Anda di halaman 1dari 19

BAB VI

ANALISA DELIVERABILITAS GAS

6.1. LATAR BELAKANG


Tujuan utama dari suatu pengujian sumur gas adalah untuk menentukan
kemampuan suatu formasi untuk berproduksi. Tekanan merupakan data yang
sangat penting dalam tahap perhitungan reservoir engineering. Apabila pengujian
di lakukan dengan baik hasilnya dianalisa dengan baik maka banyak informasi yang
sangat berharga di peroleh, seperti permeabilitas efektif fluida kerusakan atau
perbaikan formasi di sekeliling lubang sumur akibat pemboran ataupun pada saat
berproduksi, tekanan reservoir, batas batas reservoir dan bentuk radius pengurasan.
6.2. TUJUAN ANALISA
Aplikasi penggunaan persamaan aliran gas dalam formasi produktif, dapat
digunakan untuk analisa karakteristik reservoir gas yang meliputi :
a. Absolute open flow potential (AOFP)
6.3. DASAR TEORI
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk berproduksi.
Uji deliverabilitas terdiri dari tiga atau lebih aliran dengan laju alir, tekanan dan
data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu. Absolute Open Flow Potential
(AOFP) didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk memproduksi gas
ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir dasar sumur (sandface)
sebesar tekanan atmosphere (± 14,7 psia). Dalam melakukan uji deliverabilitas
terdapat 3 macam metode yang dapat dilakukan, antara lain Back Pressure Test,
Isochronal Test dan Modified Isochronal Test.
6.3.1. Back Pressure Test
Metode ini ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929). Back pressure adalah
suatu metode pengujian sumur gas untuk mengetahui kemampuan sumur
berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure) yang berbeda-beda.
Pelaksanaan tes ini dimulai dengan menutup sumur hingga tekanan reservoir stabil.
Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju sebesar qsc sehingga aliran mencapai

74
75

stabil, dan mengganti laju produksinya dengan mengubah ukuran choke lainnya
tanpa melakukan penutupan sumur. Lama waktu pencapaian kondisi stabil
dipengaruhi oleh permeabilitas batuan.
6.3.2. Isochronal Test
Cullender (1955) mengusulkan suatu cara tes berdasarkan anggapan, bahwa
jari-jari daerah penyerapan yang efektif (rd) adalah fungsi dari tD dan tidak
dipengaruhi oleh laju produksi. Ia mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan
selang waktu yang sama, akan memberikan grafik log ΔP2 vs log qsc yang linier
dengan harga eksponen n yang sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai
tekanan stabil (PR), yang dilanjutkan dengan pembukaan sumur, sehingga
menghasilkan laju produksi tertentu selama jangka waktu t, tanpa menanti kondisi
stabil. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan sumur sampai
tekanan mencapai stabil (PR).
6.3.3. Modified Isochronal Test
Katz (1959) mengembangkan prosedur MIT yang pada prinsipnya hampir
sama dengan Isochronal tes, akan tetapi penutupan dan pembukaan sumur saat
pengujian tidak perlu mencapai tekanan stabil (PR), serta selang waktu penutupan
dan selang waktu aliran sumur dibuat sama besar, hal ini sesuai untuk reservoir
yang mempunyai permeabilitas kecil karena tekanan rata-ratanya PR lama dicapai.
6.3.4 Metode Analisa Uji Deliverabilitas Gas
Analisa data hasil uji deliverabilitas gas digunakan untuk menentukan indikator
produktivitas sumur gas, yaitu Absolute Open Flow Potential (AOFP). Untuk
keperluan tersebut, ada tiga metode analisa yang digunakan, yaitu:
1. Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional),
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo Pressure atau LIT (ψ).

