Anda di halaman 1dari 67

BAB IV

UJI SUMUR GAS

4.1. Pengertian dan Tujuan Uji Sumur Gas


Tujuan utama dari suatu pengujian sumur gas adalah untuk menentukan
kemampuan suatu formasi untuk berproduksi. Tekanan merupakan data yang
sangat bermanfaat dan berharga di dalam reservoir engineering. Secara langsung
atau tidak langsung, tekanan masuk ke semua tahap perhitungan reservoir
engineering. Oleh karena itu, penentuan yang akurat terhadap parameter-
parameter reservoir adalah hal sangat penting. Apabila pengujian dilakukan
dengan baik dan kemudian hasilnya dianalisa dengan baik maka banyak informasi
yang sangat berharga diperoleh, seperti permeabilitas effektif fluida, kerusakan
atau perbaikan formasi disekeliling lubang sumur akibat pemboran ataupun pada
saat berproduksi, tekanan reservoir, batas-batas reservoir dan bentuk radius
pengurasan.
Pada prinsipnya pengujian ini dilakukan sangat sederhana yaitu dengan
memberikan gangguan kesetimbangan tekanan terhadap sumur yang akan di test.
Secara garis besar, terdapat dua jenis uji sumur untuk sumur gas, yang pertama
adalah uji deliveribilitas termasuk back pressure test, Isochronal test dan
Modified Isochronal test dan yang kedua adalah pressure test (pressure buildup
dan pressure drawdown).

4.2. Uji Deliverabilitas


Pada pertama kalinya pengujian untuk menentukan kemampuan sumur gas
untuk berproduksi dilakukan dengan cara membuka sumur dan menghubungkan
sumur dengan tekanan atmosfer, dan harga AOF diukur langsung dengan
menggunakan impact pressure gauge yang dipasang dipermukaan. Penyajian
dengan cara ini hanya efektif untuk digunakan pada sumur yang dangkal,
sedangkan sumur gas yang dalam dengan ukuran tubing yang kecil akan
memberikan hasil yang tidak akurat. Pembukaan sumur yang relatif lama akan
menyebabkan pemborosan gas secara sia-sia, selain dapat menimbulkan
kerusakan pada formasi serta dapat menimbulkan bahaya lain yang tidak
diinginkan. Berdasarkan alasan diatas, maka mulai dikembangkan metoda uji
deliverability yang lebih modern dengan menggunakan laju aliran yang sesuai dan
dapat dikontrol, diantaranya yakni Back Pressure, Isochronal dan Modified
Isochronal.
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk
2
berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik
p
( R -pwf2) vs Qsc. Uji
deliverability merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan untuk
menentukan produktivitas sumur gas. Uji ini terdiri dari tiga atau lebih aliran
dengan laju alir, tekanan dan data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah Absolute Open Flow
Potential (AOFP), yang didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk
memproduksi gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir
dasar sumur (sandface) sebesar tekanan atmosphere (± 14,7 psia). Hal ini tidak
dapat diukur secara langsung tetapi dapat diperoleh dari uji deliverability.
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi deliverability sumur gas
juga sama dengan faktor yang mempengaruhi inflow performance relationship.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh tersebut terdiri atas faktor teknis dan
nonteknis.
Faktor teknis terdiri dari :
1. Tekanan statik
Tekanan reservoir akan menurun jika diproduksikan untuk jangka waktu
tertentu, sehingga dengan demikian kemampuan produksi suatu sumur juga akan
berubah. Perubahan kemampuan produksi ini tidak merubah perolehan gas secara
komulatif (UR), sehingga tekanan abandonment tercapai.
2. Water coning
Yaitu ikut terproduksinya air yang semakin lama semakin tinggi. Hal ini
karena rate yang terlalu besar atau kesalahan perforasi yang terlalu dekat dengan
batas gas-air (GWC) dan biasanya dijumpai pada reservoir di bawah pengaruh air
yang kuat. Dengan demikian gas yang terproduksi semakin lama akan semakin
kecil, sedangkan produksi air akan semakin tinggi sehingga deliverability sumur
gas tersebut akan terpengaruh dan mengakibatkan sumur mati.
3. Skin efek
Kerusakan formasi dimana permeabilitasnya semakin mengecil dan
mengakibatkan aliran dari formasi ke lubang bor akan sedikit terhambat.
Pengurangan harga permeabilitas tersebut biasanya terjadi di sekitar lubang bor
yang diakibatkan oleh adanya kontaminasi filtrat lumpur pada formasi di daerah
zona invasi. Perubahan aliran yang disebabkan oleh pengurangan permeabilitas
tersebut akan mengurangi dari kemampuan sumur untuk berproduksi.
4. Jenis aliran
Pada tes sumur gas dan analisanya, biasanya dianggap alirannya adalah
laminar, yaitu untuk harga n = 1. Untuk aliran yang turbulen, dimana harga n
tidak sama dengan satu, persamaan yang digunakan akan berbeda, sehingga
deliverabilitynya juga akan berubah.
5. Jenis reservoir
Untuk tekanan reservoir yang berada di bawah depletion drive, tekanannya
akan cepat turun sejalan dengan waktu produksi dan hal ini dapat diamati setelah
selang waktu produksi tertentu. Untuk reservoir water drive, perubahan tekanan
reservoir dipengaruhi oleh air yang aktif, sehingga perubahan dari tekanan
reservoir tidak akan turun dengan cepat.

Faktor nonteknis yaitu :


Rate produksi dan tekanan produksi
Besarnya laju aliran berhubungan dengan tekanan aliran yang terdapat di
dalam lubang bor yang berupa drawdown terhadap tekanan reservoir (ps). Dengan
berubahnya tekanan alir dasar sumur (pwf), maka laju aliran yang dihasilkan juga
akan berubah, semakin kecil tekanan alir dasar sumur, maka laju aliran akan
semakin besar. Dengan demikian, apabila besarnya tekanan aliran dapat diatur
laju aliran juga akan bisa ditentukan, sehingga deliverability sumur gas juga akan
berpengaruh terhadap perubahan dari ke dua parameter tersebut.
Pada masa awal dari tes penentuan dari deliverabilitas ini sudah dikenal
persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini
menyatakan hubungan antara qsc terhadap p2 pada kondisi aliran yang stabil.
2
p
qsc = C( R - pwf2)n ........................................................................(4-1)
dimana :
qsc = laju aliran gas Mscf/d
C = koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva deliverabilitas
yang setabil, Mscfd/psia2
n = bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverability yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor
inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5-1.
atau n = tan θ
pR = tekanan rata-rata reservoir, psia.
pwf = tekanan alir dasar sumur, psia

Gambar 4.1. Grafik Deliverabilitas


(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)
Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi atas
aliran. Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak
(p2). Untuk aliran yang laminer akan memberikan harga n sama dengan 1, dan
bila faktor inersia- turbulensi berperan dalam aliran maka n < 1 (dibatasi sampai
harga paling kecil sama dengan 0,5). Pembuatan grafik dengan sistem koordinat
log-log berdasarkan Persamaan (4-1) akan menghasilkan hubungan yang linier.
log qsc = log C + n log p2 ..........................................................(4-2)
2
p
∆p2 = ( R - pwf2) .........................................................................(4-3)
Contoh grafis tersebut dapat dilihat pada Gambar ( 4.1).
Harga C dapat dilihat/dicari yaitu berdasarkan titik perpotongan grafik dan
satuannya dapat dinyatakan dalam :
kh

[ ]
q sc ( setabil ) r MM SCF/hari
= 1422Tμ g z g ln e −0 .75+ s
(C) (p 2
R −p
2 n
wf ) =
rw
= ( psia 2 ) n
Harga C ini tergantung dari sifat fisik batuan dan fluida yaitu, k dan .
Permeabilitas adalah saturasi liquid di dalam reservoir, sebagai penurunan tekanan
dari depletion. Gas yang tertinggal akan mengembang untuk menjaga Sg konstan.
Kecuali kondensat retrograde atau hadirnya water influx. Untuk gas kering,
perubahan k terhadap waktu (t) tidak terlalu berpengaruh. Jika berada pada
permeabilitas tinggi maka harga C juga akan tinggi begitu juga sebaliknya,
tergantung dari klasifikasi permeabilitasnya. Harga  dan z tergantung dari
perubahan harga tekanan reservoir. Satuan ukuran lainnya digunakan dalam
analisa “deliverabilitas” adalah “absolut open flow potensial” (AOF).
Besar potensial ini diperoleh, bila kedalam Persamaan (4-3) dimasukkan
harga pwf sama dengan nol.
2
AOF
p
= C( R )n..…….…………………………………………(4-4)
Analisa deliverabilitas berdasarkan Persamaan (4-4) dikenal dengan analisa
konvensional. Analisa dengan menggunakan pseudo potensial, ψ , serta kondisi
aliran laminer-inersia-turbulensi (LIT) merupakan cara lain yang akan dijelaskan
lebih lanjut berikut ini.
4.2.1. Back Pressure Test
Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow test, metode
ini pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back
pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini dimulai
dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga P R. Selanjutnya sumur
diproduksi dengan laju sebesar qsc sehingga aliran mencapai stabil, sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak
didahului dengan penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses “back pressure test” diperlihatkan pada
Gambar 4.2. Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil.
Untuk keperluan ini diambil tekanan alir di dasar sumur, p wf, pada akhir dari
periode suatu laju produksi.
Lama waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi oleh permeabilitas
batuan. Waktu untuk mencapai kestabilan ini dapat diperkirakan berdasarkan
waktu mulai berlakunya aliran semi mantap.
tD = 0,25 reD ......................................................................................(4-5)
Berdasarkan definisi tD, yaitu :
kt
μφ Cr
tD = 2,637×10-4 w2 ………………………………………….(4-6)
maka harga waktu mencapai kondisi stabil, ts, adalah :
2
μφ Cr e ¿ 1000 μφ Cr e
2
t s =948 k pR
k ......................................................(4-7)
keterangan :
1
¿
C
pR
μ = Viscositas pada pR.
μ̄ ¿vis cositas pada p R

Gambar 4.2.
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Back Pressure Test
(Ikoku, Chi.; “Natural Gas Reservoir Engineering”1984)

Prosedur pelaksanaan Back Pressure Test adalah sebagai berikut:


1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan kesetimbangan statik, tekanan

terukur dicatat sebagai tekanan rata – rata reservoir (


pR ).
2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) hingga mencapai tekanan
stabil dan catat laju alir serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1.
3. Kemudian ubah laju aliran menjadi q2 hingga mencapai tekanan stabil dan
catat laju alir serta tekanan alir sebagai q2 dan Pwf2.
4. Ulangi langkah 2 dan 3, umumnya hingga empat kali.
5. Setelah diperoleh sejumlah perubahan laju aliran, sumur kemudian ditutup

