Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN TUGAS EKSPOLASI MIGAS

TUGAS INDIVIDU II

DINDA AYU PRADINA


072001600010

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini ketergantungan akan energi minyak bumi masih sangat tinggi,
begitu pula di Indonesia. Akan tetapi peningkatan kebutuhan akan
penyediaan minyak bumi tidak seimbang dengan kemampuan dalam
memproduksi minyak bumi. Bahkan tingkat produktivitas semakin
menurun dan sumur – sumur tua yang sebelumnya dianggap tidak layak
produksi kini kembali ditinjau.
Lokasi dari penelitian ini berada pada Lapangan “USAKTI -1” yang
terletak di daerah Cekungan X, dengan formasi yang menjadi obyek
penelitian merupakan reservoar Formasi A, B, C, D, E dan F serta batuan
dasar. Menyadari pentingnya mengetahui sumber daya berupa minyak dan
gas bumi maka dalam tugas ini, penulis menjelaskan tentang perhitungan
sumber daya minyak dan gas bumi. Salah satu metode yang dapat
digunakan dalam melakukan perhitungan sumber daya minyak dan gas
bumi adalah metode volumetrik.

1.2 Maksud dan tujuan

Maksud dari tugas ini agar dapat Mengetahui pemetaan bawah


permukaan untuk melakukan perhitungan volume sumber daya
hidrokarbon, untuk mengetahui data – data yang diperlukan untuk
melakukan perhitungan sumber daya hidrokarbon, untuk mengetahui
perhitungan volume sumber daya hidrokarbon dengan metode volumentrik
pada lapangan USAKTI-1.
Tujuan dari tugas ini adalah dapat melakukan pemetaan bawah
permukaan untuk perhitungan volume sumber daya hidrokarbon, membuat
burial history dari data data yang telah tersedia, dapat menentukan peak oil,
early oil dan end of oil dari masing masing formasi, dapat membuat
penampang geologi dan jalur migrasi.

1.3 Geologi Regional


Lokasi dari penelitian ini berada pada Lapangan “USAKTI -1” yang
terletak di daerah Cekungan X, dengan formasi yang menjadi obyek
penelitian merupakan reservoar Formasi A, B, C, D, E dan F serta batuan
dasar. Daerah penelitian terdiri dari tinggian dan kedalaman. Berikut
stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda

Gambar 1.1 Stratigrafi daerah penelitian

Batuan Dasar
Terdiri dari litologi batuan metamorf yang terbentuk pada Eosen akhir (41
Ma).

Formasi F
Terbentuk pada umur Oligosen akhir (27,82 Ma) dengan ketebalan sebesar
450 m yang terdiri dari litologi perselingan batuan vulkanik batupasir tufaan
dengan batu lempung.
Formasi E
Formasi ini terbentuk pada umur Miosen awal (23,03 Ma) yang memiliki
ketebalan 200 m terdiri dari litologi serpih hitam mengandung bahan
organic dengan fosil khas botroycocae.

Formasi D
Formasi ini terbentuk pada umur Miosen tengah (15,97 Ma) terdiri dari
litologi batugamping terumbu, coralline boundstone, litologi pada formasi
ini memiliki porositas rata-rata 25% jenis porositasnya adalah vuggy
porosity, itracrystaline dan intragranular.

Formasi C
Terbentuk pada Miosen tengah – Miosen akhir (13,82 Ma) dan memiliki
ketebalan 210 m, litologi pada formasi ini terdiri dari serpih hitam
mengandung bahan organik endapan rawa-rawa.

Formasi B
Formasi ini terbentuk pada Miosen akhir – pliosen awal (7,2 Ma)memiliki
ketebalan 256 m dan terdiri dari litologi perselingan batugamping klastik,
batupasir dan napal. Fasies red algae packstone backreef dan memiliki
porositas rata rata 8%.

Formasi A
Terbentuk pada pleistosen awal (2,58 Ma) dan memiliki ketebalan sebesar
1403 m yang terdiri dari litologi batulempung abu-abu kaya akan fossil
foram.

