KELAS C
TAHUN AJARAN 2020/2021
Perpindahan
Zona Secara
Panas
Air Konveksi
Perpindahan
Panas Secara
Konduksi
Sumber
Panas
Gambar 1.1
Perpindahan Panas Di Bawah Permukaan
Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya
dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang
berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia .Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut
telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi
panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah
selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman
(subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di
kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini
menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal
dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan
kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih
besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan
kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api
yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih
tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa
umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panas
bumi di Sumatera terdapat di dalam batan sedimen dan ditemukan pada kedalaman
yang lebih dangkal.
Gambar 1-2
Konfigurasi Tektonik di Sepanjang Busur Kepulauan Indonesia,
Hasil Interaksi Tiga Lempeng Tektonik: Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-
Australia dan Lempeng Eurasia (Budihardi, 1998)
Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan
gunung api andesitis-riolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih
asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi
umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis-basaltis dengan
sumber magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di
ujung utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau
Jawa.
Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang
dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique) antara lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang memanjang sepanjang Pulau
Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan sumber-sumber panas bumi yang
berkaitan dengan gunung-gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa
sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim patahan
regional yang terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai
Sulawesi, sistim panas buminya lebih dikontrol oleh sistim pensesaran yang bersifat
lokal dan oleh sistim depresi kaldera yang terbentuk karena pemindahan masa batuan
bawah permukaan pada saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif.
Gambar 1.3
Skema Penampang Tektonik di Bawah Permukaan –
Tumbukan Antara Dua Lempeng Menghasilkan Zona Penujaman (Subduksi)
KRITERIA JAWA - BALI SUMATERA
Geologi Umum
- Litologi Andesitik-Basaltik Riolitik-Andesitik
- Ketebalan batuan Tebal (>2500 m) Tipis (+/-1200 m)
volkanik
- Asosiasi struktur Patahan lokal Patahan regional
Sumatera
Kaldera depresi dan patahan sekundernya
- Manifestasi permukaan Fumarol suhu tinggi, Fumarol suhu tinggi
dengan
solfatar, mud pool, steam jet, Solfatar, mata
air air
panas mendidih, panas mendidih, batuan
batuan
alterasi intensif dan alterasi sangat intensif dan
kurang tersebar luas. tersebar luas.
Tabel 2.2
Perbedaan Karakteristik Antara Prospek Panas
Bumi Di Jawa-Bali Dan Sumatera (Budihardi,
1998)
Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah
mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidak-tidaknya sejak
Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan terbentuknya porositas atau
permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya
menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi yang besar, lebih besar
dibandingkan dengan permeabilitas reservoir pada lapangan-lapangan panas bumi di
Pulau Jawa ataupun di Sulawesi. Survei geologi yang dilakukan oleh Direktorat
vulkanologi telah menemukan 244 prospek di Indonesia, yang tersebar di Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Sulawesi, Bali, kepulauan Nusatenggara, Maluku dan Irian
Jaya
Gambar 1.4
Penyebaran Prospek Panas Bumi di Indonesia
(Direktorat Jenderal Migas, 1996)
1.1 KEGIATAN EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN
LAPANGAN PANAS BUMI
1.1.1 EKSPLORASI PENDAHULUAN (RECONNAISANCE SURVEY)
Eksplorasi pendahuluan (reconnaisance survey) dilakukan untuk mencari daerah prospek
panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas
bumi dilihat dari kenampakannya dipermukaan, serta untuk mendapatkan gambaran
mengenai geologi regional didaerah tersebut. Secara garis besar pekerjaan yang
dilaksanakan pada tahap ini terdiri dari:
1. Studi Literatur
2. Survei lapangan
3. Analisa data
4. Menentukan daerah prospek
5. Spekulasi besar potensi listrik
6. Menentukan jenis survei yang akan dilakukan selanjutnya
Studi Literatur
Langkah pertama yang dilakukan dalam usaha mencari daerah prospek panas
bumi adalah mengumpulkan peta dan data dari laporan-laporan hasil survei yang pernah
dilakukan sebelumnya di daerah yang akan diselidiki, guna mendapat gambaran
mengenai regional geology, lokasi daerah dimana terdapat manifestasi permukaan,
volcanic phenomena, geologi dan hidrologi di daerah yang sedang diselidiki dan
kemudian menetapkan tempat-tempat yang akan disurvei. Waktu yang diperlukan untuk
pengumpulan data sangat tergantung dari kemudahan memperoleh peta dan laporan-
laporan hasil survei yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi diperkirakan akan
memerlukan waktu sekitar satu bulan.
