Anda di halaman 1dari 77

Bab I

Teknik Reservoir

Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon, gas


dan air. Proses akumulasi minyak bumi di bawah permukaan haruslah memenuhi
beberapa syarat, yang merupakan unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi. Unsur-
unsur yang menyusun reservoir adalah sebagai berikut :
1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak bumi,
gas bumi atau keduanya. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan
yang porous dan permeable.
2. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang bersifat
impermeable, yang terdapat pada bagian atas suatu reservoir, sehingga
berfungsi sebagai penyekat fluida reservoir.
3. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan suatu unsur pembentuk
reservoir yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga lapisan beserta
penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan dan menyebabkan
minyak dan gas bumi berada dibagian teratas reservoir.
Karakteristik suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan
penyusunnya, fluida reservoir yang menempatinya dan kondisi reservoir itu sendiri,
yang satu sama lain akan saling berkaitan

1.1. Karakteristik Batuan Reservoir


Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu mineral
dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis mineral yang
menyusunnya akan menentukan jenis batuan yang terbentuk.
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa batupasir
dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-klastik) atau
kadang-kadang volkanik. Masing-masing batuan tersebut mempunyai komposisi
kimia yang berbeda, demikian juga dengan sifat fisiknya. Komponen penyusun
batuan serta macam batuannya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sandstone
100 %

Limy Shaly
Sandstone Sandstone

Sandy Sandy
Limestone Shale

Limestone Shaly Limy


Shale
100 % Limestone Shale 100 %

Gambar 2.1. Diagram Komponen Penyusun Batuan19)

Unsur atau atom-atom penyusun batuan reservoir perlu diketahui mengingat


macam dan jumlah atom-atom tersebut akan menentukan sifat-sifat dari mineral
yang terbentuk, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimiawinya. Mineral
merupakan zat-zat yang tersusun dari komposissi kimia tertentu yang dinyatakan
dalam bentuk rumus-rumus dimana menunjukkan macam unsur-unsur serta
jumlahnya yang terdapat dalam mineral tersebut.

1.1.1.Komposisi Kimia Batuan Reservoir


Unsur-unsur atau atom-atom penyusun batuan reservoir perlu diketahui,
karena jenis dan jumlah atom-atom tersebut akan menentukan sifat-sifat dari
mineral yang terbentuk, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimiawinya.

a. Batuan Pasir
Batuan pasir termasuk golongan batuan klastik detritus dan sebetulnya yang
dimaksud batupasir disini adalah batuan detritus pada umumnya yang berkisar dari
lanau sampai konglomerat. Namun secara praktis hanyalah batupasir yang dibahas.
Batuan pasir merupakan reservoir yang paling penting dan paling banyak dijumpai,
60 % daripada semua batuan reservoar adalah batupasir. Porositas yang didapat di
dalam batupasir ini hanya bersifat intergranular, pori-pori terdapat diantara butir-
butir dan khususnya terjadi secara primer, jadi rongga-rongga terjadi pada waktu
pengendapan. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa setelah proses pengendapan
tersebut dapat terjadi berbagai modifikasi dari pada rongga-ronga, misalnya
sementasi ataupun pelarutan dari semen dan juga proses sekunder lainnya seperti
peretakan.

b. Batuan Karbonat
Batuan karbonat yang dimaksud dalam bahasan ini adalah limestone,
dolomite, dan yang bersifat diantara keduanya. Limestone adalah istilah yang biasa
dipakai untuk kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80 % calcium
carbonate atau magnesium. Istilah limestone juga dipakai untuk batuan yang
mempunyai fraksi karbonat melebihi unsur non-karbonatnya. Pada limestone fraksi
disusun terutama oleh mineral calcite, sedangkan pada dolomite mineral penyusun
utamanya adalah mineral dolomite.

c. Batuan Shale
Batuan shale mempunyai butir yang halus dan mempunyai permeabilitas
kurang baik. Batuan ini dapat menjadi batuan reservoir bila mengalami peretakan
dan pelarutan. Komposisi kimia batuan shale bervariasi sesuai dengan ukuran butir.
Fraksi yang kasar banyak mengandung silika, sedangkan fraksi yang halus
umumnya mengandung aluminium, besi, potash dan air. Komposisi dasar shale
adalah mineral clay. Tipe clay yang sering terdapat dalam formasi hidrokarbon,
yaitu : Montmorillonite, Illite dan Kaolinite.

1.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir


a. Porositas
Porositas () menggambarkan persantase dari total ruang pori batuan yang
tersedia untuk ditempati oleh suatu fluida reservoir yaitu minyak, gas dan air.
Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan
fluida reservoir. Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :
Vb  Vg Vp
 
Vb Vb
Keterangan :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vg = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :


 Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik
dapat ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :

volume pori total


  100%
bulk volume
 Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan
dalam persen.
volume pori yang berhubunga n
  100%
bulk volume

Connected or
Effective
Porosity

Total
Porosity

Isolated or
Non-Effec tive
Porosity

Gambar 2.5. Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif dan


Porositas Absolut Batuan1)
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
 Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang
bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.
 Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.

Tipe batuan sedimen atau reservoir yang mempunyai porositas primer adalah
batuan konglomerat, batupasir, dan batu gamping. Porositas sekunder dapat
diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu :
 Porositas larutan, adalah ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
proses pelarutan batuan.
 Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban, seperti : lipatan,
sesar, atau patahan. Porositas tipe ini sulit untuk dievaluasi atau ditentukan
secara kuantitatip karena bentuknya tidak teratur.
 Dolomitisasi, dalam proses ini batu gamping (CaCO3) ditransformasikan
menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) atau berdasarkan reaksi kimia berikut :
2CaCO3 + MgCl3  CaMg(CO3)2 + CaCl2

Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu


 Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan, tetapi
mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan bentuk butir
didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari pinggir butir. Sebagai
standar dipakai bentuk bola, jika bentuk butiran mendekati bola maka
porositas batuan akan lebih meningkat dibandingkan bentuk yang menyudut.
 Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi maksudnya penyebaran dari berbagai macam besar butir yang
tergantung pada proses sedimentasi dari batuan. Umumnya, jika batuan
tersebut diendapkan oleh arus kuat maka besar butir akan sama besar.
Sedangkan susunan adalah pengaturan butir saat batuan diendapkan.

90 o
o
90
90 o

a. Cubic (porosity = 47,6 %)

90 o
90 o
o
90

b. Rhombohedral (porosity = 25,96 %)

Gambar 2.6. Pengaruh Susunan Butir Terhadap Porositas2)

 Derajat Sementasi dan Kompaksi


Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori batuan akibat
adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat. Sedangkan sementasi pada
batuan akan menutup pori-pori batuan tersebut.Adapun gambaran dari
berbagai faktor tersebut di atas dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nanz dengan Alat yang digunakan sieve analysis sebagaimana
yang terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.7. Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke


a). Batu pasir b). Shalysand
Berikut ini adalah ukuran porositas yang sering digunakan sebagai pegangan
di lapangan:
Tabel 2.9. Ukuran Porositas di Lapangan
Porositas (%) Kualitas
0–5 Jelek sekali
5 – 10 Jelek
10 – 15 Sedang
15 – 20 Baik
> 20 Sangat bagus

b. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran suatu ruang pori batuan yang
dapat dialiri atau dilewati fluida. Definisi kuantitatif permeabilitas pertama-tama
dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk
differensial sebagai berikut :
k dP
v x
 dL
Keterangan :
v = kecepatan aliran, cm/sec
 = viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.

Tanda negatif pada Persamaan diatas menunjukkan bahwa bila tekanan


bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam Persamaan
2-4 adalah:
1. Alirannya mantap (steady state),
2. Fluida yang mengalir satu fasa,
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan,
4. Kondisi aliran isothermal, dan
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal.
6. Fluidanya incompressible.

Dasar penentuan permeabilitas batuan adalah hasil percobaan yang dilakukan


oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry Darcy menggunakan batupasir
tidak kompak yang dialiri air, seperti terlihat pada gambar 2.6. Batupasir silindris
yang porous ini 100% dijenuhi cairan dengan viskositas , dengan luas penampang
A, dan panjangnya L. Kemudian dengan memberikan tekanan masuk P1 pada salah
satu ujungnya maka terjadi aliran dengan laju sebesar Q, sedangkan P2 adalah
tekanan keluar. Dari percobaan dapat ditunjukkan bahwa Q..L/A.(P1-P2) adalah
konstan dan akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung
dari cairan, perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan
mengatur laju Q sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka
diperoleh harga permeabilitas absolut batuan.

Gambar 2.8. Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas

Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas


dibedakan menjadi tiga, yaitu :
 Permeabilitas absolut, adalah yaitu dimana fluida yang mengalir melalui
media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya hanya minyak atau gas saja.
 Permeabilitas efektif, yaitu permeabilitas batuan dimana fluida yang
mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas dan
minyak atau ketiga-tiganya.
 Permeabilitas relatif, merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif
dengan permeabilitas absolut.

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :

Q (cm 3 / sec) .  (centipoise ) . L (cm)


k (darcy) 
A (sq.cm) . (P1  P2 ) (atm)

Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa, akan tetapi
dua atau bahkan tiga fasa. Oleh karena itu dikembangkan pula konsep mengenai
permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga permeabilitas efektif
dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas, dan air.
Sedangkan permeabilitas relatif untuk masing-masing fluida reservoir dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut :
k kg k
k ro  o , k rg  , k rw  w .
k k k

Sedangkan besarnya harga permeabilitas efektif untuk minyak dan air


dinyatakan dengan persamaan :
Qo . o . L
ko 
A . (P1  P2 )

Qw . w . L
kw 
A . (P1  P2 )
Harga-harga ko dan kw pada Persamaan diatas jika diplot terhadap So dan Sw
akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut ini :
1 1

Effective Permeab ility to Water, k w

Effective Permeab ility to Oil, k o


0 0
0 Oil Saturation, So 1
1 Water Sa turation, Sw 0

Gambar 2.10. Kurva Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak dan Air 2)

Gambar diatas menunjukkan bahwa ko pada Sw = 0 dan pada So = 1 akan


sama dengan k absolut, demikian juga untuk harga k absolutnya (titik A dan B) .
Ada tiga hal penting untuk kurva permeabilitas efektif sistem minyak-air (Gambar
2.9.) , yaitu :
 ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian juga kw akan
turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu, sehingga dapat dikatakan untuk
So yang kecil akan mengurangi laju aliran minyak karena k o-nya yang kecil,
demikian pula untuk air.
 ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak dalam batuan
(titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (Sor), demikian juga untuk air
yaitu (Swr).

Gambar 2.11. Kurva krelatif Sistem Air-Minyak


c. Saturasi Fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori-
pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-pori total
pada suatu batuan berpori. Dalam batuan reservoir minyak umumnya terdapat lebih
dari satu macam fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar
ke seluruh bagian reservoir. Secara matematis, besarnya saturasi untuk masing-
masing fluida dituliskan dalam persamaan berikut :
 Saturasi minyak (So) adalah :
volume pori  pori yang diisi oleh min yak
So 
volume pori  pori total
 Saturasi air (Sw) adalah :
volume pori  pori yang diisi oleh air
Sw 
volume pori  pori total
 Saturasi gas (Sg) adalah :
volume pori  pori yang diisi oleh gas
Sg 
volume pori  pori total
Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :
Sg + So + S w = 1
Sedangkan jika pori-pori batuan hanya terisi minyak dan air, maka :
So + S w = 1

d. Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi
oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tak saling campur (immisible). Pada
bidang antar muka cairan dengan benda padat terjadi gaya tarik-menarik antara
cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang merupakan faktor dari tegangan
permukaan antara fluida dan batuan. Pada umumnya reservoir bersifat water wet,
sehingga air cenderung untuk melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak
akan terletak diantara fasa air. Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik
dengan batuan dan akan lebih mudah mengalir.
e. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada antara
permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas) sebagai
akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan kedua fluida
tersebut. Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida
“non-wetting fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting fasa” (Pw).
Pc = Pnw - Pw
Dimana:
Pc = Tekanan kapiler
Pnw = Tekanan non wetting fasa
Pw = Tekanan wetting fasa

Gambar 2.24. Grafik h (Pc) Versus Water Saturation1)

Ukuran pori-pori batuan sering dihubungkan dengan besaran permeabilitas.


Batuan reservoir dengan permeabilitas yang besar akan mempunyai tekanan kapiler
yang rendah dan ketebalan zona transisi yang tipis daripada reservoir dengan
permeabilitas yang rendah, seperti terlihat pada Gambar 2.25.
Gambar 2.25. Pengaruh Permeabilitas terhadap Tekanan Kapiler16)

Reservoir minyak yang mepunyai API gravity rendah maka kontak minyak-
air akan mempunyai zona transisi yang panjang (fluida yang berbeda). Dapat dilihat
pada Gambar 2.26. di bawah ini.

Gambar 2.26. Pengaruh API Gravity Minyak terhadap Tekanan Kapiler16)

f. Kompressibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut. Pada
keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori, dan
perubahan batuan.