1.4 Petroleum System

Merupakan sebuah sistem yang menjadi panduan utama


dalam eksplorasi hidrokarbon. Sistem ini digunakan untuk
mengetahui keadaan geologi dimana minyak dan gas bumi
terakumulasi. (Koesoemadinata,1980)
1.4.1 Batuan Sumber

Batuan sumber adalah batuan yang merupakan


tempat minyak dan gas bumi terbentuk. Pada umumnya
batuan sumber ini berupa lapisan serpih (shale) yang tebal
dan mengandung material organik.
Kadar material organik dalam batuan sedimen
secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor
(Koesoemadinata,1980) antara lain lingkungan
pengendapan dimana kehidupan organisme berkembang
secara baik, sehingga material organik terkumpul,
pengendapan sedimen yang berlangsung secara cepat,
sehingga material organik tersebut tidak hilang
oleh pembusukan dan atau teroksidasi. Faktor lain yang
juga mempengaruhi adalah lingkungan pengendapan yang
berada pada lingkungan reduksi, dimana sirkulasi air yang
cepat menyebabkan tidak terdapatnya oksigen. Dengan
demikian material organik akan terawetkan.
Proses selanjutnya yang terjadi dalam batuan
sumber ini adalah pematangan. Dari beberapa hipotesa
(Koesoemadinata, 1980) diketahui bahwa pematangan
hidrokarbon dipandang dari perbandingan hidrogen dan
karbon yang akan meningkat sejalan dengan umur dan
kedalaman batuan sumber itu sendiri.
Pada daerah ini formasi yang diperkirakan dapat
menjadi batuan sumber atau source rock adalah Formasi E
karena memiliki kandungan TOC rata-rata 2,5% menurut
Baskin, 1997 termasuk kedalam klasifikasi TOC yang
bagus (Very good) dan memiliki kandungan Ro = 0,55
peter anda cassa ,1994 termasuk kedalam immature dan
termasuk kedalam kerogen tipe I (Minyak). Memiliki HI
550, OI 22 dan ρ = 2,4 gr/cc. terdiri dari litologi serpih
hitam mengandung bahan organik dengan fosil khas
botroycocae.
1.4.2 Migrasi

Migrasi adalah perpindahan hidrokarbon dari


batuan sumber melewati rekahan dan pori-pori batuan
waduk menuju tempat yang lebih tinggi. Beberapa jenis
sumber penggerak perpindahan hidrokarbon ini
diantaranya adalah kompaksi, tegangan permukaan, gaya
pelampungan, tekanan hidrostatik, tekanan gas dan
gradien hidrodinamik (Koesoemadinata,1980).
Mekanisme pergerakan hidrokarbon sendiri
dibedakan pada dua hal, yaitu perpindahan dengan
pertolongan air dan tanpa pertolongan air. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa migrasi hidrokarbon
dipengaruhi oleh kemiringan lapisan secara regional.
Waktu pembentukan minyak umumnya disebabkan oleh
proses penimbunan dan ‘heat flow’ yang berasosiasi
dengan tektonik Miosen Akhir. Migrasi pada daerah ini
kemungkinan berasal dari source rock (Formasi E) menuju
reservoar pada antiklin Formasi D.

1.4.3 Batuan Reservoar

Batuan reservoar merupakan batuan berpori atau


retak-retak, yang dapat menyimpan dan melewatkan
fluida. Di alam batuan reservoar umumnya berupa
batupasir atau batuan karbonat. Faktor-faktor yang
menyangkut kemampuan batuan reservoar ini adalah
tingkat porositas dan permeabilitas, yang sangat
dipengaruhi oleh tekstur batuan sedimen yang secara
langsung dipengaruhi sejarah sedimentasi dan
lingkungan pengendapannya.
Pada daerah penelitian yang memiliki potensi
sebagai reservoar Formasi D yang terdiri dari litologi
batugamping terumbu, coralline boundstone, litologi pada
formasi ini memiliki porositas rata-rata 25% jenis
porositasnya adalah vuggy porosity, itracrystaline dan
intragranular.

1.4.4 Lapisan Penutup

Lapisan penutup merupakan lapisan pelindung


yang bersifat tak permeabel yang dapat berupa lapisan
lempung, shale yang tak retak, batugamping pejal atau
lapisan tebal dari batuan garam. Lapisan ini bersifat
melindungi minyak dan gas bumi yang telah
terperangkap agar tidak keluar dari sarang
perangkapnya. Pada daerah penelitian yang memiliki
potensi untuk menjadi lapisan penutup adalah
Formasi C memiliki dari serpih hitam mengandung
bahan organik endapan rawa-rawa. Sifat dari litologi
yang impermeable menjadikan Formasi C sebagai
lapisan penutup pada daerah ini.

