Ir. Wibowo, MT
Agus Widiyarso
Wibowo
condenses in reservoir
Condensation in
wellbore
Surface liquid called
“condensate”
“Wet” refers to
hydrocarbon liquid, not
water
Persen molekul
Komposisi Simbol
Associated gas Wet Gas Dry Gas
Methane C1 27.52 59.52 97.17
Ethane C2 16.34 05.36 01.89
Propane C3 29.18 04.71 00.29
i-Butane i-C4 05.37 02.03 00.13
n-Butane n-C4 17.18 02.39 00.12
i-Pentane i-C5 02.18 01.80 00.07
n-Pentane n-C5 01.72 01.61 00.05
Hexane C6 00.47 02.60 00.04
Heptanes Plus C7+ 00.04 19..98 00.24
Ppc Tpc'
T pc' T pc Ppc'
T pc B B 2
120 A0.9 A1.6 15 B 0.5 B 4
Dimana, A = fraksi mol CO2 + H2S
B = fraksi mol H2S
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Grafik Z-factor dari Standing & Katz
(”Gas Production Operation”, H. Dale Baggs – OGCI)
Massa gas (m, lb) tiap satu satuan volume (V, cuft)
m PM wa m M wa yi M wi
g n
V ZRT M wa
Berat Jenis gas (SGg) merupakan ratio densitas gas
terhadap densitas gas standard (udara), sehingga
g
SGg
ud
yang pada kondisi standard densitas gas ≈ berat
molekulnya, sehingga
M w gas M w gas M wa
SGg SGg
M w ud 28.96 28.96
SGg yang keluar dari reservoir (Gf) :
Rgc G g 458 Gc
Gf
R Jurusan
Agus Widiyarso – Wibowo
g 132800 G /M
Teknik Perminyakan-FTM
c c
UPN “Veteran” Yogyakarta
KOMPRESIBILITAS GAS (Cg) :
H RT 2 Z
P T P T P
Dimana, Cp = spesifik panas, Btu/lbmol oR
P = tekanan absolut, psia
T = Temperatur absolute, oR
V = volume sistem, cuft
R = konstanta gas ~ 1.986 Btu/lbmol oR
Z = Z-factor (faktor penyimpangan gas)
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Enthalpi Komponen murni :
H Ho Ho H
H o
H RTc H H / RTc o
0
w H o
H / RTc
1
H o
H m o
0
RTcm H H / RTc wm H H / RTc o
1
1 1
G p 43560 Vb (1 Sw)
keterangan : Bgi Bga Bg 0.02827
ZT
, cuft / scf
P
G = Cadangan gas mula-mula ditempat, scf,
Vb = Bulk volume reservoir, acre-ft, ZT
Ф = Porositas batuan reservoir, Bg 0.005035 , bbl / scf
P
Swc = Saturasi air conate,
Bgi = Faktor volume formasi gas awal, cuft/scf,
Bga = Faktor volume formasi gas abandon, cuft/scf,
43560 = Konversi dari acre-ft ke cuft.
Hitung :
Harga IGIP (Initial Gas in Place)
Harga Gp. @ P = 1250 psia dan RF (Recovery Factor) nya.
Harga Gp . @ P = 250 psia dan RF nya.
Metode Trapezoidal:
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang
berurutan ke bawah lebih besar dari 0,5 atau An : An 1
maka
0.5
h An
Vb ( An An 1 )
2
Metode Pyramidal:
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang
berurutan ke bawah lebih kecil atau sama dengan 0,5 atau maka
:
An An 1 h
0.5 Vb An An 1 An xAn 1
An 3
keterangan :
Vb = Volume bulk batuan, acree-ft,
An = Luas yang dibatasi oleh isopach di bawahnya, acre
An+1 = Luas yang dibatasi oleh isopach di atasnya, acre,
h = Interval antar garis isopach, ft.