1.2. Karakteristik Fluida Reservoir


Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada
tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat
kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya. Mengetahui sifat-sifat dari
fluida hidrokarbon untuk memperkirakan cadangan akumulasi hidrokarbon,
menentukan laju aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar sumur,
mengontrol gerakan fluida dalam reservoir dan lain-lain.

1.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon
terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan air
formasi merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak.
Sedangkan hidrokarbon sendiri, selain mengandung hidrogen (H) dan karbon
(C) juga mengandung unsur-unsur senyawa lain, terutama belerang, nitrogen dan
oksigen. Dalam sub bab ini akan dibicarakan mengenai komposisi kimia dari ketiga
kategori tersebut diatas.

1.2.1.1.Komposisi Kimia Hidrokarbon


Bentuk dari senyawa hidrokarbon merupakan senyawa alamiah, dapat berupa
gas, cair atau padatan tergantung dari komposisinya yang khusus serta tekanan dan
temperatur yang mempengaruhinya. Endapan hidrokarbon yang berbentuk cair
dikenal sebagai minyak bumi, sedangkan yang berbentuk gas dikenal sebagai gas
bumi.
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen.
Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi, yang berdasarkan jenis
rantai ikatannya dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Golongan Asiklik (Parafin)
Hidrokarbon jenis ini mempunyai rantai ikatan antar atom yang terbuka,
terdiri dari hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh.Golongan asiklis atau
alifat disebut juga alkan atau parafin. Golongan asilklis dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu golongan hidrokarbon jenuh dan tak jenuh.

 Golongan Hidrokarbon Jenuh


Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+2 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan
masing-masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi
dari satu atom C berhubungan dengan atom C disebelahnya.

 Golongan Hidrokarbon Tak Jenuh


Hidrokarbon ada yang mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap tiga
(triple), yang digunakan untuk mengikat dua atom C yang berdekatan. Oleh karena
itu, valensi yang semula tersedia untuk mengikat atom hidrokarbon telah digunakan
untuk mengikat atom C yang berdekatan, dengan cara ikatan rangkap dua yang
mengikat dua atom C, maka hidrokarbon seperti ini disebut hidrokarbon tak jenuh
atau disebut juga sebagai keluarga alkena (Inggris : alkene). Rumus umum seri
diolefin adalah CnH2n-2. Senyawa hidrokarbon tak jenuh juga ada yang mempunyai
ikatan rangkap tiga, yang sering disebut sebagai seri asetilen. Rumus umumnya
adalah CnH2n-2,

2. Golongan Siklik
Sedangkan hidrokarbon golongan siklik mempunyai rantai tertutup (susunan
cincin). Golongan ini terdiri dari naftena dan aromatik. Golongan siklis dibagi
menjadi dua golongan, yaitu golongan naftena dan golongan aromatik.

 Golongan Naftena
Golongan naftena sering disebut golongan sikloparafin, atau golongan
sikloalkana, yang mempunyai nrumus umum CnH2n.. Golongan ini dicirikan oleh
adanya atom C yang diatur menurut rantai tertutup (berbentuk cincin) dan masing-
masing atom dihubungkan dengan ikatan tunggal.

 Golongan Aromatik
Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa hidrokarbon
lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini adalah
CnH2n-6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga ikatan
tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling.

1.2.1.2.Komposisi Kimia Non-Hidrokarbon


Selain mengandung unsur hidrogen dan karbon (HC), pada minyak bumi juga
terdapat komposisi unsur belerang, nitrogen, oksigen serta unsur lain dengan
prosentase yang sedikit.

1. Senyawa Belerang
Kadar belerang dalam minyak bumi bervariasi antara 4 % sampai 6%
beratnya. Kandungan minyak bumi yang terdapat di Indonesia merupakan minyak
bumi yang mempunyai kadar belerang relatif rendah, yaitu rata-rata 1 %. Distribusi
belerang dalam fraksi-fraksi minyak bumi akan bertambah sesuai dengan
bertambahnya berat fraksi.

2. Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi antara 1 % sampai 2 %
beratnya. Peningkatan kadar oksigen dalam minyak bumi dapat terjadi karena
kontak minyak bumi dan udara. Hal ini disebabkan adanya proses oksidasi minyak
bumi dengan oksigen dari udara.

3. Senyawa Nitrogen
Kadar nitrogen dalam minyak bumi pada umumnya rendah dan bervariasi
pada kisaran 0,1 % sampai 2 % beratnya. Senyawa nitrogen terdapat dalam semua
fraksi minyak bumi, dengan konsentrasi yang semakin tinggi pada fraksi-fraksi
yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi. Senyawa nitrogen yang sering
terdapat dalam minyak bumi antara lain adalah piridin, qinoloin, indol dan karbosol.

1.2.1.3. Komposisi Kimia Air Formasi


Air formasi atau disebut “connate water” mempunyai komposisi kimia yang
berbeda-beda antara reservoir yang satu dengan yang lainnya. Dibandingkan
dengan air laut, air formasi ini rata-rata memiliki kadar garam yang lebih tinggi,
sangat berhubungan dengan terjadinya penyumbatan pada formasi dan korosi pada
peralatan di bawah dan di atas permukaan. Air formasi tersebut terdiri dari bahan-
bahan mineral, misalnya kombinasi metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang,
oksida besi, dan aluminium serta bahan-bahan organis seperti asam nafta dan asam
gemuk. Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri dari kation-
kation Ca, Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida, CO3, HCO3, dan SO4.

1.2.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon
sendiri terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas, yang tergantung pada
kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir yang ditempati. Perubahan kondisi
reservoir akan mengakibatkan perubahan fasa serta sifat fisik fluida reservoir.

1. 2.2.1. Sifat Fisik Minyak


Sifat-sifat minyak bumi yaitu densitas, viskositas, faktor volume formasi dan
kompressibilitas.

1. Densitas Minyak
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan berat masa suatu substansi
dengan volume dari unit tersebut, sehingga densitas minyak (o) merupakan
perbandingan antara berat minyak (lb) terhadap volume minyak (cuft). Densitas
minyak biasanya dinyatakan dalam specific gravity minyak (o), yang didefinisikan
sebagai perbandingan densitas minyak terhadap densitas air, yang secara
matematis, dituliskan :
o
o 
w
Keterangan :
o = specific gravity minyak
o = densitas minyak, lb/cuft
w = densitas air, lb/cuft

Industri perminyakan seringkali menyatakan specific gravity minyak dalam


satuan oAPI, yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
141,5
o
API =  131,5
o

2. Faktor Volume Formasi Minyak


Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume minyak
dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak
termasuk gas yang terlarut. Atau dengan kata lain sebagai perbandingan antara
volume minyak termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan volume
minyak pada kondisi standard (14,7 psi, 60 F). Satuan yang digunakan adalah
bbl/stb. Perhitungan Bo secara empiris (Standing) dinyatakan dengan persamaan :
Bo = 0.972 + (0.000147 . F 1.175)
 g 
F  R s .   1.25 T

 o 
Keterangan :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF.

Perubahan Bo terhadap tekanan untuk minyak mentah jenuh ditunjukkan oleh


Gambar 2.28. Tekanan reservoir awal adalah Pi dan harga awal faktor volume
formasi adalah Boi. Dengan turunnya tekanan reservoir dibawah tekanan buble
point, maka gas akan keluar dan Bo akan turun.

Formation - Volume Fac tor, Bo


Bob

Pb
1
0 Reservoir pressure, psia

Gambar 2.28. Hubungan antara Tekanan dan Faktor Volume Formasi Minyak
(Bo)

Terdapat dua hal penting dari Gambar 2.28. diatas, yaitu :


a. Jika kondisi tekanan reservoir berada diatas Pb, maka Bo akan naik dengan
berkurangnya tekanan sampai mencapai Pb, sehingga volume sistem cairan
bertambah sebagai akibat terjadinya pengembangan minyak.
b. Setelah Pb dicapai, maka harga Bo akan turun dengan berkurangnya tekanan,
disebabkan karena semakin banyak gas yang dibebaskan.

3. Kelarutan Gas dalam Minyak


Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam satu STB
minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 F, ketika minyak dan gas masih
berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.

Pada grafik hubungan antara tekanan dan kelarutan gas dalam minyak (Rs),
bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila tekanan naik, kecuali jika
tekanan gelembung telah terlewati, maka harga Rs akan konstan untuk minyak tidak
jenuh.

Gambar 2.29. Hubungan antara Tekanan dan Kelarutan Gas dalam Minyak

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan gas dalam minyak,
diantaranya adalah sebagai berikut:
 Tekanan Reservoir
Bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila tekanan naik, kecuali
jika tekanan gelembung telah terlewati, maka harga Rs akan konstan untuk
minyak tidak jenuh.
 Temperatur Reservoir
Jika tekanan dianggap tetap maka Rs akan turun jika temperatur naik.
 Komposisi Minyak
Pada temperatur dan tekanan tertentu Rs akan naik dengan turunnya berat
jenis minyak atau naiknya 0API.

4. Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
1  V 
Co    
V  P 
Kompressibilitas minyak dibagi menjadi dua berdasarkan kondisi
kejenuhannya, yaitu :
a. Kompressibilitas minyak tak jenuh (undersaturated oil)
Besarnya harga kompressibilitas minyak tak jenuh ini tergantung dari berat
jenis, tekanan, dan temperatur. Dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
C pr
Co 
Ppc

dimana :
Co = kompressibilitas minyak, psi-1
Cpr = pseudo reduced compressibility
Ppc = pseudo critical pressure, psi

Untuk menentukan harga Cpr dilakukan dengan menggunakan grafik pada gambar
2.17. Sebelumnya menentukan harga Tpr dan Ppr dahulu, yaitu :
T
T pr 
T pc

P
Ppr 
Ppc
dimana :
P = tekanan waktu pengukuran, psia
Ppc = tekanan kritik semu, psia
T = temperatur waktu pengukuran, oF
Tpc = temperatur kritik semu, oF

b. Kompressibilitas minyak jenuh (saturated oil)


Harga kompressibilitas minyak jenuh umumnya lebih besar dibandingkan
harga kompressibilitas minyak tak jenuh. Penentuan harga kompressibilitas ini
dengan persamaan sebagai berikut :
1 dRs  dBo 
Co   Bg  
Bo dP  dRs 
Gambar 2.30. Grafik Hubungan Cpr vs Ppr dan Tpr untuk Minyak16)

5. Viskositas Minyak
Viskositas didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu fluida untuk
mengalir. Bila tekanan reservoir mula-mula lebih besar dari tekanan gelembung
(bubble point pressure), maka penurunan tekanan akan memperkecil viscositas
minyak (μo). Setelah mencapai Pb, penurunan tekanan selanjutnya akan menaikkan
harga viscositas minyak (μo) dan dengan semakin naiknya temperatur reservoir
akan menurunkan harga viscositas minyak (μo). Hubungan antara tekanan dan
viscositas minyak dapat dilihat pada Gambar 2.31.

Gambar 2.31. Hubungan antara Tekanan dan Viscositas Minyak


Secara matematis, besarnya viskositas dapat dinyatakan dengan persamaan :
F y
 x
A v
Keterangan :
 = viskositas, gr/(cm.sec)
F = shear stress
A = luas bidang paralel terhadap aliran, cm2
y / v = gradient kecepatan, cm/(sec.cm).

1.2.2.2. Sifat Fisik Gas


Sifat fisik gas yang akan dibahas adalah spesific gravity, faktor volume
formasi gas, kompresibilitas gas, faktor kompressibilitas gas, viscositas gas.