1.5 Petroleum Play


Dalam geologi, petroleum play atau simply a play adalah
sekelompok ladang minyak atau prospek di wilayah yang sama yang
dikendalikan oleh rangkaian keadaan geologis yang sama. Istilah ini
banyak digunakan dalam ranah eksploitasi sumber daya berbasis
hidrokarbon. Siklus bermain biasanya menunjukkan langkah-langkah
berikut:
Pengamatan awal tentang kemungkinan cadangan minyak
pengujian dan penyesuaian estimasi awal ekstraksi Keberhasilan tinggi
dalam menemukan dan mengekstraksi minyak dari cadangan keberhasilan
lebih rendah karena cadangan habis terus menurun dalam eksplorasi lebih
lanjut di wilayah tersebut Pengaturan stratigrafi atau struktur geologi
tertentu juga sering dikenal sebagai permainan. Sebagai contoh, di daerah
yang relatif belum dijelajahi (seperti Kepulauan Falkland) orang mungkin
berbicara tentang " Paleozoikum Play" untuk merujuk pada potensi
cadangan minyak yang mungkin ditemukan dalam strata Paleozoikum. Di
cekungan yang dieksplorasi dengan baik seperti Teluk Meksiko,
penjelajah merujuk pada "permainan Wilcox" atau "permainan Norphlet"
untuk secara kolektif menunjuk produksi dan kemungkinan produksi dari
formasi geologi tertentu, masing-masing pada zaman Paleosen dan
Jurassik.

Petroleum play juga dapat menjadi kategori luas dari reservoir yang
mungkin atau jenis batuan, seperti pada permainan turbidit di lepas pantai
Angola atau permainan karbonat di Laut Jawa Timur, atau ke geologi
struktural dari pengaturan, seperti dalam permainan sub-uprust dari
Wyoming. Kadang-kadang kata bermain diterapkan pada area geografis
dengan potensi hidrokarbon, seperti permainan Texas Selatan atau
permainan Delta Niger, tetapi biasanya "permainan" digunakan dengan
perasaan membatasi diskusi untuk mengeksplorasi pengaturan geologis
tertentu. Dengan demikian, orang dapat memiliki permainan Wilcox dan
Norphlet (antara lain) di sebagian wilayah pesisir Teluk Meksiko yang
tumpang tindih; permainan air dalam Teluk Meksiko mungkin atau
mungkin tidak menyertakan elemen atau lokasi tertentu yang sesuai untuk
Wilcox atau Norphlet, atau keduanya. Istilah ini adalah salah satu
kemudahan untuk diskusi, dan dapat merujuk pada interval waktu
geologis, jenis batuan, struktur, atau kombinasi dari keduanya.
1.6 Metode Perhitungan

Telah dikenal 3 macam metode perhitungan cadangan hidrokarbon


yang sangat popular dan banyak dipakai oleh kalangan yang
berkecimpung di dunia perminyakan, yaitu :
- Metode material balance
- Metode kurva penurunan laju produksi

- Metode Volumetrik (yang akan digunakan dalam praktikum)

Yang diperlukan dalam perhitungan metode volumetrik adalah :

- Peta kontur struktur top lapisan

- Peta net sand (ketebalan total pasir bersih)

- Peta net oil pay (kolom minyak produktif)

Dari data Drill Stem Test (DST) atau analisis kualitatif zona minyak
tiap sumur akan diperoleh OWC (oil water contact) dan GOC (gas oil
contact). Dari hasil tersebut dilakukan :

- Pemplotan pada peta kontur struktur

- Melakukan interpolasi sehingga akan diketahui kedalaman zona


minyak seluruh lapangan

Melakukan overlapping antara peta kontur struktur (lengkap dengan


OWC dan

GOC) dengan peta net sand. Dari situ maka :

- Akan diketahui kolom minyak produktif

- Dilakukan pemplotan pada masing-masing sumur

- Dibuat peta kontur kolom minyak produktif

Adapun data yang diperlukan untuk perhitungan besarnya cadangan


minyak dan gas bumi secara volumetrik adalah :
- Porositas

- Kejenuhan air
- Ketebalan lapisan batuan reservoir

- Luas batuan reservoir

- Formation Volume Factor (FVF)

Peta kolom minyak produktif dikontrol oleh :

- Peta kontur struktur kedalaman top dan bottom lapisan

- Pembatas stratigrafi

- Peta/pola penyebaran batupasir

- Pola penyebaran porositas

1.6.1 Metode Material-Balance

Metode material-balance dapat digunakan untuk menghitung


cadangan awal. Dengan mengikuti kesetimbangan materi seperti
berikut :

{Volume yang diproduksi} = {V awal dalam reservoir} - {V sisa


dalam reservoir}
Metode ini didasarkan pada kesetimbangan volume fluida (air,
minyak dan gas) antara volume produksi kumulatif terhadap volume
pengembangan fluida di dalam reservoir dengan volume air yang
masuk ke dalam reservoir. Persamaan material balance tergantung
pada kondisi tekanan dan macam mekanisme pendorongan reservoir
(gas drive atau water drive).

