PENDAHULUAN
1
tekanan atmosfir dengan pendinginan –260oF, perubahan fasa menurunkan
volumenya dengan perbandingan 623 : 1.
Terdapat tiga keluarga hidrokarbon, gas alam hanya mengandung sedikit
parafin, sehingga mudah dikenali dengan namanya. Didalam analisa, beberapa
hidrokarbon parafin tampak pada skala titik didih antara pentana (96.92 oF) dan
benzena (176.17 oF) atau cyclopentana (120.65oF) dan untuk keperluan laporan
hasil analisanya, semua campuran ditampilkan beserta range titik didihnya.
Harus ditekankan bahwa campuran hidrokarbon merupakan suatu
keluarga, dimana ada hubungan antara konsentrasi campuran berturut-turut dari
propana ke ethana, dari hexana ke pentana dan sebagainya. Kwalitas keluarga ini
memungkinkan untuk korelasi data terjadinya sisitim hidrokarbon alamiah dengan
menggunakan sifat-sifat keluarga tersebut, seperti didalam penggunaan gas
gravity untuk koreksi sifat-sifat volumetris gas alam.
Gas alam adalah gas yang homogen dengan densitas dan viskositas yang
rendah, dimana baik volume maupun bentuknya tidak tetap. Dalam keadaan
normal, gas mengikuti aturan gas ideal, akan tetapi didalam kondisi reservoir, gas
mengikuti aturan gas sejati (real gas). Tabel 2-1 berikut memperlihatkan
konstanta fisik komponen hidrokarbon tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah supaya pembaca, khususnya mahasiswa
dan mahasiswi teknik perminyakan universitas islam riau mengerti dan
memahami dengan jelas mengenai aliran gas dalam pipa di lubang sumur serta
aplikasi yang dijumpai di lapangan n nantinya.
2
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah ;
BAB I : Berisikan latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah
dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisikan tentang pembahasan mulai dari aliran gas di dalam
pipa, aliran gas di dalam pipa di lubang sumur dan beberapa
perkiraan berdasarkan tekanan statik dan tekanan alir dasa
sumur.
BAB III : Berisikan tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
boundary). Perubahan harga Pwf selama aliran transient ini berlangsung dibagi atas
tiga periode, yaitu :transient, transient lanjut, dan semi mantap (pseudo steady
state).
5
Hukum Darcy untuk aliran dalam pipa :
k p kA p
v atau q vA
x x
Dimana :
v = kecepatan gas
k = permeabilitas effektif
= viscositas gas
p
= gradien tekanan
x
qsc 703 10 6
kh Pe Pw
2 2
T Z ln re rw
dimana :
Pe = tekanan formasi pada jarak re dari sumur, psi
Pw = tekanan alir dasar sumur, psi
qsc = laju produksi gas, SCF/hari
= viskositas gas, cp
Z = faktor kompresibilitas gas
6
k = permeabilitas efektif minyak, md
h = ketebalan formasi produktif, ft
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft.
Standart Condition :
qsc 703 10 6
kh Pe Pw
2 2
T Z ln 0.472re rw
Jika terdapat skin dan faktor turbulensi maka :
qsc 703 10 6
kh Pe Pw
2 2
T Z ln 0.472re rw S D
Dimana :
S = faktor skin
D = koefisien turbulensi
Untuk menghitung kehilangan tekanan, persamaam (3-4) menjadi :
1422T Z qsc
ln 0.472 e S Dqsc
r
PR Pw
2 2
kh
rw
Unsteady State Flow
Kombinasi persamaan kontinuitas unsteady state dengan Hukum Darcy
dinyatakan sebagai berikut :
2 P 2 1 P 2 g C P 2
r 2 r r k t
Dalam variabel tak berdemensi dinyatakan dalam Tabel 2.1
7
Tabel 2.1
Variabel Tak Berdimensi
Variabel tak berdimensi Simbol Persamaan
Time tD 2.64 x10 4
C r 2
Radius rD r
rw
Pressure pD p2
2
pi qD
2
pi qD
8
Titik A Titik B
UA
m v A2 + q
penambahan UB
2 gc panas
pada fluida m vB2
m g zA
2 gc
gc Z2
pompa m g zB
p A VA
-W gc
kerja dari pompa p BVB
Datum Z1 pada fluida
Gambar 2.1.