4.2.2. Isochronal Test


Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila
dilangsungkan pada reservoir dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoir
dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang
belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
Bertolak dari kelemahan back-pressure test, maka Cullender
mengembangkan isochronal test guna memperoleh harga deliverability pada
sumur dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara tes berdasarkan
anggapan, bahwa jari-jari daerah penyerapan yang efektif (efektive drainage
radius), rd, adalah fungsi dari tD dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia
mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log p2 vs log qsc yang linier dengan harga eksponen n yang
sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai

stabil,
pR , yang diusulkan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan
laju produksi tertentu selama jangka waktu t, tanpa menanti kondisi stabil.
Diagram laju produksi dan tekanan di dasar sumur dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan sumur sampai tekanan

mencapai stabil,
pR . pada Gambar 4.3 ditunjukkan beberapa hal penting yang
berkaitan dengan urutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang
waktu yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai p =pR, bukannya selang waktu
yang sama panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai
keadaan stabil, tetapi hal ini tidak mutlak.
Prosedur pelaksanaan dari isochronal test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan keseimbangan statik, tekanan
terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir (pR)
2. Sumur diproduksikan dengan laju aliran q1 selama waktu t1, dan catat laju
aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1
3. Sumur ditutup kembali selama waktu t, hingga mencapai kondisi
kesetimbangan statik (pR)
4. Sumur diproduksi selama waktu t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke
yang berbeda dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai emapat
titik) dengan waktu alir t1.

Gambar 4.3.
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Isochronal Test
(ERCB, “Theory and Practice of the of Gas Wells”1975)

4.2.3. Modified Isochronal Test


Metoda ini merupakan pengembangan dari metoda isochronal,
perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil.
Pada reservoir yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan
bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk
(1959) telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati
hasil tes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari itu,
selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.

Gambar 4.4.
Diagram Tekanan Dan Laju Produksi Selama Tes Modified Isochronal
(Ikoku, Chi.; “ Natural Gas Reservoir Engineering ”)

Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas sama seperti pada metode


isochronal, kecuali untuk harga pR diganti dengan pws, yaitu harga tekanan yang
dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Dari Gambar 4.4. terlihat
bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan p2 atau  ψ dengan kondisi
sebagai berikut :
q1 = (pws1)2 - (pwf1)2
q2 = (pws2)2 - (pwf2)2
q3 = (pws3)2 - (pwf3)2
q4 = (pws4)2 - (pwf4)2
Sedangkan pengolahan kurva deliverabilitas yang stabil diperoleh dengan
jalan menggambarkan sebuah garis sejajar yang melalui (pws2 – pwf2).
Prinsip Kerja Modified Isochronal Test
• Sumur ditutup dan tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata
reservoir pwf1 (=ps). Selama periode penutupan sumur, tekanan static
sumur akan membentuk beberapa harga pws yang mana harga pws ini akan
semakin kecil untuk periode aliran berikutnya.
• Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) selama waktu t1 dan catat
laju aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1.
• Sumur ditutup kembali selama waktu t, dan catat tekanannya sebagai pwf2.
• Sumur diproduksi selama t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke yang
berbeda, dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan pwf2.
• Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat
titik) dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t 1 hingga
mencapai kondisi extended flow.

4.2.4. Metode Analisis Data Hasil Uji Deliverability


Analisa data hasil uji deliverability gas digunakan untuk menentukan
indikator produktivitas sumur gas, yaitu Absolute Open Flow Potential (AOFP).
Untuk keperluan tersebut, ada tiga metode analisa yang digunakan, yaitu:
1. Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional),
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo Pressure atau LIT (ψ).

4.2.4.1. Metode Analisis Rawlins-Schellhardt


Pierce dan Rawlins (1929) merupakan orang pertama yang
mengemukakan suatu metode uji sumur gas untuk mengetahui kemungkinan
sumur gas berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure),
sehingga dikenal pula sebagai uji back pressure. Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt
mengembangkan suatu persamaan empiris yang menggambarkan hubungan antara
laju alir dan tekanan pada sumur gas. Hubungan tersebut dinyatakan dengan
persamaan dalam bentuk pendekatan tekanan kuadrat (square pressure), seperti
berikut ini:
n
(4-8) q sc=C ( p 2− p 2 )
R wf ………………………………………………..
keterangan :
q sc = Laju alir gas, Mscf/d.
C = Koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva
deliverability yang stabil, Mscfd/psia2.
n = Bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverability yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor
inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5 - 1
pR = Tekanan rata-rata reservoir, psia.

pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.


Persamaan 4-8 diatas dapat juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

log ( p 2 − p
R wf
2 ()
)=
1
n
( log qsc−log C )
……………………………….(4-9)

Harga eksponen n pada Persamaan 4-9 adalah n=1/slope , atau:


logq sc −logq sc
1
n= 2

log ( p R − pwf )2 −log ( p R − p wf ) 1


2 2 2 2
……………………………..(4-10)
Harga koefisien kinerja C dapat ditentukan dari persamaan berikut :
q sc
C=
( p R2− p wf 2 )
n

…………………………………………………….(4-
11)
Harga koefisien C juga dapat ditentukan dengan melakukan ekstrapolasi

garis lurus pada ( pR2 − p wf 2 )=1 dan dibaca pada harga


q sc . Sedangkan besarnya

harga AOFP adalah sama dengan harga


q sc pada harga pwf sebesar 14.7 psi.
Metode Analisis Rawlins-Schellhardt kurang baik karena tidak
memperhatikan faktor deviasi gas, sehingga tidak cocok dengan real gas.

4.2.4.2. Metode Analisis Jones-Blount-Glaze


Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan
pada sumur gas untuk mendapatkan kinerja sumur pada masa sekarang. Metode
ini digunakan untuk menentukan koefisien turbulensi b dan koefisien laminar a.
Persamaan aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam bentuk:
−12
3 . 161x10 βz Tγ g q
( )
1422μ g z Tqsc 0 . 472r e
( 1 1
)
2
sc
p 2− p 2= ln +s + −
R wf kh rw h 2 rw r e
….......(4-
12)
keterangan:
pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
T = Temperatur dasar sumur, 0R.
μ = Viskositas gas, cp.
γg = Specific gravity gas, fraksi.
z = Faktor deviasi gas, fraksi.
k = Permeabilitas efektif, mD.
h = Ketebalan formasi produktif, ft.

β = Koefisien kecepatan aliran, ft-1 = ( 2.33 x10 /k


10 1.201
).
q = Laju alir gas.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
rw = Jari-jari sumur, ft.
s = Faktor skin, dimensionless.
Persamaan 4-12 bila dibagi dengan qsc akan menghasilkan:
p 2 −p
R wf 2 Δp 2
= =a+bq sc
qsc qsc ……………………………………….(4-13)

dengan koefisien aliran laminar a adalah :

(4-14) a=1422μ g zT ln 0 . 472r e + s


kh ( rw ) …………………………………….

karena
1/r e amat kecil, maka dapat diabaikan, dan koefisisen aliran turbulen b :
−12
(4-15) b= 3 . 161x10 βz Tγ g
2
h rw …………………………………………….
2
Bila diplot antara Δp / q sc vs qsc pada kertas grafik kartesian akan
memberikan suatu garis lurus dengan slope b yang menunjukkan derajat aliran
turbulen di dalam sumur dan intercept a yang menunjukkan kerusakan formasi.
Harga b akan berubah setiap waktu ketika adanya perubahan pola aliran ke
dalam lubang sumur. Efek dari perubahan ini dalam tahapan komplesi sumur
dapat dievaluasi dengan membandingkan kedua harga b:
2
b1 β 1 h P r w
= 2 2

b2 β2 h2P r w
1 1

Jika hanya panjangnya komplesi yang berubah, maka


2
b1 hP
= 2 2

b2 hP
1

Untuk harga b = 0, maka ∆P/q = a atau


q=C ( p2R − p2wf )
Harga laju produksi gas (qsc) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
0. 5

q sc=
(
−a+ a2 + 4 b ( p 2 − p
R wf 2 ))
2b ………………………………….(4-16)
Slope = b

Intercept = a

0
0 q

Gambar 4.5.
2
∆p
Grafik vs q
q
(Ikoku, Chi.; “Natural Gas Reservoir Engineering”1984)

Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan qsc pada harga Pwf
sebesar 0 psi.
0.5

AOF =
(
−a+ a 2 + 4 b ( p
R2 ))
2b
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas,
tetapi pada metode ini dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena
untuk mendapatkan harga stabil dari koefisien laminar a diperlukan sekurang-
kurangnya dua uji aliran yang stabil.

4.2.4.3. Metode Analisis LIT


Metode LIT atau metode Eropa merupakan uji deliverability gas yang
menggunakan persamaan aliran laminar-inertial-turbulent (LIT) dalam bentuk

pendekatan pseudo-pressure dengan asumsi besarnya harga μ¿z ¿ akan tergantung


pada tekanan. Metode analisa tersebut untuk kisaran harga 2000<p<4000 psia,
namun demikian penggunaan metode ψ berlaku untuk semua harga tekanan.
Bentuk kuadrat dari persamaan aliran laminar-inertia-turbulence (LIT)
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Tekanan (p)
Digunakan untuk p > 4000 psi dan μz/p adalah konstan
Δp= p R − p wf =a1 qsc +b 1 q
(4-17) sc 2 …………………………………….…

2. Pendekatan Tekanan Kuadrat (p2)


Digunakan Jika 2000 psi < p < 4000 psi
Δp= p 2− p =a2 q sc +b 2 q
(4-18) R wf 2 sc 2 …………………………………….

3. Pendekatan Pseudo-Pressure (ψ )
Digunakan untuk tekanan p < 2000 psi dimana μz adalah konstan.
Δ ( ψ )=ψ R −ψ wf =a3 qsc + b3 q
(4-19) sc 2 ……………………………...……..

Bagian pertama ruas kanan (a.qsc) dari Persamaan 4-17, 4-18, dan 4-19
menunjukkan hubungan penurunan tekanan dalam bentuk tekanan, tekanan
kuadrat, atau pseudo-pressure yang disebabkan oleh pengaruh aliran laminar dan
kondisi lubang sumur. Sedangkan bagian keduanya (b.qsc2) merupakan hubungan
penurunan tekanan yang disebabkan oleh aliran inertial-turbulence.
Karena analisa pseudo-pressure dianggap lebih teliti dan dapat digunakan
pada semua kisaran tekanan reservoir, bila dibandingkan dengan analisa
pendekatan tekanan (p) atau analisa pendekatan tekanan kuadrat (p2), maka
pendekatan LIT menggunakan pseudo-pressure dan untuk selanjutnya disebut

sebagai pendekatan LIT ( ψ ) .

