboran hanya air tidak dapat dicapai
karena aliran pembatasan yang ditimbulkan oleh diameter kecil pipa bor (<5 "). Jadi untuk
lubang diameter> 12 bent “bentonit adalah fluida pemboran yang tepat. Kecepatan annular
yang dibutuhkan untuk lumpur relatif kecil dan ketika tidak ada sirkulasi, ia mempertahankan
cutting dan mencegah tersangkut pada stabilisator dan mata bor yang dapat menyebabkan bor
string macet. Formasi geotermal dekat permukaan tidak berubah secara termal, karena
rendahnya suhu formasi, dan lebih rentan runtuh. Untuk alasan itu lumpur bermanfaat karena
menghasilkan mud cake yang tipis di dinding sumur yang menahan formasi.
Untuk mengebor bagian produktif sumur hingga kedalaman tota dapat menggunakan air
tawar Bor hanya dengan air tawar. Manfaatnya adalah kerusakan formasi lebih sedikit karena
tidak ada padatan dalam fluida kecuali cutting. Selain itu, biaya air lebih murah dari lumpur
pengeboran. Selama pengeboran dalam kehilangan sebagian atau total ini menjadi penting. Air
dapat dipompa dengan kecepatan penuh untuk waktu yang lama, jika ada blow out
5.2 PERENCANAAN CASE CEMENTING
Ada beberapa tahapan dalam merencanakan penyemenan pada casing, anta lain :
a. Hitung volume annulus yang akan disemen, lebih disukai dari log caliper dan
tambahkan beberapa untuk kerugian. Jika log tidak tersedia, gunakan volume teoretis *
2.2 (umumnya disebut sebagai kelebihan 120%). Volume (L / m) ditemukan di DDH.
b. Hitung persyaratan material dan tentukan hasil (L slurry / 100 kg kering)
semen), kepadatan bubur semen (g / cm3).
c. Lakukan tes laboratorium semen untuk waktu penebalan, berdasarkan lubang dasar
yang diharapkan suhu sirkulasi (BHCT).
d. Rencanakan operasi penyemenan:
• Persyaratan material insitu. Semen (kg), air (m3), aditif.
• Berapa lama kondisi lubang dan dingin sebelum penyemenan
• Laju pemompaan slurry (L / s), hitung waktu pemompaan.
• Volume perpindahan air (m3) untuk membersihkan casing atau drill string.
• Rencana darurat misalnya jika tidak ada pengembalian semen yang diperoleh atau
semen menjadi keras dan tidak bisa dipompa.
5.3 PERTIMBANGAN SEMEN
Di sebagian besar negara pekerjaan penyemenan dilakukan oleh penyemenan spesialis
perusahaan jasa. Beberapa kontraktor pengeboran juga menyemen dengan peralatan
penyemenan khusus atau dengan menggunakan pompa rig dan jet mixer. Hal ini dilakukan
dengan mempertahankan tingkat pemompaan yang tinggi (17-20 L / dt) dan rencanakan total
<90 menit waktu pemompaan (penyemenan + perpindahan)
5.4 METODE UTAMA CASE CEMENTING PADA LAPANGAN PANAS BUMI
Gambar 5.1 Metode Case Cementing
Metode penyemenan inner string ini biasa digunakan untuk sumur panas bumi. Hal ini
dikarenakan waktu memompa lebih pendek dimana hal ini menguntungkan karena waktu
pengeringan semen juga menjadi relatif lebih cepat sehingga biaya penyewaan jasa
penyemenan berkurang. Selain itu, metode ini juga apat memompa sampai semen kembali ke
permukaan dengan lebih efisien, sangat bermanfaat untuk selubung berdiameter besar dan
string panjang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anugrah, Muhammad. 2008. Optimasi Desain Casing Pemboran. Jakarta : Fakultas


Teknik Universitas Indonesia
2. Rubiandini, Rubi. 2012. Teknik Operasi Pemboran Volume 1
3. Saptadji , Nenny Miryani. Teknik Panas Bumi. Bandung : Fakultas
Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung
4. Thorhallsson, Sverrir, dkk. 2016. Selection Of Drilling Fluids and Cementing
Procedures . Iceland : Geothermal Drilling and Negotiating Integrated Drilling
Services Contract

Anda mungkin juga menyukai