Teknik Reservoir
Limy Shaly
Sandstone Sandstone
Sandy Sandy
Limestone Shale
a. Batuan Pasir
Batuan pasir termasuk golongan batuan klastik detritus dan sebetulnya yang
dimaksud batupasir disini adalah batuan detritus pada umumnya yang berkisar dari
lanau sampai konglomerat. Namun secara praktis hanyalah batupasir yang dibahas.
Batuan pasir merupakan reservoir yang paling penting dan paling banyak dijumpai,
60 % daripada semua batuan reservoar adalah batupasir. Porositas yang didapat di
dalam batupasir ini hanya bersifat intergranular, pori-pori terdapat diantara butir-
butir dan khususnya terjadi secara primer, jadi rongga-rongga terjadi pada waktu
pengendapan. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa setelah proses pengendapan
tersebut dapat terjadi berbagai modifikasi dari pada rongga-ronga, misalnya
sementasi ataupun pelarutan dari semen dan juga proses sekunder lainnya seperti
peretakan.
b. Batuan Karbonat
Batuan karbonat yang dimaksud dalam bahasan ini adalah limestone,
dolomite, dan yang bersifat diantara keduanya. Limestone adalah istilah yang biasa
dipakai untuk kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80 % calcium
carbonate atau magnesium. Istilah limestone juga dipakai untuk batuan yang
mempunyai fraksi karbonat melebihi unsur non-karbonatnya. Pada limestone fraksi
disusun terutama oleh mineral calcite, sedangkan pada dolomite mineral penyusun
utamanya adalah mineral dolomite.
c. Batuan Shale
Batuan shale mempunyai butir yang halus dan mempunyai permeabilitas
kurang baik. Batuan ini dapat menjadi batuan reservoir bila mengalami peretakan
dan pelarutan. Komposisi kimia batuan shale bervariasi sesuai dengan ukuran butir.
Fraksi yang kasar banyak mengandung silika, sedangkan fraksi yang halus
umumnya mengandung aluminium, besi, potash dan air. Komposisi dasar shale
adalah mineral clay. Tipe clay yang sering terdapat dalam formasi hidrokarbon,
yaitu : Montmorillonite, Illite dan Kaolinite.
Connected or
Effective
Porosity
Total
Porosity
Isolated or
Non-Effec tive
Porosity
Tipe batuan sedimen atau reservoir yang mempunyai porositas primer adalah
batuan konglomerat, batupasir, dan batu gamping. Porositas sekunder dapat
diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu :
Porositas larutan, adalah ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
proses pelarutan batuan.
Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban, seperti : lipatan,
sesar, atau patahan. Porositas tipe ini sulit untuk dievaluasi atau ditentukan
secara kuantitatip karena bentuknya tidak teratur.
Dolomitisasi, dalam proses ini batu gamping (CaCO3) ditransformasikan
menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) atau berdasarkan reaksi kimia berikut :
2CaCO3 + MgCl3 CaMg(CO3)2 + CaCl2
90 o
o
90
90 o
90 o
90 o
o
90
b. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran suatu ruang pori batuan yang
dapat dialiri atau dilewati fluida. Definisi kuantitatif permeabilitas pertama-tama
dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk
differensial sebagai berikut :
k dP
v x
dL
Keterangan :
v = kecepatan aliran, cm/sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.
Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa, akan tetapi
dua atau bahkan tiga fasa. Oleh karena itu dikembangkan pula konsep mengenai
permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga permeabilitas efektif
dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas, dan air.
Sedangkan permeabilitas relatif untuk masing-masing fluida reservoir dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut :
k kg k
k ro o , k rg , k rw w .
k k k
Qw . w . L
kw
A . (P1 P2 )
Harga-harga ko dan kw pada Persamaan diatas jika diplot terhadap So dan Sw
akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut ini :
1 1
Gambar 2.10. Kurva Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak dan Air 2)
d. Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi
oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tak saling campur (immisible). Pada
bidang antar muka cairan dengan benda padat terjadi gaya tarik-menarik antara
cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang merupakan faktor dari tegangan
permukaan antara fluida dan batuan. Pada umumnya reservoir bersifat water wet,
sehingga air cenderung untuk melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak
akan terletak diantara fasa air. Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik
dengan batuan dan akan lebih mudah mengalir.
e. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada antara
permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas) sebagai
akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan kedua fluida
tersebut. Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida
“non-wetting fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting fasa” (Pw).
Pc = Pnw - Pw
Dimana:
Pc = Tekanan kapiler
Pnw = Tekanan non wetting fasa
Pw = Tekanan wetting fasa
Reservoir minyak yang mepunyai API gravity rendah maka kontak minyak-
air akan mempunyai zona transisi yang panjang (fluida yang berbeda). Dapat dilihat
pada Gambar 2.26. di bawah ini.
f. Kompressibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut. Pada
keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori, dan
perubahan batuan.