Dari Persamaan 4-19, plot antara ( Δψ−bqsc ) vs qsc pada kertas grafik log-
2

log akan memberikan garis lurus. Kurva ini merupakan garis deliverability yang
stabil, dimana harga a3 dan b3 dapat dicari dari persamaan berikut ini:
∑ ( Δψ /q sc ) ∑ q sc2−∑ q sc ∑ Δψ
a3 =
N ∑ q 2 −∑ q sc ∑ q sc
sc ……………………....………(4-20)
N ∑ Δψ−∑ q sc ∑ ( Δψ /q sc )
b3 =
N ∑ q 2−∑ qsc ∑ q sc
sc ………………………………(4-21)
Dimana N = banyaknya poin-poin data.

Harga laju produksi gas dapat dihitung dengan menggunakan penyelesaian


persamaan kudrat berikut ini untuk berbagai harga ∆ψ:
0. 5
−a3 + ( a 2 +4 b3 Δψ )
3
q=
2 b3 ………………………………………..(4-22)
Sedangkan besarnya AOFP sama dengan qsc pada harga ψ sebesar 0 psi.
Metode Analisis LIT analisa dianggap lebih teliti karena menggunakan
pseudo-pressure dan dapat digunakan pada semua kisaran tekanan reservoir, bila
dibandingkan dengan analisa pendekatan tekanan (p) atau analisa pendekatan
tekanan kuadrat (p2). Metode ini dapat digunakan pada kondisi real gas dan hanya
membutuhkan satu data uji aliran stabil.
u

Gambar 4.6. Plot Uji Deliverability-Metode Eropa


(Ikoku, Chi.; “Natural Gas Reservoir Engineering”1984)

4.2.4.4. Prosedur Perhitungan


A. Persamaan Dasar Laminer Inertia Turbulen (LIT)
Pendekatan tekanan (p)
Keadaan transien :

(4-23) p = atqsc + bqsc ……………………………………………….


2

Keadaan semi mantap:


p = aqsc + bqsc2 ……………………………………………(4-24)
Pendekatan tekanan kuadrat (p2)
Keadaan transient :
p2 = at qsc + bqsc2 ………………………………………….............(4-25)
Keadaan semi mantap:
p2 = a qsc + bqsc2 ……………………………………………….(4-26)
Pendekatan Pseudo-pressure m(p) atau 
Keadaan transient:

(4-27)  = at qsc + bqsc ………………………………………………..


2

Keadaan semi mantap:

(4-28)  = a qsc + bqsc …………………………………………………


2

Anggapan-anggapan dalam analisa LIT, bahwa at dan a dipengaruhi oleh


waktu, tetapi tidak dipengaruhi oleh laju aliran dan tingkatan tekanan tertentu,
sedangkan harga b bukan merupakan fungsi dari waktu aliran, sehingga tidak
dikoreksi terhadap keadaan reservoir heterogen dan gradient tekanan besar.
B. Penentuan at, a dan b dengan Pendekatan 𝛙
Dalam penentuan harga-harga at, a, dan b dapat ditentukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Metoda Least Square
Metoda ini berdasarkan hubungan laju produksi-tekanan yang didapat dari
hasil pengujian pada keadaan transient, yang dinyatakan oleh Kulczycki (1955),
sebagai berikut:
Δψ
(4-29) ∑ q ∑ q sc2 −∑ q sc ∑ Δψ
sc
at = 2
N∑q 2−( ∑ q sc )
sc ……………………………………
Δψ
(4-30) N ∑ Δψ −∑ qsc ∑
q sc
b= 2
N∑ q 2− (∑ q sc )
sc …………………………………………
keterangan : N = Jumlah data.
Harga a dapat ditentukan dari Persamaan 4-24, karena harga b telah didapatkan
dari Persamaan 4-30.
2. Metoda Grafik
Metoda ini dikembangkan oleh Willis (1965), prosedur perhitungannya
sebagai berikut:
1. Plot pada kertas log-log 3x3, laju aliran sebagai absis (x) dan ψ sebagai
ordinat (y) dengan skala sama.
2. Dengan menggunakan Persamaan 4-27, bila at = b = 1, persamaan
menjadi:

(4-31) ψ = qsc + qsc ……………………………………………………


2

berdasarkan data aliran transient, plot persamaan :

(4-32) ψ = qsc ……………………………………………………………………………………..

(4-33) ψ = qsc ………………………………………………………….


2

akan didapatkan garis lurus, untuk jelasnya lihat Gambar 4.7.


3. Untuk mendapatkan harga a pada keadaan transient (at), berdasarkan
perpotongan garis dari Persamaan 4-32. Dengan garis lurus, qsc berharga 1,
yang dibaca secara langsung seperti ψ.
4. Untuk mendapatkan harga b, berdasatkan perpotongan garis Persamaan
4-33 dengan garis lurus qsc = 1, yang dibaca secara langsung.
5. Sedangkan untuk menentukan harga a, didapat dengan jalan memplot titik
stabil, kemudian melalui titik stabil ini dibuat garis berdasarkan
Persamaan 4-29, yang sejajar dengan butir 3, dan dengan memotongkan
garis ini, terhadap garis lurus qsc = 1, akan didapat harga a yang dibaca
secara langsung seperti ψ.
Bila titik–titik plot yang merupakan garis, berdasarkan Persamaan 4-32
dan 4-33, tidak berpotongan terhadap garis qsc = 1, sebagai pengganti dapat dibaca
pada harga qsc, pada 10 atau 100, kemudian sebagai koreksi pembacaan pada ψ,
harus dibagi 10 atau 100.
Persamaan 4-32

Persamaan 4-33

Gambar 4.7. Penentuan at, a, dan b Berdasarkan Metoda Grafik


(ERCB, “Theory and Practice of the of Gas Wells”1975)

3. Metoda Plot p2/qsc terhadap qsc


2
Δp
Plot qsc vs qsc merupakan garis lurus. Berdasarkan Gambar 4.8 harga a t
didapat sebagai perpotongan garis berdasarkan Persamaan 4-34 dengan q sc = 0,
sedangkan harga b didapat sebagai slope.
2
(4-34) Δp =a +bq
t sc
qsc …………………………………………………….
2
Δp
Di dalam metode ini kesulitannya adalah, jika hasil plot dari qsc vs qsc,
bukan merupakan garis lurus, sehingga dalam penentuan at dan b sangat susah.
600
∆p2/qsc, psia2/Mcf/D

q4 b
400
q3
q2
200
q1

at
100

200 400 600 800


qsc, Mcf/D

Gambar 4.8.
2
Δp
Penentuan at dan b Berdasarkan Plot qsc vs qsc
(Ikoku, Chi.; “Natural Gas Reservoir Engineering”1984)

C. Penentuan Deliverability, AOF, dan AOFP


1. Metoda Pendekatan (p2)
Penentuan deliverability, AOF, dan AOFP berdasarkan keadaan stabil,
dari Persamaan 4-26, merupakan persamaan kuadrat dalam bentuk laju aliran q sc,
salah satu akar yang memenuhi Persamaan 4-26 adalah sebagai deliverability :

[ )]
0 .5
(4-35) −a+ a2 + 4 b ( p 2 − p 2
R wf
q del=
2b ………………………………......

dan harga AOF apabila pwf = 0, yaitu :


2 0. 5
−a+ [ a + 4 b p R ]
2

AOF =
2b .............................................................(4-36)
dan harga AOFP apabila pwf = 14.7 psia :

[ ]
0.5
−a+ a+4 b ( p 2R−14 . 7 )
AOFP=
2b ………………………………..(4-37)
Dari hasil di atas, bila dinyatakan dalam bentuk grafik, plot pada kertas
log-log (p2 –bqsc2) terhadap qsc akan mendapatkan garis lurus berdasarkan
Persamaan 4-25 merupakan kurva stabilized deliverability (garis ini melalui titik
stabil). Harga AOF dan AOFP didapatkan dari garis stabilized deliverability,
dengan mengambil pwf = 0 atau pwf = 14.7 psia.
2. Metoda Pendekatan Pseudo Pressure ()
Penentuan deliverability, AOF, dan AOFP berdasarkan keadaan stabil,
dari Persamaan 4-28, merupakan persamaan kuadrat dalam bentuk laju aliran q sc,
salah satu akar yang memenuhi Persamaan 4-28, yaitu (sebagai deliverability) :
0. 5

q sc =
[
−a+ a 2 + 4 b ( ψ R−ψ wf ) ]
2b .......................................................(4-38)
dan harga AOF apabila pwf = 0
0. 5
−a+ [ a +4 b ψ R ]
2

AOF =
2b ………………………………………..(4-39)
dan harga AOFP apabila pwf = 14.7 psia
0. 5

AOFP=
[
−a+ a+4 b ( ψ R−ψ (14 , 7 )) ]
2b ……………………………(4-40)
Dengan diketahuinya harga at, a, dan b, plot grafik antara ( - bqsc2) vs
qsc akan mendapatkan garis lurus berdasarkan Persamaan 4-27 merupakan kurva
stabilized deliverability (garis ini melalui titik stabil) seperti yang terlihat pada
Gambar 4.8.
Harga AOF dan AOFP didapat berdasarkan garis stabilized deliverabitas,
dengan mengambil harga (0) atau (14.7).
Persamaan yang mendukung pada analisa ini adalah persamaan aliran LIT
pendekatan pseudo pressure, perhitungan sedikit lebih kompleks, karena harus
menghitung harga faktor-z dan viskositas gas pada berbagai variasi tekanan,
untuk mendapatkan harga tekanan pseudo. Perhitungan yang dilakukan dengan
metode analisis Rawlins-Schellhardt dan metoda LIT (p2), yang secara teori sesuai
untuk diterapkan pada kisaran tekanan reservoir kurang dari 2000 psia.
Sedangakan pendekatan pseudo (m(p)), yang digunakan pada kisaran tekanan
antara 2000–4000 atau bisa juga digunakan untuk semua kisaran tekanan.
t3

a × AOF t2
t1
45°
(∆𝜓 -
bqsc
2)

il
ab
st
n
ra
ali

AOF

0.1 1 10 qsc, MM SCF/H

Gambar 4.9. Plot Test Konvensional untuk ( - bqsc) vs qsc pada LIT
(Abdassah, Doddy;”Teknik Eksploitasi Gas Bumi”)