Sistem Aliran Gas Dalam Pipa
m vA2 m g zA m vB2 m g z B
UA p A VA q W U B p B VB
2 gc gc 2 gc gc
dimana :
m = massa, lbm
v = kecepatan, ft/sec
p = tekanan, atm
V = volume, cu ft
q = laju alir, cu ft / sec
g = percepatan gravitasi, ft/sec2
gc = konstanta konversi ( = 32,174 lbm ft / lbf sec2)
9
Parameter-parameter yang bekerja pada sistem kesetimbangan tersebut
antara lain adalah :
a. Energi Dalam Gas ( internal energy, U )
Merupakan energi yang terbawa bersama dengan aliran gas. Energi ini dapat
berupa akumulasi energi-energi yang timbul akibat adanya pergerakan
molekul gas, baik itu energi putaran (rotational), perpindahan (translational),
maupun energi getaran (vibrational).
m v2
b. Energi Kinetic ( )
2 gc
Merupakan energi yang timbul berkaitan dengan kecepatan aliran gas.
mgz
c. Energi Potensial ( )
gc
Merupakan energi yang berhubungan dengan perubahan ketinggian aliran gas,
dimana z merupakan besarnya ketinggian yang dihitung terhadap titik tertentu.
d. Energi Ekspansi ( pV )
Sering juga disebut dengan energi kompresi atau energi tekanan, yaitu energi
yang menunjukkan besarnya kerja selama gas mengalir, atau besarnya energi
potensial jika dihubungkan dengan perubahan tekanan.
e. Perpindahan Panas ( q )
Merupakan parameter yang menyatakan besarnya energi panas yang masuk
maupun yang meninggalkan sistem.
f. Kerja ( work, W )
Menyatakan besarnya kerja yang dilakukan terhadap ataupun oleh sistem.
Parameter W dapat berharga positif ataupun negatif, tergantung dari
kedudukan kerja itu sendiri. Apabila kerja yang ada mengakibatkan aliran gas,
seperti halnya pada pompa, maka W berharga negatif. Sedangkan W akan
berharga positif apabila kerja timbul karena adanya aliran gas, seperti pada
sistem turbin.
10
kesetimbangan energi mekanis, dengan menggunakan energi dalam prinsip
thermodinamika, yaitu entalpi dan entropi.
a. Entalpi (H)
Didefinisikan sebagai jumlah antara energi dalam dengan energi ekspansi,
atau secara matematis dapat ditulis :
H = U + pV
b. Entropi (S)
Didefinisikan sebagai perubahan energi yang terjadi dalam sistem, dimana
perubahan tersebut hanya dilihat dari kondisi awal dan akhir tanpa
memperhatikan perubahan pada keseluruhan sistem.
Secara matematis entropi dapat ditulis sebagai berikut :
2
q
S 2 S1 T
1
dimana :
q = jumlah panas yang dipindahkan pada proses reversible
T = temperatur
Pada kondisi tertentu, dimana perpindahan panas terjadi pada tekanan yang
konstan, maka berlaku hubungan sebagai berikut :
q m Cp T
2
T
S2 S1 m Cp T
1
dimana :
m = massa, lbm
Cp = kapasitas panas pada tekanan konstan
11
U = pengaruh (panas, kompresi, kimia, permukaan, lain)
dimana :
S2
Pengaruh panas Tds
S1
V2
Pengaruh kompresi p ( v)
V1
S2 V2
U = Tds + p ( V)
S1 V1
S2
Tds q lw
S1
dimana, lw (lost work) merupakan jumlah energi yang hilang akibat dari proses
irreversible.