1. Densitas Gas
Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan antara
rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas standar. Biasanya yang digunakan
sebagai gas standar adalah udara kering. Secara matematis berat jenis gas
dirumuskan sebagai berikut :
o
BJ gas 
u

2. Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya perbandingan
volume gas pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir dengan volume gas pada
kondisi standar (60 F, 14,7 psia). Pada faktor volume formasi ini berlaku hukum
Boyle - Gay Lussac. Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam reservoir
dengan tekanan Pr dan temperatur Tr, maka rumus - rumus gas dapat digunakan
untuk mendapatkan hubungan antara kedua keadaan dari gas tersebut, yaitu :
P1 V1 P V
 r r
Z r Tr Z r Tr
Untuk harga P1 dan T1 dalam keadaan standar, maka diperoleh :
Z r Tr
Vr  0.0283 cuft
Pr
Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf untuk
mendapatkan volume standar. Jadi faktor volume formasi gas (Bg) adalah :
Z r Tr
Bg  0.0283 cuft / scf
Pr
Dalam satuan bbl / scf, besarnya Bg adalah :
Z r Tr
Bg  0.00504 bbl / scf
Pr

3. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Kompresibilitas gas didapat dengan persamaan :
C pr
Cg 
Ppc

Keterangan :
Cg = kompresibilitas gas, psia-1
Cpr = pseudo reduced kompresibilitas, psia-1 ,
Cpc = pseudocritical pressure, psia

4. Viscositas Gas
Viscositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viscositas gas
hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada viscositas gas non hidrokarbon.
Viscositas gas akan berbanding lurus dengan temperatur dan berbanding terbalik
dengan berat molekulnya. Jadi bila berat molekulnya bertambah besar, maka
viscositasnya akan mengecil, sedangkan bila temperaturnya naik, maka
viscositasnya akan semakin besar.
Dalam viscositas sifat-sifat gas akan berlawanan dengan cairan. Untuk gas
sempurna, viscositasnya tidak tergantung pada tekanan. Bila tekanannya dinaikkan,
maka gas sempurna akan berubah menjadi gas tidak sempurna dan sifat-sifatnya
akan mendekati sifat-sifat cairan. Bila komposisi campuran gas alam diketahui,
maka viscositasnya dapat diketahui dengan menggunakan persamaan :

g 
 YM
gi i i
0, 5

Y M i i
0,5

Keterangan :
g = viscositas gas campuran pada tekanan atmosfer
gi = viscositas gas murni
Yi = fraksi mpl gas murni
Mi = berat molekul gas murni

Gambar 2.32. Viscositas Gas pada Tekanan Atmosphire

5. Faktor Deviasi Gas


Penyelesaian masalah aliran gas, baik di reservoir, tubing, dan pipa produksi
membutuhkan hubungan yang menerangkan tekanan, volume, dan temperatur.
Untuk gas yang ideal hubungan tersebut dinyatakan oleh persamaan keadaan :
P.V=n.R.T
dimana :
P = tekanan, psia
V = volume, scf
n = jumlah mol, lb-mol
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 , cuft/lb-mol

Gas yang bersifat sebagai gas nyata / real gas tidak memenuhi persamaan
diatas, tetapi memberi penyimpangan sebesar z (faktor deviasi), sehingga
persamaan diatas menjadi :
P.V=n.z.R.T

Gambar 2.33. Faktor Kompressibilitas untuk Natural Gas

Penentuan harga z dari suatu gas alam dapat dilakukan melalui pengukuran
langsung, menggunakan korelasi Standing dan Katz, dan menggunakan “equation
of state”. Dengan diketahuinya harga Ppc dan Tpc, maka harga Pr dan Tr dapat
dihitung. Untuk menentukan harga z (deviation faktor), Katz dan Standing telah
membuat korelasi berupa grafik : z = f (Pr,Tr) dapat dilihat pada gambar 2.33. Grafik
tersebut memberikan hasil yang memuaskan bila gas tidak mengandung CO2 dan
H2S. Untuk gas yang mengandung kedua unsur tersebut perlu dilakukan korelasi
untuk harga Ppc dan Tpc dahulu sebelum menghitung Pr dan Tr.

1.2.2.3. Sifat Fisik Air Formasi


Sifat fisik minyak yang akan dibahas adalah densitas, viskositas, kelarutan
gas dalam air formasi, kompressibilitas air formasi dan faktor volume air formasi.

1. Densitas Air Formasi


Densitas air formasi dinyatakan dalam massa per volume, specific volume
yang dinyatakan dalam volume per satuan massa dan specific gravity, yaitu densitas
air formasi pada suatu kondisi tertentu yaitu pada tekanan 14,7 psi dan temperatur
60 F. Beberapa satuan yang umum digunakan untuk menyatakan sifat-sifat air
murni pada kondisi standard adalah sebagai berikut : 0,999010 gr/cc ; 8,334 lb/gal;
62,34 lb/cuft; 350 lb/bbl (US); 0,01604 cuft/lb. Dari besaran-besaran satuan
tersebut dapat dibuat suatu hubungan sebagai berikut :
w 1 0,01604
w = = = 0,01604  w =
62,34 62,34 v w vw

Keterangan :
w = specific gravity air formasi
w = density, lb/cuft
vw = specific volume, cuft/lb
62,3 = densitas air murni pada kondisi standart

2. Faktor Volume Formasi Air Formasi


Faktor volume air formasi (Bw) menunjukkan perubahan volume air formasi
dari kondisi reservoir ke kondisi permukaan. Faktor volume formasi air formasi ini
dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur, yang berkaitan dengan pembebasan gas
dan air dengan turunnya tekanan, pengembangan air dengan turunnya tekanan dan
penyusutan air dengan turunnya temperatur. Harga faktor volume formasi air-
formasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Bw = (1 + Vwp)(1 + Vwt)
Keterangan :
Bw = faktor volume air formasi, bbl/bbl
Vwt = penurunan volume sebagai akibat penurunan suhu, oF
Vwp = penurunan volume selama penurunan tekanan, psi

3. Kelarutan Gas dalam Air Formasi


Standing dan Dodson telah menentukan kelarutan gas dalam air formasi
sebagai fungsi dari tekanan dan temperatur. Mereka menggunakan gas dengan berat
jenis 0,655 dan mengukur kelarutan gas ini dalam air murni serta dua contoh air
asin.

4. Kompressibilitas Air Formasi


Kompresibilitas air formasi didefinisikan sebagai perubahan volume yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya. Besarnya
kompressibilitas air murni (Cpw) tergantung pada tekanan, temperatur dan kadar gas
terlarut dalam air murni. Secara matematik, besarnya kompressibilitas air murni
dapat ditulis sebagai berikut :
1  V 
C wp    
V  P  T

Keterangan :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi –1
V = volume air murni, bbl
V; P = perubahan volume (bbl) dan tekanan (psi) air murni
5. Viskositas Air Formasi
Besarnya viskositas air formasi (w) tergantung pada tekanan, temperatur dan
salinitas yang dikandung air formasi tersebut. Viskositas air murni pada tekanan
atmosfir dan pada tekanan 7100 psia serta viskositas air pada kadar garam 6% pada
tekanan atmosfir.

1.3. Kondisi Reservoir


Kondisi reservoir meliputi tekanan reservoir dan temperatur reservoir, yang
ternyata sangat berpengaruh terhadap sifat fisik batuan maupun fluida reservoir.
Kondisi reservoir berhubungan dengan kedalamaan reservoir. Sehingga untuk
reservoir yang berbeda, kondisinya juga akan berbeda tergantung kedalamannya,
pada umumnya bersifat linier walaupun sering terjadi penyimpangan.

1.3.l. Tekanan reservoir


Adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh gradien kedalaman, maka
akan menyebabkan terjadinya aliran fluida di dalam formasi ke dalam lubang sumur
yang mempunyai tekanan relatif rendah. Besarnya tekanan reservoir ini akan
berkurang dengan adanya kegiatan produksi. Tekanan reservoir pada prinsipnya
berasal dari
1. Pendesakan oleh ekspansi gas (tudung gas) pada gas cap drive reservoir,
tenaga ini disebut dengan body force. Adanya pengaruh gravitasi karena
adanya perbedaan densitas antara minyak dan gas, maka gas dapat terpisah
dengan minyak sedangkan gas yang terpisah dengan minyak ini akan
berakumulasi pada tudung reservoir dan karena pengembangan ini maka gas
akan mendorong minyak kedalam sumur produksi
2. Pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan adanya beban formasi
diatasnya (overburden).
3. Pengembangan gas berupa gas bebas pada reservoir solution gas drive dimana
perbedaannya dengan reservoir gas cap drive dimana gas yang terjadi tidak
terperangkap tetapi merata sepanjang pori - pori reservoir.
4. Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya dipengaruhi
oleh tegangan permukaan dan sifat kebasahan batuan.
Ada dua hal yang berlawanan yang perlu diperhatikan, yaitu pada suatu
interval tertentu tekanan akan naik hingga stabil, tetapi dengan bertambahnya waktu
maka tekanan akan turun kembali. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan atau
karena pengaruh interferensi sumur disekitarnya yang sedang berproduksi,
sehingga tekanan tersebut tidak stabil. Dengan alasan tersebut maka tekanan dasar
sumur biasanya diukur dalam interval waktu tertentu, kemudian tekanan yang
didapat dari hasil pengukuran diplot dan diekstrapolasikan untuk mendapatkan
tekanan static dari sumur tersebut.
Setelah akumulasi hidrokarbon didapat, maka salah satu tes yang harus
dilakukan adalah tes untuk menentukan tekanan reservoir, yaitu tekanan awal
formasi, tekanan statik sumur, tekanan alir dasar sumur, dan gradien tekanan
formasi. Data tekanan tersebut akan berguna didalam menentukan produktivitas
formasi produktif serta metode produksi yang akan digunakan, sehingga dapat
diperoleh recovery hidrokarbon yang optimum tanpa mengakibatkan kerusakan
fonnasi.
Tekanan awal reservoir adalah tekanan reservoir pada saat pertama kali
ditemukan. Tekanan dasar sumur pada sumur yang sedang berproduksi disebut
tekanan aliran (flowing) sumur. Kemudian jika sumur tersebut ditutup maka selang
waktu tertentu akan didapat tekanan statik sumur.

1.3.2.1. Tekanan Hidrostatis


Tekanan Hidrostatis adalah suatu gejala alam yang terjadi pada setiap benda
dipermukaan bumi yang merupakan besarnya gaya yang bekerja tiap satu satuan
luas. Tekanan Hidrostatis juga merupakan suatu tekanan yang timbul akibat adanya
fluida yang mengisi pori-pori batuan, desakan oleh ekspansi gas, dan desakan oleh
gas yang membebaskan diri dari larutan akibat penurunan tekanan selama proses
produksi berlangsung. Secara empiris dapat dituliskan sebagai berikut :
F
Ph 
A
Ph  0.052  D
Keterangan :
Ph = tekanan, psi
F = gaya bekerja pada daerah satuan luas yang bersangkutan, lb
A = luas permukaan yang menerima gaya, inch2
γ = densitas fluida rata-rata, lb/gallon
D = tinggi kolam fluida, ft
Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang diakibatkan oleh beban fluida
diatasnya, secara empiris dapat dituliskan sebagai berikut :
P = yxh
Keterangan :
y = tekanan hidrostatis
h = kedalaman

1.3.1.2. Tekanan Overburden


Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi akibat berat
batuan diatasnya. Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya
tekanan overburden adalah :
P0 = G0 x D ......................................................................................... (2-63)

Gmb  Gfl
P0 =  D1   ma   fl .............................................. (2-64)
A
Keterangan :
Po = Tekanan overburden, psi
Go = Gradien tekaanan overburden, psi/ft (umumnya sebesar 1 psi/ft)
D = Kedalaman vertikal formasi, ft
Gmb = Berat matrik batuan formasi, lb
Gfl = Berat fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, lb
A = Luas lapisan, in2
 = Porositas, fraksi
ma = Densitas matriks batuan, lb/cuft
fl = Densitas fluida, lb/cuft

Besarnya gradien tekanan overburden yang normal biasanya dianggap sebesar


1 psi/ft, yaitu diambil dengan menganggap berat jenis batuan rata-rata 2,3 dari berat
jenis air. Sedangkan besarnya gradien tekanan air adalah 0,433 psi/ft maka gradien
tekanan overburden sebesar 2,3 x 0,433 psi/ft = 1 psi/ft. Pertambahan tekanan tiap
feet kedalaman disebut gradien tekanan. Data-data tekanan reservoir, umumnya
digunakan dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Menentukan karakteristik reservoir, terutama yang menyangkut hubungan
antara jumlah produksi dengan penurunan tekanan reservoir.
2. Bila digabungkan dengan data produksi, sifat-sifat fisik batuan dan fluida
reservoir, akan bermanfaat dalam penaksiran gas atau oil in place dan
recovery untuk berbagai jenis mekanisme pendorongan.
3. Memperkirakan hubungan antar sumur-sumur yang letaknya berdekatan dan
bagaimana sistemnya.

1.3.1.3 Tekanan Rekah


Tekanan rekah adalah tekanan hidrostatis maksimum yang dapat ditahan oleh
formasi tanpa menyebabkan terjadinya pecah formasi tersebut. Besarnya gadien
tekanan rekah dipengaruhi oleh tekanan overburden, tekanan formasi, dan kondisi
kekuatan batuan. Selain hasil log gradien tekanan rekah dapat ditentukan dengan
memakai prinsip “leak of test” yaitu memberikan tekanan sedikit-sedikit
sedemikian rupa sampai terlihat tanda-tanda formasi akan pecah, dengan
ditunjukkan kenaikan tekanan terus-menerus dan tiba-tiba menurun drastis.
Penentuan tekanan rekah dapat digunakan perhitungan diantaranya :

Pf 1  Pob 2 P 
   
D 3  D D
Keterangan :
Pf = tekanan rekah, psi
Pob = tekanan overburden, psi
P = tekanan formasi, psi
D = kedalaman, ft

1.3.1.4 Tekanan Normal


Tekanan formasi normal adalah suatu tekanan formasi dimana tekanan
hidrostatik fluida formasi dalam keadaan normal sama dengan tekanan kolom
cairan yang ada dalam dasar formasi sampai permukaan. Bila isi dari kolom yang
terisi berbeda cairannya maka besarnya tekanan hidrostatis akan berbeda.
Gradien tekanan berhubungan dengan lingkungan pengendapan geologi.
Karena pada umumnya sedimen diendapakan pada lingkungan air garam, maka
banyak tempat di dunia ini mempunyai gradien tekanan antara 0,433 psi/ft sampai
0,465 psi/ft. Jadi formasi yang mempunyai gradien tekanan formasi antara 0,433
psi/ft samapi 0,465 psi/ft merupakan tekanan normal.

1.3.1.5. Tekanan Subnormal


Tekanan formasi subnormal adalah formasi yang mempunyai gradien tekanan
dibawah 0,433 psi/ft. Tekanan subnormal diakibatkan adanya rekahan-rekahan
batuan, atau adanya gaya diatrophisma (penekanan batuan dan isinya oleh gaya
pada kerak bumi).