2. Golongan Siklik
Sedangkan hidrokarbon golongan siklik mempunyai rantai tertutup (susunan
cincin). Golongan ini terdiri dari naftena dan aromatik. Golongan siklis dibagi
menjadi dua golongan, yaitu golongan naftena dan golongan aromatik.
Golongan Naftena
Golongan naftena sering disebut golongan sikloparafin, atau golongan
sikloalkana, yang mempunyai nrumus umum CnH2n.. Golongan ini dicirikan oleh
adanya atom C yang diatur menurut rantai tertutup (berbentuk cincin) dan masing-
masing atom dihubungkan dengan ikatan tunggal.
Golongan Aromatik
Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa hidrokarbon
lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini adalah
CnH2n-6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga ikatan
tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling.
1. Senyawa Belerang
Kadar belerang dalam minyak bumi bervariasi antara 4 % sampai 6%
beratnya. Kandungan minyak bumi yang terdapat di Indonesia merupakan minyak
bumi yang mempunyai kadar belerang relatif rendah, yaitu rata-rata 1 %. Distribusi
belerang dalam fraksi-fraksi minyak bumi akan bertambah sesuai dengan
bertambahnya berat fraksi.
2. Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi antara 1 % sampai 2 %
beratnya. Peningkatan kadar oksigen dalam minyak bumi dapat terjadi karena
kontak minyak bumi dan udara. Hal ini disebabkan adanya proses oksidasi minyak
bumi dengan oksigen dari udara.
3. Senyawa Nitrogen
Kadar nitrogen dalam minyak bumi pada umumnya rendah dan bervariasi
pada kisaran 0,1 % sampai 2 % beratnya. Senyawa nitrogen terdapat dalam semua
fraksi minyak bumi, dengan konsentrasi yang semakin tinggi pada fraksi-fraksi
yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi. Senyawa nitrogen yang sering
terdapat dalam minyak bumi antara lain adalah piridin, qinoloin, indol dan karbosol.
1. Densitas Minyak
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan berat masa suatu substansi
dengan volume dari unit tersebut, sehingga densitas minyak (o) merupakan
perbandingan antara berat minyak (lb) terhadap volume minyak (cuft). Densitas
minyak biasanya dinyatakan dalam specific gravity minyak (o), yang didefinisikan
sebagai perbandingan densitas minyak terhadap densitas air, yang secara
matematis, dituliskan :
o
o
w
Keterangan :
o = specific gravity minyak
o = densitas minyak, lb/cuft
w = densitas air, lb/cuft
Pb
1
0 Reservoir pressure, psia
Gambar 2.28. Hubungan antara Tekanan dan Faktor Volume Formasi Minyak
(Bo)
Pada grafik hubungan antara tekanan dan kelarutan gas dalam minyak (Rs),
bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila tekanan naik, kecuali jika
tekanan gelembung telah terlewati, maka harga Rs akan konstan untuk minyak tidak
jenuh.
Gambar 2.29. Hubungan antara Tekanan dan Kelarutan Gas dalam Minyak
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan gas dalam minyak,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Tekanan Reservoir
Bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila tekanan naik, kecuali
jika tekanan gelembung telah terlewati, maka harga Rs akan konstan untuk
minyak tidak jenuh.
Temperatur Reservoir
Jika tekanan dianggap tetap maka Rs akan turun jika temperatur naik.
Komposisi Minyak
Pada temperatur dan tekanan tertentu Rs akan naik dengan turunnya berat
jenis minyak atau naiknya 0API.
4. Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
1 V
Co
V P
Kompressibilitas minyak dibagi menjadi dua berdasarkan kondisi
kejenuhannya, yaitu :
a. Kompressibilitas minyak tak jenuh (undersaturated oil)
Besarnya harga kompressibilitas minyak tak jenuh ini tergantung dari berat
jenis, tekanan, dan temperatur. Dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
C pr
Co
Ppc
dimana :
Co = kompressibilitas minyak, psi-1
Cpr = pseudo reduced compressibility
Ppc = pseudo critical pressure, psi
Untuk menentukan harga Cpr dilakukan dengan menggunakan grafik pada gambar
2.17. Sebelumnya menentukan harga Tpr dan Ppr dahulu, yaitu :
T
T pr
T pc
P
Ppr
Ppc
dimana :
P = tekanan waktu pengukuran, psia
Ppc = tekanan kritik semu, psia
T = temperatur waktu pengukuran, oF
Tpc = temperatur kritik semu, oF
5. Viskositas Minyak
Viskositas didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu fluida untuk
mengalir. Bila tekanan reservoir mula-mula lebih besar dari tekanan gelembung
(bubble point pressure), maka penurunan tekanan akan memperkecil viscositas
minyak (μo). Setelah mencapai Pb, penurunan tekanan selanjutnya akan menaikkan
harga viscositas minyak (μo) dan dengan semakin naiknya temperatur reservoir
akan menurunkan harga viscositas minyak (μo). Hubungan antara tekanan dan
viscositas minyak dapat dilihat pada Gambar 2.31.