Survei Lapangan
Survei lapangan terdiri dari survei geologi, hidrologi dan geokimia. Luas daerah
yang disurvei pada tahap ini umumnya cukup luas, yaitu sekitar 5000-20000 km 2, tetapi
bisa juga hanya seluas 5-10 km2 (Baldi, 1990). Survei biasanya dimulai dari tempat-
tempat dimana terdapat manifestasi permukaan dan di daerah sekitarnya serta di tempat-
tempat lain yang telah ditetapkan berdasarkan hasil kajian interpretasi peta topografi,
citra landsat dan penginderaan jauh serta dari laporan-laporan hasil survei yang pernah
dilakukan sebelumnya. Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara global
formasi dan jenis batuan, penyebaran batuan, struktur geologi, jenis-jenis manifestasi
yang terdapat di daerah tersebut beserta karakteristiknya, mengambil sampel fluida
melakukan pengukuran temperatur, pH dan kecepatan air. Survei lapangan
reconnaisance yang dilakukan pada satu daerah biasanya hanya + 2 minggu sampai satu
bulan, dilanjutkan dengan survei detail selama 3-6 bulan.
Gambar 3.1
Trayek Pemboran
Gambar 3.2
Gambar 3.2 Contoh Trayek Pemboran oleh Pertamina Geothermal Energy
4. CASING DESIGN
Casing adalah pipa berdiameter besar yang dirangkai untuk dimasukkan ke dalam lubang
bor untuk memindahkan fluida produksi dari reservoir ke permukaan. Fungsi casing ialah
menjaga dan menstabilkan kondisi lubang bor, mencegah masuknya fluida formasi yang dapat
mengkontaminasi fluida saat pemboran maupun produksi, serta ebagai penyangga peralatan di
atas sumur dan BOP dalam pengaturan tekanan bawah permukaan.
Casing yang dipakai pada sumur panas bumi, antara lain :
a. Conductor casing
Merupakan casing teratas pada rangkaian casing. OD conductor casing
merupakan yang paling besar di banding casing lain. Fungsi conductor casing untuk
mengeliminasi kontaminasi dari air tanah, tempat dudukan BOP dan untuk
memperkokoh kontruksi sumur.
b. Surface casing
Biasanya pada panas bumi tidak digunakan surface casing karena surface casing
digunakan pada sumur migas dengan adanya potensi gas rawa. Surface casing
digunakan untuk mengeliminasi kontaminasi gas rawa.
c. Intermediate casing
Intermediate casing merupakan trayek casing ketiga pada rangkaian casing.
Intermediate casing biasanya merupakan trayek casing terpanjang pada trayek
pemboran. Fungsi dari intermediate casing antara lain untuk menghindari atau
mencegah adanya problem pemboran.
d. Production Casing
Casing untuk memproduksi fluida panas bumi. Production casing umumnya
memiliki ukuran yang berbeda beda, contohnya pada lapangan wayang windu,
digunakan casing ukuran 9 5/8” sampai dengan 13 3/8”.
e. Liner
Pada sumur panas bumi, tidak menggunakan perforasi sehingga tidak melubangi
casing, tetapi menggunakan slotted liner. Urutan liner pada sumur panas bumi, antara lain
adalah liner hanger, blind liner, lalu slotted liner. Slotted liner adalah liner yang terdapat
lubang lubang, lubang lubang inilah yang berfungsi untuk masuknya fluida produksi.