6.3.4.1. Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional)


Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt mengembangkan suatu persamaan empiris
76

yang menggambarkan hubungan antara laju alir dan tekanan pada sumur gas.
Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan dalam bentuk pendekatan
tekanan kuadrat (square pressure), seperti berikut ini:

.................................................................... (6-1)

keterangan:
qsc = Laju alir gas, Mscf/d.
C = Koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva
deliverabilitas yang stabil, Mscfd/psia2.
n = Bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverabilitas yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor
inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5 - 1
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
Persamaan 5-12 diatas dapat juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

............................................ (6-2)

Harga eksponen n pada Persamaan 5-13 adalah n = 1/slope, atau:

............................................ (6-3)

Harga koefisien kinerja C dapat ditentukan dari persamaan berikut:

................................................................................ (6-4)

Harga koefisien C juga dapat ditentukan dengan melakukan ekstrapolasi garis lurus
pada dan dibaca pada harga qsc. Sedangkan besarnya harga
AOFP adalah sama dengan harga qsc pada harga Pwf sebesar 14.7 psi. Metode
77

Analisis Rawlins-Schellhardt kurang baik karena tidak memperhatikan faktor


deviasi gas, sehingga tidak cocok dengan real gas.
6.3.4.2. Metode Analisis Jones-Blount-Glaze ]
Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan pada
sumur gas untuk mendapatkan kinerja sumur pada masa sekarang. Metode ini
digunakan untuk menentukan koefisien turbulensi b dan koefisien laminar a.
Persamaan aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam bentuk:
.. (6-5)

Keterangan: Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.


Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
T = Temperatur dasar sumur, 0R.
μ = Viskositas gas, cp.
γg = Specific gravity gas, fraksi.
z = Faktor deviasi gas, fraksi.
k = Permeabilitas efektif, mD.
h = Ketebalan formasi produktif, ft.
β = Koefisien kecepatan aliran, ft-1 = (2.33×1010/k1.201).
q = Laju alir gas.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
rw = Jari-jari sumur, ft.
s = Faktor skin
Persamaan 5-13 bila dibagi dengan qsc akan menghasilkan:

........................................................ (6-6)

dengan koefisien aliran laminar a adalah:

..................................................... (6-7)

Karena 1/re amat kecil, maka dapat diabaikan, dan koefisisen aliran turbulen b :
78

………..................................................... (6-8)

Bila diplot antara ΔP2/qsc vs qsc pada kertas grafik kartesian akan
memberikan suatu garis lurus dengan slope b yang menunjukkan derajat aliran
turbulen di dalam sumur dan intercept a yang menunjukkan kerusakan formasi.
Harga b akan berubah setiap waktu ketika adanya perubahan pola aliran ke dalam
lubang sumur. Efek dari perubahan ini dalam tahapan komplesi sumur dapat
dievaluasi dengan membandingkan kedua harga b:

Jika hanya panjangnya komplesi yang berubah, maka

Untuk harga b = 0, maka ΔP/q = a atau

Harga laju produksi gas (qsc) dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan berikut:

.............................................. (6-9)

Hubungan antara ΔP/q dengan Laju Alir yang kemudian didapatkan


parameter a dan b seperti Gambar 6.1. berikut:
79

Gambar 6.1.
Grafik ΔP2/q vs q
(Chaudry, 2003)

Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan qsc pada harga Pwf
sebesar 0 psi.

.................................................... (6-10)

Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas, tetapi


pada metode ini dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena untuk
mendapatkan harga stabil dari koefisien laminar a diperlukan sekurang-kurangnya
dua uji aliran yang stabil.
6.3.4.3. Metoda Analisa LIT
Metode LIT atau metode Eropa merupakan uji deliverability gas yang
menggunakan persamaan aliran laminar-inertial-turbulent (LIT) dalam bentuk
pendekatan pseudo-pressure dengan asumsi besarnya harga μz akan
tergantung.pada tekanan. Metode analisa tersebut untuk kisaran harga
80

2000<P<4000 psia, namun demikian penggunaan metode ψ berlaku untuk semua


harga tekanan.
Bentuk kuadrat dari persamaan aliran laminar-inertia-turbulence (LIT)
adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Tekanan (p)

................................................ (6-11)
2. Pendekatan Tekanan Kuadrat (p2)
.......................................... (6-12)

3. Pendekatan Pseudo-Pressure (ψ)

.............................................. (6-13)