Substitusi Persamaan ke dalam Persamaan akan menghasilkan persamaan :
P2
m v2 m g z
V p
2g g
W lw 0
P1 c c
12
Jika gas yang mengalir dianggap 1 (satu) lbm dan satuannya diubah ke dalam
satuan lapangan (ft lbf / lbm) maka Persamaan akan menjadi :
g g v v
144 c V p z W (lw ) 0
g gc gc
Konversi faktor 144 digunakan dengan asumsi p diukur dalam satuan lb / sq. in.
p g v v (lw )
0
z g c g c z z
p g v v (lw )
z gc g c z z
(a ) (b )
Gambar 2.2.
Konfigurasi Aliran Gas pada Pipa Miring
(a) terhadap bidang horizontal
(b) terhadap bidang vertikal
13
Pada pipa yang membentuk sudut kemiringan sebesar derajat terhadap
bidang horizontal, seperti yang terlihat pada gambar 2.2. (a), dan diketahui
bahwa :
(lw ) p f v2
= (friction) =
z z f 2gc d
dimana :
f = faktor gesekan; f(NRe, K)
NRe = bilangan Reynold
K = besaran permukaan pipa (roughness)
maka persamaan perhitungan penurunan tekanan menjadi :
p g v v f v 2
sin
z g c g c z 2 g c d
p g v v f v 2
cos
z g c g c z 2 g c d
Pada dasarnya persamaan gradien tekanan terdiri dari tiga elemen, yaitu
gradien kemiringan, gradien gesekan dan gradien kecepatan.
a. Gradien Kemiringan (elevation)
p g
sin
z el g c
b. Gradien Gesekan (friction)
p f v2
z f 2gc d
c. Gradien Kecepatan (acceleration)
p v v
z acc g c z
14
Dari Persamaan dapat dikembangkan persamaan penurunan tekanan untuk
aliran vertikal dan horisontal, sebagai berikut :
a. Aliran Vertikal
Pada aliran vertikal, maka sudut kemiringan () = 90o, dan sin = 1, sehingga
persamaan penurunan tekanan menjadi :
p g v v f v 2
z g c g c z 2 g c d
b. Aliran Horisontal
Pada aliran horisontal, = 0o dan sin = 0, sehingga persamaan menjadi :
p v v f v 2
z g c z 2 g c d
Gambar 2.3.
Aliran Gas Dalam Pipa Di lubang Sumur Produksi (Well)
15
ternyata sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik batuan maupun gas reservoir.
Kondisi reservoir ternyata akan berhubungan dengan kedalaman formasi,
sehingga untuk formasi yang berbeda maka kondisinya juga akan berbeda
tergantung kedalamannya. Hubungan antara kondisi reservoir atau kondisi
formasi dengan kedalamannya pada umumnya bersifat linier.
2.3.1. Tekanan Reservoir
Tekanan reservoir merupakan sumber energi yang menyebabkan gas dapat
bergerak atau mengalir. Sumber energi atau tekanan tersebut pada prinsipnya
berasal dari beberapa hal berikut :
1. Pendesakan oleh ekspansi gas pada gas cap drive reservoir, tenaga ini disebut
dengan body force. Adanya pengaruh gravitasi karena perbedaan densitas
antara minyak dan gas, maka gas dapat terpisah dari minyak sedangkan gas
yang terpisah dari minyak ini akan terakumulasi pada tudung reservoir dan
karena pengembangannya, maka gas akan mendorong minyak menuju ke
dalam sumur produksi.
2. Pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan adanya beban formasi di
atasnya (overburden).
3. Pengembangan gas bebas pada reservoir solution gas drive dimana
perbedaannya dengan gas cap drive adalah gas yang terjadi tidak
terperangkap, tetapi merata sepanjang pori-pori reservoir.
4. Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya dipengaruhi
oleh tegangan permukaan dan sifat kebasahan batuan.
16
menutup satu sumur saja. Sedangkan alat ukur yang biasanya digunakan yaitu
wire line instrument (amerada atau Drill Steam Test).
Ada dua hal berlawanan yang perlu diperhatikan, yaitu pada suatu interval
tertentu tekanan akan naik sebelum stabil, tetapi dengan bertambahnya waktu
maka tekanan akan turun lagi. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan atau
pengaruh interferensi sumur disekitarnya yang sedang berproduksi, sehingga
tekanan tersebut tidak stabil.