1.6.2 Metode Kurva Penurunan Laju Produksi

Metode ini menampilkan bentuk grafik sejarah produksi suatu


sumur atau kumpulan sumur pada suatu reservoir. Dengan
mengetahui sejarah produksi suatu sumur, maka kita dapat
meramalkan laju produksi di masa mendatang.Sejarah produksi
tersebut harus mencerminkan produktivitas formasi atau dengan
kata lain karakteristik reservoir tidak terpengaruhi oleh faktor-
faktor :
- Perubahan kondisi operasi produksi

- Kerusakan sumur

- Kegagalan atau kerusakan peralatan dan sebagainya

Sehingga dengan demikian berdasarkan uraian di atas,


metode analisis kurva penurunan laju produksi ini hanya bisa
dilakukan setelah sumur pada suatu reservoir telah berproduksi.

1.6.3 Metode Volumetrik

Untuk menentukan initial in place dengan metode


volumetrik, maka dibutuhkan diketahuinya volume bulk (VB) dari
reservoir yang ditempati oleh minyak. Untuk ini diperlukan data
logging untuk mengetahui ketebalan formasi produktif dan peta net
isopach, yaitu peta yang menunjukkan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketebalan lapisan
minyak yang sama.
Kalkulasi secara volumetrik didasarkan terutama pada peta
bawah permukaan (peta kontur struktur atau peta isopach) dan data
dari log (terutama log elektrik), core (inti batuan) dan DST. Metode
ini banyak dipakai di perusahaan minyak saat ini.

Ada 3 pendekatan yang digunakan untuk menghitung VB


batuan reservoir yang mengandung minyak dari peta net isopach,
yaitu metode piramidal, metode trapezoidal serta metode grafis.
Setelah VB dihitung, maka selanjutnya menghitung initial oil in
place.
1. Metode piramid

VBi = h/3 [An + An+1 + √ (An . An+1) ]

VB total : VB = ∑ VB

dimana :

VBi = elemen VB antara dua garis kontur isopach yang


berdekatan, masing-masing dengan luas An dan An+1, (dalam
acre-ft).
An = luas daerah yang dikelilingi kontur ke n, terhitung dari
kontur ke-0 (nol), kontur yang mempunyai ketebalan formasi
nol, (dalam acre).
An+1 = luas daerah yang dikelilingi oleh kontur ke- n+1. (dalam
acre).
H = interval kontur isopach, (dalam feet).

2. Metode trapezoid

∆ VB = h/2 (An + An+1)

Atau secara umum dapat diformulakan sebagai berikut :

VB = h/2 ( A0 + 2A1 + 2A2 + … + 2An-1 + An ) + ( An x


(hn/3))

dimana :

VB = volume bulk (acre feet)

h = interval kontur
A0 = luas yang dibatasi kontur nol

A1 = luas yang dibatasi garis kontur pertama di atas kontur nol


hn = jarak vertikal dari kontur paling atas ke top lapisan reservoir

3. Metode Grafis

Pada metode ini, luas masing-masing daerah yang


dibatasi oleh kontur isopach diplot versus ketebalan yang
dinyatakan oleh kontur tersebut. VB reservoir adalah luas
areal di bawah kurva, (dalam satuan acre-feet).
Supaya lebih akurat, maka metode trapesium ini
perlu digabung dengan metode piramida. Rumus trapesium
dapat menghasilkan error sekitar 2% jika perbandingan

An/An-1 atau perbandingan luas antara dua kontur isopach


yang berdekatan adalah 0,50. Untuk itu, jika perbandingan
luas antara dua kontur isopach yang berdekatan adalah <
0,50 maka dipakai rumus piramidal, sedangkan jika
perbandingannya > 0,50 dipakai rumus trapesium.
Cara menghitung luas areal dapat digunakan metode sistem
grid, planimeter, maupun dengan menggunakan digitasi
komputer.