1. Densitas Gas
Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan antara
rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas standar. Biasanya yang digunakan
sebagai gas standar adalah udara kering. Secara matematis berat jenis gas
dirumuskan sebagai berikut :
o
BJ gas
u
3. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Kompresibilitas gas didapat dengan persamaan :
C pr
Cg
Ppc
Keterangan :
Cg = kompresibilitas gas, psia-1
Cpr = pseudo reduced kompresibilitas, psia-1 ,
Cpc = pseudocritical pressure, psia
4. Viscositas Gas
Viscositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viscositas gas
hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada viscositas gas non hidrokarbon.
Viscositas gas akan berbanding lurus dengan temperatur dan berbanding terbalik
dengan berat molekulnya. Jadi bila berat molekulnya bertambah besar, maka
viscositasnya akan mengecil, sedangkan bila temperaturnya naik, maka
viscositasnya akan semakin besar.
Dalam viscositas sifat-sifat gas akan berlawanan dengan cairan. Untuk gas
sempurna, viscositasnya tidak tergantung pada tekanan. Bila tekanannya dinaikkan,
maka gas sempurna akan berubah menjadi gas tidak sempurna dan sifat-sifatnya
akan mendekati sifat-sifat cairan. Bila komposisi campuran gas alam diketahui,
maka viscositasnya dapat diketahui dengan menggunakan persamaan :
g
YM
gi i i
0, 5
Y M i i
0,5
Keterangan :
g = viscositas gas campuran pada tekanan atmosfer
gi = viscositas gas murni
Yi = fraksi mpl gas murni
Mi = berat molekul gas murni
Gas yang bersifat sebagai gas nyata / real gas tidak memenuhi persamaan
diatas, tetapi memberi penyimpangan sebesar z (faktor deviasi), sehingga
persamaan diatas menjadi :
P.V=n.z.R.T
Penentuan harga z dari suatu gas alam dapat dilakukan melalui pengukuran
langsung, menggunakan korelasi Standing dan Katz, dan menggunakan “equation
of state”. Dengan diketahuinya harga Ppc dan Tpc, maka harga Pr dan Tr dapat
dihitung. Untuk menentukan harga z (deviation faktor), Katz dan Standing telah
membuat korelasi berupa grafik : z = f (Pr,Tr) dapat dilihat pada gambar 2.33. Grafik
tersebut memberikan hasil yang memuaskan bila gas tidak mengandung CO2 dan
H2S. Untuk gas yang mengandung kedua unsur tersebut perlu dilakukan korelasi
untuk harga Ppc dan Tpc dahulu sebelum menghitung Pr dan Tr.
Keterangan :
w = specific gravity air formasi
w = density, lb/cuft
vw = specific volume, cuft/lb
62,3 = densitas air murni pada kondisi standart
Bw = (1 + Vwp)(1 + Vwt)
Keterangan :
Bw = faktor volume air formasi, bbl/bbl
Vwt = penurunan volume sebagai akibat penurunan suhu, oF
Vwp = penurunan volume selama penurunan tekanan, psi
Keterangan :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi –1
V = volume air murni, bbl
V; P = perubahan volume (bbl) dan tekanan (psi) air murni
5. Viskositas Air Formasi
Besarnya viskositas air formasi (w) tergantung pada tekanan, temperatur dan
salinitas yang dikandung air formasi tersebut. Viskositas air murni pada tekanan
atmosfir dan pada tekanan 7100 psia serta viskositas air pada kadar garam 6% pada
tekanan atmosfir.
Gmb Gfl
P0 = D1 ma fl .............................................. (2-64)
A
Keterangan :
Po = Tekanan overburden, psi
Go = Gradien tekaanan overburden, psi/ft (umumnya sebesar 1 psi/ft)
D = Kedalaman vertikal formasi, ft
Gmb = Berat matrik batuan formasi, lb
Gfl = Berat fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, lb
A = Luas lapisan, in2
= Porositas, fraksi
ma = Densitas matriks batuan, lb/cuft
fl = Densitas fluida, lb/cuft
Pf 1 Pob 2 P
D 3 D D
Keterangan :
Pf = tekanan rekah, psi
Pob = tekanan overburden, psi
P = tekanan formasi, psi
D = kedalaman, ft
Tformasi - Tstandard
Gradien geothermal =
Kedalalama n Formasi
Harga gradien geotermal berkisar antara 1.11° sampai 2"F/100 ft. Seperti
diketahui temperatur sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik fluida reservoir
Hubungan temperatur terhadap kedalaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
Td= Ta + Gt x D
Keterangan :
Td = Temperatur reservoir pada kedalaman D ft, °F
Ta = Temperatur pada permukaan, °F
Gt = Gradien temperatur, °F
D = Kedalaman, ratusan ft.