1.3.1.6. Tekanan Abnormal


Tekanan abnormal adalah tekanan formasi yang mempunyai gradien tekanan
lebih besar dari harga 0,465 psi/ft. Tekanan abnormal tidak mempunyai komunikasi
tekanan secara bebas sehingga tekanannya tidak akan cepat terdistribusi dan
kembali menuju tekanan normalnya. Tekanan abnormal berkaitan dengan sekat
(seal) terbentuk dalam suatu periode sedimentasi, kompaksi atau tersekatnya fluida
didalam suatu lapisan yang dibatasi oleh lapisan yang permeabilitasnya sangat
rendah.
Pada proses kompaksi normal, mengecilnya volume pori akibat dari
pertambahan berat beban diatasnya dapat mengakibatkan fluida yang ada didalam
pori terdorong keluar dan mengalir ke segala arah menuju formasi di sekitarnya.
Berat batuan diatasnya akan ditahan oleh partikel-partikel sedimen. Kompaksi
normal umumnya menghasilkan suatu gradient tekanan formasi yang normal.
Kompaksi abnormal akan terjadi jika pertambahan berat beban diatasnya
tidak menyebabkan berkurangnya ruang pori. Ruang pori tidak mengecil karena
fluida didalamnya tidak bisa terdorong keluar. Tersumbatnya fluida didalam ruang
pori disebabkan karena formasi itu terperangkap didalam formasi lain yang
menyebabkan permeabilitas sangat kecil.

1.3.2. Temperatur Reservoir


Berdasarkan anggapan bahwa inti bumi berisi magma yang sangat panas,
maka dengan bertambahnya kedalaman temperaturnya akan naik. Besar kecilnya
kenaikan temperatur ini akan tergantung pada gradient temperaturnya yang biasa
disebut sebagai gradient geothermis. Besaran gradient geothermis ini bervariasi dari
satu tempat ke tempat lain, dimana harga rata-ratanya adalah 2°F/100 ft. Gradient
geothermis yang tertinggi adalah 4°F/100 ft, sedangkan yang terendah adalah 0.5
°F/100 ft. Variasi yang kecil dari gradient geothermis ini disebabkan oleh sifat
konduktivitas thermal beberapa jenis batuan. Besarnya gradien geotermal dari suatu
daerah dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

Tformasi - Tstandard
Gradien geothermal =
Kedalalama n Formasi

Harga gradien geotermal berkisar antara 1.11° sampai 2"F/100 ft. Seperti
diketahui temperatur sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik fluida reservoir
Hubungan temperatur terhadap kedalaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
Td= Ta + Gt x D
Keterangan :
Td = Temperatur reservoir pada kedalaman D ft, °F
Ta = Temperatur pada permukaan, °F
Gt = Gradien temperatur, °F
D = Kedalaman, ratusan ft.
Pengukuran temperatur formasi dilakukan setelah completion dan temperatur
formasi ini dapat dianggap konstan selama kehidupan reservoir, kecuali bila
dilakukan proses stimulasi.

1.4. Jenis-Jenis Reservoir


Jenis-jenis reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : berdasarkan
perangkap reservoir, fasa fluida, dan mekanisme pendorong.

1.4.1. Berdasarkan Perangkap Reservoir


Jenis reservoir berdasarkan perangkap reservoir dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu perangkap struktur, perangkap stratigrafi, dan perangkap kombinasi struktur
dan stratigrafi.

1.4.1.1.Perangkap Struktur
Unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dalam lapisan reservoir
sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan gejala tektonik atau struktur,
misalnya pelipatan dan patahan. Sebetulnya kedua unsur ini merupakan unsur
utama dalam pembentukan perangkap. Perangkap struktur sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu perangkap lipatan dan juga perangkap patahan.

1. Perangkap Lipatan
Perangkap yang disebabkan perlipatan merupakan perangkap utama.
Perangkap lipatan disebabkan oleh struktur perlipatan (folding) dan biasanya
berbentuk antiklin. Dalam menilai suatu perangkap lipatan, yang perlu diperhatikan
adalah volume tutupan (closure) pada perangkap bersangkutan. Volume tutupan
suatu perangkap adalah volume maksimum tempat atau wadah yang bisa diisi oleh
fluida hidrokarbon.
2. Perangkap Patahan
Perangkap patahan adalah perangkap yang terbentuk oleh peristiwa patahan
pada batuan porous dan permeabel yang berada di bawah lapisan tidak permeabel.
Suatu patahan (faulting) dapat berfungsi sebagai unsur penyekat akumulasi
hidrokarban agar tidak bermigrasi ke mana-mana dan dapat juga sebagai media bagi
minyak untuk bermigrasi.

1.4.1.2.Perangkap Stratigrafi
Prinsip perangkap stratigrafi ialah minyak dan gas terjebak dalam
perjalanannya ke atas, terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan
pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi batuan
lain atau batuan yang karakteristik reservoir menghilang sehingga merupakan
penghalang permeabilitasnya.

1. Perangkap Kombinasi
Perangkap reservoir kebanyakan merupakan kombinasi perangkap struktur
dan perangkap stratigrafi dimana setiap unsur struktur merupakan faktor bersama
dalam membatasi bergeraknya minyak dan gas.

1.4.2. Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon


Fasa merupakan bagian dari zat yang mempunyai sifat yang nyata, yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia secara seragam dalam keseluruhan. Fasa yang
penting yang terdapat dalam produksi hidrokarbon adalah fasa cair (minyak atau
kondensat) dan fasa gas (gas alam). Diagram fasa adalah diagram tekanan dan
temperatur yang merupakan fungsi komposisi akumulasi hidrokarbon pada suatu
reservoir. Gambar 2.51. memperlihatkan diagram fasa untuk suatu fluida reservoir.
Gambar 2.51. Diagram Fasa P & T Suatu Fluida Reservoir3)

Daerah di dalam lengkungan garis bubble point (Pb) dan garis dew point (titik
embun) adalah merupakan daerah dua fasa dan grafik-grafik lengkung di dalamnya
menunjukkan volume total cairan hidrokarbon. Daerah di luar lengkungan garis
titik embun (pada temperatur di atas temperatur embun) sistem berada dalam
keadaan satu fasa (fasa gas), sedangkan daerah di atas lengkungan garis titik
gelembung (pada tekanan di atas Pb) sistem terdiri dari satu fasa yaitu fasa cair
(minyak).
Diagram P – T tersebut dapat menunjukkan suatu perubahan fasa, apabila
tekanan dan temperatur berubah / salah satunya yang berubah. Pada awalnya setiap
akumulasi hidrokarbon mempunyai diagram fasa sendiri-sendiri sesuai dengan
komposisi dan akumulasi hidrokarbonnya. Bila kondisi P dan T reservoir
ditunjukkan oleh titik A, menunjukkan bahwa reservoir dalam keadaan satu fasa
yaitu gas. Temperatur reservoir lebih besar dari cricondentherm, sehingga jika
reservoir ini diproduksikan, maka akan terjadi penurunan tekanan disepanjang garis
A-A1 dan tidak terjadi perubahan fasa. Hal ini berlaku bagi semua akumulasi
dengan komposisi sama. Dengan demikian hanya gas saja yang terproduksi dan
disebut dry gas.
Bila selama proses produksi terjadi perubahan temperatur, seperti ditunjukkan
oleh garis lintasan A-A2 maka fluida yang terproduksi di permukaan merupakan
fasa cair dan gas meskipun mempunyai komposisi sama, dimana fasa cair yang
terproduksi di permukaan berasal dari gas di reservoir, dan fluida produksinya di
sebut dengan gas basah atau wet gas.
Bila temperatur reservoir terletak diantara temperatur kritik dan
cricondentherm serta tekanan terletak diatas tekanan titik embun (dew point) seperti
ditunjukkan oleh titik B pada Gambar 2.51. di atas, reservoirnya disebut reservoir
condensate. Pada kondisi ini, penurunan tekanan dengan temperatur tetap, sejumlah
gas akan mengembun pada titik B1 dan jumlah cairan akan bertambah sampai batas
10% total cairan hidrokarbon, yaitu titik B2. Selanjutnya penurunan berikutnya
tidak akan menambah jumlah cairan, akan tetapi sebaliknya justru terjadi
penguapan dari cairan yang ada sampai pada tekanan B3, yang mengakibatkan
GOR di permukaan menurun.
Bila kondisi tekanan dan temperatur reservoir ditunjukkan oleh titik C pada
Gambar 2.51., reservoirnya hanya terisi fluida satu fasa yaitu fasa cair, karena
semua gas yang telah ada telah terlarut dalam fasa cair (minyak) sehingga tidak ada
gas bebas yang kontak dengan minyak. Tipe ini disebut reservoir titik gelembung,
dengan turunnya tekanan akibat produksi, tekanan titik gelembung akan dicapai
yaitu titik C1. Pada titik ini mulai timbul gas untuk pertama kalinya dan penurunan
tekanan selanjutnya akan menambah jumlah dari gas bebas, sehingga permeabilitas
efektif minyak akan berkurang dan gas yang terproduksi semakin besar.
Bila kondisi tekanan dan temperatur reservoir di dalam garis lengkung titik
gelembung dan titik embun, yaitu dalam daerah dua fasa seperti yang dinyatakan
oleh titik D (Gambar 2.51.), fasa-fasa dalam reservoir terdiri dari fasa cair (minyak)
yang berada di bawah fasa gas yang umumnya disebut tudung gas atau gas cap.
Berdasarkan gambar tersebut di atas kondisi awal, reservoir dapat berupa :
 Reservoir minyak
 Reservoir gas
 Reservoir condensate
Reservoir gas mempunyai temperatur awal di atas cricondentherm. Pada
kondisi awal ini reservoir hanya terdiri dari satu fasa. Apabila gas tersebut
diproduksikan dari reservoir ke permukaan pada tekanan dan temperatur yang
semakin berkurang sepanjang A-A1, maka fluidanya tetap satu fasa yaitu fasa gas,
baik di reservoir maupun di permukaan. Gas ini biasanya disebut gas kering atau
dry gas.

1.4.2.1. Reservoir Minyak


Reservoir minyak dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu reservoir minyak
jenuh dan resevoir minyak tak jenuh.

1. Reservoir Minyak Jenuh


Reservoir minyak jenuh adalah reservoir dimana cairan (minyak) dan gas
terdapat bersama-sama dalam keseimbangan. Keadaan ini bisa terjadi pada P dan T
reservoir terdapat dibawah garis gelembung (lihat titik B pada Gambar 2.52.). Titik
awal dari tekanan reservoir berada dibawah titik Pbnya, sehingga fluida reservoir
ada dua fasa yaitu fasa gas dan minyak (sebagai fasa cair). Penurunan P res akan
merubah harga GOR produksi sebagai akibat terbebaskannya gas dari larutan.
Dari beberapa ciri-ciri reservoir minyak yang dapat disebutkan sebagai ciri-
ciri dari reservoir minyak jenuh, adalah sebagai berikut:
a. Tekanan awal reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung dan temperatur
reservoir lebih rendah dari temperatur kritisnya.
b. Fluida reservoir berupa dua fasa, zona gas berada diatas zona minyak, zona
gas tersebut biasanya disebut gas cap.
c. Specific gravity minyak bervariasi antara 0,75 sampai dengan 1,01.
d. Reservoir jenis ini tidak mempunyai energi pengembangan cairan tetapi
energinya terkumpul pada gas yang terlarut ditambah energi gas capnya
sendiri.
Gambar 2.52. Diagram Fasa Fluida Reservoir3)

2. Reservoir Minyak Tak Jenuh


Reservoir minyak dikatakan tak jenuh apabila dalam reservoir hanya
mengandung satu macam fasa saja yaitu cairan (minyak). Keadaan ini dapat terjadi
bila tekanan reservoirnya lebih tinggi dari tekanan gelembungnya, seperti terlihat
pada Gambar 2.52. yaitu titik D. Pada reservoir tak jenuh cenderung mengandung
komponen berat yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan reservoir minyak
jenuh sehingga hasil yang diperoleh di permukaan berlainan. Ciri-ciri khas reservoir
minyak tak jenuh adalah:
 Pada kondisi mula-mula tidak ada kontak langsung antara zona minyak
dengan fasa gas bebas, dengan kata lain gas cap tidak terbentuk.
 Selama penurunan tekanan awal sampai tekanan saturasi (Pb) faktor volume
formasi minyak akan naik sedang kekentalannya akan turun.
 Umumnya temperatur reservoir kurang dari 150 °F, specific gravity kurang
dari 35° API.
Beberapa istilah yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Low shrinkage oil dan high shrinkage oil.
Merupakan suatu istilah yang dipakai untuk minyak hasil produksi, dimana
pada low shrinkage oil akan mempunyai kandungan komposisi hidrokarbon ringan
lebih sedikit di bandingkan dengan pada high shrinkage oil.