4.3. Pressure Transient Test


Dari test deliverability tidak bisa diperoleh harga variabel seperti
permeabilitas, kh, skin faktor, koefisien turbulensi secara langsung tetapi variabel-
variabel tersebut tercermin pada harga koefisien C dan eksponen n pada kurva
deliverabilitas. Oleh sebab itu perlu dilakukan test sumur lain untuk menentukan
variabel-variabel tersebut di atas, yaitu test sumur yang didasarkan pada teori
aliran transien. Test transient dilakukan dengan memberikan gangguan pada
reservoir kemuadian merekam respon tekanan di dalam lubang sumur, dengan
kata lain tekanan alir dasar sumur dicatat sebagai fungsi waktu.
Dalam bab ini akan dibahas pressure drawdown dan pressure buildup test.
4.3.1. Pressure Drawdown Test
Pressure drawdown test adalah suatu pengujian yang dilaksanakan dengan
jalan membuka sumur dan mempertahankan laju produksi tetap selama pengujian
berlangsung. Sebagai syarat awal, sebelum pembukaan sumur tersebut, tekanan
hendaknya seragam diseluruh reservoir, yaitu dengan menutup sumur sementara
waktu agar dicapai keseragaman tekanan di reservoirnya.
Mengingat hal tersebut di atas, waktu yang paling ideal untuk melakukan
pressure drawdown test adalah pada saat-saat pertama suatu sumur diproduksi.
Namun tentu saja bahwa test ini tidak hanya terbatas pada sumur-sumur baru saja.
Jadi pada dasarnya, pengujian ini dilakukan pada:
a) Sumur baru.
b) Sumur-sumur lama yang telah ditutup sekian lama hingga dicapai
keseragaman tekanan reservoir.
c) Sumur-sumur produktif yang apabila dilakukan build-up test, sumur
tersebut akan sangat merugikan.
Keuntungan ekonomis dalam melakukan pengujian test jenis ini adalah
dapat memperoleh produksi gas selama pengujian berlangsung (tidak seperti
dalam pressure build-up test), sedangkan keuntungan secara teknis adalah
kemungkinan dapat memperkirakan volume reservoir. Tetapi kelemahan yang
utama adalah sukar sekali mempertahankan laju aliran yang tetap selama
pengujian berlangsung.
Apabila didesain secara memadai, perolehan dari pengujian ini mencakup
banyak informasi yang berharga seperti permeabilitas formasi, faktor skin, dan
volume pori-pori yang berisi fluida.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, idealnya sumur yang diuji ditutup
sampai tekanan mencapai tekanan statik reservoirnya. Tuntutan ini bisa terjadi
pada reservoir-reservoir yang baru, tetapi jarang dapat dipenuhi pada reservoir-
reservoir yang telah lama atau tua. Kemudian yang kedua, laju produksi disaat
drawdown harus dipertahankan tetap selama pengujian. Laju aliran dianggap
tetap dan penurunan tekanan dasar sumur dimonitor secara kontinyu. Pada
pengujian ini, segala data komplesi harus diketahui agar efek dan lamanya
"wellbore storage" dapat diperkirakan.

Gambar 4.10.
Bentuk Grafik Laju Alir dan Tekanan Ideal pada Pressure Drawdown
(Earlougher, Robert C.;“Advances in Well Test Analysis”1977)

4.3.1.1. Karakterisasi Rezim Aliran untuk Drawdown Test dengan Laju


Konstan
Gambar 4.11. memperlihatkan sejarah aliran sebuah sumur yang dapat
dibagi kedalam tiga periode untuk dianalisis:
1. Transient atau periode aliran awal, biasanya digunakan untuk analisis
karakteristik aliran.
2. Periode aliran transient lanjut,
3. Periode aliran semi-steady state, biasanya digunakan dalam reservoir
limit test.
Gambar 4.11.
Sejarah Tekanan-Waktu Pada Drawdown Test Dengan Laju Konstan
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

A. Regim Aliran Awal Waktu (Early Time Flow)


Pada awalnya selama periode aliran ini, wellbore storage dan efek skin
mendominasi aliran. Ketika sumur dibuka dipermukaan untuk aliran dengan laju
konstan, aliran pertama berasal dari lubang bor itu sendiri dari pada dari formasi.
Kenyataanya, aliran dari reservoir naik secara berangsur-angsur dari nol sampai
laju aliran tetap di kepala sumur tercapai q dalam waktu tertentu twb, yang
dinyatakan dengan:
const μ g C s
t wb=
kh ………………………………………….. ………….(4-
41)
Dimana const = konstanta = 36,177 jika Vwb dalam ft3 dan = 203,413 jika
Vwb dalam bbl. kh adalah kapasitas aliran formasi, mD-ft. Cs adalah konstanta
wellbore storage, yang didefinisikan sebagai laju pengosongan (Unloading) atau
penyimpanan (storage) lubang sumur per unit perbedaan tekanan:
Cs = Vwb× Cwb ………………………………………………………..(4-42)
Dimana Vwb = volume lubang tubing (sumur dengan bottom hole packer)
atau volume annulus lubang sumur (sumur tanpa bottom hole packer). C s adalah
kompressibilitas fluida di dalam lubang sumur yang dievaluasi pada tekanan dan
temperature rata-rata lubang bor dan bukan pada kondisi reservoir.
Persamaan 4-41 digunakan pada sumur yang memiliki skin = 0. Agarwal,
Al-Hussainy, dan Ramey memberikan suatu kombinasi antara efek wellbore
storage dan skin dalam bentu type curve seperti gambar 4.13a sampai dengan
4.13e. Type curve ini dapat digunakan secara efektif untuk menentukan waktu
dimulainya aliran transient.

Gambar 4.12.
Type Curve Tekanan tak Berdimensi vs Waktu tak Berdimensi, termasuk
Efek Wellbore Storage dan Skin
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook” 2003)
Gambar 4.13.a.
Type Curve Yang Digunakan Untuk Menentukan Akhir Wellbore Storage
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook” 2003)

Gambar 4.13.b.
Type Curve Yang Digunakan Untuk Menentukan Akhir Wellbore Storage
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook” 2003)

Gambar 4.13.c.
Type Curve Yang Digunakan Untuk Menentukan Akhir Wellbore Storage
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook” 2003)
Gambar 4.13.d.
Type Curve Yang Digunakan Untuk Menentukan Akhir Wellbore Storage
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook” 2003)

Gambar 4.13.e.
Type Curve Yang Digunakan Untuk Menentukan Akhir Wellbore Storage
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

B. Rezim Aliran Transient


Pada rezim aliran ini, tekanan akan sama seperti yang diakibatkan oleh
satu sumber sumur dengan harga skin yang konstan. Karena plot ∆pD terhadap tD
pada koordinat semilog akan menghasilkan suatu garis lurus, analisis data aliran
transient sering disebut sebagai analisis semilog. Analisis semilog data drawdown
memberikan nilai-nilai parameter-parameter reservoir yang konsisten. Hanya
permeabilitas-ketebalan, kh, skin faktor, s, dan faktor inersia turbulensi yang
dapat dihitung dalam analisis ini. Garis lurus semilog ini akan terus berlanjut
selama reservoir tersebut adalah reservoir yang terbatas. Jika terdapat patahan
didalam reservoir, kemiringan dari garis lurus ini akan menjadi ganda, dan suatu
garis baru akan terbentuk. Ketika batas reservoir mulai memberikan pengaruh
kepada drawdown sumur, periode transien berakhir. Pseudo-steady-state secara
langsung akan melanjutkan periode transient ini.
C. Rezim Aliran Semi Steady State
Ketika suatu uji drawdown dengan laju alir yang konstan dilakukan dalam
kurun waktu yang lama, pengaruh batasan reservoir akan mendominasi perilaku
tekanan di sumur tersebut. Tekanan akan mulai turun dengan turunnya laju alir di
setiap titik-titik di dalam reservoir, karenanya rezim aliran ini dinamakan dengan
pseudo-steady-state. Kemudian total area pengurasan akan turun dengan laju yang
tetap. Plot ∆pD terhadap tD pada koordinat aritmatik akan menghasilkan suatu garis
lurus dimana dari plot ini, isi pori-pori reservoir yang terisi oleh oleh gas dan
batas reservoir dapat dihitung. Pengujian yang memanfaatkan data rezim aliran
ini sering dikenal sebagai reservoir limit test.

4.3.1.2. Analisis Drawdown Test


A. Analisis Berdasarkan Data Waktu Awal
Pada periode ini, tekanan transient sedang bergerak melalui formasi
mendekati lubang sumur. Data Early-time bisa digunakan untuk menentukan
waktu awal dari aliran transien. Dalam beberapa kasus, biasanya data yang
tersedia bukan merupakan data untuk analisa aliran transien, dalam hal ini perlu
dianalisa sebagai data waktu awal. Teknik-teknik type-curve matching sesuai
untuk tujuan ini. Di dalam sumur-sumur yang tidak memiliki patahan, data waktu
awal dikendalikan oleh efek wellbore storage dan skin. Gambar 4.13.a sampai
dengan 4.13.e sangat bermanfaat sekali untuk menganalisis wellbore storage yang
dikendalikan oleh data waktu awal. Teori type curve Ramey memberikan
beberapa prosedur untuk menggunakan kurva-kurva untuk analisa test:
1. Plot perubahan tekanan terhadap waktu dalam skala log-log yang memiliki
ukuran yang sama dengan type curve ramey pada kertas kalkir.
2. Jika test memilki daerah kemiringan yang seragam (garis 45° pada waktu
paling awal), pilih sembarang titik t pada garis unit slop tersebut, kemudian
hitung konstanta wellbore storage, Cs:
Untuk tekanan p < 3000 psia:

(4-
43)
…………………....
Dimana

Untuk tekanan p > 2000 psia

(4-
44)
….. …………………..
Dalam terminologi pseudopressure,

(4-
45) ………......…

Kemudian tentukan konstanta wellbore storage:

(4-46)
…………………………………………...……….......