Dengan alasan tersebut, maka tekanan dasar sumur biasanya diukur dalam
interval waktu tertentu (beberapa hari setelah sumur ditutup), kemudian tekanan
yang diperoleh dari hasil pengukuran diplot dan diekstrapolasikan untuk
mendapatkan tekanan statik sumur tersebut. Pada dasarnya untuk formasi atau
reservoir dikenal ada tiga macam tekanan :
tekanan overburden
tekanan gas formasi
tekanan rekah formasi.
Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi akibat
berat batuan di atasnya. Persamaan yang dapat digunakan untuk dapat
menentukan besarnya tekanan overburden ini adalah :
Po = Go D
dimana :
Po = tekanan overburden, psi
Go = gradien tekanan overburden, psi/ft
D = kedalaman, ft.
17
jenis gas itu sendiri dan kondisi geologinya. Persamaannya adalah sebagai berikut
:
Pf = Gf D
dimana :
Pf = tekanan rekah formasi, psi
Gf = gradien tekanan rekah formasi, psi/ft
D = kedalaman, ft.
Di lapangan tekanan rekah formasi ditentukan dengan melakukan Leak
Off Test. Leak Off Test ini adalah pengujian tekanan rekah di bawah shoe yang
dilakukan setelah pemboran.
18
2.4. Perkiraan Tekanan statik dan Tekanan Alir Dasar Sumur
Kemampuan reservoir gas berproduksi dengan kondisi tertentu tergantung
dari tekanan alir dasar sumurnya, Pwf dimana besarnya Pwf tergantung dari
tekanan separator dan configurasi dari sistim pipa.
Pwf = Psep + Δpfl + Δpch + Δptub + Δprts
dimana :
Psep = tekanan separator,
ΔPfl = pressure drop di flowline,
ΔPch = pressure drop pada choke dipermukaan,
Δptub = pressure drop pada tubing,
ΔPrts = pressure drop pada restriction yang lain.
2 2
mv mgh1 mv mgh2
U 1 ' p1V1 1 q ' W s ' U 2 ' p 2V 2 2
2g c gc 2g c gc
dimana :
U1’ = internal energi
19
pV = energi dari ekspansi atau kompresi,
m v2 / 2 gc = energi kinetic,
mgh/gc = energi potensial,
q’ = penambahan heat energi ke gas, dan
Ws’ = kerja yang bekerja pada gas oleh kondisi sekitar yang
melingkupinya.
P v dv g
dU d dh dq dws 0
gc gc
P
dU dh d
dan
P
dh Tds
atau
dP P
dU TdS d
dimana
h = enthalpy,
S = entropy, dan
T = temperature.
20
Untuk proses iireversibel, dituliskan ketidak samaan Clausius sebagai :
d S ≥ - d q / T, atau T dS = - d q + d Lw
dp v dv g
dh dLw 0
gc gc
dp v dv g
dL sin dLw 0
gc gc
dp v dv g dL
sin w 0
dL g c dL g c dL
Persamaan diatas dapat digunakan untuk memecahkan gradien tekanan, dan jika
kita mempertimbangkan bahwa penurunan tekanan adalah positif dalam arah
aliran.
dp v dv g dp
sin
dL g c dL g c dL f
dimana
21
dp dLw
=ρ
dL f dL
w 2 w g c
f '
v / 2 g c
2
v 2
Mengevaluasi wall shear stresss, kesimbangan gaya antara gaya tekan dan wall
shear stress.
dp nd 2
1 dL w (d )dL
dL 4
p p1
d dp
w
4 dL f
dp 2 f ' v2
dL f gc d
dp f v2
dL f 2 g c d
22
2.4.1.1. Laminer single-Phase Flow
Friction factor untuk aliran laminer dapat ditentukan secara analitic
dengan mengkombinasikan persamaan dengan persamaan Hagen-Poiseuille untuk
laminer flow
d 2 g c dp dp 32 v
v 2
32 dL f dL f d g c
dimana
23
Tabel 2.2.