(1 Swi Sgr )
RF x100%
(1 Swi )
Gi
G ( Bg Bgi ) We WpBw
Gp
Bg
GpBg G ( Bg Bgi ) 0
*)
y ax b
Sehingga hubungan antara GpBg vs (Bg-Bgi) akan membentuk garis lurus
dengan harga slope = G (Gambar 2).
Gambar 3
MBE Straight-Line Plot, Volumetrik Gas Reservoir
(Ikoku, Chi.U.; “Natural Gas Production Engineeing”)
GpBg WpBw
C
QD P
*) G ; y ax b
Bg Bgi Bg Bgi
keterangan :
We = C ΣQD∆P.
C = Konstanta water influx
Sehingga grafik hubungan antara (GpBg+WpBw/Bg-Bgi) vs (ΣQD∆P/Bg-
Bgi) menghasilkan garis lurus dengan slope = C, sehingga dapat
diketahui besarnya harga IGIP dan We dengan cara ekstrapolasi garis
hingga memotong sumbu y (Gambar 4).
*) = MBE Straight-Line Method
Gambar 5
Plot P/Z terhadap Gp dengan Efek Water Influx
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Metoda Material Balance
Cara lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya
Isi Awal Gas di tempat adalah metoda Material Balance.
Metode ini berdasarkan pada prinsip kesetimbangan materi.
Gi Bg Bgi We W p Bw
Gp
Bg
Material Balance Tanpa Water Influx
Z bTbVi Pi P
Gp 5.615
PbT Zi Z G B W B B G G
P Pi T f Psc G p
Z Zi Tsc Bgi G
Dengan membuat plot antara P/Z terhadap Gp didapat suatu
garis lurus (gambar 2-3) dengan kemiringan (Tf Psc/ Tsc Bgi G)
2400
Abandonment P/Z
Water drive
1600
P/Z
800
Abandonment P/Z
Closed Reservoir
GpBg WpBw
C
QD P
* G ; y ax b
Bg Bgi Bg Bgi
keterangan :
We = C ΣQD ∆P.
C = Konstanta water influx
Sebuah grafik GpBg +WpBw/Bg-Bgi vs ΣQD∆P/Bg-Bgi menghasilkan
garis lurus dengan slope menyatakan besarnya C, dan dapat diketahui
besarnya IGIP dengan ekstrapolasi garis sehingga memotong sumbu y (lihat
Gambar 2).
* = MBE Straight-Line Method
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Gambar 2
MBE Straight-Line Plot, Gas Reservoir Water Influx
(Ikoku, Chi.U.DR;“Natural Gas Production Engineeing”)
Gambar 3
Plot P/Z terhadap Gp dengan Efek Water Influx
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Modul 4
Kinerja Reservoir Gas Alam
Gas Deliverability
qsc
703x10 6 kh Pr Pwf
2 2
re
TZ ln 0.472 S Dqsc
rw
Persamaan untuk menentukan tekanan atau
kehilangan tekanan pada suatu laju aliran gas
sebesar qsc.
2 2 1422T Z qsc re
Pr Pwf ln 0.472 S Dqsc
kh rw
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Deliverabilitas
qsc C Pr Pwf
2 2
n
2 2
(Pr -14,7 )
(Pr^2 -Pwf^2) x 10^4
10
1/n
0,1
1 10 AOFP 100
qsc (MMSCFD AOFP
C p
( m z) f
=
C f
( m z) p
Atau :
(m z)p
Cf = Cp
(m z)f
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Peramalan Inflow Performance
Well C apacity Forecasting
HGL-I
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Q ( M S C FD)
Reservoir P ressure 2625 psia Reservoir P ressure 2000 psia Reservoir P ressure 1500 psia
1. Metode Rawlins-Schellhardt,
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo Pressure (LIT)
keterangan :
Qsc C P r Pwf
2
2 n
1
log P r Pwf log q sc log C
2 2
n
Harga eksponen n adalah n = 1/slope, yaitu :
logqsc1 logqsc2
n
2
log P r Pwf
2
logP
1 r
2
Pwf
2
2
q sc
C
Pr
2
Pwf
2 n
q sc q sc
dengan koefisien aliran laminar A adalah :
1422 μ g ZT 0.472 re
A ln S
kh rw
karena 1/re amat kecil, maka dapat diabaikan, dan koefisisen aliran turbulen B adalah :
3.161 x 10 12 βZTγ g
B
h 2 rw
Harga laju produksi gas (Qsc) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Qsc
A A 2 4 B P r Pwf
2
2 12
Sedangkan besarnya harga 2 BAOFP adalah sama dengan Q sc pada harga Pwf sebesar 0 psi.