b. Black oil
Black Oil terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk molekul-molekul
yang besar, berat dan tidak mudah menguap (nonvolatile). Diagram fasa-nya
mencakup rentang temperatur yang luas. Diagram fasa dari black oil secara umum
ditunjukkan pada Gambar 2.53. Garis pada lengkungan fasa mewakili volume
cairan yang konstan, diukur sebagai persentase dari volume total. Garis-garis ini
disebut iso-vol atau garis kualitas. Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan
tekanan pada temperatur konstan yang terjadi di reservoir selama produksi.
Tekanan dan temperatur separator yang terletak di permukaan juga ditandai. Ketika
tekanan reservoir berada pada garis 1-2, minyak dikatakan dalam keadaan tak jenuh
(undersaturated) karena minyak dapat melarutkan banyak gas pada kondisi ini. Jika
tekanan reservoir berada pada titik - 2, minyak berada pada titik gelembungnya dan
dikatakan dalam keadaan jenuh (saturated).
Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas yang dapat
dikandungnya. Penurunan tekanan akan membebaskan sebagian gas terlarut untuk
membentuk fasa gas bebas dalam reservoir. Saat tekanan reservoir menurun
mengikuti garis 2-3, gas tambahan mengembang di dalam reservoir. Volume gas
dalam persentase adalah seratus dikurangi persentase cairan. Sebenarnya minyak
dalam keadaan jenuh di sepanjang garis 2-3. Titik gelembung (titik - 2) merupakan
kasus istimewa dari saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali.
Gambar 2.53. Diagram Fasa dari Black Oil3)

Gas tambahan yang mengembang dari minyak bergerak dari reservoir ke


permukaan. Hal ini menyebabkan penyusutan pada minyak. Walaupun demikian,
kondisi separator yang berada pada lengkungan fasa menunjukkan bahwa jumlah
cairan yang relatif cukup besar sampai di permukaan. Apabila diproduksikan maka
minyak berat ini biasanya menghasilkan gas oil ratio permukaan sebesar 500 scf/stb
dengan gravity 30oAPI atau lebih. Cairan produksi biasanya berwarna hitam dan
lebih pekat lagi.

c. Volatil oil
Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-molekul berat dan lebih
banyak intermediates (yaitu etana sampai heksana) dibanding black oil. Diagram
fasa dari volatile oil secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.54.
Gambar 2.54. Diagram Fasa dari Volatile Oil3)

Rentang harga temperatur yang tercakup lebih kecil daripada black oil.
Temperatur kritik-nya jauh lebih kecil daripada black oil, bahkan mendekati
temperatur reservoir. Iso-vol-nya juga tidak seragam jaraknya, tetapi cenderung
melengkung ke atas di depan garis titik gelembung. Garis vertikal menunjukkan
jalur penurunan tekanan pada temperatur konstan selama produksi. Harap
diperhatikan bahwa penurunan yang kecil pada tekanan di bawah titik gelembung,
titik-2, menyebabkan bebasnya sejumlah besar gas di reservoir. Suatu volatile oil
dapat menjadi gas sebesar 50% di reservoir pada tekanan hanya beberapa ratus psi
di bawah tekanan gelembung. Iso-vol dengan persentase cairan jauh lebih kecil
melintasi kondisi separator. Oleh karena itu disebut volatile oil (minyak yang
mudah menguap). Apabila diproduksikan maka minyak ringan ini biasanya
menghasilkan gas oil ratio permukaan sebesar kurang lebih 8000 scf/stb dengan
gravity sekitar 50oAPI. Cairan produksi biasanya berwarna gelap.

d. Parafin-base dan asphalt-base serta mixed-base dari crude oil.


1.4.2.2. Reservoir Kondensat
Reservoir kondesat ini sekitar 25 % fluida produksi tetap sebagai cairan di
permukaan. Cairan yang diproduksikan dari campuran hidrokarbon ini disebut gas
kondensat. Gas kondensat mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon berat lebih
sedikit daripada senyawa-senyawa ringannya, dan mengandung senyawa-senyawa
hidrokarbon ringan relatif lebih banyak daripada minyak ringan, sehingga
temperatur kritik fluidanya lebih kecil dari temperatur kritik minyak ringan.
Ciri-ciri reservoir gas kondensat, antara lain :
1. Temperatur reservoir lebih besar dari temperatur kritik, tetapi lebih kecil dari
temperatur krikondenterm fluida hidrokarbonnya.
2. Fluida hidrokarbon yang keluar dari separator terdiri atas ± 25 % mol cairan
dan ± 75 % mol gas.
3. Cairan hidrokarbon dari separator mempunyai gravity ± 60 0API.
4. GOR produksi dapat mencapai ± 70,000 scf/stb.
5. Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.

Gambar 2.55. Diagram Fasa dari Gas Kondensat3)

Berdasarkan Gambar 2.55. di atas dapat dijelaskan bahwa pada titik A’,
reservoir hanya terdiri dari satu fasa dan dengan turunnya tekanan reservoir selama
produksi berlangsung, terjadi kondensasi retrograde dalam reservoir. Pada titik A
(titik embun), cairan mulai terbentuk dan dengan turunnya tekanan dari titik B ke
titik C, jumlah cairan dalam reservoir bertambah. Pada titik C ini masih terdapat
cairan yang bisa terjadi. Penurunan selanjutnya menyebabkan cairan menguap.

1.4.2.3. Reservoir Gas


Berdasarkan fasa fluidanya, reservoir gas terbagi menjadi reservoir gas kering
(dry gas), reservoir gas basah (wet gas) dan retrograde gas.

1. Reservoir Gas Kering (Dry Gas)


Suatu reservoir gas kering akan mengandung fraksi ringan seperti methana
dan ethana dalam jumlah banyak serta sedikit fraksi yang lebih berat. Jenis diagram
fasa dari reservoir gas kering serta kondisi operasinya dapat ditunjukkan dalam
gambar Gambar 2.56. Pada Gambar 2.56. ditunjukkan bahwa baik kondisi separator
maupun kondisi reservoirnya akan tetap pada daerah fasa tunggal. Untuk reservoir
gas kering ini tidak akan dijumpai adanya hidrokarbon cair akibat adanya proses
penurunan tekanan dan temperatur, baik pada kondisi di permukaan maupun di
reservoir. Istilah kering disini diartikan bebas dari hidrokarbon cair kecuali air for-
masi. Ciri-ciri khas reservoir gas kering adalah :
 Pada kondisi reservoir awal, temperaturnya selalu berada di atas
cricondenterm.
 Gas deviation factor (z) bervariasi antara 0,7 sampai 1,20; harga 1,0
menyatakan gas ideal.
 Sifat-sifat gas kering yang terpenting adalah faktor volume formasi gas, gravity
gas, kekentalan gas dan kompresibilitas gas.
 Gas kering ini berbeda dengan gas basah ataupun gas kondensat, terutama
dalam kandungan komponen cairnya.
Gambar 2.56. Diagram Fasa Dari Dry Gas3)

2.4.2.3.2. Reservoir Gas Basah (Wet Gas)


Secara Normal reservoir gas basah akan mengandung komponen (fraksi) berat
lebih besar dibandingkan reservoir gas kering sehingga akan menghasilkan diagram
fasa yang lebih besar dan menggeser titik kritis pada temperatur yang lebih tinggi,
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.57. Dari gambar tersebut terlihat bahwa fluida
yang mengisi reservoir gas basah pada setiap saat akan berbentuk fasa tunggal. Pada
kondisi separator, reservoir gas basah ini akan ditunjukkan oleh adanya daerah dua
fasa dimana cairan yang dihasilkan merupakan hasil kondensasi yang terjadi di
separator.
Perlu diperhatikan bahwa didalam reservoir gas basah tidak akan terjadi
kondensasi retrograde isothermal selama proses penurunan tekanan, cairan yang
terbentuk dalam separator dalam jumlah yang sedikit dan komponen berat yang
terdapat dalam campuran relatif kecil. Dalam reservoir gas basah biasanya
ditunjukkan oleh GOR antara 6000 sampai 10000 cuft/bbl dengan derajat gravity
lebih besar dari 600 API.
Gambar 2.57. Diagram Fasa Dari Wet Gas3)

2.4.2.3.3. Reservoir Retrograde Gas


Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada untuk minyak dan
titik kritik-nya berada jauh di arah bawah dari lengkungan. Perubahan tersebut
merupakan akibat dari kandungan retrograde gas yang terdiri dari lebih sedikit
hidrokarbon berat daripada minyak. Diagram fasa dari retrograde gas memiliki
temperatur kritik lebih kecil dari temperatur reservoir dan cricondentherm lebih
besar daripada temperatur reservoir.

Gambar 2.58. Diagram Fasa dari Retrograde Gas3)


Seperti terlihat pada Gambar 2.58., awalnya retrograde gas merupakan fasa gas di
reservoir, titik - 1. Bersamaan dengan menurunnya tekanan reservoir, retrograde
gas memberikan titik embun, titik-2. Dengan menurunnya tekanan, cairan
mengembun dari gas untuk membentuk cairan bebas di reservoir. Cairan ini
sebagian tidak mengalir dan tidak dapat diproduksi. Jalur tekanan reservoir pada
diagram fasa (Gambar 2.58.) menunjukkan bahwa pada beberapa tekanan yang
rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di laboratorium; walaupun
demikian, ada kemungkinan hal ini tidak terjadi secara luas di reservoir karena
selama produksi keseluruhan komposisi dari fluida reservoir berubah.

2.4.3. Berdasarkan Mekanisme Pendorong


Mekanisme pendorong adalah tenaga yang dimiliki oleh reservoir secara
alamiah yang digunakan untuk mendorong minyak selama produksi ke permukaan.
Proses pendorongan akan terjadi bila energi produksinya lebih besar dari seluruh
energi yang hilang selama aliran fluida reservoir menuju lubang bor.
Sumber energi alamiah yang digunakan untuk memindahkan minyak dan gas
dari reservoir ke lubang sumur meliputi energi gravitasi minyak yang bekerja jarak
vertikal dari kolom produktifnya, energi penekanan akibat dari pembebasan gas
yang terlarut dalam minyak atau air, energi sebagai akibat kompresi dari minyak
dan air dalam daerah produksi dari reservoirnya, energi kompresi air yang berada
di sekeliling zona produksi, energi yang berasal dari pengaruh tekanan kapiler serta
energi yang berasal dari kompresi batuannya sendiri. Berdasarkan pengaruh yang
paling dominan dari setiap sumber energi diatas, maka mekanisme pendorong
reservoir yang utama adalah water drive, gas cap drive, solution gas drive,
segregation drive, dan combination drive.

2.4.3.1. Water Drive Reservoir


Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong
minyak untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama
dengan minyak pada batuan reservoirnya.
Apabila dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air
merupakan fluida pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan
adanya migrasi minyak bumi maka air yang berada disana tersingkir dan digantikan
oleh minyak. Dengan demikian karena volume minyak ini terbatas, maka bila
dibandingkan dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya akan jauh
lebih kecil (Gambar 2.59.).
Gas oil ratio untuk reservoir jenis ini relatif lebih konstan jika dibandingkan
dengan reservoir jenis lainnya. Hal ini disebabkan karena tekanan reservoir relatif
akan konstan karena dikontrol terus oleh pendesakan air yang hampir tidak
mengalami penurunan.
Ditinjau dari cara pendesakannya Water Drive ini dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
 Edge Water Drive, dimana pendesakan air sejajar dengan bidang perlapisan.
 Bottom Water Drive, dimana arah gerakan bidang batas dari air-minyak
memotong arah bidang perlapisannya, dan tebal lapisan yang mengandung
minyak relatif lebih kecil dibandingkan dengan aquifernya. Untuk jenis bottom
water drive pendesakannya oleh air dari bawah zona minyak.
 Kombinasi Edge Water Drive dengan Bottom Drive

Gambar 2.59. Water Drive Reservoir9)


Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin lama
semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut di tinggalkan karena produksi
minyaknya tidak ekonomis lagi (Gambar 2.60.).
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak
yang terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 - 75% dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak sisa
(residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan lebih sedikit.
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong air ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :
 Penurunan tekanan reservoir terlihat agak lambat.
 GOR rendah dan relatif konstan
 WOR naik dengan cepat dan kontinyu
 Recovery-nya cukup tinggi yaitu sekitar 35 - 75%

Gambar 2.60. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR


Pada Water Drive Reservoir9)