Pengukuran temperatur formasi dilakukan setelah completion dan temperatur
formasi ini dapat dianggap konstan selama kehidupan reservoir, kecuali bila
dilakukan proses stimulasi.
1.4.1.1.Perangkap Struktur
Unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dalam lapisan reservoir
sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan gejala tektonik atau struktur,
misalnya pelipatan dan patahan. Sebetulnya kedua unsur ini merupakan unsur
utama dalam pembentukan perangkap. Perangkap struktur sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu perangkap lipatan dan juga perangkap patahan.
1. Perangkap Lipatan
Perangkap yang disebabkan perlipatan merupakan perangkap utama.
Perangkap lipatan disebabkan oleh struktur perlipatan (folding) dan biasanya
berbentuk antiklin. Dalam menilai suatu perangkap lipatan, yang perlu diperhatikan
adalah volume tutupan (closure) pada perangkap bersangkutan. Volume tutupan
suatu perangkap adalah volume maksimum tempat atau wadah yang bisa diisi oleh
fluida hidrokarbon.
2. Perangkap Patahan
Perangkap patahan adalah perangkap yang terbentuk oleh peristiwa patahan
pada batuan porous dan permeabel yang berada di bawah lapisan tidak permeabel.
Suatu patahan (faulting) dapat berfungsi sebagai unsur penyekat akumulasi
hidrokarban agar tidak bermigrasi ke mana-mana dan dapat juga sebagai media bagi
minyak untuk bermigrasi.
1.4.1.2.Perangkap Stratigrafi
Prinsip perangkap stratigrafi ialah minyak dan gas terjebak dalam
perjalanannya ke atas, terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan
pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi batuan
lain atau batuan yang karakteristik reservoir menghilang sehingga merupakan
penghalang permeabilitasnya.
1. Perangkap Kombinasi
Perangkap reservoir kebanyakan merupakan kombinasi perangkap struktur
dan perangkap stratigrafi dimana setiap unsur struktur merupakan faktor bersama
dalam membatasi bergeraknya minyak dan gas.
Daerah di dalam lengkungan garis bubble point (Pb) dan garis dew point (titik
embun) adalah merupakan daerah dua fasa dan grafik-grafik lengkung di dalamnya
menunjukkan volume total cairan hidrokarbon. Daerah di luar lengkungan garis
titik embun (pada temperatur di atas temperatur embun) sistem berada dalam
keadaan satu fasa (fasa gas), sedangkan daerah di atas lengkungan garis titik
gelembung (pada tekanan di atas Pb) sistem terdiri dari satu fasa yaitu fasa cair
(minyak).
Diagram P – T tersebut dapat menunjukkan suatu perubahan fasa, apabila
tekanan dan temperatur berubah / salah satunya yang berubah. Pada awalnya setiap
akumulasi hidrokarbon mempunyai diagram fasa sendiri-sendiri sesuai dengan
komposisi dan akumulasi hidrokarbonnya. Bila kondisi P dan T reservoir
ditunjukkan oleh titik A, menunjukkan bahwa reservoir dalam keadaan satu fasa
yaitu gas. Temperatur reservoir lebih besar dari cricondentherm, sehingga jika
reservoir ini diproduksikan, maka akan terjadi penurunan tekanan disepanjang garis
A-A1 dan tidak terjadi perubahan fasa. Hal ini berlaku bagi semua akumulasi
dengan komposisi sama. Dengan demikian hanya gas saja yang terproduksi dan
disebut dry gas.
Bila selama proses produksi terjadi perubahan temperatur, seperti ditunjukkan
oleh garis lintasan A-A2 maka fluida yang terproduksi di permukaan merupakan
fasa cair dan gas meskipun mempunyai komposisi sama, dimana fasa cair yang
terproduksi di permukaan berasal dari gas di reservoir, dan fluida produksinya di
sebut dengan gas basah atau wet gas.
