Anda di halaman 1dari 36

GAS WELL TEST

GAS DELIVERABILITY TEST

 Tujuan : Untuk mengetahui potensi maksimal sumur


dan kinerja aliran di reservoir pada kondisi steady state
sehingga diperlukan waktu yang cukup lama.

 Jenis-jenis uji pada Deliverability Testing :


1. Back Pressure Test (Flow After Flow Test)
2. Isochronal Test
3. Modified Isochronal Test

2
Back Pressure Test
Convensional back pressure atau disebut juga “flow after flow test”, metode ini
pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure)
yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini dimulai dengan
jalan menutup sumur, untuk menentukan harga PR. Selanjutnya sumur diproduksi
dengan laju sebesar Qsc sehingga aliran mencapai stabil, sebelum diganti dengan
laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak didahului dengan
penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses “back pressure test” diperlihatkan pada Gambar 1.
Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil. Untuk keperluan
ini diambil tekanan alir di dasar sumur, Pwf, pada akhir dari periode suatu laju
produksi.
Lama waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi oleh permeabilitas batuan.
Waktu untuk mencapai kestabilan ini dapat diperkirakan berdasarkan waktu mulai
berlakunya aliran semi mantap, maka harga waktu mencapai kondisi stabil, ts,
adalah :
2 2
C re C re 1
t s  948  1000 C
dengan k k PR PR
BACK PRESSURE TEST (FLOW AFTER FLOW TEST)

 Kunci pada metode flow after flow adalah kestabilan,


sehingga metode ini sangat baik apabila dilakukan
pada formasi dengan permeabilitas yang besar.
 Formasi dengan permeabilitas yang kecil memerlukan
waktu yang lama untuk mencapai keadaan stabil.
 Gambar di bawah menunjukkan bahwa laju alir tidak
perlu konstan selama test berlangsung.

4
Flow After Flow Test

Gambar
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Back Pressure Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Contoh
Isochronal Test
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila dilangsungkan pada
reservoar dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoar dengan permeabilitas rendah,
akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila
uji dilakukan pada sumur yang belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar
cukup besar.
Bertolak dari kelemahan back-pressure test, maka Cullender mengembangkan isochronal test
guna memperoleh harga deliverability pada sumur dengan permeabilitas rendah yang
memerlukan waktu yang lama untuk mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan
suatu cara tes berdasarkan anggapan, bahwa jari-jari daerah penyerapan yang efektif (efektive
drainage radius), rd, adalah fungsi dari tD dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia
mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan memberikan
grafik log  P2 vs log Qsc yang linier dengan harga eksponen n yang sama, seperti pada kondisi
aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai stabil, P R, yang
diteruskan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju produksi tertentu selama
jangka waktu t, tanpa menanti kondisi stabil. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh
penutupan sumur sampai tekanan mencapai stabil, P R. Ada beberapa hal penting yang
berkaitan dengan urutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang waktu yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai P =PR, bukannya selang waktu yang sama panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai keadaan stabil, tetapi
hal ini tidak mutlak.
ISOCHRONAL TEST

 Metode isochronal test tidak berusaha untuk


menghasilkan kurva back-pressure yang stabil secara
langsung.
 Test isochronal berdasarkan pada prinsip bahwa radius
pengurasan terbentuk selama periode aliran adalah
sebagai fungsi dari waktu dimensionless dan laju alir
yang independen.
sehingga, laju alir yang sama dikalikan dengan radius
pengurasan akan menghasilkan laju alir yang berbeda.

9
Prosedur pada tes isochronal
1. Mulai pada keadaan shut in, buka sumur dengan ukuran choke tertentu
untuk satu periode waktu. Ukur qsc dan pwf pada periode waktu tertentu
untuk ukuran choke ini.
2. Tutup sumur sampai tekanan kembali ke PR.