2.4.3.2. Gas Cap Drive Reservoir


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi, kadang-
kadang pada kondisi reservoirnya komponen-komponen ringan dan menengah dari
minyak bumi tersebut membentuk suatu fasa gas. Gas bebas ini kemudian
melepaskan diri dari minyaknya dan menempati bagian atas dari reservoir itu
membentuk suatu tudung. Hal ini bisa merupakan suatu energi pendesak untuk
mendorong minyak bumi dari reservoir ke lubang sumur dan mengangkatnya ke
permukaan. Bila reservoir ini dikelilingi suatu batuan yang merupakan perangkap,
maka energi ilmiah yang menggerakkan minyak ini berasal dari dua sumber, yaitu
ekspansi gas cap dan ekspansi gas yang terlarut lalu melepaskan diri.
Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak pertama
kali diproduksikan, permukaan antara minyak dan gas akan turun, gas cap akan
berkembang ke bawah selama produksi berlangsung. Untuk jenis reservoir ini,
umumnya tekanan reservoir akan lebih konstan jika dibandingkan dengan solution
gas drive. Hal ini disebabkan bila volume gas cap drive telah demikian besar, maka
tekanan minyak akan jadi berkurang dan gas yang terlarut dalam minyak akan
melepaskan diri menuju ke gas cap, dengan demikian minyak akan bertambah
ringan, encer, dan mudah untuk mengalir menuju lubang bor (Gambar 2.61.).
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke bawah,
air hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan reservoir
relatip kecil penurunannya, juga minyak berada di dalam reservoirnya akan terus
semakin ringan dan mengalir dengan baik, maka untuk reservoir jenis ini akan
mempunyai umur dan recovery sekitar 20 - 40 %, yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive. Sehingga residu oil yang masih
tertinggal di dalam reservoir ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive (Gambar 2.62.).
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong gas ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :
 Tekanan reservoir akan turun dengan lambat dan berlangsung secara kontinyu
 GOR akan meningkat terus
 Produksi air diabaikan
 Perolehan minyak dapat mencapai 20 - 40 % dari total cadangan awal dalam
reservoir (initial oil in place).
Gambar 2.61. Gas Cap Drive Reservoir9)

Gambar 2.62. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR


Pada Gas Cap Drive Reservoir9)

2.4.3.3. Solution Gas Drive Reservoir


Reservoir jenis ini disebut solution gas drive, depletion gas drive, atau internal
gas drive, disebabkan oleh karena energi pendesak minyaknya adalah terutama dari
perubahan fasa pada hidrokarbon-hidrokarbon ringannya yang semula merupakan
fasa cair menjadi gas. Kemudian gas yang terbentuk ini ikut mendesak minyak ke
sumur produksinya pada saat penurunan tekanan reservoir karena produksi tersebut
(Gambar 2.63.).
Setelah sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi minyak
dimulai, maka akan terjadi suatu penurunan tekanan di sekitar lubang bor.
Penurunan tekanan ini akan menyebabkan fluida mengalir dari reservoir menuju
lubang bor melalui pori-pori batuan. Penurunan tekanan disekitar sumur bor akan
menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat awal, karena saturasi gas tersebut masih
kecil (belum membentuk fasa yang kontinyu), maka gas tersebut terperangkap pada
ruang antar butiran reservoirnya, tetapi setelah tekanan reservoir tersebut cukup
kecil dan gas sudah terbentuk banyak atau dapat bergerak maka gas tersebut turut
serta terproduksi ke permukaan (Gambar 2.64.).
Gas akan mengalir lebih cepat dibandingkan dengan minyak karena gas
mempunyai viscositas yang lebih kecil, lebih ringan darn umumnya tidak
mempunyai kebasahan gas pada batuarn reservoirnya. Bila gas mulai mengalir,
maka penurunan tekanan akan cepat dan gas yang terbentuk juga akan semakin
banyak. Hal ini mengakibatkan gas oil ratio (GOR) naik sampai pada suatu tekanan
tertentu dimana minyak dan gas sudah tidak mengalir lagi.

Gambar 2.63. Solution Gas Drive Reservoir9)


Gambar 2.64. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR Pada Solution Gas Drive
Reservoir9)

Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih kecil
jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi akan
bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir, hal
ini terus-menerus berlangsung hingga tekanan reservoir menjadi rendah. Bila
tekanan telah cukup rendah maka gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab
volume gas di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil produksi dan
gas oil ratio reservoir harganya hampir sama. Pada Gambar 2.64. memperlihatkan
karakteristik tekanan dan GOP pada reservoir depletion drive.
Air yang diproduksikan dari reservoir ini sangat sedikit bahkan hampir-
hampir tidak ada. Hal ini karena reservoir jenis ini sifatnya terisolir, sehingga
meskipun terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat diproduksi atau
ikut terproduksi bersama minyak.
Recovery yang mungkin diperoleh sekitar 5 - 30 %. Dengan demikian untuk
reservoir jenis ini pada tahap teknik produksi primernya akan meninggalkan
residual oil yang cukup besar. Sehingga bila sisa minyak ini akan diproduksikan
juga, maka perlu dipergunakan suatu energi tertentu ke dalam suatu reservoir untuk
mempengaruhi tekanan atau sifat fisik sistem fluida reservoirnya, sehingga dengan
demikian diharapkan sisa minyak yang tertinggi dapat diperkecil.
Dapat disimpulkan suatu reservoir solution gas drive mempunyai kelakuan
seperti dibawah ini :
 Tekanan reservoir turun dengan cepat dan berlangsung secara kontinyu.
 Perbandingan gas-minyak (GOR) mula-mula cukup rendah, kemudian naik
sampai maksimum dan turun dengan tajam.
 Efisiensi perolehan minyak berkisar 5 - 30 %
 Produksi air dianggap tidak ada.

2.4.3.4. Segregation Drive Reservoir


Segregation drive reservoir atau gravity drainage merupakan energi
pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air
membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya (karena gaya gravitasi).
Gravity drainage mempunyai peranan yang penting dalam memproduksi
minyak dari suatu reservoir. Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery
dari solution gas drive reservoir bisa ditingkatkan dengan adanya gravity drainage
ini. Demikian pula dengan reservoir-reservoir yang mempunyai energi pendorong
lainnya.
Seandainya dalam reservoir itu terdapat tudung gas primer (primary gas cap)
maka tudung gas ini akan mengembang sebagai proses gravity drainage tersebut.
Reservoir yang tidak mempunyai tudung gas primer segera akan mengadakan
penentuan tudung gas sekunder (secondary gas cap).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang terletak pada
struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu program
penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan dengan adanya program ini
perolehannya minyaknya dapat mencapai maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas
zona produktif, dan juga dari kemiringan dari formasinya. Faktor-faktor kombinasi
seperti misalnya, viskositas rendah, specific gravity rendah, mengalir pada atau
sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan cukup
curam, ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak
dalam struktur lapisannya (Gambar 2.65.).
Gambar 2.65. Gravitational Segregation Drive Reservoir9)

Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir tidak
ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada jumlah gas yang ada.
Jika produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan tekanan
dengan berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang
terbebaskan dari larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan cepat
akan habis.
Recovery yang mungkin diperoleh dari jenis reservoir gravity drainage ini
sangat bervariasi. Bila gravity drainage baik, atau bila laju produksi dibatasi untuk
mendapatkan keuntungan maksimal dari gaya gravity drainage ini maka recovery
yang didapat akan tinggi. Pernah tercatat bahwa recovery dari gravity drainage ini
melebihi 80% dari cadangan awal (IOIP). Pada reservoir dimana bekerja juga
solution gas drive ternyata recovery-nya menjadi lebih kecil (Gambar 2.66.).
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan :
 Penurunan tekanan relatif cepat
 GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara kontinyu
 Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan
 Recovery sekitar 20 - 60 %
Gambar 2.66. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR Pada Gravitational
Segregation Drive Reservoir9)

2.4.3.5. Combination Drive Reservoir


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi dalam
beberapa jenis sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak jarang dalam
keadaan sebenarnya energi-energi pendorong ini bekerja bersamaan dan simultan.
Bila demikian, maka energi pendorong yang bekerja pada reservoir itu merupakan
kombinasi beberapa energi pendorong, sehingga dikenal dengan nama combination
drive reservoir.
Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan water
drive. Sehingga sifat-sifat reservoirnya jadi lebih kompleks jika dibandingkan
dengan energi pendorong tunggal (Gambar 2.67.).
Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap akan
mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada pada
bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat produksi minyak tidak sempat
berubah fasa menjadi gas sebab tekanan reservoir masih cukup tinggi karena
dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa
depletion untuk reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih
tersisa di dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya tinggi dan
efesiensi produksinya lebih tinggi.
Gambar 2.68. merupakan salah satu contoh kelakuan dari combination drive
dengan water drive yang lemah dan tidak ada tudung gas pada reservoirnya. Gas oil
ratio yang konstan pada awal produksi dimungkinkan bahwa tekanan reservoir
masih di atas tekanan jenuh. Di bawah tekanan jenuh, gas akan bebas sehingga gas
oil ratio akan naik.
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan seperti
dibawah ini :
 Penurunan tekanan relatif cukup cepat
 WOR akan naik secara perlahan
 Jika ada gas cap maka sumur-sumur yang terletak di struktur atas dari reservoir
tersebut akan mengalami peningkatan GOR dengan cepat.
 Faktor perolehan dari combination drive adalah lebih besar dibandingkan
dengan solution gas drive tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gas cap
dan water drive.

Gambar 2.67. Combination Drive Reservoir9)


Gambar 2.68. Karakteristik Tekanan, PI, WOR, dan GOR Pada
Combination Drive Reservoir9)

2.5. Penentuan Cadangan


Cadangan adalah kuantitas (jumlah volume) minyak dan gas yang dapat
diperoleh atau diproduksikan secara komersial. Cadangan dapat ditindak lanjuti
untuk dihitung apabila telah memenuhi beberapa kriteria, antara lain adalah :
1. Telah diketemukan (discovered)
2. Dapat diambil (recoverable)
3. Memenuhi syarat komersialitas (commercial)
4. Adanya sejumlah volume yang tersisa (remaining).
Apabila telah terjadi produksi, maka cadangan terbukti sering disebut “estimed
remaining reserves” atau cadangan terbukti yang tertinggal. Jumlah produksi dan
cadangan terbukti yang tertinggal disebut “estimated ultimate recovery” atau
cadangan ultimate, sedangkan jumlah total minyak didalam reservoir disebut
sebagai “Initial Oil In Place” (IOIP), hanya sebagian IOIP yang bisa diproduksikan
sehingga menjadi cadangan terbukti.

EUR = CUM + ERR


dimana :
EUR : Estimed Ultimate Recovery atau cadangan ultimate
CUM : Cummulatif Production
ERR : Estimated Remaining Reserves atau cadangan terbukti tertinggal
IOIP = N : Initial Oil In Place atau Jumlah minyak didalam reservoir dan bukan
jumlah yang dapat diproduksikan
RF : Recovery Factor adalah presentase dari IOIP yang dapat
diproduksikan (RF = Cadangan Terbukti/IOIP)

Sebelum memasuki pokok materi yang akan dibahas, untuk lebih memudahkan
dalam pemahamannya, maka perlu mengetahui beberapa istilah yang sering
digunakan dalam menentukan cadangan atau pada umumnya dipakai dalam Teknik
Reservoir. Istilah tersebut meliputi pengertian cadangan, remaining recoverable
reserve, serta recovery factor.
 Cadangan atau reserve, merupakan jumlah hidrokarbon yang ditemukan
dalam batuan reservoir dan hidrokarbon yang diproduksikan. Jumlah minyak
yang dapat diproduksi sampai batas ekonominya disebut Ultimate Recovery.
Jumlah minyak yang ada dalam reservoir pada keadaan awal sebelum reservoir
tersebut diproduksi disebut Original Oil In Place (OOIP).
 Remaining Recoverable Reserve, yaitu jumlah hidrokarbon yang tersisa,
yang masih memungkinkan untuk dapat diproduksikan sampai batas
ekonominya.
 Recovery Factor, merupakan angka perbandingan antara hidrokarbon yang
dapat diproduksikan dengan jumlah minyak mula-mula dalam reservoir.
Recovery factor dipengaruhi oleh mekanisme pendorong, sifat fisik batuan dan
fluida reservoir tersebut.