Variabel Gas
Variabel Satuan
Lapangan SI
qsc = gas flow rate MMscfd MM m3/day
γg = gas gravity - -
μ = gas viscosity cp kg/m-sec
d = diameter dalam pipa in. m
C = konstan 20011 17,96
f = 0,316 NRe-0,25
24
Rough Wall Pipe. Dalam aliran turbulen effek dari kekasaran dinding pipa
telah diketahui tergantung dari relatif kekasaran dan pada seberapa besar
Reynolds number. Nikuradse’s terkenal dengan bentuk eksperimen yang
menggunakan sand grain sebagai dasar untuk data friction faktor rough pipes.
Korelasinya tetap yang terbaik untuk fully rough wall pipe. Friction factor dapat
dihitung dengan bentuk explisit dan kekasaran absolut dari pipa adalah E.
1 2E
1,74 2 log
f d
Persamaan ini digunakan sebagai landasan unutk grafik modern friction factor
yang diusulkan oleh Colebrool dan White tahun 1939.
1 2E 18,7
1,74 2 log
f d N Re f
25
Suatu persamaan ekplisit friction factor diusulkan oleh Jain, untuk range
dari Reynolds number 5 x 103 sampai 108 dan relatif roughness antara 10-6 sampai
10-2, kesalahan yang terjadi +- 1,0% bila dibandingkan dengan persamaan
Colebrook. Persamaan ini memberikan kesalahan maximum 3% untuk Reynolds
number serendah 2000. Persamaannya adalah :
1 E 21,25
1,14 2 log 0,9
.
f d N Re
Harga dari E biasanya tidak dapat diketahui tingkat keakuratannya. Oleh
Moody dengan menggunakan. dapat diperoleh harga yang masih dapat diterima.
Harga ini tidak harus dipertimbangkan sebagai gangguan dan dapat berubah
secara siginifikan oleh semacam parafin deposition, erosion atau corrotion. Jika
besarnya gradien tekanan tersedia, suatu friction dan Reynolds number dapat
dihitung, dan suatu efektif E/d diperoleh dari diagram Moody. Jika tidak ada
informasi kekasaran yang tersedia maka harga E = 0,0006 ft untuk tubing dan line
pipe.
dimana
dp g
dL gc sin
eL
26
Komponen tersebut adalah energi potensial atau perubahan elevation. Ini
juga ditunjuk sebagai componen hidraulik, dari itu componen ini hanya akan
digunakan pada kondisi tidak ada aliran.
dp f v2
dL 2 g d
f c
dp g g
dh g c
dimana
pM
g
ZRT
dikombinasi dengan persamaan 5.54
dp g Mdh
p g c ZRT
27
2.4.2.1. Metode Average Pressure and Temperature
Jika z dievaluasi pada tekanan dan temperatur rata-rata
Pws H
dp gM
Pts
p g c ZRT dh
0
yang mana
gM H
Pws Pts EXP
c
g ZRT
28
Pws Pws
TZ
p dp Pts I dp 0,01875 g H
Pts
Dengan menggunakan ekspansi seri, harga dari integral dapat diperkirakan oleh
dimana :
Pms = tekanan pada mid point dari sumur, H/2
Ims = I dievaluasi pada Pms, T,
Its = I dievaluasi pada Pts., Ts,
Iws = I dievaluasi pada Pws, Tf.
Prosedur perhitungan tetap dengan membagi sumur menjadi dua bagian yang
sama panjangnya, H/2, mendapatkan harga tekanan Pms pada H/2 dan
menggunakan harga tersebut untuk menghitung Pws, Its dapat dievaluasi dari
diketahuinya kondisi permukaan, yaitu :
0,01875 g H
Pms = Pts +
I ms I ts
0,01875 g H
Pws = Pms +
I ms I ws
dp g f v2
cos
dL g c 2 gc d
29
Beberapa metode tersedia untuk penyelesaian integral persamaan diatas
tergantung asumsi yang dibuat untuk penanganan temperatur dan z faktor. Disini
hanya metode average pressure and temperature dan Culender and Smith yang
akan dibahas.
dp p M f v2
cos
2 g c d
dL ZRT
30
Beberapa metode akan memberikan hasil pengidentifikasian jika sumur dibagi
kedalam bagian yang cukup pendek.