Bagian pertama ruas kanan (A.qsc) Persamaan di atas menunjukkan


hubungan penurunan tekanan yang disebabkan oleh pengaruh aliran laminar dan
kondisi lubang sumur. Sedangkan bagian keduanya (bqsc2) merupakan hubungan
penurunan tekanan yang disebabkan oleh aliran inertial-turbulence.
Karena analisa pseudo-pressure dianggap lebih teliti dan dapat digunakan
pada semua kisaran tekanan reservoir, maka pendekatan LIT menggunakan pseudo-
pressure dan untuk selanjutnya disebut sebagai pendekatan LIT(Ψ).
Dari Persamaan 5-24, plot antara (ΔΨ-bqsc2) vs qsc pada kertas grafik log-
log akan memberikan garis lurus. Kurva ini merupakan garis deliverability yang
stabil, dimana harga A dan B dapat dicari dari persamaan berikut ini:

.................................... (6-13)

........................................... (6-13)

Keterangan N = banyaknya poin-poin data.


Plot Uji Deliverability- Metode Eropa antara Pseudopressure vs qsc
ditunjukkan Gambar 6.2. berikut:
81

Gambar 6.2.
Plot Uji Deliverability-Metode Eropa
(Chaudry, 2003)

Harga laju produksi gas dapat dihitung dengan menggunakan penyelesaian


persamaan kudrat berikut ini untuk berbagai harga ΔΨ:

....................................................... (6-13)
Sedangkan besarnya AOFP sama dengan qsc pada harga Ψ sebesar 0 psi.
82

6.4. DATA DAN PERHITUNGAN


6.4.1. Data
 Case Sumur Gas TM#1
 Tekanan Initial (Pi) = 1460 psi
 Suhu (Tf) = 183 0 F = 643 R
6.4.2. Perhitungan
 Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional)
Tabel VI-1.
Tabel Data Modified Isochronal Testing (Flowing)
Jenis Lama Q P P^2 dp^2
Kegiatan Kegiatan Mscf/d psia psia psia^2
Shut in 1460 2131600,000
Open Well 1 4 10784,47 1261 1590121,000 541479,000
Shut in 4 1460 2131600,000
Open Well 2 4 12977,39 1192,35 1421698,523 709901,478
Shut in 4 1460 2131600,000
Open Well 3 4 13232,1 1152,7 1328717,290 802882,710
Shut in 4 1460 2131600,000
Open Well 4 4 13492,05 1144,52 1309926,030 821673,970
Extended
Flow 10 13309,04 1151,87 1326804,497 804795,503

a. Untuk mendapatkan nilai AOFP , dibutuhkan nilai faktor turbulensi (n) dan
nilai konstanta deliverabilitas (C).
b. Nilai faktor turbulensi (n) dapat ditentukan dengan memplot grafik ΔP2 vs
qsc, kemudian melakukan trendline pada grafik tersebut sehingga dapat
diketahui slope nya. Nilai faktor turbulensi (n) adalah 1/slope. Didapatkan
nilai faktor turbulensi sebesar 0.53710
n = (Log qsc 2 – Log qsc 1) /( Log (Pr2 – Pwf2)2 – Log (Pr2 – Pwf2)1)
= (log 10784,47 – log 13492,05) / (log 541479 – log 821673,970)
=0,53710
c. Setelah diketahui faktor turbulensinya, selanjutnya mencari nilai konstanta
deliverabilitas dengan menggunakan persamaan 6-4, dimana nilai ΔP2 dan
83

qsc dari extended flow nya, didapatkan nilai konstanta deliverabilitas sebesar
8,95736 Mscfd/Psi
C = Qsc / (Pr2 – Pwf2)n
=13309,04 / (804795,503) 0,53710
=8,95736 Mscfd/Psi
d. Setelah diketahui nilai faktor turbulensi dan nilai konstanta deliverabilitas,
selanjuntya menentukan nilai AOF, dengan menganggap nilai Pwf = 0,
didapatkan nilai AOF sebesar 22457,040 Mscfd atau 22,457040 MMscfd
e. Menghitung AOFP, dengan meanggap nilai Pwf = 14,7 psia.
AOFP = Qsc (Pr2 – Pwf2)n
=8,95736 Mscfd/Psi (2131600,0 – 14,72) 0,53710
= 22455,817 Mscfd
f. Membuat tabel Pwf vs qsc, dengan mengasumsikan beberapa data Pwf untuk
membuat kurva IPR.