Bila temperatur reservoir terletak diantara temperatur kritik dan
cricondentherm serta tekanan terletak diatas tekanan titik embun (dew point) seperti
ditunjukkan oleh titik B pada Gambar 2.51. di atas, reservoirnya disebut reservoir
condensate. Pada kondisi ini, penurunan tekanan dengan temperatur tetap, sejumlah
gas akan mengembun pada titik B1 dan jumlah cairan akan bertambah sampai batas
10% total cairan hidrokarbon, yaitu titik B2. Selanjutnya penurunan berikutnya
tidak akan menambah jumlah cairan, akan tetapi sebaliknya justru terjadi
penguapan dari cairan yang ada sampai pada tekanan B3, yang mengakibatkan
GOR di permukaan menurun.
Bila kondisi tekanan dan temperatur reservoir ditunjukkan oleh titik C pada
Gambar 2.51., reservoirnya hanya terisi fluida satu fasa yaitu fasa cair, karena
semua gas yang telah ada telah terlarut dalam fasa cair (minyak) sehingga tidak ada
gas bebas yang kontak dengan minyak. Tipe ini disebut reservoir titik gelembung,
dengan turunnya tekanan akibat produksi, tekanan titik gelembung akan dicapai
yaitu titik C1. Pada titik ini mulai timbul gas untuk pertama kalinya dan penurunan
tekanan selanjutnya akan menambah jumlah dari gas bebas, sehingga permeabilitas
efektif minyak akan berkurang dan gas yang terproduksi semakin besar.
Bila kondisi tekanan dan temperatur reservoir di dalam garis lengkung titik
gelembung dan titik embun, yaitu dalam daerah dua fasa seperti yang dinyatakan
oleh titik D (Gambar 2.51.), fasa-fasa dalam reservoir terdiri dari fasa cair (minyak)
yang berada di bawah fasa gas yang umumnya disebut tudung gas atau gas cap.
Berdasarkan gambar tersebut di atas kondisi awal, reservoir dapat berupa :
Reservoir minyak
Reservoir gas
Reservoir condensate
Reservoir gas mempunyai temperatur awal di atas cricondentherm. Pada
kondisi awal ini reservoir hanya terdiri dari satu fasa. Apabila gas tersebut
diproduksikan dari reservoir ke permukaan pada tekanan dan temperatur yang
semakin berkurang sepanjang A-A1, maka fluidanya tetap satu fasa yaitu fasa gas,
baik di reservoir maupun di permukaan. Gas ini biasanya disebut gas kering atau
dry gas.
b. Black oil
Black Oil terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk molekul-molekul
yang besar, berat dan tidak mudah menguap (nonvolatile). Diagram fasa-nya
mencakup rentang temperatur yang luas. Diagram fasa dari black oil secara umum
ditunjukkan pada Gambar 2.53. Garis pada lengkungan fasa mewakili volume
cairan yang konstan, diukur sebagai persentase dari volume total. Garis-garis ini
disebut iso-vol atau garis kualitas. Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan
tekanan pada temperatur konstan yang terjadi di reservoir selama produksi.
Tekanan dan temperatur separator yang terletak di permukaan juga ditandai. Ketika
tekanan reservoir berada pada garis 1-2, minyak dikatakan dalam keadaan tak jenuh
(undersaturated) karena minyak dapat melarutkan banyak gas pada kondisi ini. Jika
tekanan reservoir berada pada titik - 2, minyak berada pada titik gelembungnya dan
dikatakan dalam keadaan jenuh (saturated).
Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas yang dapat
dikandungnya. Penurunan tekanan akan membebaskan sebagian gas terlarut untuk
membentuk fasa gas bebas dalam reservoir. Saat tekanan reservoir menurun
mengikuti garis 2-3, gas tambahan mengembang di dalam reservoir. Volume gas
dalam persentase adalah seratus dikurangi persentase cairan. Sebenarnya minyak
dalam keadaan jenuh di sepanjang garis 2-3. Titik gelembung (titik - 2) merupakan
kasus istimewa dari saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali.
Gambar 2.53. Diagram Fasa dari Black Oil3)
c. Volatil oil
Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-molekul berat dan lebih
banyak intermediates (yaitu etana sampai heksana) dibanding black oil. Diagram
fasa dari volatile oil secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.54.
Gambar 2.54. Diagram Fasa dari Volatile Oil3)
Rentang harga temperatur yang tercakup lebih kecil daripada black oil.
Temperatur kritik-nya jauh lebih kecil daripada black oil, bahkan mendekati
temperatur reservoir. Iso-vol-nya juga tidak seragam jaraknya, tetapi cenderung
melengkung ke atas di depan garis titik gelembung. Garis vertikal menunjukkan
jalur penurunan tekanan pada temperatur konstan selama produksi. Harap
diperhatikan bahwa penurunan yang kecil pada tekanan di bawah titik gelembung,
titik-2, menyebabkan bebasnya sejumlah besar gas di reservoir. Suatu volatile oil
dapat menjadi gas sebesar 50% di reservoir pada tekanan hanya beberapa ratus psi
di bawah tekanan gelembung. Iso-vol dengan persentase cairan jauh lebih kecil
melintasi kondisi separator. Oleh karena itu disebut volatile oil (minyak yang
mudah menguap). Apabila diproduksikan maka minyak ringan ini biasanya
menghasilkan gas oil ratio permukaan sebesar kurang lebih 8000 scf/stb dengan
gravity sekitar 50oAPI. Cairan produksi biasanya berwarna gelap.