Jika tidak tersedia unit slope, Cs dan CSD harus ditentukan dari properti
lubang sumur, dan ketidak-akuratan bisa muncul jika propertiesnya tidak
menjelaskan kondisi test aktual.
3. Setelah menggunakan type curve dengan CSD yang telah dihitung pada
langkah 2, menemukan curve yang paling cocok dengan plot data. Kurva ini
akan dicirikan pada beberapa harga skin faktor; catat hasilnya.
4. Dengan menggunakan plot data aktual yang telah diletakkan pada posisi
yang cocok, catat titik yang saling sesuai pada match point.
[(pi-pwf), pD] dan (t, tD)
2 2
[( pi -p wf ), pD] dan (t, tD)

[ ψ ( pi )−ψ ( p wf ) , pD] dan (t, tD)


2 2

……….. ……………………….…………………..(4-47)

……. ………………………………………..(4-48)

……….………………………………...(4-49)
khT sc [ ψ ( pi ) −ψ ( p wf ) ]
ψD=
50 , 300 p sc q sc T ……..……………………………...(4-50)

……. ……………………………………………(4-51)

……………………………………(4-52)

Dimana
5. Hitung k dan ϕct dari match point, MP. Dengan menggunakan persamaan
berikut ini:

…………………………….(4-53)
Persamaan 4-53 dapat ditulis sebagai

……………………………(4-54)
……………………….(4-55)

………………………………………..(4-56)
6. Bandingkan nilai tersebut dengan nilai yang biasa digunakan untuk
menentukan CSD dan Cs.
Secara ringkas, prosedur-prosedur tersebut (1 sampai langkah 6)
memberikan perkiraan nilai k, s, dan Cs dalam terminologi tekanan (pressure
term), tekanan kuadrat (pressure squared) dan kasus pseudo pressure.
B. Memperkirakan Karakteristik Formasi Berdasarkan Data Aliran
Transient
1. Single-Rate Drawdown Test
Test ini terdiri dari mengalirkan sumur dengan laju alir yang konstan dan
secara kontinyu mencatat tekanan alir dasar sumur p wf sebagai fungsi waktu alir t.
aliran ini dimulai dari kondisi stabil penutupan sumur.

Gambar 4.14.
Analisis Drawdown Test dengan Type Curve Ramey
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

Data yang diperoleh dari single rate test dapat dianalisa seperti dibawah
ini untuk memperoleh harga kh dan faktor skin tampak, s’, s’ tersusun atas dua
bagian, s karena komplesi sumur, dan D’qSC karena efek turbulensi. Harga s dan D
diperoleh secara terpisah dari two rate test, yang akan dibahas pada sub bab
berikutnya. Untuk menganalisis tekanan drawdown, plot (pi - pwf) vs log t pada
skala semilog, dan log (pi - pwf) vs log t menggunakan plot log-log untuk
mengidentifikasi awal periode aliran transient. Untuk menganalisis tekanan
drawdown pada reservoir gas, sumbu y dari plot-plot yang telah disebutkan diatas

bisa pi – pwf, ( p2i − p2wf ) atau dengan pseudopressure ψ ( p i )−ψ ( p wf ) . Aturan


penggunaan plot-plot ini adalah:
1. pi – pwf, jika tekanan reservoir lebih besar dari 3000 psia

2. ( p2i − p2wf ) jika tekanan reservoir kurang dari 2000 psia

3. ψ ( p i )−ψ ( p wf ) , jika 1 dan 2 tidak valid atau dapat digunakan pada


berbagai kasus.
a) Analisis Drawdown Test Menggunakan Pendekatan pwf
Setelah periode aliran transien teridentifikasi, persamaan-persamaan berikut
digunakan ketika menggunakan pendekatan pwf untuk menganalisa
drawdown test sumur gas.

Gambar 4.15.
Variasi Harga ψ dan 𝛍z Terhadap Tekanan
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)
Model persamaan aliran transient dengan laju alir konstan pada reservoir
gas tak terbatas:
…………………………………..….(4-57)

…………………………………………….(4-58)

………………(4-59)
Dimana qsc dinyatakan dalam mscfd dan faktor volume formasi, βgi,yang
dinyatakan dalam barrel reservoir per mmscf, oleh karena itu qscβgi dapat
dinyatakan dalam barrel reservoir per hari (rb/d) sepert pada persamaan analog
untuk cairan slightly compressible. Semua properties gas (qsc, βgi, dan Cg) di
evaluasi pada tekanan inisial reservoir, pi.

…..…………………………..(4-60)

…………………………………………(4-61)
D Faktor adalah ukuran kehilangan tekanan (pressure loss) non-darcy atau
turbulen. Faktor D ini tidak dapat dihitung secara terpisah dari faktor skin dari
build up atau test drawdown, jadi konsep faktor skin tampak s’ = s + Dqsc, akan
sangat cocok digunakan karena harga ini dapat ditentukan dari single test. Plot ∆p

=(
pi −p wf )
vs t pada skala semilog akan memberikan garis lurus dengan
kemiringan m, dimana dengan demikian permeabilitas formasi dapat ditentukan.
Faktor skin tampak, s’, dapat dihitung , dimana harga p1hr harus ditentukan daris
garis lurus pada plot semilog tersebut (dapat diekstrapolasikan bila perlu).
Pressure drop akibat skin dapat dihitung dengan persamaan nerikut:

.………..………………………………….(4-62)
Dengan cara yang sama, pressure drop akibat efek aliran inersia turbulensi
dapat dihitung dengan persamaan:

..……………………………………………(4-63)
Kemudian total pressure drop adalah:
………………...(4-64)
Efesiensi aliran sumur, FE, yang didefinisikan sebagai perbandingan
drawdown di sumur tanpa skin atau aliran IT, dengan aktual drawdown dan dapat
dihitung dengan persamaan:

……………………………………….(4-65)
2
b) Analisis Drawdown Test Menggunakan Pendekatan pwf
Solusi untuk aliran transient yang paling berguna disebut juga dengan
solusu garis sumber (line source solution). Solusinya adalah
∆pD = 0.5 (In tD + 0.809) ………………………………………….(4-66)
Persamaan 4-66 dapat ditulis dengan menyertakan kerusakan formasi dan
efek turbulensi menjadi
∆pD = 0.5 (In tD + 0.809) +s’ …………………………………..(4-67)
Dimana
s' = s + Dqsc ……………………………………………………..(4-68)
dalam bentuk variable-variabel nyata dan log umum, persamaan 4-68
menjadi:

....(4-69)

Plot ∆p2 (¿ pi − pwf ) vs t pada koordinat semilog akan memberikan garis


2 2

lurus dengan slope m,

…………………………………..(4-70)
Sehingga kh dapat dihitung, untuk memperoleh s’, dengan t = 1 jam (atau
log 1 = 0) maka:

(4-71)
………………….
p1hr diperoleh dari ekstrapolasi segmen linear plot. Penyelesaian untuk s’:

……………………(4-72)
Karena s’ tergantung pada laju alir, dua test laju alir tunggal dapat
dilakukan untuk menentukan s dan D. kehilangan tekanan karena adanya
kerusakan formasi (aktual) dapat dihitung dengan:

……………………………………………(4-73)
Dan pressure drop yang tergantung pada laju aliran

………………………………………..(4-74)

c) Analisis Drawdown Test Menggunakan Pendekatan ψ ( p wf )


Aliran transient pada reservoir tanpa batas dalam bentuk persamaan

pseudopressure ψ ( p wf ) ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:

…………………………………(4-75)

Plot Δψ [ ¿ ψ ( pi )−ψ ( p wf ) ] vs t pada koordinat semilog akan memberikan


garis lurus dengan slope m, sehingga

…………………………………….(4-76)
Faktor skin tampak, s’,

…………………..(4-77)

Dimana
Δψ 1 adalah harga Δψ pada t = 1. Nilai ini diperoleh dari
ekstrapolasi garis lurus dari plot grafik. Dan pressure drop akibat skin diperoleh
dari

……………………….(4-78)
Dengan cara yang sama, pressure drop akibat efek aliran inersia turbulensi
dapat dihitung dengan persamaan:

…………………………………………(4-79)
Kemudian total pressure drop adalah:
………………………(4-80)
Efesiensi aliran sumur, FE, dapat dihitung dengan persamaan:

………………………………(4-81)
Dalam bentuk satuan tak berdimensi drawdown dinyatakan dengan
persamaan:

………………………………………(4-82)
2. Two-Rate Drawdown Test
Two-rate test terdiri dari mengalir sumur laju alir yang konstan qsc1 selama
t, dan lalu mengubah laju alir itu menjadi qsc2. Laju alir yang pertama biasanya
merupakan laju produksi aktual sumur. Sebelum laju alir diubah, tekanan alir
dasar sumurnya diukur langsung dengan suatu alat pengukur tekanan dan juga
setelah laju alir diubah tekanan alir dasar sumur dicatat secara terus-menerus.

Gambar 4.16.
Log-log Plot ∆ψ [=ψ(pi)-ψ(pwf)] vs t dengan Pendekatan Pseudopressure pada
Single Rate Drawdown Test
(_.ERCB:”Theory and Practice Of The Testing Of Gas Wells3rd. Ed”1975)

Data-data ini kemudian bisa dianalisa dengan metode analisa test laju alir
tunggal untuk memperoleh kh dan s'. Sebagai catatan bahwa lamanya waktu t dari
laju alir pertama harus cukup lama untuk memastikan bahwa periode tersebut
merupakan periode aliran transient.
Test dua aliran tunggal diperlukan untuk menentukan faktor aliran IT
menggunakan persamaan-persamaan berikut:

………………………………………………...…(4-83)
Penyelesaian persamaannya menjadi

……………………………………………………..(4-84)

…………………………………………….(4-85)

Gambar 4.17.
Contoh Semilog Plot ∆ψ [=ψ(pi)-ψ(pwf)]vs t dengan Pendekatan Pseudopressure
pada Single Rate Drawdown Test
(_.ERCB:”Theory and Practice Of The Testing Of Gas Wells3rd. Ed”1975)
Gambar 4.18.
Two Rate Drawdown Test dan Diagram Tekanannya
(_.ERCB:”Theory and Practice Of The Testing Of Gas Wells3rd. Ed”1975)

Dimana s dapat bernilai positif (kerusakan sumur) atau negatif (perbaikan


sumur), nilai D harus selalu positif. Ketika efek wellbore storage menjadi sangat
signifikan, penggunaan test dengan dua laju alir mempunyai keuntungan yang
terbatas yaitu menyingkirkan permasalahan yang disebabkan oleh pendistribusian
kembali fase gas dan fasa cair, dan sesungguhnya pengujian ini telah menjadi
standart test di beberapa hal. Analisa dari test seperti ini akan memberi harga kh,
s, dan D jika pi diketahui. Jika pi tidak dikethui, analisa ini akan menghasilkan kh,
s, dan pi. Respon tekanan yang diperoleh dengan mengubah laju alir dari qsc1
menjadi qsc2 dapat dianalisis dengan prinsip superposisi dalam waktu. Untuk
periode aliran kedua dari test ini, pseudopressure draw downnya adalah:

……………………………………………………………………..(4-86)

Plot ψ(pwf) vs log


( t 1 + Δt
Δt ) +
q sc 1
q sc 2
log Δt
pada koordinat aritmatik
memberikan garis lurus dengan slope m, dengan demikian:

………………………………………..(4-87)
'
Faktor skin tampak, s 2 , hubungannya dengan laju alir yang kedua dapat
dihitung dengan:

..........…………..(4-88)
'
Dimana s 1 = faktor skin tampak pada laju alir qsc1; ψ(pwf1) = pseudopressure
aliran di dasar lubang sumur saat ∆t = 1, yang diperoleh dari dengan ekstrapolasi
garis lurus. ψ(pwfn) = pseudopressure aliran di dasar lubang sumur saat pergantian
laju alir dari qsc1 menjadi qsc2. Namun untuk melengkapi persamaan diatas, dibutuh
beberapa informasi tambahan. Dua pendekatan alternatif yang dapat
dipertimbangkan.

a) Jika ψ(pi) diketahui


Karena analisa single drawdown test digunakan untuk periode aliran
'
pertama pada two rate drawdown test, maka faktor skin tampak, s 1 pada qsc1
diperoleh dari:

…………(4-89)
'
Dan faktor skin tampak, s 2 pada qsc2

………………………….…(4-90)
Faktor skin sebenarnya, s dan faktor inersia turbulensi dihitung dengan
persamaan 4-88.

b) Jika ψ(pi) tidak diketahui


' '
ψ(pi) dapat diperkirakan dengan mengasumsikan harga s1 dan s2 sama
dengan s’ rata-rata:

……………………………(4-91)
ψ(pi) dapat dihitung dengan persamaan 4-74,

....…(4-92)
Harga pi diperoleh dengan mengkonversi ψ(pi) kedalam bentuk pi.

Gambar 4.19.

Contoh Plot ψ(pwf) vs log


(
t 1 + Δt q sc 1
Δt
+
q sc 2
)
log Δt
dengan Pendekatan
Pseudopressure pada Two Rate Drawdown Test
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

c) Menggunakan Pendekatan p2

Plot ψ(pwf) vs log


( t 1 + Δt
Δt ) +
q sc 1
q sc 2
log Δt
pada koordinat aritmatik
memberikan garis lurus dengan slope m:

………………….......…………..…(4-93)
' '
Harga s 2 dapat ditentukan apabila telah diperoleh harga s 1 dari data periode aliran
pertama:

Dimana
p2wf 1 diperoleh saat Δt = 1
2
pwf 0 diperoleh saat Δt = 0

…………………(4-94)

…………………………………(4-95)
Harga faktor skin yang sebenarnya dan faktor turbulensi diperoleh dari:

Kehilangan tekanan akibat kerusakan aktual formasi dapat dihitung dari:

……………………………………...(4-96)
Jika tekanan inisial tidak diketahui, faktor skin dapat dihitung dengan persamaan:

...(4-
97)
Kemudian dapat dihitung harga P*
........(4-98)
3. Multirate Drawdown Test
Multirate test mirip dengan uji deliverability konvensional yang telah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya, kecuali bahwa tiap-tiap periode aliran tidak
dilanjutkan sampai tekanan reservoir stabil. Sesungguhnya, dilakukan untuk
menyelidiki rezim aliran transien hanya saja bahwa kh, s dan D dapat ditentukan
dengan pendekatan semilog. Pada multirate test ini, pembukaan sumur dimulai
dari ketika reservoir dalam keadaan stabil. Laju alir yang konstan qsc1
dipertahankan selama waktu t1, kemudian laju alir diubah ke qsc2 sampai t2, setelah
itu diubah ke qsc3 sampai t3 dan demikian seterusnya. Sejarah alirannya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
qsc1 = q1 untuk 0 < t < t1
qsc2 = q2, t1 < t < t2
qscn = qn, tn-1 < t
Selama periode aliran ke-n, perilaku tekanan drawdown ditunjukkan oleh
persamaan berikut ini menggunakan pendekatan pseudopressure:

………....(4-99)
dimana

n
Δq j
[ ψ ( p i )−ψ ( p wf ) ] / q n
∑ qn
log ( t−t j−i )
Jika di-plot antara terhadap j−i pada
koordinat aritmatik akan memberikan garis lurus dengan kemiringan m’, dengan
demikian

……………………………………..(4-100)
Faktor skin tampak s'n pada laju alir qn dapat dihitung dengan

…….......……..(4-101)

Dimana ∆ ψ = nilai dari [ ψ ( p i )−ψ ( p wf ) ] / q n


Data dari masing-masing periode aliran dapat dianalisa dengan menguraikan
' ' '
periode aliran ke-n. analisa seperti ini akan memberikan hasil s 1 , s 2 , s 3 , … sn-1.

Untuk menyelesaikannya dapat digunakan metode least square:

…………….………………………….(4-102)

……………….………………………..(4-103)
Dimana N = jumlah periode aliran.

C. Analisis Berdasarkan Data Aliran Semi Mantap


1. Reservoir Limit Test
Jika uji drawdown test dilanjutkan sampai aliran mencapai batas reservoir,
maka kelakuan tekanan untuk reservoir berbentuk bundar dapat ditunjukkan
dengan persamaan:

…………………….…………….…(4-104)
Dengan menyusun kembali persamaan 4-86, substitusi dengan terminologi
tak berdimensi, variabel nyata dan log dapat dituliskan menjadi:

……………………………(4-105)
Dalam persamaan 4-117, πϕre2h mewakili gas yang mengisi volume pori
reservoir, vp, persamaan 4-117 dapat juga ditulis dengan

…………….…..(4-106)

Jika diplot antara ∆ψ = [ ψ ( p i )−ψ ( p wf ) ] terhadap waktu t, pada skala


aritmatik, akan memberikan garis lurus dengan kemiringan m”. Sehingga volume
pori reservoir yang terisi oleh gas dapat dihitung dengan persamaan:

…………………………………………..(4-107)
Dan batas reservoirnya adalah

……………………………….………………….(4-108)

2. Menentukan Minimum Gas in Place


Menentukan volume mula-mula gas di tempat Vpm, (dalam mmscf)

…………………………………….……...(4-109)
Dimana rinv adalah jari-jari pengamatan, rinv ≤ re

……………………………..…….……..(4-110)
Persamaan 4-110 dapat disubstitusikan ke dalam persamaan 4-108 sehingga
menjadi

……………………………………………(4-111)
Dimana t adalah lama waktu periode aliran yang dibutuhkan untuk melaksanakan
uji batas ekonomi (economic limit test).

4.3.2. Pressure Build Up Test


Pressure Build-Up Test adalah suatu teknik pengujian tekanan transien
dengan cara memproduksikan sumur dengan laju produksi konstan selama waktu
tertentu, kemudian sumur ditutup (biasanya dengan menutup kepala sumur di
permukaan). Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat
sebagai fungsi waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan alir dasar
sumur). Gambar 4.21 menunjukkan bentuk grafik laju alir dan tekanan ideal pada
pressure build-up.
Test pressure build up adalah test yang paling sederhana yang dapat lakukan pada
suatu sumur gas. Jika efek wellbore storage dapat ditentukan, banyak informasi
bermanfaat yang bias diperoleh.
Informasi-informasi ini termasuk didalamnya permeabilitas, faktor skin tampak s,

dan tekanan rata-rata reservoir


pR . Test ini dilakukan dengan mengalirkan sumur
dengan laju tetap qsc untuk jangka waktu tertentu tp, dilanjutkan dengan penutupan

Gambar 4.20.
Reservoir Limit Test
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

sumur pada ∆t = 0,kemudian mengukur peningkatan tekanan lubang bor dengan


waktu penutupan ∆t. Horner mengembangkan test ini, dan metode analisis ini
umumnya memberikan hasil yang terbaik. Horner menunjukkan bahwa plot
tekanan akibat penutupan sumur, pws, terhadap log ( tp +∆t)/∆t memberikan suatu
garis lurus untuk satu reservoir tanpa batas.
Test pressure build up adalah test yang paling sederhana yang dapat
lakukan pada suatu sumur gas. Jika efek wellbore storage dapat ditentukan,
banyak informasi bermanfaat yang bias diperoleh. Informasi-informasi ini
termasuk didalamnya permeabilitas, faktor skin tampak s, dan tekanan rata-rata

reservoir
pR . Test ini dilakukan dengan mengalirkan sumur dengan laju tetap q
sc

untuk jangka waktu tertentu tp, dilanjutkan dengan penutupan sumur pada ∆t = 0,
kemudian mengukur peningkatan tekanan lubang bor dengan waktu penutupan ∆t.
Horner mengembangkan test ini, dan metode analisis ini umumnya
memberikan hasil yang terbaik. Horner menunjukkan bahwa plot tekanan akibat
penutupan sumur, pws, terhadap log ( tp +∆t)/∆t memberikan suatu garis lurus
untuk satu reservoir tanpa batas.

Gambar 4.21.
Bentuk Grafik Laju Alir dan Tekanan Ideal pada Pressure Build-Up
(Earlougher, Robert C.;“Advances in Well Test Analysis”)

Test pressure build up selalu didahului oleh drawdown, dan data build up
secara langsung dipengaruhi oleh drawdown ini. Biasanya, drawdown dimulai
dari kondisi reservoir yang stabil yang diwakili oleh tekanan reservoir yang stabil,
p1. Pada waktu t, sumur ditutup dan buildup dilanjutkan selama ∆t. Pada kondisi-
kondisi ini, perilaku tekanan di dasar lubang sumur yang statis, pws, digambarkan
dalam Gambar 4-22.
Gambar 4-23 menunjukkan bentuk kurva pressures buildup. Seperti juga
yang ditunjukkan dalam gambar tersebut, kasus-kasus rekahan dan kasus besarnya
harga skin negatif mendekati garis lurus semilog dari atas ketika wellbore storage
kecil. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa perilaku ini dapat
disembunyikan dengan harga wellbore storage yang besar, sehingga kurva
pressure build up kemungkinan memiliki bentuk karakteristik yang berhubung
dengan wellbore storage atau dengan harga skin yang positif.