Tabel VI-2.
Tabel Data kurva IPR
Pwf
Q
(psia)
1460 0
1400 5803.095
1200 12268.43
1000 15982.4
800 18538.42
600 20333
400 21535.34
200 22229.71
100 22400.39
14.7 22455.82
0 22457.04
84

 Metode LIT Laminer-Inertia-Turbulence)


Tabel VI-3.
Tabel Data PseudoPressure pada setiap tekanan
P T P/Z µ gas 2*P/Z µ gas Ψ,psia^2/cp
14.7 88.47 85.26324617 170.526492 2506.739437
400 241.43 2460.246792 4920.49358 530318.2458
800 241.43 5271.79719 10543.5944 5169544.635
1200 241.43 8419.760769 16839.5215 18861102.59
1600 241.43 11751.00552 23502.011 47100175.39
2000 241.43 15025.97314 30051.9463 95298736.97
2400 241.43 18012.72092 36025.4418 167983863.9
2800 241.43 20562.82054 41125.6411 268280271.7
3200 241.43 22635.34673 45270.6935 397874773.5
3600 241.43 24282.38076 48564.7615 557395047
4000 241.43 25612.98916 51225.9783 746997452.7

Tabel VI-4.
Tabel Perhitungan metode LIT
Pwf Qsc Ψmm,psia2/cp dΨmm,psia2/cp dΨ/Qsc Qsc^2
2322 0 101.1963122
1837.5 2.05176 46.94996636 54.24634589 26.4389 4.20
1483.06 3.05712 22.14672438 79.04958787 25.8575 9.345
1387.69 3.3374 17.38165684 83.81465541 25.1135 11.138
1305.31 3.76903 13.85504443 87.34126782 23.1734 14.205
Jumlah 12.2153 100.333392 304.451857 100.583 38.89

a. Penentuan harga Pseudopressure


1. Siapkan data pendukung seperti harga viskositas gas dan faktor
deviasi gas pada setiap harga tekanan

2. Menentukan harga
85

3. Menentukan harga Ψ dengan tabulasi perhitungan, sebagai berikut:

4. Memplot plot antara P (sumbu x) vs Ψ (sumbu y) pada kertas grafik


kartesian, tentukan trendline garis dan persamaan garisnya.
b. Setelah dilakukan plot P vs Ψ dan didapatkan persamaan trendline
polynomial nya, maka nilai x dari persamaan polynomial tersebut
merupakan nilai Pwf dari setiap tekanan pada MIT test.
c. Membuat tabulasi Pwf, qsc, Ψ, ΔΨ, ΔΨ/ qsc dan qsc2. nilai ΔΨ
didapatkan dari selisih Ψres – Ψwf (table perhitungan metode LIT)
d. Menjumlahkan semua nilai qsc, Ψ, ΔΨ, ΔΨ/ qsc dan qsc2
e. Mencari nilai A dan B menggunakan persamaan :

𝟑𝟎𝟒.𝟒𝟓𝟏𝟖𝟓𝟕 𝒙 𝟑𝟖.𝟖𝟗−𝟏𝟐.𝟐𝟏𝟓𝟑 𝒙 𝟏𝟎𝟎.𝟑𝟑


𝑨= 𝟓 𝒙 𝟑𝟖.𝟖𝟗−𝟏𝟐.𝟐𝟏𝟓𝟑 𝒙 𝟏𝟐.𝟐𝟏𝟓𝟑

𝑨 = 𝟐𝟑𝟒. 𝟔𝟒𝟔

𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎.𝟑𝟑−𝟏𝟐.𝟐𝟏𝟓𝟑 𝒙 𝟏𝟎𝟎.𝟓𝟖𝟑
𝑩= 𝟓 𝒙 𝟑𝟖.𝟖𝟗−𝟏𝟐.𝟐𝟏𝟓𝟑 𝒙 𝟏𝟐.𝟐𝟏𝟓𝟑