3. Buka sumur dengan ukuran choke yang lebih besar dan ukur qsc dan pwf
pada interval waktu alir yang sama seperti step 1. Total periode aliran tidak
harus sama panjang tetapi biasanya sama.
4. Tutup sumur sampai tekanan kembali ke PR.
5. Ulangi untuk beberapa ukuran choke, biasanya empat.
6. Pada ukuran choke terakhir, sumur mengalir sampai kondisi stabil
tercapai. Ini dicapai beberapa jam ataupun beberapa hari, tetapi hanya
satu laju alir yang dialirkan untuk periode yang lama sebagai perbandingan
dengan semua laju alir untuk tes flow after flow.
Gambar
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Isochronal Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Modified Isochronal Test
Metode ini merupakan pengembangan dari metode
isochronal, perbedaannya terletak pada penutupan
sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil. Pada
reservoar yang ketat, penggunaan tes isochronal belum
tentu menguntungkan bila diinginkan penutupan sumur
sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk (1959) telah
mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil
yang mendekati hasil tes isochronal. Perbedaan metode
ini dengan metode lain terletak pada persyaratan bahwa
penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari
itu, selang waktu penutupan dan pembukaan sumur
dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas sama
seperti pada metode isochronal, kecuali untuk harga PR
diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan yang dibaca
pada akhir dari setiap massa penutupan sumur.
MODIFIED ISOCHRONAL TEST

 Karakteristik utama dari tes modified isochronal adalah


periode alir dan periode shut-in adalah sama.
 Modified isochronal test tidak menghasilkan kurva
deliverablity sebenarnya tetapi mendekati kurva
sebenarnya.
 Metoda ini memerlukan sedikit kerja dan waktu untuk
menghasilkan hasil yang berguna dibandingkan dengan
dua metoda sebelumnya.
 Laju yang konstan tidak diperlukan untuk melakukan
modified isochronal test

15
Gambar
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Modified Isochronal Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Metode Analisis Data Hasil Uji
Deliverability
Analisa data hasil uji deliverability gas
digunakan untuk menentukan indikator
produktivitas sumur gas, yaitu Absolute
Open Flow Potential (AOFP). Untuk
keperluan tersebut, ada  tiga metode
ψ

analisa yang digunakan, yaitu :


1. Metode Rawlins-Schellhardt,
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3.Metode Laminer-Inertia Turbulence-
Pseudo Pressure atau LIT
Metode Analisis Rawlins-Schellhardt
(Metode Konvensional)
Pierce dan Rawlins (1929) merupakan orang pertama yang mengemukakan suatu
metode uji sumur gas untuk mengetahui kemungkinan sumur gas berproduksi
dengan memberikan tekanan balik (back pressure), sehingga dikenal pula sebagai
uji back pressure. Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt mengembangkan suatu
persamaan empiris yang menggambarkan hubungan antara laju alir dan tekanan
pada sumur gas. Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan dalam bentuk
pendekatan tekanan kuadrat (square pressure), seperti berikut ini :

 2
Qsc  C P r  Pwf 
2 n

keterangan :
Qsc = Laju alir gas, Mscf/d.
C = Koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva deliverability
yang stabil, Mscfd/psia2.
n = Bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva deliverability
yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia-turbulensi terhadap
aliran, umumnya berharga antara 0.5 – 1, dengan n = 1/slope.
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
Persamaan di atas dapat dirubah, yaitu :
 2
log P r  Pwf
2
   n1  log q sc  log C 
 
Harga eksponen n adalah n = 1/slope, yaitu :
logq sc1  logq sc2
n 2
 2

2
log P r  Pwf 1  log P r  Pwf
2
  2

Harga koefisien kinerjaCCdapatq scditentukan dari persamaan berikut :


2
Pr  Pwf 
2 n

Metode analisis Rawlins-Schellhardt kurang baik karena tidak


memperhatikan faktor deviasi gas, sehingga tidak cocok dengan real gas.
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze
Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan
pada sumur gas untuk mendapatkan kinerja sumur pada masa sekarang.
Metode ini digunakan untuk menentukan koefisien laminar A dan koefisien
turbulensi B. Persamaan aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam
bentuk :
12 2
1422 μ g ZTq sc  0.472 re  3.161 x 10 βZTγ g q sc  1 1
2
Pr  Pwf
2
  ln  S     
kh  rw  h2  rw re 

keterangan :
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
T = Temperatur dasar sumur, 0R.
μg = Viskositas gas, cp.
γg = Specific gravity gas, fraksi.
Z = Faktor deviasi gas, fraksi.
k = Permeabilitas efektif, mD.
h = Ketebalan formasi produktif, ft.
β = Koefisien kecepatan aliran, ft-1 =  2.33x1010
k 1.201 
q = Laju alir gas.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
rw = Jari-jari sumur, ft.
S = Faktor skin, dimensionless.
Persamaan di atas bila di bagi dengan Qsc dapat ditulis sebagai berikut :
2 2
Pr  Pwf ΔP 2
  A  Bqsc ΔP 2  Aqsc  Bqsc
2
atau
q sc q sc

dengan koefisien aliran laminar A adalah :


1422 μ g ZT  0.472 re 
A  ln  S 
kh  rw 
karena 1/re amat kecil, maka dapat diabaikan, dan koefisisen aliran turbulen B adalah :

3.161 x 10 12 βZTγ g


B
h 2 rw

Harga laju produksi gas (Qsc) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Qsc 
 
 A  A 2  4 B P r  Pwf
2

2 12

2B

Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan Qsc pada harga Pwf sebesar 0 psi.

Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas, tetapi pada metode
ini dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena untuk mendapatkan
harga stabil dari koefisien laminar A diperlukan sekurang-kurangnya dua uji aliran
yang stabil.
2
Bila diplot antara ΔP q sc vs Qsc pada kertas grafik kartesian akan memberikan suatu garis lurus
dengan slope B yang menunjukkan derajat aliran turbulen di dalam sumur dan intercept A yang didapat
sebagai perpotongan garis berdasarkan dengan qsc = 0.

Gambar
Penentuan A dan B Berdasarkan Plot vs qsc
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)

P 2
qsc
Metode Analisis LIT
Persamaan – persamaan pada LIT ini mempunyai anggapan-anggapan :

1. Di dalam reservoar berlaku keadaan isotermal,


2. Pengaruh gravitasi diabaikan,

3. Fluida yang mengalir hanya satu fasa,


4. Pori-pori homogen dan isotropik, serta porositas konstan tersebar merata,

5. Permeabilitas konstan dan tidak dipengaruhi tekanan,


6. Viskositas fluida dan faktor permeabilitas konstan,

7. Kompresibilitas dan gradien tekanan kecil, dan


8. Model aliran adalah radial slinder.

Metode LIT menggunakan persamaan aliran laminar-inertial-turbulent (LIT)


dalam bentuk pendekatan pseudo-pressure dengan asumsi besarnya harga μ Z
akan tergantung pada tekanan. Metode analisis ini untuk kisaran harga tekanan
2000<P<4000 psia, namun demikian penggunaan metode LIT (Ψ) dapat digunakan
untuk semua harga tekanan.
Bentuk kuadrat dari persamaan aliran laminar-inertia-turbulence (LIT) adalah sebagai berikut
:
1. Pendekatan Tekanan (P) 2
ΔP  Pr  Pwf  A 1q sc  B1q sc

2. Pendekatan
ΔP  PTekanan
2
 P  Kuadrat
2
A q  B (P
q )
22
r wf 2 sc 2 sc

3. Pendekatan Pseudo-Pressure (Ψ)2


Δ ψ   ψ r  ψ wf  A 3 q sc  B 3 q sc

Bagian pertama ruas kanan (A.qsc) menunjukkan hubungan penurunan tekanan dalam bentuk
tekanan, tekanan kuadrat, atau pseudo-pressure yang disebabkan oleh pengaruh aliran laminar dan
kondisi lubang sumur. Sedangkan bagian keduanya (B.q sc2) merupakan hubungan penurunan
tekanan yang disebabkan oleh aliran inertial-turbulence.
Anggapan-anggapan dalam analisa LIT, bahwa A dipengaruhi oleh waktu, tetapi tidak
dipengaruhi oleh laju aliran dan tingkatan tekanan tertentu, sedangkan harga B bukan merupakan
fungsi dari waktu aliran, sehingga tidak dikoreksi terhadap keadaan reservoar heterogen dan
gradient tekanan besar.
Dari persamaan di atas, plot antara (∆Ψ-Bqsc2) vs qsc pada kertas grafik log-log akan memberikan
garis lurus. Kurva ini merupakan garis deliverability yang stabil, dimana harga A dan B dapat dicari dari
persamaan berikut ini :

  Δψ q sc   q sc   q sc  Δψ
2
N  Δψ   q sc   Δψ q sc 
A  dan B 
N  q sc   q sc  q sc N  q sc   q sc  q sc
2 2

Harga laju produksi gas (Qsc) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :

q sc 
 2

 A 3  A 3  4 B 3 ψ r  ψ wf  0.5

2 B3

dan harga AOF apabila Pwf = 0, dan harga AOFP apabila Pwf = 14.7 psia.

AOF 

 a a 2  4b R  0.5

2b

AOFP 
 
 a a  4b  R  14.7  0.5

2b
Laminer Inertia Turbulence
Contoh Test MIT
Solusi
• Permeability

• Skin

Anda mungkin juga menyukai