Menghitung GIP (Gas In Place) dengan metode


volumetrik

G = 43560 x VB x  x (1 – Sw) x Bg

G = gas in place, dalam SCF (standard cubic feet)

43560 = faktor konversi dari ac-ft ke cu-ft

VB = volume bulk dari reservoir, (dalam acre-feet).

= porositas rata-rata (%)

Sw = kejenuhan air (%)


Bg = Gas Formation Volume Factor, (dalam SCF/cu-ft).

Menghitung GIP (Gas In Place) dengan metode


volumetrik

N = 7758 x VB x  x (1 – Sw) x Bo

N = oil in place, dalam STB (stock tank barrels)

7758 = faktor konversi dari ac-ft ke barrels

VB = volume bulk dari reservoir, (dalam acre-feet).

= porositas rata-rata (%)

Sw = kejenuhan air (%)


Bo = Oil Formation Volume Factor, (dalam STB/bbls
BAB II

INTERPRETASI DAN ANALISIS

2.1 Analisis Source Rock

Untuk menganalisis source rock atau batuan dasar diperlukan data data
kematangan, kekayaan, tipe material organik serta data litologi dari setiap
formasi yang berada disuatu daerah syarat – syarat untuk menjadi source rock
adalah Mengandung kadar organik yang tinggi serta mempunyai jenis kerogen
yang berpotensi menghasilkan hidrokarbon dan telah mencapai kematangan
tertentu sehingga dapat menghasilkan hidrokarbon.
Kuantitas atau jumlah material organik yang terdapat di dalam batuan
sedimen dinyatakan sebagai karbon organik total atau dikenal dengan total
organik carbon (TOC). TOC didefinisikan sebagai jumlah karbon organik yang
dinyatakan sebagai persen berat dari batuan kering (dry rock). Karbon organik
yang dimaksud merupakan karbon yang berasal dari zat organik dan bukan
berasal dari karbonat.
Skala nilai TOC batuan sedimen dari Waples (1985) (Tabel II.2) menjadi
standar yang umum digunakan sebagai indikasi potensi batuan induk.

Tabel II.2 Indikasi potensi batuan induk berdasarkan TOC (Waples, 1985).

Implikasi batuan induk TOC (% berat)

Potensi rendah < 0,5

Kemungkinan sedikit berpotensi 0,5 – 10


Kemungkinan cukup berpotensi 1,0 – 2,0

Kemungkinan berpotensi baik – sangat baik > 2,0


Gambar 2.1 Indikasi potensi batuan induk berdasarkan TOC (Baskin, 1977)

Kuantitas karbon organik tidak semata-mata dapat menunjukkan


potensi batuan induk menjadi batuan sedimen. Kualitas yang dimaksud salah
satunya adalah tipe material organik yang terkandung. Tipe material organik
merupakan penentu sifat dasar dari produk petroleumnya, minyak atau gas.
Seperti yang telah disebutkan bahwa material organik dalam batuan induk
yang menghasilkan minyak (pada keadaan yang memenuhi syarat) disebut
dengan kerogen. Kerogen didefinisikan sebagai bagian dari material organik
dalam batuan sedimen yang tidak larut dalam asam non-oksidasi, basa dan
pelarut organik biasa. Sifat tidak larut ini dipengaruhi oleh ukuran
molekulnya.
Rock Eval Pyrolisis atau analisis Rock-eval adalah analisa komponen
hidrokarbon salah satu cara untuk mengetahui kualitas material organik dari
batuan induk agar diketahui kemampuannya dalam menghasilkan minyak
ataupun gas. Hasil analisis pirolisis Rock-Eval dapat dijadikan parameter
dalam menentukan tipe kerogen dan produk minyak dan gas yang dihasilkan
pada puncak kematangan (Peters dan Cassa, 1994). Parameter data pirolisis
yang digunakan untuk penentuan tipe hidrogen adalah indeks hidrogen (HI)
dan rasio antara S2 (hidrokarbon yang terbentuk dari kerogen di dalam Rock-
Eval karena penguraian bahang kerogen) dan S3 (jumlah karbon dioksida
yang dikeluarkan dari kerogen selama proses pirolisis) (Tabel II.3)
Tabel II.3 Parameter penentuan tipe kerogen dan produk yang dihasilkan pada
puncak kematangan (Peters dan Cassa, 1994).
Produk Utama
Tipe HI
S2/S3 Pada Puncak Kematangan
Kerogen (mg HC/g TOC)
Minyak
I > 600 >15 Minyak
II 300 – 600 10 – 15 Minyak
II / III 200 – 300 5 – 10 Minyak dan Gas
III 50 – 200 1–5 Gas
IV < 50 <1 Tidak Ada