𝑩 = −𝟏𝟔. 𝟎𝟕𝟏

N merupakan jumlah data tabulasi yang dibuat sebelumya (bagian Ψres


tidak termasuk dalam hitungan)
Didapatkan nilai A sebesar 30,337 dan nilai B sebesar -1,699
86

f. Selanjutnya mencari nilai a3 dengan menggunakan persamaan

Nilai ΔΨ dan qsc diambil dari salah satu tabulasi yang sudah dibuat tadi,.

g. Menghitung AOFP dengan menggunakan persamaan :

Untuk mendapatkan nilai AOFP, nilai Ψwf dianggap nol sehingga ΔΨ =


Ψres.
−𝟐𝟑𝟒.𝟔𝟒𝟔+(𝟐𝟑𝟒.𝟔𝟒𝟔𝟐𝟐 +𝟒 𝒙 (−𝟏𝟔.𝟎𝟕𝟏)𝒙 𝟖𝟑.𝟖𝟏𝟒𝟔𝟓)𝟎.𝟓
𝑸=
𝟐 𝒙 (−𝟏𝟔.𝟎𝟕𝟏)

𝑸 = 𝟐𝟐,079 MMscfd
6.5. GRAFIK
Grafik 6.1.

87
Deliverability Curve
PseudoPressure
800

700
y = -2E-12x4 + 2E-08x3 - 2E-05x2 + 0.0074x - 0.4021

600

500
Ψmm,psia^2/cp

400

300

200

100

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Pressure, Psia

Grafik 6.2.

88
Pseudo Pressure
IPR
1600

1400

1200

1000
Pwf,Psi

800

600

400

200

0
0 5000 10000 15000 20000 25000
Q,mscfd

Grafik 6.3.
Kurva IPR

89
90

6.6. PEMBAHASAN
Tujuan utama dari suatu pengujian sumur gas adalah untuk menentukan
kemampuan suatu formasi untuk berproduksi. Dimana mekanisme aliran fluida gas
pada media berpori sangat dipengaruhi oleh sifat fisik fluida, sifat-sifat PVT, dan
distribusi tekanan system. Problematika yang sering ditemui pada analisa tekanan
pada reserovoir gas adalah bahwa gas merupakan fluida yang fully compressible,
sifat ini dipengaruhi oleh gas bebas maupun oleh gas terlarut. Fully compressible
mempunyai arti bila gas diberi tekanan maka akan terjadi perubahan volume dan
Sifat fisik fluida dipengaruhi oleh temperature dan tekanan. Sifat ini sebenarnya
juga berkaitan dengan compresibilitas gas. Maka di dalam penyelesaian persamaan
aliran variable tekanan yang digunakan adalah P, P2 dan ᴪ (pseudo pressure).
Pada reservoir gas, skin awal yang didapatkan merupakan skin semu, karena
adanya faktor turbulensi (D). Praktikum analisa tekanan pada reservoir gas dapat
dilakukan dengan menggunakan dua macam metode analisa, metode pendekatan
metode Pressure squared (P2) dan Pseudopressure yang mana sebagai acuannya
adalah Untuk P < 2000 psia, digunakan persamaan dalam bentuk “P2”.sedangkan
Untuk 2000 < P < 4000 psia, digunakan persamaan dalam bentuk “Ψ”.
Pada analisa tekanan pada reservoir gas kali ini, hanya dilakukan analisa
dengan menggunakan metode konvensial dan metode LIT. Pada Analisa dengan
menggunakan metode konvensial diawali dengan menganalisa fase flow dan shut in
pada data yang dianalisa, cara menganalisa yaitu dengan melihat sequence
operation nya , kapan mulai produksi dan kapan mulai ditutup, kemudian mencari
Pwf yang stabil pada saat fase flowing, Pwf yang mewakili data fase flowing
tersebut berada pada bagian terakhir dimana produksi akan berakhir sekaligus
mendekati dimulainya fase shut in yang berikutnya. Sehingga akan didapatkan satu
data pada setiap fase flowing. Jika terdapat 4 fase flowing, maka akan didapatkan 4
data Pwf. Nilai qsc dapat dilihat dari sequence operation pada case nya. Setelah itu
menghitung ΔP2 masing masing Pwf, kemudian memplot grafik qsc vs ΔP2 dan
didapatkan slope untuk mendapatkan nilai faktor turbulensi (n), nilai faktor
turbulensi didapatkan sebesar 0.53710 Setelah diketahui faktor turbulensinya,
selanjutnya mencari nilai konstanta deliverabilitas ,perhitungan menggunakan nilai
91