Konvergensi suatu saat akan cepat dihasilkan jika iterasi performance dari
z faktor dari pada tekanan yang tidak diketahui. Prosedur untuk metode ini adalah
:
1. Memperkirakan Z* (perkiraan pertama yang baik adalah 0,9)
2. Menghitung tekanan yang tidak diketahui dengan menggunakan
persamaan 5.61 dengan Z = Z*
3. Menghitung tekanan rata-rata p = (Pwf + Ptf) / 2
4. Evaluasi Z at P dan T
5. Membandingkan Z dengan Z*. Jika tidak cukup dekat, buat Z* = Z dan
mulai dengan tahap 2. Ulangi sampai harga dari abs(Z-Z*)/Z < 0.001 atau
sampai harga toleransi yang disukai. ketika toleransi telah ditemukan,
tekanan yang dihitung pada tahap 2 adalah bernilai benar.
atau
p dp M P
2
cos C
Z T dh R Z T
dimana
31
8 Psc 2 f qsc 2
C
Tsc 2 g c 2 d 5
adalah constan untuk flow rate yang diberikan pada ukuran pipa yang tetap.
Pembagian terhadap variabel,
P
Pwf dp MD
ZT M
P
2
R dL
cos C
Ptf 0
Z T
0,667 f qsc 2
F2
d5
dan
TVD
cos
MD
Menulis persamaan kedalam notasi pendek dan membagi sumur kedalam dua
bagian kedalaman, H/2,
32
18,75 γg (MD) = (pwf – Pmf) (Iwf + Imf)
dimana
P
ZT
I 2
P TVD
0,001 F2
Z T MD
Prosedur solusi adalah mirip untuk kasus statistik, tapi lebih rumit karena I
lebih kompleks definisinya. Untuk maksud praktis, F dapat dianggap konstan,
variabel dalam Reynolds number hanya digunakan dalam evaluasi f adalah
viscositas gas. Viscositas merupakan fungsi dari tekanan, tapi untuk
menyederhanakan perhitungan hal ini dapat dievaluasi pada T dan tekanan yang
diketahui.
33
BAB III
CONTOH SOAL
Data contoh :
Solusi
Temperatur untuk setiap kedalaman (h) adalah
Menentukan Its
Pada T = 70 °F P = 4000 psia, Z = 0.84
Memperkirakan Pms
p* = Pts (1 + 2.5 X 10-5 X H/2)
= 4000 (1 + 2.5 x 10-5 x 5000) = 4500 psia
34
Menentukan Ims
Menentukan Pms
Harga Pms mi berbeda Jauh dengan Pms anggapan 4500 psia. Sehingga perlu
dilakukan perhitungan ulang untuk menentukan Pms hingga didapat perbedaan
yang cukup kecil antara pws perhitungan dan anggapan. Untuk itu gunakan p*ws
adalah 4476 psia.
Perhitungan selanjutnya adalah untuk segmen kedua yaltu dan H/2 sampai H.
Memperkirakan Pws
35
menentukan Its
= 4905 psia
Maka tekanan statik dasar sumur dengan metode Cullender dan Smith ini adalah
4901 psia.
Solusi
Tentukan f dan F2
36
Dari persamaan 3.18 didapat f = 0.015
persamaan 3.18
Menentukan Itf
Menentukan Imf
Pada p = 2250 psia , T = 110 + 67.5 = 178 °F, didapat Z = 0.797
p/TZ = (2250)/(638)(0.797) = 4.425
37
Menentukan Pmf
Menentukan Pmf
Dari perhitungan ini maka tekanan di titik tengah adalah 2379 psia. Prosedur
perhitung an selanjutnya adalah menentukan tekanan dasar sumur , pwf.