Berdasarkan Gambar 2.55. di atas dapat dijelaskan bahwa pada titik A’,
reservoir hanya terdiri dari satu fasa dan dengan turunnya tekanan reservoir selama
produksi berlangsung, terjadi kondensasi retrograde dalam reservoir. Pada titik A
(titik embun), cairan mulai terbentuk dan dengan turunnya tekanan dari titik B ke
titik C, jumlah cairan dalam reservoir bertambah. Pada titik C ini masih terdapat
cairan yang bisa terjadi. Penurunan selanjutnya menyebabkan cairan menguap.
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih kecil
jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi akan
bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir, hal
ini terus-menerus berlangsung hingga tekanan reservoir menjadi rendah. Bila
tekanan telah cukup rendah maka gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab
volume gas di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil produksi dan
gas oil ratio reservoir harganya hampir sama. Pada Gambar 2.64. memperlihatkan
karakteristik tekanan dan GOP pada reservoir depletion drive.
Air yang diproduksikan dari reservoir ini sangat sedikit bahkan hampir-
hampir tidak ada. Hal ini karena reservoir jenis ini sifatnya terisolir, sehingga
meskipun terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat diproduksi atau
ikut terproduksi bersama minyak.
Recovery yang mungkin diperoleh sekitar 5 - 30 %. Dengan demikian untuk
reservoir jenis ini pada tahap teknik produksi primernya akan meninggalkan
residual oil yang cukup besar. Sehingga bila sisa minyak ini akan diproduksikan
juga, maka perlu dipergunakan suatu energi tertentu ke dalam suatu reservoir untuk
mempengaruhi tekanan atau sifat fisik sistem fluida reservoirnya, sehingga dengan
demikian diharapkan sisa minyak yang tertinggi dapat diperkecil.
Dapat disimpulkan suatu reservoir solution gas drive mempunyai kelakuan
seperti dibawah ini :
Tekanan reservoir turun dengan cepat dan berlangsung secara kontinyu.
Perbandingan gas-minyak (GOR) mula-mula cukup rendah, kemudian naik
sampai maksimum dan turun dengan tajam.
Efisiensi perolehan minyak berkisar 5 - 30 %
Produksi air dianggap tidak ada.
Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir tidak
ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada jumlah gas yang ada.
Jika produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan tekanan
dengan berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang
terbebaskan dari larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan cepat
akan habis.
Recovery yang mungkin diperoleh dari jenis reservoir gravity drainage ini
sangat bervariasi. Bila gravity drainage baik, atau bila laju produksi dibatasi untuk
mendapatkan keuntungan maksimal dari gaya gravity drainage ini maka recovery
yang didapat akan tinggi. Pernah tercatat bahwa recovery dari gravity drainage ini
melebihi 80% dari cadangan awal (IOIP). Pada reservoir dimana bekerja juga
solution gas drive ternyata recovery-nya menjadi lebih kecil (Gambar 2.66.).
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan :
Penurunan tekanan relatif cepat
GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara kontinyu
Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan
Recovery sekitar 20 - 60 %
Gambar 2.66. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR Pada Gravitational
Segregation Drive Reservoir9)
Sebelum memasuki pokok materi yang akan dibahas, untuk lebih memudahkan
dalam pemahamannya, maka perlu mengetahui beberapa istilah yang sering
digunakan dalam menentukan cadangan atau pada umumnya dipakai dalam Teknik
Reservoir. Istilah tersebut meliputi pengertian cadangan, remaining recoverable
reserve, serta recovery factor.
Cadangan atau reserve, merupakan jumlah hidrokarbon yang ditemukan
dalam batuan reservoir dan hidrokarbon yang diproduksikan. Jumlah minyak
yang dapat diproduksi sampai batas ekonominya disebut Ultimate Recovery.
Jumlah minyak yang ada dalam reservoir pada keadaan awal sebelum reservoir
tersebut diproduksi disebut Original Oil In Place (OOIP).
Remaining Recoverable Reserve, yaitu jumlah hidrokarbon yang tersisa,
yang masih memungkinkan untuk dapat diproduksikan sampai batas
ekonominya.
Recovery Factor, merupakan angka perbandingan antara hidrokarbon yang
dapat diproduksikan dengan jumlah minyak mula-mula dalam reservoir.