Sedangkan blind liner berfungsi untuk menggantikan casing sekaligus tubing, yang berguna
untuk menahan pecahan breksi ataupun tufa.Pada sumur panas bumi, tidak menggunakan
tubing, fungsi tubing untuk mengalirkan fluida seluruhnya digantikan oleh casing
4.2 PARAMETER
PADA DESIGN
CASING
Pada casing design,
beberapa parameter juga
perlu ditentukan,
seperti :
Nominal Weight (NW
lb/ft)
NW adalah beban
secara nominal yang
diterima oleh casing per satuan
panjang. Beban yang
diterima casing dapat
Desain Casing
dihitung sesuai berat
Gambar 3.3
casing per satuan panjang dan panjang casing yang digunakan.
Contoh soal perhitungan NW
1. Diketahui panjang casing sebesar 1000m dan NW 40 lb/ft dan panjang tiap casing
sebesar 40 ft. Maka beban pada sambungan paling atas adalah:
Panjang casing = 1000 m = 3280 ft
Beban casing = panjang casing . NW
= 3280 ft . 40 lb/ft
= 131200 lb
Beban casing 1 = panjang casing 1 . NW
= 40 ft . 40 lb/ft
= 1600 lb
Beban pada sambungan 1 = beban casing – beban casing 1
= 131200 – 1600
= 129600 lb
Casing Grade
Casing grade menandakan kelas kelas pada casing. Semakin besar angka pada casing
grade semakin baik bahannya sehingga kualitas semakin baik dan akan semakin mahal. Contoh
: H-40, V-55, K-55 dan P-110. P-110 memiliki kualitas paling baik diantara contoh contoh di
atas, dan H-40 memiliki kualitas paling rendah. Untuk sumur geothermal, menggunakan high
grade casing, minimal C-75. Pada casing grade, terdapat besaran Collapse Resistance, Burst
Resistance, safety factor, NW dan lain lain. Semakin besar grade nya, harga resistance akan
semakin besar pula, sehingga semakin tahan akan adanya tekanan. Casing pada sumur
geothermal diharuskan memiliki grade yang besar atau kualitas yang baik, karena akan
mengalami HPHT (High Pressure High Temperature). Adanya HPHT (T >> 250°C) pada
casing, casing dapat mengalami penurunan kekuatan. Sehingga dapat mengurangi kualitas
casing.
Tabel. 3.1 Casing Grade
Ulir
Ulir pada casing berguna untuk menyambungkan atau menggabungkan antara
casing satu dengan casing lainnya. Untuk menyambungkan, terdapat pin and box. Pin
and box terdapat pada ujung ujung casing. Hal ini berfungsi untuk menguatkan
sambungan antara casing dengan casing lainnya. Pin akan masuk ke dalam box dalam
penyambungan casing. Apabila hanya terdapat pin and pin atau box and box, dapat
menggunakan connector untuk menyambungkan casing.
Terdapat 3 jenis sambungan pada casing, antara lain:
Fungsi casing di sini adalah menahan selisih tekanan di dalam dan di luar casing
tersebut sebesar Pi - Pe. Beban burst dapat berasal dan tekanan kepala sumur,
tekanan hidrostatik lumpur, tekanan pada saat penyemenan, stimulasi dan semua
kondisi yang dapat menyebabkan harga tekanan Pi - Pe positif. Tekanan burst
adalah tekanan minimum (Pi - Pe) yang dapat menyebabkan
pecahnya/meledaknya casing.
Br = 3000 psi
D = 4000 ft
= 2000 psi
Apabila diketahui minimal SF untuk Burst sebesar 1,3, maka casing di atas dapat
digunakan, karena SF melebihi SF yang ditentukan.
Tekanan Collapse
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya maka rangkaian casing yang berada di dalam
sumur akan mendapat tekanan dan fluida yang berada di dalam casing (Pi), dan fluida yang
berada di luar casing (Pe). Tetapi kali ini dapat pula terjadi sebaliknya yaitu P i menjadi lebih
kecil dan pada Pe, maka dikatakan casing berada pada kondisi pembebanan collapse. Tekanan
collapse adalah tekanan minimum yang dikenakan pada casing (Pi - Pe) sehingga menyebabkan
casing tersebut remuk
Gambar 4.2
Tekanan Collap
Beban Tension
Beban tension adalah beban yang ditimbulkan oleh berat rangkaian casing.