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas, tetapi pada
metode ini dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena untuk mendapatkan
harga stabil dari koefisien laminar A diperlukan sekurang-kurangnya dua uji aliran yang
stabil.
Gambar 1
Penentuan A dan B Berdasarkan Plot vs qsc
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Δ ψ ψ r ψ wf A 3 q sc B3 q sc
2
Δψ q
sc sc q sc Δψ
q
2
N Δψ q sc Δψ q sc
A dan B
N q sc q sc q sc N q sc q sc q sc
2 2
q sc
2
A 3 A 3 4 B 3 ψ r ψ wf 0.5
AOF
a a 4b R
2
0.5
2 B3 2b
dan harga AOF apabila Pwf = 0, dan harga AOFP apabila Pwf = 14.7 psia.
AOFP
a a 4b R 14.7 0.5
2b
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Untuk mengetahui kemampuan Formasi Gas berproduksi dilakukan Uji sumur
dengan menggunakan cara Modified Isocronal Test dengan data data sebagai
berikut;
Data Reservoar :
h, ft : 12 Pr, psia : 922,6 Z-Faktor : 0,972
re, ft : 0,23 Visc gas, cp : 0,0116 Cg, psi-1 : 0,00109
Poro : 0,23 Tr, oR : 582
Data Test : P well shut in (Pws)
0 922,6 921,9 919,9 917,6
Pwf
t q : MMcf/D,
q=0,4746 q=0,8797 q=1,2716 1,6589
1 900,1 863,0 798,9 676,3 t : jam
2 897,1 853,9 769,9 662,2
4 892,2 833,0 754,9 642,0
6 890,1 827,9 732,8 635,2
8 888,1 825,1 727,3 629,3
Perioda perpanjangan aliran: Pwf : 620,3 psia, t : 18,5 jam, q : 1.6052 MMcf/D
Hitung :
a. Menggunakan Metode uji produksi apa data diatas, sebutkan analisis anda
b. . Buatlah deliverability curve lapisan gas tersebut
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Modul 6
ALIRAN FLUIDA DALAM MEDIA PIPA
2
gdH fvataudL 144dP gdH fv 2 dL
VdP 0 0
gc 2gc D gc 2gc D
keterangan :
3) Metode Cullender-Smith.
25 g q 2 T Z f MD EXP S 1
p wf p tf EXP S
2 2
Sd 5
keterangan :
P = Tekanan, psia,
S = 0,0375(TVD)/ TZ,
MD = Measured depth (kedalaman terukur), ft,
TVD = True vertical depth (kedalaman sebenarnya), ft,
Tavg = Temperatur, oR,
q = Laju alir gas, MMscfd,
d = Diameter tubing, inch,
f = Faktor friksi dari persamaan Jain atau Colebrook.
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Harga Z dievaluasi pada =(ptf + pwf)/2. Dengan membagi sumur
menjadi beberapa bagian mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Konvergensi sering kali lebih cepat didapat jika iterasi dilakukan
berdasarkan harga faktor devisiai gas, Z, dibandingkan dengan
berdasarkan tekanan.