Pada bagian ini akan dibahas dua hal pokok yang berhubungan dengan
cadangan, yaitu metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan.
Berdasarkan pada urutan proses eksplorasi reservoir dan untuk memudahkan
pemahaman, metode yang dapat digunakan dalam perhitungan cadangan reservoir
adalah sebagai berikut:
 Metode Volumetrik
 Metode Material Balance
 Metode Decline Curve

1. Metoda Volumetrik
Perkiraan cadangan hidrokarbon dengan menggunakan metoda volumetrik
merupakan salah satu metoda yang paling sederhana, dimana dilakukan sebelum
tahap pengembangan dan data-data yang dibutuhkan juga belum banyak, hanya
data-data geologi serta sebagian data-data batuan dan fluida reservoir.
Persamaan untuk menghitung initial oil in place adalah :
Sedangkan untuk initial gas in place adalah :
Ni = jumlah minyak mula-mula di reservoir, STB
Gi = jumlah gas mula-mula di reservoir, SCF
Vb = volume bulk reservoir, acre-ft

Dengan melihat persamaan di atas, maka data-data yang dibutuhkan untuk


melakukan perkiraan cadangan adalah Vb, , Swi, Boi, dan Bgi. Data sifat-sifat
fisik batuan dan fluida reservoir diperoleh dari hasil laboratorium, sedangkan untuk
menentukan Vb diperlukan data-data geologi yang representatif.
Untuk menghitung bulk volume, harus dibuat peta isopach terlebih dahulu.
Peta isopach yaitu suatu peta yang menggambarkan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketebalan yang sama dari lapisan
produktif, seperti pada
Gambar 2.39. Peta Isopach Reservoir

Perhitungan volume batuan reservoir dengan menggunakan peta isopach


dibedakan menjadi dua persamaan, yaitu :
 Persamaan pyramidal.
 Persamaan trapezoidal.

a. Metoda Trapezoidal
Persyaratan utama dalam melakukan perhitungan dengan metoda ini adalah
perbandingan antara luas garis kontur yang berurutan harus lebih besar dari 0.5.
Secara matematik, persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

Vb = (An + An+1)
2

(Vb = volume batuan, acre-ft; An = luas yang dibatasi garis kontur isopach terendah,
acre; An+1 = luas yang dibatasi garis kontur isopach diatasnya, acre; h = interval
antara garis kontur isopach, ft).
b. Metoda Pyramidal
Persyaratan utama metoda ini adalah perbandingan antara luas garis kontur
yang berurutan harus kurang atau sama dengan 0.5. Persamaannya adalah :

Vb = 3 (An + An+1 + √𝐴𝑛 + 𝐴𝑛+1)

2. Metoda Material Balance


Metoda material balance dapat digunakan untuk memperkirakan besar
cadangan reservoir, dimana data-data produksi yang diperoleh sudah cukup banyak.
Prinsip dari metoda material balance ini didasarkan pada prinsip kesetimbangan
volumetrik yang menyatakan bahwa, apabila volume suatu reservoir konstan, maka
jumlah aljabar dari perubahan-perubahan volume minyak, gas bebas dan air dalam
reservoir harus sama dengan nol.
Persamaan umum material balance untuk menghitung cadangan adalah
sebagai berikut:
𝑁𝑝 +[𝐵𝑡 +(𝑅𝑝 − 𝑅𝑠𝑖 )]−(𝑊𝑒 − 𝑊𝑝 𝐵𝑤 )
N= 𝑚𝐵𝑡𝑖
𝐵𝑡 − 𝐵𝑡𝑖 + (𝐵𝑔 − 𝐵𝑔𝑖 )
𝐵𝑔𝑖

(Np = kumulatif produksi; B = faktor volume formasi; Rp = gas oil ratio, SCF/STB;
Rsi = kelarutan gas dalam minyak pada tekanan awal, SCF/STB; We = water influx;
WpBw = produksi air; subscript: t = total, i = pada tekanan awal).

Persamaan umum material balance tersebut diatas, akan berubah tergantung


dari jenis mekanisme pendorong dari reservoirnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Solution Gas Drive reservoir, m = 0, Wp = 0, We = 0.
 Water Drive reservoir, m = 0.
 Gas Cap Drive reservoir, We = 0.
 Combination Drive reservoir berlaku persamaan umum.
3. Metoda Decline Curve
Secara alamiah, laju produksi akan mengalami penurunan sejalan dengan
waktu. Decline curve merupakan suatu metoda yang menggambarkan penurunan
kondisi reservoir dan produksinya terhadap waktu. Pada prinsipnya, metoda decline
curve adalah membuat grafik hubungan antara laju produksi terhadap waktu atau
laju produksi terhadap produksi kumulatif, seperti yang terlihat pada gmbar
dibawah ini.

Gambar 1.6. Kurva Umum Decline Curve

Bentuk kurva penurunan laju produksi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
o Exponential decline,
o Hyperbolic decline dan
o Harmonic decline.

a. Exponential Decline Curve


Bentuk decline curve ini mempunyai harga laju penurunan produksi per
satuan waktu sebanding dengan laju produksinya. Persamaan dasar dari exponential
decline curve adalah sebagai berikut:
𝑞
𝑑( )
𝑑𝑞/𝑑𝑡
-b = 𝑑𝑡

Integrasikan persamaan di atas, maka diperoleh:

𝑞
- (bt + a) = 𝑑𝑞/𝑑𝑡
(a = decline rate; b = konstanta yang merupakan selisih antara decline rate pada
selang periode).
Untuk exponential decline, besarnya penurunan (decline rate) adalah konstan,
sehingga harga b = 0, dan persamaan diatas menjadi:
𝑞
- a = 𝑑𝑞/𝑑𝑡

Dengan mengintegrasikan persamaan tersebut, dimana qi adalah laju produksi


mula-mula dan qt adalah laju produksi pada saat t, maka secara matematik dapat
dibuat hubungan sebagai berikut:
qt = qie-t/a
Harga Np (produksi kumulatif) diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑡
Np = ∫0 𝑞𝑡 𝑑𝑡
Dengan mensubstitusikan Persamaan (2-71) ke dalam Persamaan (2-72)
diperoleh persamaan berikut:
Np = a(qi – qt)

b. Hyperbolic Decline Curve

Besarnya laju penurunan (decline rate) pada hyperbolic decline tidak konstan,
melainkan selalu berubah, dimana besarnya laju penurunan akan menunjukkan
suatu deret hitung dan harga b akan berkisar antara 0 (nol) hingga 1 (satu). Dengan
cara yang sama dengan eksponential decline curve, persamaan produksi kumulatif
adalah:
𝑞𝑏𝑎
𝑖
Np = 1−𝑏 (𝑞𝑖 1−𝑏 − 𝑞𝑡1−𝑏 )

c. Harmonic Decline Curve

Pada harmonic decline, penurunan laju produksi per satuan waktu berbanding
lurus terhadap laju produksinya. Bentuk kurva harmonic decline merupakan bentuk
khusus dari hyperbolic decline, yaitu untuk harga b = 1. Jadi persamaan laju
produksi kumulatifnya adalah sebagai berikut:
𝑞
Np = aqi ln 𝑞 𝑖
𝑡

1.4. Simulasi Reservoir


1.4.1. Pengertian Simulasi
Pengertian kata simulasi adalah proses pemanfaatan model buatan yang
dibuat untuk mewakili karakteristik reservoir, dengan tujuan untuk mempelajari,
mengetahui ataupun memperkirakan kelakuan dan kinerja aliran fluida pada
reservoir tersebut. Terdapat beberapa macam metode yang dapat digunakan dalam
pembuatan tiruan sistem tersebut, yang biasa disebut sebagai model. Jenis model
yang dapat digunakan pada simulasi adalah model analog, model fisik, dan model
matematik.

1.4.2. Tujuan Simulasi


Secara umum simulasi reservoir digunakan sebagai acuan dalam perencanaan
manajemen reservoir, antara lain sebagai berikut:
 Memperkirakan kinerja reservoir pada berbagai tahapan dan metode produksi
yang diterapkan:
o Sembur alam
o Pressure maintenance
o Reservoir energy maintenance (secondary recovery)
o Enhanced oil recovery (EOR)
 Mempelajari pengaruh laju alir terhadap perolehan minyak dengan
menentukan laju alir maksimum (maximum efficient rate, MER).
 Menentukan jumlah dan lokasi sumur untuk mendapatkan perolehan minyak
yang optimum.
 Menentukan pola sumur injeksi dan produksi untuk mengoptimalkan pola
penyapuan.
 Memperhitungkan adanya indikasi coning dalam menentukan interval
komplesi yang optimum serta pemilihan jenis sumur, vertikal, atau
horizontal.
1.4.3. Jenis Simulasi
Jenis simulasi secara garis besar dibedakan menjadi 3, antara lain:

 Black Oil Simulasi


Black oil simulation digunakan untuk kondisi isothermal, aliran simultan dari
minyak, gas, dan air yang berhubungan dengan viskositas, gaya gravitasi dan gaya
kapiler. Komposisi fasa dianggap konstan walau kelarutan gas dalam minyak dan
air ikut diperhitungkan. Hasil studi ini biasanya digunakan untuk studi injeksi air
dan juga untuk peramalan.
 Thermal Simulasi
Simulasi jenis ini digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan panas
maupun reaksi kimia. Biasanya digunakan untuk studi injeksi uap panas dan pada
proses perolehan minyak tahap lanjut (in situ combution).
 Compotional Simulasi
Simulasi reservoir ini digunakan untuk berbagai komposisi fasa hidrokarbon
yang berubah terhadap tekanan. Biasanya simulasi ini digunakan untuk studi
perilaku reservoir yang berisi volatile oil dan gas condensat.

1.4.4. Tahapan Simulasi


a. Persiapan Data
Persiapan data bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai
kebutuhan didasarkan pada tujuan dan prioritas simulasi. Data yang digunakan
dalam proses simulasi dapat dibedakan menjadi dua kategori pokok, yaitu:
1. Data Statis
Data jenis ini merupakan data yang sifatnya tetap, dimana data tersebut tidak
mengalami perubahan selama proses simulasi dijalankan. Data yang termasuk
dalam kategori data statis antara lain adalah:
 Data Geologi Reservoir (peta struktur, kedalaman, tebal lapisan, kemiringan,
patahan, kontak antar fluida, boundary condition).
 Data Statik Batuan (absolut permeabilitas, porositas, kompressibilitas batuan,
kandungan clay, konduktivitas thermal).
 Data Statik Fluida (viskositas, densitas, FVF, kelarutan gas dalam fluida,
kompressibilitas fluida, dan sebagainya).
 Data Interaksi Fluida dan Batuan (kurva relative permeability, data PVT,
kurva tekanan kapiler dan sebagainya).
 Data Konstruksi Sumur (jenis dan lokasi sumur, jenis dan interval komplesi).
 Data Operasi Sumur dan Well Constraint (batas laju produksi / injeksi, index
produktivitas / injektivitas, bottom hole pressure dan kapasitas pengangkatan
maksimum untuk sumur produksi, tekanan well head minimum untuk sumur
injeksi).
 Data Model Reservoir (jumlah, ukuran, jenis dan sistem koordinat grid).

2. Data Dinamis
Data jenis ini merupakan data yang akan mengalami perubahan pada setiap
timestep yang telah ditentukan, selama proses simulasi dijalankan. Untuk data jenis
ini, yang digunakan adalah data pada kondisi awal simulasi akan dijalankan. Selain
itu juga digunakan data penyeimbang untuk menjaga harga suatu data dinamis tetap
pada range yang telah ditentukan. Data yang termasuk dalam kategori data dinamis
antara lain adalah:
o Data Dinamik Fluida (saturasi fluida, konsentrasi dan komposisi fluida)
o Data Kondisi Reservoir (tekanan dan temperatur)
o Data Produksi (laju produksi fluida)
Selain ketiga jenis data di atas, seringkali diperlukan data penunjang lain yang
digunakan dalam analisa, baik analisa teknik maupun analisa ekonomi. Data
penunjang tersebut antara lain adalah data mekanik (ukuran casing dan tubing,
kapasitas pengangkatan), data penunjang sumur dan formasi (skin, rekahan,
workover) serta data ekonomi.
3. Karakteristik Reservoir
Karakterisasi Reservoir merupakan integrasi dari tiga komponen yang
mempunyai saling keterkaitan, yaitu karakterisasi geologi reservoir, karakterisasi
fluida reservoir, dan karakterisasi batuan reservoir. Karakterisasi reservoir
mempunyai empat tujuan pokok, yaitu:
 Identifikasi ciri pokok (karakteristik) reservoir,
 Identifikasi mekanisme pendorong,
 Menentukan volume reservoir (OOIP, OGIP, OWIP) dan,
 Mengamati kinerja (performance) reservoir.
Hasil akhir dari proses karakterisasi reservoir adalah pembuatan dan
pemahaman model geologi reservoir. Model geologi akan memberikan gambaran
yang nyata mengenai distribusi karakteristik batuan dan fluida serta kondisi
reservoir, seperti distribusi permeabilitas dan porositas, ketebalan lapisan, tekanan
reservoir, kontak antar fluida, dan data reservoir yang lain.
Gambaran pembuatan model geologi reservoir dihasilkan dari interpretasi
data, sehingga ada kemungkinan salah dan benar terhadap hasil yang diperoleh. Arti
penting model geologi reservoir dalam simulasi reservoir antara lain adalah sebagai
berikut:
 Model geologi memberikan gambaran karakteristik reservoir yang
proporsional, baik secara areal maupun vertikal.
 Model geologi memberikan gambaran yang memadai mengenai struktur
geologi reservoir, seperti kemiringan, patahan, dan struktur geologi yang lain.
 Model geologi merupakan bentuk dasar dari model reservoir yang digunakan
dalam simulasi. Proses up-scale digunakan untuk menyederhanakan model
reservoir dari model geologi yang kompleks.
 Model geologi merupakan tuntunan bagi simulation engineer untuk merubah
model reservoir, terutama dalam tahap validasi model dan history-matching.

4. Sumber Pengolahan Data


Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi dapat diperoleh dari
berbagai sumber data yang memungkinkan. Meskipun demikian, sebagian besar
dari data tersebut tidak dapat langsung dipakai, tetapi memerlukan proses
pengolahan sehingga dihasilkan data yang siap pakai. Sebagian besar dari data yang
digunakan sebagai data masukan pada simulasi diperoleh dari sumber data sebagai
berikut:
 Analisa core
 Logging sumur
 Observasi lapangan (uji sumur).