Kematangan material organik dapat dianalisis dari nilai Tmaks dan


reflektansi vitrinit (Ro). Tmaks merupakan temperatur pada saat laju
maksimum pirolisis yang dapat dipergunakan sebagai indikator kematangan.
Nilai Tmaks akan berbanding lurus dengan kematangan. Nilai parameter ini
diperoleh bersama dengan data pirolisis lainnya. Reflektansi vitrinit (Ro) juga
merupakan parameter kematangan. Ini didasarkan pada fakta bahwa kenaikan
temperatur akan meningkatkan kilap atau reflektansi dari maseral vitrinit.
Tabel III.4 menunjukkan klasifikasi kematangan berdasarkan Tmaks dan Ro
dari Peters dan Cassa (1994).
Tabel II.4 Parameter-parameter kematangan (Peters dan Cassa, 1994).

Kematangan Pematangan

Ro (%) Tmaks ° (°C)

Belum matang 0,20-0,60 <435

Matang

Awal 0,60-0,65 435-445

Puncak 0,65-0,90 445-450


Akhir 0,90-1,35 450-470

Terlalu matang >1,35 >470

2.2 Analisis Sejarah Pemedaman

Grafik sejarah pemendaman (burial history) menggambarkan sebuah


interaksi suplai sedimen, perubahan muka air laut dan pergerakan vertical dasar
cekungan terhadap waktu umur geologi. Dalam sejarah pemendaman akan
terjadi penurunan secara kontinyu seiring dengan bertambahnya beban diatas
suatu lapisan. Secara normal, grafik pada sejarah pemendaman menggambarkan
penurunan cekungan dan pembebanan sedimen didalam cekungan.
Sejarah pemendaman dapat menggambarkan pola dari suatu pengendapan
berdasarkan besaran nilai temperature dan mekanisme pembentukan
hidrokarbon. Hal ini dapat dilihat berdasarkan peristiwa geologi dimasa lampau
seperti mekanisme sedimentasi, hubungan keselarasan antar lapisan batuan,
proses tektonik serta mekanisme geokimia organik pada suatu daerah.
Data – data yang digunakan untuk membuat sejarah pemendaman ini adalah
temperature, kedalaman setiap formasi yang didapat dari perhitungan gradiet
thermal,umur, nilai N, konstanta, nila Ma yang didapat dari perpotongan waktu
dengan suhu dan kedalaman, nilai TI yang didapat dari konstanta dikalikan
dengan Ma, dan nilai TTI yang didapatkan dari nilai kumulatif. Metode yang
digunakan adalah Metode Lopatin terdapat istilah Time Temperature Index of
Maturity (TTI) yaitu ukuran teoritis pematangan dan pembentukan minyak.
Hubungan empiris antara Vitrinite Reflectance (Ro) dan pembentukan minyak
bumi telah dimanfaatkan oleh Lopatin (1971) untuk mengembangkan sebuah
metode sederhana dengan menggunakan waktu dan temperatur untuk
menghitung kematangan termal dari bahan organik pada suatu sedimen (batuan
induk)
Gambar 2.2 Grafik Sejarah Pemendaman

Tabel II.5 Data data utuk pembuatan sejarah pemendaman

T D N KONSTANTA Ma TI TTI
30 0 -7 2 x 10 0 0 0
40 244 -6 2 x 10 4 0,000008 0,00001
50 488 -5 2 x 10 1 0,00002 0,00003
60 732 -4 2 x 10 2 0,0004 0,00043
70 976 -3 0,002 2 0,004 0,00443
80 1220 -2 0,02 4 0,08 0,84433
90 1464 -1 0,2 0,5 0,1 0,18443
100 1708 0 1 1,5 1,5 1,68443
110 1952 1 2 1 2 3,68443
120 2196 2 4 1 4 7,68443
130 2440 3 8 1 8 15,68443
140 2684 4 16 0,5 8 23,68443
Tabel II.6 Burial History ( sejarah pemendaman )

41 27,82 23,03 15,97 13,82 7,2 2,58 0


Formasi A 1403 1153
Formasi B 256 1659 1409
Formasi C 210 466 1869 1619
Formasi D 150 360 616 2019 1769
Formasi E 200 350 500 816 2219 1969
Formasi F 0 450 650 800 1010 1266 2669 2419
Batuan
Dasar