Prosedur untuk metode ini adalah :
1. Memperkirakan Z* (harga awal dapat digunakan angka = 0,9)
2. Menentukan tekanan yang tak diketahui menggunakan
persamaan di atas dengan Z = Z*
3. Menentukan tekanan rata-rata, Pavg=(ptf + pwf)/2
4. Menentukan Z pada Pavg dan Tavg
5. Membandingkan Z dan Z*. Jika (Z – Z*)/Z < e, dimana e adalah
bilangan toleransi, maka perhitungan yang dilakukan adalah benar.
Jika tidak maka gunakan Z* = Z dan ulangi langkah 2 dan
seterusnya.
p TVD d
0.001 F2
TZ MD
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
0.01875 g H 0.01875 g H
pms pts pws pms
I ms I ts I ms I ws
pws pts 1 2.5 x105 H
Prosedur perhitungan :
1. Tentukan temperatur untuk setiap kedalaman tertentu (h),
2. Tentukan Its = TZ/p,
3. Memperkirakan harga p*ms dengan persamaan di atas dimana
untuk H/2,
4. Tentukan Ims = Z/p*ms,
5. Tentukan pms dengan persamaan di atas,
6. Membandingkan pms dan pms*. Jika (pms – pms*)/pms < e,
dimana e adalah bilangan kecil sebagai toleransi, maka perhitungan
yang dilakukan adalah benar. Jika tidak maka gunakan pms* = pms
dan ulangi langkah 2 dan seterusnya,
7. Penentuan untuk segmen kedua juga sama, untuk pws dihitung
dengan persamaan di atas.
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Aliran Fluida di Dalam Pipa Horizontal
Persamaan umum yang digunakan untuk pipa horisontal dengan
diameter yang tetap adalah sebagai berikut :
2
25 γ q T Zf L
P 1 2 P2 2 g
d5 o
Pada kondisi standar 14.7 psia dan 60 F, persamaan di atas
dapat dikembangkan menjadi :
0.5
CT p1 p 2
2 2
q b d
2.5
pb g f T Z L
dimana harga C tergantung dari kombinasi satuan yang digunakan,
seperti yang terdapat di Tabel 1 bawah ini :
Tabel 1
Harga C untuk Kombinasi Satuan
(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”)
P T d L q C
psia o
R in mi scfd 77.54
psia o
R in ft scfd 5634
psia o
R in ft MMscfd 5.634x10-3
kpa o
K m m m3/d 1.149x106
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Metode Perhitungan Kehilangan Tekanan
Aliran Gas dalam Pipa Horisontal
Korelasi untuk memperkirakan gradien tekanan aliran gas dalam
pipa horisontal telah dikembangkan oleh :
1. Weymouth,
2. Panhandle A dan B,
3. Clinendist,
4. Ferguson,
5. Ford, Bacon, dan Davis, dan
6. Beggs and Brill (aliran dua fasa).
0,032
f
D1 / 3
0,5
Tb P1 P2 ( D )
2 2 5.333
q g 18.062
Pb g TLZ
Harga faktor deviasi gas, Z, dihitung pada tekanan dan temperatur rata-rata.
Dalam hal ini tekanan rata-rata dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
2 p p 3 3
pm 1 2
3 p p 2
1
2
2
Metode Weymouth umumnya digunakan untuk merencanakan pipa
dengan inside diameter lebih kecil dari 12 inch. Desain pipa dengan metode
ini umumnya memberikan harga yang konservatif aman.
Keterangan :
Pb f gTLe Z 0.0375 g h
e = Bilangan dasar natural log (= 2.718) s
TZ
h = elevasi outlet dikurang dengan elevasi inlet, h out let – hin let, (harga h akan positif apabila
outlet lebih tinggi daripada inlet).