Gambar 4.22. Perilaku Tekanan Static Dasar Sumur Akibat Penutupan


Sumur Gas
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

Ada beberapa publikasi yang membentuk inti dari analisa pressure


buildup. Hal ini kemudian menghasilkan tiga metode analisis konvensional yang
dinamakan dengan Horner Plot, Miller-Dyes-Hutchinson (MBH) Plot dan Muskat
Plot.
Theis (1935) dan Later Horner (1951) memperlihatkan bahwa plot antara
tekanan statis dasar sumur terhadap log ((tp + ∆t)/ ∆t) akan memberikan garis
lurus untuk reservoir yang tak terbatas. Dalam koteks pressure buildup ini, tp
menunjukkan periode atau lama waktu drawdown sebelum dilakukannya Pressure
BuildUp dan ∆t menunjukkan waktu penutupan atau PBU. Kemudian Miller-
Dyes-Hutchinson (1950) dan Perrine (1956) menunjukkan bahwa jika suatu
sumur telah diproduksikan sampai mencapai kondisi aliran semi mantap dan
kemudian ditutup, plot Pws terhadap log ∆t akan memberikan garis lurus. Muskat
(1936), Larson (1963) dan Russel (1966) menyatakan bahwa plot log ( Pr −Pws)
terhadap ∆t pada kondisi tertentu akan memberikan garis lurus.

Gambar 4.23.
Karakteristik Ideal Pressure Buildup Sumur Gas
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

Cakupan dan kebenaran aplikasi dari ketiga analisis yang berbeda ini
belum dapat ditetapkan dengan jelas dan sedikit kebingungan masih tersisa dalam
industri perminyakan. Ada suatu kepercayaan bahwa analisa Horner, baik untuk
sumur-sumur baru pada reservoir baru. Sedangkan analisa MDH, sah untuk
sumur-sumur tua pada reservoir lama. Pendapat ini merupakan suatu kesalah-
pahaman. Dalam tinjauan ulang yang sempurna dari berbagai metoda dari analisa,
Cobb dan Ramey (1971) mempelajari perilaku buildup suatu sumur pada
pusatnya, area pengurasan berbentuk persegi yang melebihi cakupan aliran yang
besar dan waktu penutupan. Mereka menggambarkan cakupan validasi dari tiap
metoda di atas dan menyimpulkan bahwa analisa Horner adalah secara umum
lebih bermanfaat di banding analisa MDH atau Muskat.

4.3.2.1. Analisa Horner


Persamaan pressure buildup petama kali dikembangkan pada hidrologi air tanah

(ground water hydrologists). Dasar analisa pressure build-up ini diperkenalkan

pertama kali oleh Horner untuk industri perminyakan. Metode ini pada dasarnya

adalah dengan memplot tekanan statik sumur terhadap suatu fungsi waktu Horner

1
ΔΡ D= ( ln t D +0 , 80907 )
(Horner time). Persamaan untuk aliran transien 2 adalah

persamaan dasar yang digunakan dalam test buildup.

Dasar teori dari test buildup didapatkan dari prinsip superposisi terhadap
waktu, dengan tujuan untuk merepresentasikan kondisi penutupan laju injeksi (-
qsc) yang dimulai pada t = 0 yang kemudian disuperposisikan dengan laju alir qsc
pada saat t = 0.

Persamaan dasar qsc, dan penambahannya diperoleh:

[ ]
1637 . qsc T . μ z kt
p2i −p 2ws = log +2 s '
kh φμCr w2
......................................(4-112)
Dengan menggunakan prinsip superposisi :
Δpt =Δ pq 1 +Δ pq 2 ...........................................................................(4-113)
maka Persamaan 3-112, menjadi :
[ ]
1637 . q1 T . μ z ktp+Δt
p2i −p 2ws = log +2 s '
kh φμCr w2
....................................(4-114)

[ ]
1637 . q2 T . μ z kΔt
− p2i −p 2ws = log +2 s'
kh φμ Cr 2w
...................................(4-115)

p2i −p 2ws =( q 1 −q2 )


T.μz
kh
log[tp+ Δt
Δt
+2 s ' ] ....................................(4-116)
Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :

(4-117) p2 −p 2 =1637 . qT . μ z log tp+ Δt


i ws
kh [ Δt ] ..............................................

Apparent skin, s’, tidak diikutkan dalam superposisi karena bukan merupakan
suatu fungsi waktu tetapi fungsi dari laju aliran. Bila pengaruh turbulensi aliran
dapat diabaikan, maka s = s’.
Pada umumnya analisis terhadap data PBU test yang diperoleh dengan cara

Horner plot data


2
pws vs log
[( )]
t + Δt
Δt akan menghasilkan slope (m) berupa garis
lurus, dimana :
1637 . q .sc T μ z
m=
kh .............................................................................(4-118)

Dari persamaan tersebut dapat ditentukan kh.

Ekstrapolasi garis untuk waktu penutupan (t) atau [( )] = 1


t + Δt
Δt

2
menghasilkan harga pi untuk reservoir tak terbatas.

Skin faktor dapat ditentukan dengan mengasumsikan


[( )]  1 pada t
t + Δt

t = 1 jam, dan menggunakan persamaan berikut :

s '=1 , 151
[ p21 jam −p 2wf
m
−log
k
φ μ C r 2w
+3 , 23
] ..........................................(4-119)
keterangan :
s>0 : menunjukkan adanya kerusakan formasi di sekitar lubang bor.
s<0 : menunjukkan adanya perbaikan formasi disekitar lubang bor,
karena dilakukan acidizing atau hydraulic fracturing
s=0 : tidak terjadi kerusakan formasi
Adanya pressure drop pada daerah di sekitar lubang bor (skin) akan menurunkan
Flow Efficiency (FE), dimana :
¿
p − p wf −Δp skin
FE= ¿
p − p wf ………………………………………….(4-120)

Gambar 4.24.
Horner Plot untuk Reservoir Gas yang Infinite
(Ikoku, Chi.U.DR;“Natural Gas Production Engineeing”1984

4.3.2.2. Analisis Pressure Build Up


A. Test yang Memanfaatkan Data Early-Time
Analisa data waktu-awal dapat menghasilkan perkiraan yang memadai dari
harga kh. Analisa seperti ini mungkin hanya diperlukan ketika data middle time
tidak tersedia.

B. Test yang Memanfaatkan Data Middle-Time dan Late-Time


Seperti telah dijelaskan sebelumya pada analisa drawdown bahwa data
early-time bisa digunakan untuk menentukan kapan dimulainya data aliran
transien. Analisa yang yang serupa pada periode earlytime juga berlaku untuk
analisa pressure buildup. Data seharusnya diperoleh pada rejim aliran transient
karena parameter-parameter reservoir dihitung dengan menganalisa data middle-
time. Analisa parameter-parameter reservoir ini jauh lebih dapat dipercaya
dibandingkan jika dihitung dari data early-time.
Data yang diperoleh dari test pressure buildup yang diikuti baik test
drawdown single rate maupun two rate dan juga suatu variable rate drawdown test

bisa dianalisa untuk memperoleh harga kh, sf, dan


pR . Kelakuan pressure buildup
selama periode middle time merupakan analisator untuk sepanjang periode aliran
transient. Dengan kata lain, reservoir adalah reservoir yang tak terbatas dan
batasan reservoir tidak mempengaruhi data waktu-tekanan. Analisa dari data
middle-time menghasilkan suatu garis lurus semilog, yang seharusnya tidak
dikacaukan oleh garis lurus semilog untuk drawdown test. Garis lurus ini jika
diekstrapolasikan, akan memberikan harga false reservoir pseudopressure, ψ*,
sebanding dengan harga p*, yang digunakan untuk menghitung pseudopressure

rata-rata reservoir,
ψ R , sebanding dengan tekanan rata-rata reservoir, pR .

4.3.2.3. Analisis Pada Reservoir Tak Terbatas


Solusi persamaan yang paling bermanfaat untuk aliran transient adalah line
source solution. Solusi persamaannya (termasuk parameter kerusakan formasi dan
efek turbulensi) adalah:
…………..…………………..(4-121)
Dalam terminologi variable nyata dan log, persamaan 4-121 dalam terminologi
tekanan kuadrat menjadi:

……….……..(4-122)
Dimana k dalam milidarcys. Jika sumur ditutup pada waktu tp dan dibiarkan
tekanannya naik selama ∆t, pengaruh dari penutupan dapat diperoleh dengan
menggunakan prinsip superposisi 2 efek. Selama periode penutupan, tekanan
statis dasar sumur adalah jumlah dari pengaruh berkelanjutan dari laju alir
drawdown qsc dan pengaruh superposisiperubahan laju alir dari 0 - qsc, dapat
dijelaskan dengan persamaan berikut ini:

…………………………….(4-123)
Perlu diketahui bahwa skin tampak s’, harus tidak tersuperposisi dalam waktu
karena ia merupakan fungsi dari laju alir yang ada. Terminologi pertama pada sisi
kanan persamaan 4-123 mewakili pengaruh yang diakibatkan oleh drawdown
dengan laju alir qsc selama (∆t+tp). kemudian qsc menjadi 0 selama ∆t. Dengan
penggabungan dan penyederhanaan kedua terminologi ini maka diperoleh:

…………………(4-124)
Hubungan ini mewakili penggunaan horner plot secara umum. Horner plot
diperoleh dari persamaan 4-124 dimana plot ∆p2 versus log (∆t+tp)/∆t pada
koordinat semilog akan memberikan garis lurus dengan kemiringan (slope) m,
sehingga

…………………………………….(4-125)
Untuk menentukan pwfo, tekanan sebelum penutupan, persamaan 4-122
dapat dituliskan menjadi

……(4-126)
Dari substitusi persamaan 4-124 dan persamaan 4-126 maka

…(4-127)
Dengan menentukan p1hr, tekanan ketika ∆t = 1 dan mengasumsikan
(∆t+tp)/∆t ≅ 1, maka persamaan 4-127 dapat disederhanakan kembali menjadi:

………………(4-128)
2
Dimana p1hr diperoleh dari ekstrapolasi segmen linier pada plot ∆t = 1
jam (log 1= 0). Persamaan 4-128 dapat digunakan untuk menentukan harga s’.
Tidak ada cara untuk memisahkan s’ ke dalam komponen-komponen s dan Dqsc
dari single buildup rate test. Namun jika dilakukan uji buildup yang lain setelah
uji drawdown, akan diperoleh harga s’ yang berbeda. Kedua harga s’ yang
berbeda ini dapat digunakan untuk menentukan s dan Dqsc secara terpisah dengan
menggunakan persamaan 4-83 dan 4-84.
Pressure buildup dalam terminologi pendekatan pseudopressure 𝜓 (pws)

……………(4-129)
Dari bentuk persamaan di atas, dapat dilihat bahwa plot antara 𝜓 (pws) vs
log (∆t+tp)/∆t memberikan garis lurus dengan kemiringan garis m dan dari m ini
dapat diperoleh kapasitas aliran kh,

…………………………………………….(4-130)

……………….…..(4-131)
s dan Dqsc dapat diperoleh dari two rate buildup test. Sehingga dari dua
harga s’ yang berbeda ini dengan menggunakan persamaan 4-83 dan 4-84, harga s
dan Dqsc dapat ditentukan secara terpisah.