ΔP2 dan qsc dari extended flow nya, didapatkan nilai konstanta deliverabilitas
sebesar 8,95736 Mscfd/Psi Setelah diketahui nilai faktor turbulensi dan nilai
konstanta deliverabilitas, selanjuntya menentukan nilai AOFP, dengan
menganggap nilai Pwf = 0, didapatkan nilai AOFP sebesar 22455,817 Mscfd atau
22,455817 MMscfd. Setelah itu Membuat tabel Pwf vs qsc, dengan mengasumsikan
beberapa data Pwf untuk membuat kurva IPR.
Pada Analisa dengan menggunakan metode LIT diawali dengan penentuan
Pseudopressure dengan mentabulasikan beberapa nilai tekanan, kemudian
perhitungannya menggunakan membutuhkan parameter viskositas dan faktor
kompresibilitas gas (Z) yang merupakan fungsi tekanan. Setelah itu membuat plot
grafik antara data Pressure (P) Vs Pseudopressure ,dari grafik tersebut kita dapat
menentukan nilai pada masing-masing Pwf berdasarkan persamaan dari trendline
nya, kemudian membuat tabulasi perhitungan metode LIT agar memudahkan dalam
menghitung nilai A dan B. nilai A didapatkan sebesar 30,337 dan nilai B didapatkan
sebesar -1.6999. Setelah itu mencari nilai a3 didapatkan sebesar 29,58. Nilai A, B
dan a3 digunakan untuk menghitung nilai AOFP (Absolute open flow potential)
yang didapatkan sebesar 22,079 MMscfd.
Harga faktor turbulensi ini mempengaruhi harga laju alir gas, bila harga
faktor turbulensi ini kecil, maka laju alir gas menjadi besar begitu pula sebaliknya,
karena seperti keterangan diatas, turbulensi aliran seolah-olah merupakan hambatan
aliran sekitr lubang sumur (seperti halnya skin/formation damage) sehingga dapat
memperkecil laju alir menuju lubang sumur.
IPR (Inflow Performance Relationship) dari kedua pendekatan/metode ini
digunakan untuk menghitung laju alir maksimum (qmax) sumur dalam berproduksi.
Setelah didapatkan besarnya laju alir maksimum maka dapat ditentukan besar
kecilnya ukuran tubing yang akan digunakan. Selain itu IPR juga dapat meramalkan
produksi sumur untuk waktu yang akan datang.
92

6.7. KESIMPULAN
Dari analisa tekanan pada reservoar Gas diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari data analisa PBU test didapat harga parameter-parameter sebagai
berikut :
 faktor turbulensi (n) = 0.53710
 konstanta deliverabilitas (C) = 8,95736 Mscfd/Psi
 AOF = 22457,040 Mscfd
 AOFP = 22455,817 Mscfd
2. Analisa reservoir gas dipengaruhi oleh nilai z dan U karena perubahan
tekanan sangat dipengaruhi oleh sifat fisik gas.
3. IPR (Inflow Performance Relationship) dari kedua pendekatan/metode ini
digunakan untuk menghitung laju alir maksimum (qmax) sumur dalam
berproduksi.
4. Dari Analisa LIT didapatkan AOFP = 22,079 MMscfd dengan selisih dari
metode konvensional sebesar 0.37917 MMscfd dengan error sebesar 1,68
%

Anda mungkin juga menyukai