Le = panjang effective yang dihitung dengan persamaan di bawah ini :
Untuk pipa yang mempunyai satu harga kemiringan, maka panjang ekivalen dihitung
dengan persamaan berikut :
Le
es 1
L
s
Apabila pipa salur gas antara dua inlet dan outlet mengikuti profile permukaan tanah
yang berbukit, maka panjang ekivalen ditentukan berdasarkan segmen-segmen pipa, yang
masing-masing mempunyai perbedaan ketinggian tertentu, dengan menggunakan
persamaan berikut : s
Le
e 1 1
L1 e s1 e
s2
1
L2 e
s1 s2 ( e
s3
1)
L3 .......... ..
s1 s2 s3
nilai s1,Agus
s2, s3Widiyarso – Wibowo
,…., dihitung Jurusan
dengan Teknik Perminyakan-FTM
menggunakan UPN “Veteran” Yogyakarta
persamaan di atas.
Gambar 1
Diagram Aliran Non Horisontal
(Anas. P.S. Ir. M.T,; “Kaitan Antara Penyebaran Titik Serap,
Konstruksi Sumur dan Surface Facilities Di Lapangan Gas”)
0.015
f 0.0392
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas
dalam pipa adalah sebagai berikut :
1, 02 0.51
Tb P P
2 2
q g 737 10,961 2 .D 2,53
Pb g TLZ
0,5
Tb 2
P1 e P2 D
5 2 5
Q 3,22
g Ta Z a Le f
Pb
dengan :
s = (0,0375.G.X) / (TaZa)
X = Beda ketinggian, ft.
Q 840 E M N D 2 , 625
L
keterangan :
Q = Aliran gas pada kondisi standar Tb dan Pb, cuft/h.
E = Efisiensi aliran (= 0,94).
M = (14,35 Tb)/(520 Pb).
N = Faktor penyesuaian untuk sifat-sifat gas alam.
P1 = Tekanan awal (input), psia.
P2 = Tekanan akhir (output), psia.
D = Diameter dalam pipa, inchi.
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Faktor penyesuaian untuk sifat-sifat gas alam (N) dapat dicari
dengan persamaan berikut :
0 , 46 0 , 08 0 , 54
0,6 7,0 520
NB 0 , 54
B T
keterangan :
B = 1/Z.
G = Spesifik grafity gas (untuk udara = 1).
μ = Viscositas, cp.
T = Temperature aliran, 0R.
SSSV
Choke di permukaan
Well flowline
Separator
INJECTION GAS
WELL OUTFLOW
RELATIONSHIP
(VLP) or (TPC)
SANDFACE WELL
RESERVOIR PRESSURE
PRESSURE BHFP INFLOW (IPR)
Pwf Pwfs Pr Pe
Dianalisa di nomer 6
Outflow
ptf ptb pwf
Prosedur
Berdasarkan anggapan pwf, tentukan qsc
Pwf Pwfs Pr Pe
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Production rate, STB/D
Tubing Curve
3500
Tubing Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Production rate, STB/D
System Graph
3500
Inflow (Reservoir) Curve
Tubing Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
1957.1 psi
2000
1500
1000
500
2111 STB/D
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Production rate, STB/D
INFLOW AND OUTFLOW
PERFORMANCE
Pressure, psig
0
1000
2000
3000
5200
4000
5000
5000
FBHP, psig
4800
6000
Depth, feet
7000 4600
8000 4400
9000 4200
10000 0 1000 2000 3000
11000 Rate, bbls/d
12000
13000
14000
0 Agus
1000 Widiyarso
2000 – 3000
Wibowo 4000
Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
5000
Effect of Skin on IPR
Pressure at Node
Inflo
w
(IPR) Outflow
SKI
N
1 5 0 -1 -3
0
qo a 1/ ln re +S
rw
Flowrate Note : Log effect
Inflow
Outflow
Flowrate
Outflow
2
3/8”
2 3
7/8” 4
1/2”
1/2”
Flowrate (stb/d)
Pwf vs Qsc
2,500
2,000
Pwf, psi
1,500
1,000
500
0
0 2 4 6 8 10
Qsc, MMscf/d
25 g q 2 T Z f MD EXP S 1
pwf ptf EXP S
2 2
Sd 5
Hal ini dilakukan untuk setiap ukuran tubing. Hasil yang didapat
adalah sebagai berikut :
Outflow
Pwf, psia
qsc,
MMscfd d = 1.995 inch d = 2.441 inch
1 1300 1290
2 1370 1300
3 1500 1370
4 1620 1400
5 1800 1580
Agus Widiyarso 6
– Wibowo Jurusan1970
Teknik Perminyakan-FTM1620
UPN “Veteran” Yogyakarta
Plot Pwf terhadap qsc, untuk kedua ukuran tubing pada
grafik sebelumnya.