Setiap sambungan casing harus menanggung berat rangkaian casing yang tergantung di
bawahnya. Di atas titik netral casing berada dalam kondisi tension sedangkan di bawah
titik netral casing dalam kondisi compression. Apabila beban tension pada casing sudah
melampaui minimum yield strength-nya maka casing akan mengalami deformasi
permanen. Deformasi akan terjadi pada sambungan casing, yaitu pada bagian ulir
terakhir, karena sebagaimana dijelaskan sebelumnya luas penampang pada bagian
tersebut adalah minimum.
a. Air
Air tawar adalah fluida pengeboran yang disukai untuk pengeboran panas bumi,
khususnya di zona produksi. Setelah kerugian muncul, persediaan air yang stabil diperlukan ~
60 L / dtk untuk bit 12 ¼ “ dan ~ 30 L / s untuk bit 8 ½”. Kecepatan tenggelam terminal
cutting dalam air adalah ~ 0,5 m / s. Sementara itu, air garam jenuh digunakan untuk mengebor
kubah garam namun hal ini jarang dijumpai
b. Lumpur
Bentonit adalah tanah liat alami yang mengembang dan mengental air. Diperlukan
tambahan kecil yaitu sekitar ~ 5% padatan dengan berat. Jika hasil tinggi digunakan Wyoming
bentonit, lain hingga 10%.. Penambahan aditif seperti Caustic untuk penyesuaian pH, dispersan
untuk mencegah flokulasi, visocifyers (polimer) untuk meningkatkan reologi. Ada sejumlah
bahan kimia lain yang digunakan untuk pengeboran, tetapi lumpur untuk panas bumi
kondisinya cenderung agak "sederhana".
c. Polimer
Polimer pengeboran sintetis. Digunakan untuk colokan poli vis-tinggi (batch kecil ~
25m3) dipompa untuk membersihkan ("menyapu") lubang jika ada total kehilangan sirkulasi
dan
pembersihan lubang yang buruk. Carboxymethyl cellulose (CMC) digunakan sebagai aditif
untuk mengebor lumpur karena membentuk gel. Guar gum merupakan polimer alami berbiaya
rendah terutama digunakan untuk coring.
d. Udara
Pengeboran aerasi menggunakan udara terkompresi disuntikkan ke dalam air atau
lumpur untuk mengurangi densitas cairan pengeboran dan untuk mencapai keseimbangan
tekanan atau kurang seimbang. Sabun (surfaktan) ditambahkan dan membutuhkan kompresor
udara ekstra dan meningkatkan konsumsi bahan bakar rig. Peralatan tambahan diperlukan di
lokasi, kadang-kadang disediakan oleh layanan pengeboran udara spesialis. Peralatan ini
termasuk kompresor, kepala berputar untuk mengalihkan aliran ke garis aliran dan pemisah
udara / air. Pengeboran udara saja dimana dalam sistem yang didominasi uap, tekanan di
reservoir adalah dekat dengan iso-statis dan dengan demikian sumur yang diisi dengan lumpur
memiliki kerugian tinggi. Ini sudah diatasi dengan pengeboran hanya udara, mis. di Geyser di
AS, di mana udara besar kompresor memasok udara sebagai cairan pengeboran untuk
membersihkan lubang. Selain itu uap memasuki sumur ketika formasi produktif ditemukan,
karena Ketidakseimbangan, jadi sumur ini dibor "panas", uap + udara. Tidak ada cutting hilang
ke formasi sehingga mereka tidak berkontribusi terhadap kerusakan formasi, dan terakhir
dengan kompresi udara dengan kompresor sekrup hingga 25 bar dan piston multi-tahap
kompresor booster hingga ~ 100 bar.