Dapat terlihat bahwa awal kematangan source rock pada TTI 15,68443
menurut metode lopatin, 1971 pada kedalaman 2440 m (early oil ) lalu
didapatkan peak oil generation pada pada TTI 75 setengah melakukan
perhitungan didapatkan bahwa batas peak oil pada daerah X yaitu pada
kedalaman -8626 , yang terakhir dilakukan perhitungan sama seperti peak oil ,
batas end of oil didapatkan pada kedalaman -9571

2.3 Perhitungan Cadangan Source Rock

Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai cadangan pada suatu


sumur agar dapat diproduksi nantinya, pada perhitungan cadangan
hidrokarbon di sumur USAKTI–1 digunakan metode volumentrik yang
nantinya dapat menghintung besarnya nila initial hydrocarbon in place. Data
yang digunakan dalam perhitungan ini adalah interval kontur atau ketinggian
kontur dalam satuan ft dibutuhkan juga luas dari setiap kontur dalam satuan
acre. Setelah melakukan perhitungan dengan rumus :

Lalu setelah itu jika didapat hasil < 0,5 maka dimasukkan kedalam metode
pyramidal dan jika > 0,5 dimasukkan kedalam metode trapezoidal
Perhitungan Trapezoidal

Perhitungan pyramidal

Dilakukan perhitungan pada Formasi F dan Formasi E setelah itu


dimasukkan data datanya seperti dibawah ini

Gambar 2.3 Perhitungan cadangan source rock dengan metode volumentrik


2.4 Interpretasi Jalur Migrasi
Interpretasi jalur migrasi ini menggunakan data dari penampang geologi
pada batuan dasar, Formasi F, Formasi E dan Formasi D serta dengan cara
orthocontour yang dilakukan yaitu menarik garis tegak lurus dari kitchen.
Pertama untuk membuat penampang geologi dari setiap formasi yaitu dengan
menarik garis penampang pada peta batuan dasar, Formasi F dan Formasi E
untuk formasi D disebandingkan dengan Formasi F dan Formasi D. setelah
ditarik garis penampang, setelah itu dilakukan perhitungan agar mendapatkan
garis vertical dengan horizontalnya didapatkan hasil garis vertical 1,9 cm
vertical dan horizontalnya 1 : 1. Setelah itu langsung dibuat penampang dari
masing masing formasi sesuai kedalamannya, setelah semuany dibuat langsung
dilakukan interpretasi migrasi pada penampang geologi, saya
menginterpretasikan source rock (Formasi E) bermigrasi kearah antiklin yang
berada disebelah timur penampang kearah reservoar (Formasi D).

Gambar 2.4 Penampang Geologi


2.5 Penentuan Lead and Propect
Pada Keterangan Umum RPS bpmigas, 2012, berdasarkan aspek hukum,
aspek keteknikan, aspek adminitrasi, serta aspek strategi percepatan
pengembangan lapangan dari potensi sumber daya eksplorasi, sumberdaya
migas di Indonesia terbagi menjadi tiga, yaitu prospective resources, Discovery,
dan reserve (cadangan). Blok klasifikasi pada sumber daya migas diperlihatkan
oleh tabel …

Penentuan lead and propect pada daerah ini berdasarkan data dari closure
yang memiliki potensi hidrokarbon, penampang geologi, migrasi dan volume
bulk pada masing – masing closure yang memiliki potensi terakumulasinya
hidrokarbon
- Migrasi
Pada peta orthocontour diatas menunjukkan hidrokarbon yang bermigrasi
kearah closure yang dekat kitchen, jalur jalur migrasi yang ditunjukan oleh
garis berwarna merah.

- Penampang Geologi dan closure

A B

Dari penampang geologi A-B dapat interpretasikan bahwa closure yang


memiliki potensi terakumulasinya penampang yaitu pada bagian barat laut dan
tenggara. Dibawah ini merupakan peta Formasi D ( Reservoar ) yang menunjukan
closure yang berpotensi terakumulasinya hidrokarbon.
- Volume Bulk

Closure barat laut

Kontur Luas (ft) Metode Volume (ac.ft)


A1 181092,72 Trapezoidal 30080914
A2 119716,42 Trapezoidal 18254452
A3 62828,1 -
Jumlah 48335366

Closure barat daya

Kontur Luas (ft) Metode Volume (ac.ft)