Pwf vs Qsc
2,500
2,000
Pwf, psi
1,500
1,000
500
0
0 2 4 6 8 10
Qsc, Mscf/d
Ptf vs Qsc
1,600
1,400
1,200
1,000
Ptf, psi
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
Ptf P 2
sep ( 25 g q TZfL) / d
2
sc
5 0.5
Outflow
qsc, Mscfd Ptf (1.995) Ptf (2.441)
1000 1016 1006
2000 1062 1022
3000 1134 1049
4000 1227 1085
1,600
1,400
1,200
1,000
Ptf, psi
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
Pb TLZ g
1600
1400
1200
Psep, psia
1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
1,200 2,56
1,000 3.08
800 3.54
500 4.0
Penyelesaian :
1. Asumsi harga qsc (1,2,3 dan 4 MMscfd), tentukan Pwf menggunakan
satu persamaan inflow performance, yaitu :
qsc = C (Pr2 – Pwf2)n = 0.0295 (19522 – Pwf2)0.83
kemudian buat tabulasi hasil perhitungan ini.
d5
atau
a2 a3 a4
Tb P1 P2 1
2 2
q g a1 E . D a5
Pb TLZ g
Hasilnya :
Qsc vs Psep
1600
1400
1200
Psep, psia
1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
1,200 2,56
1,000 3.08
800 3.54
500 4.0
L mi
DB= 6 in DA= 4 in
L L A
B
Weymouth Formula
0. 5
Tb P1 P2 D 3
2 2 16
Qh 18.062
Pb g TLZ
0.5 16
D 3 16
KD 3
Qh K L 2
L Qh
Equivalent Length
16 16
LA D A
' 3 DA 3
LA LB
'
'
LB DB DB
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
RANGKAIAN PIPA SERI
Equivalent Length 16
' DA 3
LAeq LA LA LAeq LA LB
DB
P1 P2 QT
DB= 6 in QB
Flow Capacity
0.5
Qh K D 3
K D 3
16 8
Ratio Flow Capacity
QA QB QB DA 3
8
Qt
1 1
QA QA QA DB
Dynamic Compressors
Ejector Compressors
Disain Kompresor :
Kapasitas Kompresor (Compressor Capacity)
Ejector Compressor, terdiri dari motif uap air bertekanan tinggi atau nozzle gas
dengan pancaran tinggi menuju ruang pengisapan untuk dibaur dan
ditingkatkan. Walaupun begitu hanya digunakan untuk menaikkan tekanan
dibawah tekanan atmosfir menuju ke tekanan atmosfir.
d 2 LSEv
q
4
Z1 r 1 / k
Ev 1 A C 1
Z2
Kebutuhan tenaga dari berbagai jenis kompresor adalah kebutuhan utama untuk
pemilihan dan disain dari komponen-komponen kompresor.
Penyelesaian :
1. Tekanan di separator atau kompresor untuk berbagai
harga laju alir sudah dihitung dan diplot pada soal
sebelumnya.