1.4.5. Perencanaan Model Simulasi


Perencanaan suatu model reservoir dilakukan secara sistematik atau
berurutan, yang disertai dengan analisa terhadap parameter-parameter terkait.
Sehingga didapatkan model yang representatif untuk mensimulasikan reservoir
sesuai dengan tujuan dan prioritas simulasi. Proses perencanaan model meliputi:
A. Pemilihan Model
Pemilihan model dipengaruhi oleh beberapa parameter teknis, antara lain
adalah jenis reservoir, geometri dan dimensi reservoir, data yang tersedia, serta
tahapan proses recovery yang akan dimodelkan. Selain itu, pemilihan model juga
mempertimbangkan sumber daya manusia, kemampuan teknologi (komputer) serta
pertimbangan besarnya investasi biaya yang digunakan.
1. Jenis Model
Berdasarkan pendekatan studinya, model yang digunakan pada simulasi dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Model Actual
Merupakan model yang merepresentasikan deskripsi geologi dan
karakteristik reservoir secara lengkap. Model jenis ini biasanya digunakan untuk
penanganan suatu lapangan, baik yang bersifat khusus, seperti halnya penanganan
suatu masalah produksi, maupun dalam cakupan yang lebih luas, seperti untuk
memperkirakan recovery serta parameter manajemen reservoir yang lain. Pada
model actual, tersedianya data produksi memungkinkan untuk memvalidasi model
sehingga akan meningkatkan akurasi hasil simulasi.
b) Model Konseptual
Merupakan model sederhana, dengan karakteristik yang cenderung seragam.
Data yang digunakan pada model ini biasanya merupakan data hipotesis. Model
jenis ini digunakan untuk studi sederhana yang sifatnya umum, seperti halnya studi
sensitivitas perubahan berbagai parameter terhadap kinerja. Model konseptual tidak
memerlukan suatu validasi yang detail, karena model tersebut dibuat dengan
asumsi-asumsi yang bersifat umum dan disesuaikan dengan tujuan simulasi.

2. Jenis Model
Dimensi model yang dapat digunakan pada simulasi reservoir ada empat,
yaitu mulai dari model 0-dimensi yang paling sederhana, model 1-dimensi, model
2-dimensi sampai model 3-dimensi yang paling kompleks.
a) Model 0-dimensi
Model 0-dimensi menunjukkan bahwa sifat-sifat reservoir tidak mengalami
perubahan, merupakan reservoir yang homogen. Isotropik dan seragam. Simulator
yang digunakan untuk model 0-dimensi yang terkenal adalah persamaan material
balance.
b) Model 1-dimensi
Model 1-dimensi biasanya digunakan pada simulasi pilot project, ataupun
pada bagian dari reservoir yang lurus dan sederhana. Model 1-dimensi dapat
digunakan pada kondisi-kondisi sebagai berikut:
 Simulasi per-bagian dari reservoir
 Simulasi dengan tujuan khusus, seperti line drive behavior, miscible flooding,
simulasi pilot-flood, dan sebagainya.
c) Model 2-Dimensi
Model simulator 2-dimensi merupakan pilihan terbaik untuk simulasi dengan
cakupan yang luas dan dipengaruhi oleh perubahan parameter areal. Model tersebut
dipergunakan dalam simulasi struktur multi well dengan ukuran besar, simulasi
reservoir sistem multi-unit, penentuan sifat-sifat heterogenitas batuan, analisa
migrasi fluida melalui lease-line, kondisi variasi vertikal sifat fluida yang tidak
dominan, serta dalam pemilihan pola operasi yang optimum untuk secondary
recovery maupun pressure maintenance.
d) Model 3-Dimensi
Model 3-dimensi dibutuhkan pada kondisi tertentu dimana terdapat
keragaman sifat fluida secara vertikal dan adanya lapisan sisipan shale yang akan
berpengaruh terhadap pola aliran.
3. Pertimbangan Pemilihan Model

Hal – hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan model jenis dan
dimensi model antara lain adalah sebagai berikut:
 Pemilihan model harus disesuai dengan tujuan simulasi, tingkat akurasi hasil
yang diharapkan, cakupan studi yang akan dilakukan, serta ketersediaan data.
 Dimensi model yang digunakan harus dapat mengakomodasi variasi
karakteristik reservoir yang akan dimodelkan.
o Untuk mensimulasikan pengaruh sekitar lubang sumur, maka model
yang digunakan adalah model 1-D atau 2-D radial.
o Pada reservoir yang tipis dan heterogenitas hanya terjadi pada arah
horizontal, model 2-D sudah dapat digunakan untuk mewakili.
 Pada reservoir tebal dan karakteristiknya heterogen secara vertical dan
horizontal, hanya model 3-D yang dapat digunakan untuk mendapatkan
model yang representatif.

1.4.6. Pemilihan Grid


Grid pada model simulasi digunakan untuk menterjemahkan bentuk discrete
pada persamaan finite different, sebagai diskretisasi jarak (spatial discretization).
Untuk mempermudah pemahaman, diskretisasi spasial secara horizontal disebut
sebagai grid, sedangkan diskretisasi spasial vertical disebut juga layer. Gabungan
dari kedua diskretisasi tersebut biasa dinyatakan sebagai sel. Klasifikasi jenis grid
dapat dibedakan berdasarkan:
1. Sistem Grid
Persamaan Finite Difference harus ditransformasikan kedalam bentuk
discrete atau pembagian daerah pada kondisi batasnya (boundary) menjadi
kotakkotak yang lebih kecil lagi (grid). Sistem grid yang dapat digunakan antara
lain:
a. Block Centered, dimana parameternya dihitung pada pusat cell.
b. Lattice, dimana parameternya dihitung pada perpotongan garis.

Gambar 4.7 Sistem Grid Pemodelan Simulasi (Henry B. Crichlow, 1997)

Berdasarkan bentuknya, jenis grid dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu


Cartesian grid, Curvilinear grid, radial grid, dan Locally-refined cartesian grid.
a. Cartesian grid
Grid jenis ini dibentuk oleh garis-garis horizontal dan vertikal yang
membentuk bujur sangkar, dan merupakan jenis grid yang paling umum digunakan
dalam pemodelan reservoir.
b. Curvilinear grid
Grid jenis ini digunakan untuk menyesuaikan model dengan batas reservoir,
adanya patahan serta untuk mengikuti arah pola aliran fluida, terutama pada
reservoir miring, atau adanya perbedaan kedalaman antara sumur injeksi dan sumur
produksi.
c. Radial grid
Jenis grid ini biasanya digunakan pada simulasi single-well, digunakan untuk
memperkirakan kinerja sumur, terjadinya water coning, mengetahui pengaruh
komplesi serta memperkirakan karakteristik permeabilitas ditempat dengan tes
sumur pressure build-up.
d. Locally-Refined Cartesian Grid
Grid jenis ini di bentuk dengan membuat fine grid pada bagian-bagian
tertentu dari coarse grid. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
proses simulasi yaitu dengan memperkecil jumlah sel yang akan disimulasikan.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah penentuan arah grid yang dipengaruhi
oleh distribusi permeabilitas vertikal dan horizontal serta arah aliran fluida yang
dominan.

2. Pertimbangan Pemilihan Grid


Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan grid antara lain adalah
sebagai berikut:
 Tujuan prioritas dan cakupan dari studi simulasi yang akan dilakukan,
merupakan aspek utama yang mempengaruhi semua pertimbangan dalam
pemilihan grid.
 Sistem grid yang digunakan berpengaruh terhadap konstruksi model yang
akan digunakan. Grid dengan sistem lattice (corner-point) lebih fleksibel
digunakan terutama pada model reservoir tang tidak beraturan. Sistem corner
point memungkinkan permukaan model untuk mengikuti kontur dari
permukaan reservoir.
 Pemilihan ukuran grid yang paling obyektif dilakukan melalui proses studi
sensitivitas ukuran grid. Pada studi dengan actual model, studi optimasi
ukuran grid dapat ditunjang dengan proses history matching, sehingga
didapatkan ukuran grid yang benar-benar optimal tanpa disertai konsekuensi
yang berhubungan dengan waktu dan biaya simulasi.
 Koordinat grid sangat tergantung dari tujuan simulasi dan struktur dari
reservoir yang akan dimodelkan. Model dengan koordinat Cartesian dan
radial merupakan model yang paling umum digunakan pada studi simulasi.
 Arah orientasi grid disesuaikan dengan arah aliran fluida yang paling
dominan, selain itu kecendrungan arah heterogenitas reservoir juga harus
diperhatikan.
1.4.7. Validasi Data
Tingkat validitas model menggambarkan kemampuan model serta datadata
yang dimasukkan mewakili kinerja dan kelakuan reservoir. Validasi model
dimaksudkan untuk menyamakan model dengan reservoir yang dimodelkan. Proses
validasi Mode yaitu:
a. Inisialisasi Data
Merupakan proses analisa model untuk memastikan konstruksi model dan
pemasukan data – data sudah dilakukan secara benar. Validitas pemasukan data
dilakukan dengan memeriksa parameter reservoir pada kondisi mula – mula (initial
condition), yaitu kondisi sebelum simulasi dilakukan.
b. Ekuilibrasi Data
Merupakan proses pemeriksaan kesetimbangan dan kestabilan model. Hal ini
mengacu pada prinsip kesetimbangan massa, yang menyatakan bahwa kondisi
sistem akan selalu dalam keadaan setimbang tanpa adanya perpindahan atau
perubahan massa dalam sistem tersebut.
c. History Matching
Merupakan proses perubahan parameter model dan data reservoir yang
digunakan dalam konstruksi, agar tercipta kesesuaian antara model dengan kondisi
nyata, yang didasarkan pada data-data terukur selama periode waktu. tertentu.
Proses history matching akan menghasilkan model yang lebih valid, yang dapat
meminimalkan perbedaan antara performance reservoir yang sebenarnya.

1.4.8. Analisis Data Keluaran


Tahapan terakhir dari keseluruhan proses simulasi adalah menganalisa
data keluaran simulasi. Tingkat keakuratan data keluaran simulasi sangat
tergantung dari keseluruhan tahapan yang telah dilakukan pada proses
simulasi, terutama validitas model.

1.5. Uji Sumur


Tujuan utama dari suatu pengujian sumur hidrokarbon, atau yang telah
dikenal luas dengan sebutan “Well Testing”, yaitu untuk menentukan kemampuan
suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Wellbore storage merupakan lubang
sumur yang tersi fluida, dimana tekanan pengukuran belum mencerminkan tekanan
reservoir tetapi menentukan tekana kondisi lubang sumur. Apabila pengujian ini
dirancang secara baik dan memadai, kemudian hasilnya dianalisa secara tepat,
maka akan banyak sekali informasi-informasi yang sangat berharga akan
didapatkan seperti:
 Permeabilitas efektif fluida
 Kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang diuji.
 Tekanan reservoir
 Batas suatu reservoir
 Bentuk radius pengurasan
 Keheterogenan suatu lapisan

Jenis uji sumur yang biasa digunakan antara lain adalah:


 Drill steam test (DST),
 Uji tekanan (pressure test),
 Analisa PVT, dan
 Uji produksi (production test)

a. Drill Steam Test (DST)


Drill steam test merupakan uji sumur yang digunakan untuk memastikan
apakah suatu formasi dapat dikategorikan sebagai formasi produktif atau tidak.
Dilihat dari hasil analisa cutting dan logging. Pada drill steam test ini menggunakan
rangkaian peralatan DST disambungkan dengan rangkaian drill string kemudian
diturunkan sampai zona test.

b. Uji Tekanan (Pressure Test)


Uji tekanan menggunakan prinsip pengukuran perubahan tekanan terhadap
waktu selama periode penutupan atau pada periode pengaliran. Penutupan sumur
dimaksudkan untuk mendapatkan keeimbangan tekanan dieluruh reservoir, peridoe
pengaliran sebelum atau sesudah periode penutupan dengan laju konstan.
Parameter yang diukur adalah tekanan static (Pws), tekanan aliran dasar sumur (Pwf),
tekanan awal reservoir (Pi), skin factor (S), permeabilitas rata-rata (k), volume
pengurasan (Vd) dan radius pengursan (re).
Metode uji tekanan pada sumur minyak yang umum digunakan ada dua
macam, yaitu:
 Pressure Build-Up Test
Uji build-up tekanan adalah suatu teknik pengujian tekanan transien yang
paling sering digunakan. Build-Up test sering digunakan untuk menstabilkan rate
dan stabil pressure. Pada dasarnya, pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan
memproduksi sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan laju aliran yang
tetap, kemudian menutup sumur tersebut. PBU dapat dilakukan saat periode
pengeboran maupun selama periode produksi. Asumsi dalam pengujian pressure
Build-Up Test:
a. Sumur ditutup tepat di depan perforasi.
b. Tidak ada aliran masuk kedalam sumur.
c. Fluida didalam reservoir mengair menuju sekeliling sumur sampai
tekanan diseluruh reservoir sama.
 Pressure Draw-down Test
Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang dilaksanakan dengan
jalan membuka sumur dan mempertahankan laju produksi tetap selama pengujian
berlangsung. Sebagai syarat awal, sebelum pembukaan sumur tersebut, tekanan
hendaknya seragam diseluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur sementara
waktu agar dicapai keseragaman tekanan reservoirnya. Pengujian pressure
drawdown biasanya digunakan pada sumur:
a. Sumur baru
b. Sumur lama yang telah ditutup sekian lama sekian lama hingga dicapai
keseragaman tekanan reservoir.
Metode uji tekanan pada sumur gas yang umum digunakan ada tiga macam, yaitu:
 Back Pressure
 Isochronal Test
 Modified Isochronal Test

Anda mungkin juga menyukai