A1 298026,1 Pyramidal 36565313,08
A2 250262,16 Pyramidal 20818949,13
A3 61776,07 Pyramidal 5280640,29
A4 17231,74
Jumlah 62664902,5

Closure Selatan

Kontur Luas (ft) Metode Volume (ac.ft)


A1 62995,93 - -

Closure tenggara

Kontur Luas (ft) Metode Volume (ac.ft)


A1 200857,54 - -

Dari hasil perhitungan volume bulk dengan metode volumentrik dan


dengan bantuan aplikasi sketch and calc bahwa closure yang memiliki
prospek cadangan hidrokarbon berada pada closure barat daya yang
memiliki cadangan sebesar 62664902,5 ac.ft, selain itu closure barat laut
menyimpan cadangan namun tidak sebanyak closure barat daya.

2.6 Analisi Resiko

Metode probablistik menghilangkan definisi proven, probable, dan


possible yang kaku (rigid) dan menggantinya dengan konsep probabilitas.
Dengan cara ini, cadangan diklasifikasikan berdasarkan tingkat probabilitas
(kemungkinan) harga yang terhitung. Hal ini ditentukan menurut kurva
distribusi probabilitas untuk tiap parameter dalam persamaan yang digunakan
untuk menghitung cadangan. Selanjutnya, pembahasan tentang hal ini akan
disampaikan pada bagian Simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo
merupakan perangkat analisis berbasis statistik, yang memberikan hasil berupa
hubungan antara probalilitas versus harga parameter-parameter kunci seperti
cadangan minyak dan gas, modal awal, dan beberapa variable ekonomi penting
seperti net present value (NPV), return on investment (ROI)1) . Simulasi Monte
Carlo juga merupakan sebagian dari analisis resiko dan seringkali dilakukan
bersama dengan atau sebagai alternatif terhadap decision tree analysis. Analisis
resiko adalah ungkapan yang erat hubungan dengan analisis pengambilan
keputusan, taksiran resiko, manajemen resiko, manajemen portofolio, dan juga
optimasi, dimana semuanya bersifat kualitatif sedangkan simulasi Monte Carlo
adalah kuantitatif. Sebagaimana diketahui, cadangan (R) merupakan fungsi dari
beberapa parameter reservoir seperti luas area (A), ketebalan (h), porositas (),
initial water saturation (Swi) dan Recovery Factor (RF). Untuk setiap parameter
diatas dapat dibuat distribusi frekuensinya baik untuk suatu reservoir, daerah
atau basin dsb. Bila cadangan akan ditentukan besarnya dari distribusi frekuensi
untuk masing-masing parameter yang mempengaruhinya, maka akan timbul
kesulitan karena secara analitik hal ini sangat sulit untuk dilaksanakan. Simulasi
Monte Carlo dapat digunakan sebagai suatu cara atau metoda untuk
memecahkan persoalan diatas berdasarkan atas penggunaan sekumpulan
bilangan yang disebut sebagai “random number”.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam pembuatan tugas ini dapat disimpulkan bahwa

- Pada daerah penelitian terdapat Formasi A, Formasi B, Formasi C,


Formasi D, Formasi E, Formasi F dan Batuan dasar.
- Diinterpretasikan bahwa source rock terdapat pada Formasi E karena
dilihat dari unsur kematangan, kekayaan dan kandungan material
organik bawa source rock formasi C memiliki TOC rata-rata 2,5%
menurut Baskin, 1997 termasuk kedalam klasifikasi TOC yang bagus
(Very good) dan memiliki kandungan Ro = 0,55 peter anda cassa
,1994 termasuk kedalam immature dan termasuk kedalam kerogen
tipe I (Minyak). Memiliki HI 550, OI 22 dan ρ = 2,4 gr/cc. terdiri dari
litologi serpih hitam mengandung bahan organik dengan fosil khas
botroycocae.
- Reservoar pada daerah penelitian berada pada formasi D dan lapisan
penutup berada pada Formasi C
- Sejarah pemendaman dapat menggambarkan pola dari suatu
pengendapan berdasarkan besaran nilai temperature dan mekanisme
pembentukan hidrokarbon
- Terdapat 4 closure yang berpotensi terakumulasi dengan cadangan
hidrokarbon, closure yang memiliki prospek cadangan hidrokarbon
berada pada closure barat daya yang memiliki cadangan sebesar
62664902,5 ac.ft
- Perhitungan cadangan menggunakan metode volumentrik

Anda mungkin juga menyukai