Recovery factor dipengaruhi oleh mekanisme pendorong, sifat fisik batuan dan
fluida reservoir tersebut.
Pada bagian ini akan dibahas dua hal pokok yang berhubungan dengan
cadangan, yaitu metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan.
Berdasarkan pada urutan proses eksplorasi reservoir dan untuk memudahkan
pemahaman, metode yang dapat digunakan dalam perhitungan cadangan reservoir
adalah sebagai berikut:
Metode Volumetrik
Metode Material Balance
Metode Decline Curve
1. Metoda Volumetrik
Perkiraan cadangan hidrokarbon dengan menggunakan metoda volumetrik
merupakan salah satu metoda yang paling sederhana, dimana dilakukan sebelum
tahap pengembangan dan data-data yang dibutuhkan juga belum banyak, hanya
data-data geologi serta sebagian data-data batuan dan fluida reservoir.
Persamaan untuk menghitung initial oil in place adalah :
Sedangkan untuk initial gas in place adalah :
Ni = jumlah minyak mula-mula di reservoir, STB
Gi = jumlah gas mula-mula di reservoir, SCF
Vb = volume bulk reservoir, acre-ft
a. Metoda Trapezoidal
Persyaratan utama dalam melakukan perhitungan dengan metoda ini adalah
perbandingan antara luas garis kontur yang berurutan harus lebih besar dari 0.5.
Secara matematik, persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
ℎ
Vb = (An + An+1)
2
(Vb = volume batuan, acre-ft; An = luas yang dibatasi garis kontur isopach terendah,
acre; An+1 = luas yang dibatasi garis kontur isopach diatasnya, acre; h = interval
antara garis kontur isopach, ft).
b. Metoda Pyramidal
Persyaratan utama metoda ini adalah perbandingan antara luas garis kontur
yang berurutan harus kurang atau sama dengan 0.5. Persamaannya adalah :
ℎ
Vb = 3 (An + An+1 + √𝐴𝑛 + 𝐴𝑛+1)
(Np = kumulatif produksi; B = faktor volume formasi; Rp = gas oil ratio, SCF/STB;
Rsi = kelarutan gas dalam minyak pada tekanan awal, SCF/STB; We = water influx;
WpBw = produksi air; subscript: t = total, i = pada tekanan awal).
Bentuk kurva penurunan laju produksi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
o Exponential decline,
o Hyperbolic decline dan
o Harmonic decline.
𝑞
- (bt + a) = 𝑑𝑞/𝑑𝑡
(a = decline rate; b = konstanta yang merupakan selisih antara decline rate pada
selang periode).
Untuk exponential decline, besarnya penurunan (decline rate) adalah konstan,
sehingga harga b = 0, dan persamaan diatas menjadi:
𝑞
- a = 𝑑𝑞/𝑑𝑡
Besarnya laju penurunan (decline rate) pada hyperbolic decline tidak konstan,
melainkan selalu berubah, dimana besarnya laju penurunan akan menunjukkan
suatu deret hitung dan harga b akan berkisar antara 0 (nol) hingga 1 (satu). Dengan
cara yang sama dengan eksponential decline curve, persamaan produksi kumulatif
adalah:
𝑞𝑏𝑎
𝑖
Np = 1−𝑏 (𝑞𝑖 1−𝑏 − 𝑞𝑡1−𝑏 )
Pada harmonic decline, penurunan laju produksi per satuan waktu berbanding
lurus terhadap laju produksinya. Bentuk kurva harmonic decline merupakan bentuk
khusus dari hyperbolic decline, yaitu untuk harga b = 1. Jadi persamaan laju
produksi kumulatifnya adalah sebagai berikut:
𝑞
Np = aqi ln 𝑞 𝑖
𝑡
2. Data Dinamis
Data jenis ini merupakan data yang akan mengalami perubahan pada setiap
timestep yang telah ditentukan, selama proses simulasi dijalankan. Untuk data jenis
ini, yang digunakan adalah data pada kondisi awal simulasi akan dijalankan. Selain
itu juga digunakan data penyeimbang untuk menjaga harga suatu data dinamis tetap
pada range yang telah ditentukan. Data yang termasuk dalam kategori data dinamis
antara lain adalah:
o Data Dinamik Fluida (saturasi fluida, konsentrasi dan komposisi fluida)
o Data Kondisi Reservoir (tekanan dan temperatur)
o Data Produksi (laju produksi fluida)
Selain ketiga jenis data di atas, seringkali diperlukan data penunjang lain yang
digunakan dalam analisa, baik analisa teknik maupun analisa ekonomi. Data
penunjang tersebut antara lain adalah data mekanik (ukuran casing dan tubing,
kapasitas pengangkatan), data penunjang sumur dan formasi (skin, rekahan,
workover) serta data ekonomi.