……………………………………………..(4-132)

…………………………………(4-133)
Persamaan 4-132 dan 4-133 digunakan untuk menentukan penurunan
tekanan (pressure drop) akibat skin tampak dan menentukan efesiensi aliran.
Properti reservoir di evaluasi pada kondisi mula-mula pi, tekanan rata-rata p (jika

tersedia) atau √( p∗ +p
2 2
wf ) /2 . Jika harga ψ( p ) tersedia, maka ψ (p*) seharusnya
digantikan dengan ψ( p ).
Semilog plot pressure buildup untuk reservoir tak terbatas ditunjukkan
oleh gambar 4.24.
4.3.2.4. Analisis Pada Reservoir Terbatas
Dalam terminilogi pseudopressure dengan substitusi parameter tak
berdimensi dan dengan memasukkan parameter s’, kelakuan tekanan untuk
reservoir terbatas adalah:

……………….(4-134)
Superposisi buildup pada drawdown adalah

……………..(4-135)
Untuk ∆t ≪ tp:

F|Δt ≃0, F|tp+ Δt ≃F|Δt


Gambar 4.25. Kelakuan Tekanan Statik Dasar Sumur Akibat Penutupan Sumur
Gas
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)
Gambar 4.26.
Horner Buildup Plot
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

Gambar 4.27.
Horner Buildup Plot pada Reservoir Terbatas
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)
Persamaan 4-135, untuk ∆t ≪ tp dapat disederhanakan menjadi
……………...(4-136)
Mula-mula plot ψ (pws) vs log (∆t+tp)/∆t memberikan garis lurus dengan
kemiringan m. Ekstrapolasi garis lurus ini sampai pada kondisi waktu tak terbatas
∆t atau (∆t+tp)/∆t=1 akan diperoleh harga (p*) dan dapat digunakan untuk

menghitung pR seperti dijelaskan sebelumnya. Gambar 4.27 menunjukkan plot


pressure buildup untuk reservoir terbatas.
tp adalah waktu semiproduksi dalam jam dan dapat dihitung dengan
24 G p
t p=
q sc ………………………………………………………….(4-137)

Dimana
Gp = komulatif produksi sejak komplesi, mmscfd.
qsc = laju alir konstan sebelum penutupan, mmscfd.
tDA = waktu tak berdimensi
0. 0002637 kt p
= φμgi c i A ……………………………………………(4-138)
Dalam bentuk tekanan kuadrat, persamaan 4-134 menjadi

...(4-
139)
Persamaan 4-135 menjadi

…….(4-140)
Persamaan 4-136 menjadi

……………………..(4-141)
Plot p2ws vs log (∆t+tp)/∆t memberikan garis lurus dengan kemiringan m.
Ekstrapolasi garis lurus ini sampai pada kondisi waktu tak terbatas ∆t atau
(∆t+tp)/∆t=1 akan diperoleh harga p*2 dan dapat digunakan untuk menghitung
pR .

4.3.2.5. Menentukan Tekanan Rata-rata Reservoir


Tekanan rata-rata reservoir digunakan untuk mengkarakteristikan
reservoir, menghitung jumlah minyak/gas mula-mula di dalam reservoir dan
meramalkan perilaku reservoir di masa yang akan datang. Pada bagian ini, akan
menjelaskan beberapa metode untuk menentukan tekanan rata-rata reservoir untuk
reservoir gas.
A. Metode Horner-MBH
Tekanan rata-rata untuk reservoir terbatas atau reservoir bulat dapat
diperkirakan dengan menggunakan harga m dan (p*) yang diperoleh dari horner
plot dan kurva MBH (Lampiran F). Metode ini dilakukan dengan asumsi bahwa
mobilitas dan kompresibilitas fluida tidak bervariasi sampai sebatas radius
pengurasan, atau dapat dikatakan tidak ada variasi sifat-sifat fluida dan batuan
reservoir. Dari persamaan 4-141 untuk (∆t+tp)/∆t=1.

………………….(4-142)
Persamaan 4-142 digunakan untuk menentukan (p*). Persamaan material
balance dapat ditulis dalam bentuk pseudopressure dengan substitusi parameter
tak berdimensi menjadi:

……………………..(4-143)
Sehingga

…………………………………………..(4-144)
m adalah nilai mutlak dari kemiringan garis lurus horner plot:
F adalah tekanan tak berdimensi MBH pada tDA dan tDA adalah waktu tak
berdimensi yang dapat dihitung dengan persamaan 4-138. tp adalah waktu
semiproduksi dalam jam dan dapat dihitung dengan persamaan 4-137. (p*) adalah
nilai ψ (pws) ketika (∆t+tp)/∆t=1ektrapolasi dari garis lurus semilog plot. F
diperoleh dari tabel fungsi tekanan tak berdimensi MBH (Lampiran F) yang
tergantung pada konfigurasi sumur yang tepat dan bentuk reservoir. Harga tDA bisa
dihitung dengan persamaan 4-138. Jika tidak tersedia konfigurasi yang tepat pada
tabel fungsi tekanan tak berdimensi MBH (Lampiran F), F dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
F = ln(CAtDA) …………………………………………………….(4-145)
Dimana CA adalah faktor bentuk (shape factor) dan nilai ini diperoleh dari
tabel (lampiran). Untuk harga tDA yang kecil dimana rezim alirannya adalah
transien, maka sumur dianggap tak terbatas maka F adalah
F = 4𝜋tDA …………………………………………………………(4-146)
Untuk reservoir terbatas,

ψ ( pR ) = ψ ( pi ) =ψ ¿¿ ……………………………………….…(4-147)
B. Metode Odeh Al-Hussainy

Tahap-tahap berikut ini digunakan untuk menentukan ψ ( pR ):

1. Asumsikan beberapa nilai untuk [ ψ ( p i )−ψ ( p wf ) ] /m .


2. Menghitung harga yang cocok untuk tDA dari persamaan

…………………………………….(4-148)
3. Memilih kurva MBH yang tepat (Lampiran F).
4. Menentukan harga F dari harga tDA.

5. Menghitung [ ψ ( p i )−ψ ( p wf ) ] /m dengan persamaan

…………………………..(4-149)

6. Kemudian plot [ ψ ( p i )−ψ ( p wf ) ] /m vs [ ψ ( p i )−ψ ( p∗) ] / m .


ψ( p i ) ψ ( p∗)
7. Karena diketahui, dan m bisa dihitung dari horner plot.
[ ψ ( p i )−ψ ( p∗)] / m
Karena dengan mudah ditentukan dari plot (gambar
ψ ( pR )
4.29). Oleh karena itu dapat dihitung.

Gambar 4.28.
Horner Buildup Plot Metode Odeh Al-Hussainy
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003
C. Metode Ramey dan Cobb
Ramey dan Cobb menjelaskan sebuah metode untuk menghitung secara

langsung ψ(
pR ) dari horner plot. Proses menentukan pR dengan metode ini
mirip dengan metode dietz hanya saja Ramey dan Cobb menggunakan Horner
Plot bukan MDH plot. Limitasi dari metode ini adalah:
a. s > -3;
b. rwa < 0.05re, dimana rwa = rw.e-s
c. tp ≥ tpss
Jika tidak diketahui harga CA, persamaan yang digunakan adalah:

…..……………………………….(4-150)
F dapat dihitung menggunakan persamaan 4-145 dan 4-146. Kemudian ψ (
pR ) bisa dibaca secara langsung dari ekstrapolasi garis lurus horner plot sampai
harga (∆t+tp)/∆t yang dihitung dari persamaan 4-150.
Jika diketahui harga CA, buat horner plot kemudian menentukan m dan k.
pR akan terjadi pada saat horner time:

( )
t p +Δt
Δt p =
C A t PDA
0.0002637 kt p C A
= φμ c t A

D. Metode MDH
Metode ini juga menggunakan plot MDH, tetapi metode ini terbatas hanya
untuk menentukan tekanan rata-rata pada reservoir tertutup berbentuk lingkaran
atau dengan daerah pengurasan berbentuk persegi dan untuk sumur yang
beroperasi saat kondisi semi mantap sebelum dilakukan buildup test. Metode ini
menggunakan persamaan 4-151. Persamaan 4-129 dapat dituliskan kembali untuk
waktu produksi yang lama atau tp ≫ ∆t menjadi:

……..(4-151)

Oleh karena itu, plot ψ ( p ws ) terhadap ∆t pada koordinat semilog akan


memberikan garis lurus dengan kemiringan m, dari harga ini dapat dihitung kh.
Faktor skin tampak s’, dapat dihitung dengan persamaan 4-131. Kemudian
menentukan harga ∆tDe, yang dapat dihitung pada saat penutupan ∆t kapan saja:

……………………………………………...(4-152)
A
r 2e =
Dimana π untuk reservoir dengan geometri tidak bundar.
Tekanan rata-rata reservoir dapat dihitung dengan persamaan:

………………………………….(4-153)
Gambar 4.29. Perbandingan Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Mencapai
Akhir Horner Dan Garis Lurus MDH
(Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook”2003)

Dimana ∆pD diperoleh dari pembacaan grafik hubungan ∆tDe dengan ∆pD
sesuai dengan bentuk reservoirnya (lampiran). m adalah slope garis lurus semilog

plot MDH. ψ ( p ws ) adalah harga pseudopressure saat dilakukan penutupan ∆t dari


garis lurus plot.

E. Metode Dietz
Dietz mengusulkan ekstrapolasi garis lurus dari plot MDH secara langsung

sebagai p . Dietz mengasumsikan bahwa sumur telah diproduksikan dengan laju


alir yang konstan dalam kurun waktu yang cukup lama hingga mencapai kondisi
semi mantap sebelum penutupan, skin faktor harus lebih besar dari -3 dan bahwa
garis lurus semilog plot kemiringannya akan berkembang. Dietz menetapkan

bahwa p bisa dibaca secara langsung dari ekstrapolasi garis lurus semilog plot:
φμ g c t A
tp =
lingkaran 0 .0002637 C A k …………………………………………..(4-154)
Untuk reservoir tertutup dengan daerah pengurasan berbentuk persegi
dengan sumur yang terletak pada pusatnya (CA = 30.8828) waktu saat dilakukan

pembacaan p .

………………………………………(4-155)

Anda mungkin juga menyukai