5.1 PEMILIHAN FLUIDA PENGEBORAN UNTUK SUMUR GEOTHERMAL
Untuk mengebor bagian-bagian yang tertutup dari sumur <~ 1200 m biasanya
digunakan bentonit hal ini dikarenakan ukuran mata bor besar yang diperlukan untuk casing
dengan kecepatan annular minimum 0,7-1 m / s untuk pengeboran hanya air tidak dapat dicapai
karena aliran pembatasan yang ditimbulkan oleh diameter kecil pipa bor (<5 "). Jadi untuk
lubang diameter> 12 bent “bentonit adalah fluida pemboran yang tepat. Kecepatan annular
yang dibutuhkan untuk lumpur relatif kecil dan ketika tidak ada sirkulasi, ia mempertahankan
cutting dan mencegah tersangkut pada stabilisator dan mata bor yang dapat menyebabkan bor
string macet. Formasi geotermal dekat permukaan tidak berubah secara termal, karena
rendahnya suhu formasi, dan lebih rentan runtuh. Untuk alasan itu lumpur bermanfaat karena
menghasilkan mud cake yang tipis di dinding sumur yang menahan formasi.
Untuk mengebor bagian produktif sumur hingga kedalaman tota dapat menggunakan air
tawar Bor hanya dengan air tawar. Manfaatnya adalah kerusakan formasi lebih sedikit karena
tidak ada padatan dalam fluida kecuali cutting. Selain itu, biaya air lebih murah dari lumpur
pengeboran. Selama pengeboran dalam kehilangan sebagian atau total ini menjadi penting. Air
dapat dipompa dengan kecepatan penuh untuk waktu yang lama, jika ada blow out
5.2 PERENCANAAN CASE CEMENTING
Ada beberapa tahapan dalam merencanakan penyemenan pada casing, anta lain :
a. Hitung volume annulus yang akan disemen, lebih disukai dari log caliper dan
tambahkan beberapa untuk kerugian. Jika log tidak tersedia, gunakan volume teoretis *
2.2 (umumnya disebut sebagai kelebihan 120%). Volume (L / m) ditemukan di DDH.
b. Hitung persyaratan material dan tentukan hasil (L slurry / 100 kg kering)
semen), kepadatan bubur semen (g / cm3).
c. Lakukan tes laboratorium semen untuk waktu penebalan, berdasarkan lubang dasar
yang diharapkan suhu sirkulasi (BHCT).
d. Rencanakan operasi penyemenan:
• Persyaratan material insitu. Semen (kg), air (m3), aditif.
• Berapa lama kondisi lubang dan dingin sebelum penyemenan
• Laju pemompaan slurry (L / s), hitung waktu pemompaan.
• Volume perpindahan air (m3) untuk membersihkan casing atau drill string.
• Rencana darurat misalnya jika tidak ada pengembalian semen yang diperoleh atau
semen menjadi keras dan tidak bisa dipompa.
5.3 PERTIMBANGAN SEMEN
Di sebagian besar negara pekerjaan penyemenan dilakukan oleh penyemenan spesialis
perusahaan jasa. Beberapa kontraktor pengeboran juga menyemen dengan peralatan
penyemenan khusus atau dengan menggunakan pompa rig dan jet mixer. Hal ini dilakukan
dengan mempertahankan tingkat pemompaan yang tinggi (17-20 L / dt) dan rencanakan total
<90 menit waktu pemompaan (penyemenan + perpindahan)
5.4 METODE UTAMA CASE CEMENTING PADA LAPANGAN PANAS BUMI
Gambar 5.1 Metode Case Cementing
Metode penyemenan inner string ini biasa digunakan untuk sumur panas bumi. Hal ini
dikarenakan waktu memompa lebih pendek dimana hal ini menguntungkan karena waktu
pengeringan semen juga menjadi relatif lebih cepat sehingga biaya penyewaan jasa
penyemenan berkurang. Selain itu, metode ini juga apat memompa sampai semen kembali ke
permukaan dengan lebih efisien, sangat bermanfaat untuk selubung berdiameter besar dan
string panjang.
DAFTAR PUSTAKA