3. Karakteristik Reservoir
Karakterisasi Reservoir merupakan integrasi dari tiga komponen yang
mempunyai saling keterkaitan, yaitu karakterisasi geologi reservoir, karakterisasi
fluida reservoir, dan karakterisasi batuan reservoir. Karakterisasi reservoir
mempunyai empat tujuan pokok, yaitu:
Identifikasi ciri pokok (karakteristik) reservoir,
Identifikasi mekanisme pendorong,
Menentukan volume reservoir (OOIP, OGIP, OWIP) dan,
Mengamati kinerja (performance) reservoir.
Hasil akhir dari proses karakterisasi reservoir adalah pembuatan dan
pemahaman model geologi reservoir. Model geologi akan memberikan gambaran
yang nyata mengenai distribusi karakteristik batuan dan fluida serta kondisi
reservoir, seperti distribusi permeabilitas dan porositas, ketebalan lapisan, tekanan
reservoir, kontak antar fluida, dan data reservoir yang lain.
Gambaran pembuatan model geologi reservoir dihasilkan dari interpretasi
data, sehingga ada kemungkinan salah dan benar terhadap hasil yang diperoleh. Arti
penting model geologi reservoir dalam simulasi reservoir antara lain adalah sebagai
berikut:
Model geologi memberikan gambaran karakteristik reservoir yang
proporsional, baik secara areal maupun vertikal.
Model geologi memberikan gambaran yang memadai mengenai struktur
geologi reservoir, seperti kemiringan, patahan, dan struktur geologi yang lain.
Model geologi merupakan bentuk dasar dari model reservoir yang digunakan
dalam simulasi. Proses up-scale digunakan untuk menyederhanakan model
reservoir dari model geologi yang kompleks.
Model geologi merupakan tuntunan bagi simulation engineer untuk merubah
model reservoir, terutama dalam tahap validasi model dan history-matching.
2. Jenis Model
Dimensi model yang dapat digunakan pada simulasi reservoir ada empat,
yaitu mulai dari model 0-dimensi yang paling sederhana, model 1-dimensi, model
2-dimensi sampai model 3-dimensi yang paling kompleks.
a) Model 0-dimensi
Model 0-dimensi menunjukkan bahwa sifat-sifat reservoir tidak mengalami
perubahan, merupakan reservoir yang homogen. Isotropik dan seragam. Simulator
yang digunakan untuk model 0-dimensi yang terkenal adalah persamaan material
balance.
b) Model 1-dimensi
Model 1-dimensi biasanya digunakan pada simulasi pilot project, ataupun
pada bagian dari reservoir yang lurus dan sederhana. Model 1-dimensi dapat
digunakan pada kondisi-kondisi sebagai berikut:
Simulasi per-bagian dari reservoir
Simulasi dengan tujuan khusus, seperti line drive behavior, miscible flooding,
simulasi pilot-flood, dan sebagainya.
c) Model 2-Dimensi
Model simulator 2-dimensi merupakan pilihan terbaik untuk simulasi dengan
cakupan yang luas dan dipengaruhi oleh perubahan parameter areal. Model tersebut
dipergunakan dalam simulasi struktur multi well dengan ukuran besar, simulasi
reservoir sistem multi-unit, penentuan sifat-sifat heterogenitas batuan, analisa
migrasi fluida melalui lease-line, kondisi variasi vertikal sifat fluida yang tidak
dominan, serta dalam pemilihan pola operasi yang optimum untuk secondary
recovery maupun pressure maintenance.
d) Model 3-Dimensi
Model 3-dimensi dibutuhkan pada kondisi tertentu dimana terdapat
keragaman sifat fluida secara vertikal dan adanya lapisan sisipan shale yang akan
berpengaruh terhadap pola aliran.
3. Pertimbangan Pemilihan Model
Hal – hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan model jenis dan
dimensi model antara lain adalah sebagai berikut:
Pemilihan model harus disesuai dengan tujuan simulasi, tingkat akurasi hasil
yang diharapkan, cakupan studi yang akan dilakukan, serta ketersediaan data.
Dimensi model yang digunakan harus dapat mengakomodasi variasi
karakteristik reservoir yang akan dimodelkan.
o Untuk mensimulasikan pengaruh sekitar lubang sumur, maka model
yang digunakan adalah model 1-D atau 2-D radial.
o Pada reservoir yang tipis dan heterogenitas hanya terjadi pada arah
horizontal, model 2-D sudah dapat digunakan untuk mewakili.
Pada reservoir tebal dan karakteristiknya heterogen secara vertical dan
horizontal, hanya model 3-D yang dapat digunakan untuk mendapatkan
model yang representatif.