1,000 1,002
2,000 1,010
3,000 1,021
4,000 1,037
5,000 1,057
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
3. Plot antara Pdis terhadap qsc pada grafik yang sama yang
digunakan pada soal sebelumnya. Perpotongan antara
kedua kurva tersebut memberikan kapasitas aliran atau
deliverability untuk sistem yang tidak menggunakan
kompresor.
Qsc vs Pdis
1,600
1,400
1,200
P d is, psia
1,000
800
600
400
200
0 1 2 3 4 5 6
Qsc, MMscfd
Psep Pdis
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Plot pada grafik diatas memberikan perpotongan pada
Qsc = 3.04 MMscfd jika tidak menggunakan
kompresor.
Untuk mendapatkan laju alir yang sesuai maka
dibutuhkan kompresor. Harga-harga dibawah ini dibaca
dari grafik diatas, yaitu :
Qsc vs Pdis
qsc, r=
1,600
Psep pdis Z1
1,400
pdis/psep
1,200
MMscfd
P d is, p sia
1,000
800
600
200
0 1 2 3 4 5 6
Qsc, MMscfd
Psep Pdis
4.0 500 1040 2.08 0.92
P. ΔP/100ft
keterangan :
d = Diameter dalam (ID) pipa, in.
SG = Specific gravity gas.
T = Temperatur, oR.
f = Moody friction factor
Qg = Laju alir gas, MMscfd.
P = Tekanan, psia.
P/100ft= Pressure drop per 100 ft.
A. Centrifugal Compressor
Merupakan jenis kompresor yang meggunakan impeller berbentuk baling-baling yang
dipasang sejajar dengan rotornya.Energi transfernya tergantung dari kecepatan perputaran
impelernya. Gas yang masuk diantara impeller terlempar ke depan dan masuk ke impeller
lainnya, sehingga setiap impeler akan mengalami beberapa pelemparan atau tenaga dorong.
Kecepatan gas yang keluar dari kompresor tergantung pada kecepatan putar impeler dan
banyaknya sudu pada impeler.
B. Axial Compressor
Axial compressor merupakan kompresor yang meggunakan sudu yang sejajar sepanjang
rotornya. Kecepatan gas diperoleh dari gerakan sudu rotor yang menyelubungi rotornya. Tiap
stage terdiri dari dua baris sudu, satu baris berputar dan baris lainnya tetap. Sudu rotor
memberikan kecepatan dan tekanan kepada gas saat rotor dijalankan, kecepatan tersebut
diubah ke dalam tekanan di dalam sudu yang diam.
C. Mixed Flow
Merupakan kompresor yang bentuk impelernya merupakan kombinasi dari beberapa
karakteristik dari centrifugal compressor dan axial compressor.
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Gambar 5
Centrifugal Compressor
(Beggs, Dale H;“Gas Production Operations”)
Gambar 7
Diagram Ejector Compressor
(Beggs, Dale H;“Gas Production Operations”)
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Fasilitas Gas Procesing
A. Separator
Agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik, separator umumnya terdiri
dari komponen-komponen sebagai berikut :
1. Inlet Separation Element
Peralatan di depan lubang inlet yang dapat berupa deflector plate atau centrifugal
device dimana pemisahan untuk pertama kali terjadi. Deflector plate dapat
berbentuk suatu plate atau piringan. Fluida yang masuk ke separator menumbuk
deflector, sehingga cairan jatuh ke dasar vessel dan gas mengalir di sekeliling
deflector. Pada centrifugal device, fluida yang masuk dialirkan memutari dinding
silinder kecil, sehingga terjadi gaya centrifugal yang besarnya dapat mencapai
500 kali gaya gravitasi. Untuk separator spherical atau vertikal, dinding silinder
dapat merupakan dinding vesselnya sendiri. Gaya centrifugal menyebabkan cairan
bersama-sama jatuh ke dalam settling section di dasar vessel.
2. Settling Section
Berfungsi untuk menghilangkan turbulensi aliran fluida dan mengendapkan
padatan yang ikut dalam cairan di dasar vessel berdasarkan gaya gravitasi.