Memperkirakan p*wf
p*wf = 2379 (1 + 2.5 x 10 -5 (5000)) = 2676 psia
Menentukan Imf:
Pada p = 2676 psia T = 245 °F, didapat Z = 0.867
p/TZ = (2676)/(705)(0.867) = 4.378
38
Menentukan Pmf
Menentukan Pwf
Sehingga dapat disimpulkan tekanan alir dasar sumur adalah 2744 psia.
39
Dimana :
Tidak ada data yang telah dipublikasikan mengenai kekasaran di anulus. Namun
dapat digunakan anggapan bahwa permukaan pipa agak kasar ( rougher surface ).
Jika telah dilakukan pengukuran penurunan tekanan dan laju alir, kekasaran dapat
dihitung dan dapat digunakan untuk menghitung harga Pwf pada harga laju alir
yang lain.
40
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan.
Dari pembahasan dan uraian-uraian diatas tentang aliran gas di dalam pipa
terhadap aliran gas di dalam pipa di lubang sumur kita dapat menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Gas yang mengalir ini mempunyai sifat yang khas yaitu bersifat dapat
dimampatkan (compressible). Sifat khas ini serta rendahnya harga
viscositas menyebabkan aliran gas tersebut mungkin tidak murni laminer
(aliran Viscous), melainkan dipengaruhi pula oleh unsur inersia dan
turbulensi. Hal ini terutama terjadi pada laju produksi yang besar atau pada
gradien tekanan yang besar, seperti aliran didepan lubang sumur.
2. Aliran gas di dalam pipa di bagi atas beberapa kondisi yaitu ; aliran tidak
mantap, semi mantap,mantap dan stabil.
3. Persaman yang sederhana yang langsung bisa digunakan dalam praktek
(applicable equation). Steady state Flow, Hukum Darcy untuk aliran
dalam pipa :
k p
v
x kA p
atau q vA
x
4. Persamaan dasar kehilangan tekanan pada sistem aliran gas dalam pipa
dikembangkan dari persamaan kesetimbangan energi, yang merupakan
kesetimbangan energi dua titik di dalam satu sistem aliran. Parameter-
parameter yang bekerja pada sistem kesetimbangan tersebut antara lain
m v2
adalah energi dalam ( internal energy, U ), energi potensial ( ),
2 gc
41
mgz
energi kinetic ( ) , energi potensial ( pV ), dan energi ekspansi,
gc
perpindahan panas, kerja dll.
5. Kondisi reservoir yang dimaksudkan adalah tekanan dan temperatur
reservoir, yang ternyata sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik
batuan maupun gas reservoir. Kondisi reservoir ternyata akan
berhubungan dengan kedalaman formasi, sehingga untuk formasi yang
berbeda maka kondisinya juga akan berbeda tergantung kedalamannya.
Hubungan antara kondisi reservoir atau kondisi formasi dengan
kedalamannya pada umumnya bersifat linier.
6. Kemampuan reservoir gas berproduksi dengan kondisi tertentu tergantung
dari tekanan alir dasar sumurnya, Pwf dimana besarnya Pwf tergantung
dari tekanan separator dan configurasi dari sistim pipa.
Pwf = Psep + Δpfl + Δpch + Δptub + Δprts
7. Untuk menghitung tekanan statik dasar sumur gas, banyak persamaan
tersedia yang dapat digunakan, tapi disini akan dibahas tentang average
pressure dan temperature Method dan Cullender and Smith Method.
Semua metode ini diawali dari persamaan dengan memodifikasi untuk
geometri aliran.
8. Untuk sumur yang sedang mengalir harga kecepatan tidak sama dengan
nol dan dengan mengabaikan percepatan, untuk sumur dengan kemiringan
sudut θ terhadap vertikal, persamaan menjadi,
dp g f v2
cos
dL g c 2 gc d
4.2 Saran
Demikianlah uraian makalah yang penulis sajikan ini semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dalam menambah ilmu pengetahuan terutama di bidang
perminyakan, serta diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refernsi (acuan)
dalam kegiatan pembelajaran teknik gas bumi nantinya. Penulis juga
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar lebih baik
lagi dalam penulisan makalah berikutnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
43