Settling section berupa ruang yang cukup luas untuk mengendapkan cairan, sering
diperlengkapi dengan peralatan pembantu seperti quieting plate atau buffles yang
disebut dengan scrubbing. Separator dengan centrifugal device dan settling
section yang cukup luas umumnya menghasilkan cairan di stock tank yang lebih
stabil daripada separator dengan scrubbing.
Agus Widiyarso – Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan-FTM UPN “Veteran” Yogyakarta
Fasilitas Gas Procesing
A. Separator (Lanjutan)
3. Mist Extractor/Eliminator
Dipasang di lubang outlet yang berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel
cairan yang tidak dapat dipisahkan oleh gravitasi. Partikel-partikel cairan yang
kecil hampir tidak mempunyai perbedaaan gravitasi dengan gas, partikel-partikel
ini akan terkumpul di mist extractor sampai ia cukup besar untuk jatuh ke settling
section. Mist extractor umumnya dibuat dari susunan kawat stainless steel
membentuk jaringan.
4. Peralatan Control dan Safety
Umumnya terdiri atas : level control, pressure control, liquid dump valve, gas
back pressure, valve, safety relief valve, pressure gauge, gauge glass, instrument
gas regulator, dan pipa-pipa atau tubing.
I. Alkanolamine Sweetening
Amine terdiri dari komposisi nitrogen-hydrokarbon (N-HC) yang secara kimia
akan bereaksi dengan gas-gas asam (acid gases) untuk membentuk ikatan garam
komplek. Amine dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu : primary, secondary, dan
tertiary, tergantung dari komposisi atom N dan senyawa HC dalam satu ikatan
tersebut.
1. Primary Amine
Primary amine mempunyai 2 atom H dan satu senyawa HC yang terikat pada
atom N. Amine jenis ini merupakan tipe yang paling reaktif, karena mempunyai 2
atom hydrogen yang labil (mudah membentuk ikatan). Monoethanol Amine (MEA)
dan Diglycol Amine (DGA) termasuk dalam tipe primary amine ini.
2. Secondary Amine
Jenis ini hanya mempunyai 1 atom H yang labil dan 2 senyawa HC yang terikat
pada atom N. Jenis ini kurang reaktif dibandingkan primary amine, karena hanya
mempunyai 1 atom H yang labil. Diethanol Amine (DEA) dan Diisopropanol Amine
(DIPA) termasuk dalam tipe secondary amine ini.
Iron sponge merupakan spon yang dibuat dari deposit oxide (Fe 2O3) dan serpih
kayu melalui berbagai proses sehingga bersifat sensitif terhadap H 2S. Reaksi yang
terjadi adalah :
2Fe2O3 + 6 H2S → 2Fe2S + H2O
Temperatur operasi selama reaksi dipertahankan kurang dari 120 0F dan
semprotan tambahan air harus diberikan. Regenerasi sponge dilakukan dengan
menambahkan udara (O2). Reaksi yang berlangsung adalah :
2Fe2S3 + 3 O2 → 2Fe2O3 + 6 S
Karena sulfur tetap berada di sponge, maka jumlah langkah regenerasi
terbatas sehingga relatif mempunyai umur pendek. Iron sponge sweetening
digunakan untuk gas dengan kandungan H2S relatif rendah.
I. Mined Carvens
Mined carvens (lubang penambangan) yang berbentuk vertical biasanya
terdapat dalam limestone, granit, chalk, shale, dan dolomite. Tipe ini telah berhasil
dipakai untuk menyimpan LNG beberapa tahun ini. Dari kajian secara teoritis,
laboratorium, dan rancang bangun, menunjukkan bahwa mined carvens ini layak
digunakan sebagai tempat penyimpanan LNG. Biaya penggalian sangat
diutamakan untuk carvens storage tentang pemilihan sifat fisik batuannya.