Anda di halaman 1dari 22

BAB V

PEMBORAN DAN KOMPLESI

5.1. TUJUAN DAN TARGET PEMBORAN


Kegiatan pemboran direncanakan pada Lapangan Beta yaitu dengan satu
jenis sumur berupa sumur vertikal. Pemboran diharapkan dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien tanpa terjadi kecelakaan kerja, kerusakan alat, dan
pencemaran lingkungan dimana Pemboran dilakukan sampai kedalaman akhir
sesuai program dan menembus semua lapisan target dan Pemboran berpedoman
pada aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.
Penentuan lokasi pemboran berdasarkan pada peta Oil Potential untuk
lapisan Z38, Z450, dan Z550, dimana jumlah sumur optimum ditentukan melalui
hasil simulasi reservoir berdasarkan kumulatif perolehan minyak dan gas.
Perencanaan sumur pengembangan menggunakan data dari sumur-sumur yang ada
yaitu sumur Beta 1. Rencana target pemboran sumur-sumur pengembangan
Lapangan Beta dapat dilihat di Tabel 5.1., sementara rencana pembukaan sumur
dan estimasi waktu sumur berproduksi secara natural flow dapat dilihat di Tabel
5.2.

Tabel 5.1. Rencana Target Pemboran Lapangan Beta


Sumur Beta 1 Beta 2 Beta 3 Beta 4
Zona target Z38, Z450, Z550
Target
2132 2132 2132
kedalaman
Rig
Klasifikasi Produksi Produksi Produksi Produksi
Komplesi Comminggle Comminggle Comminggle Comminggle
Waktu Tajak Jan-2016 Jan-2016 Jan-2016 Jan-2016
Tabel 5.2. Perkiraan Akhir Natural Flow
Sumur Pengembangan Lapangan Beta

Perkiraan Tanggal
Perkiraan
No Sumur Akhir Natural
Buka Sumur
Flowing
1 Beta 1 Jan-2016 Jan-2042
2 Beta 2 Jan-2016 Jan-2042
3 Beta 3 Jan-2016 Jan-2042
4 Beta 4 Jan-2016 Jan-2042

Target kedalaman pemboran untuk sumur pengembangan vertikal adalah


2.132 ft TVD. Panjang lintasan pemboran mempengaruhi penentuan spesifikasi rig
yang akan digunakan. Rig pemboran Lapangan Beta menggunakan APEXINDO
RIG #15 dimana dengan rata rata penggunaan pada kedalaman sampai 2000 ft
dengan spesifikasi yang tertera pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Spesifikasi APEXINDO RIG #15


5.2. GEOLOGICAL PROGNOSIS
Secara Fisiografi, Lapangan Beta berada pada cekungan Sumatera Selatan,
(Gambar 5.2.) yang secara detail telah dijelaskan pada Bab II Geological Finding
and Reviews. Stratigrafi regional Lapangan Beta terdiri dari Formasi Lahat,
Formasi Lahat Muda, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai,
Formasi Air Bekanat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai. Reservoir target
berada di Formasi Air Benakat. Lithologi dan stratigrafi regional dapat dilihat pada
Tabel 5.3. dan Gambar 5.3.

Gambar 5.2. Regional Cekungan Sumatera Selatan


Tabel 5.3. Lithologi Regional Lapangan Beta

Marker, -ft TVD


Formasi Lithologi Regional
Top Bottom

0 328 Kasai Batu pasir tuffan, lempung, dan kerakal.

328 1148 Muara Enim Batu pasir, batu lempung, dan lapisan batubara.

5248 5904 Baturaja Batu gamping bank (bank limestone) dan reefal

2132 5248 Gumai Batu napal dan batu gamping.

Batu pasir glaukonitan, batu lempung, batu lanau,


1148 2132 Air Benakat
dan batu pasir karbonatan.

Batu pasir yang berasal dari delta plain, serpih,


5904 7544 Talang Akar lanau, batu pasir kuarsa, dengan sisipan batu
lempung karbonat, batu bara dan konglomerat.

7544 8528 Lahat Batu pasir tuffan, breksi, dan lempung.


Gambar 5.3. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan

5.3. RENCANA UMUM PEKERJAAN PEMBORAN


Sumur pengembangan Lapangan Beta direncakan untuk dibor secara
vertikal dengan casing produksi secara vertikal. Pemilihan ukuran casing dan bit
berdasarkan Chart seleksi ukuran casing dan bit yang ditunjukkan pada Gambar
5.4.
Gambar 5.4. Chart seleksi ukuran casing dan bit

Operasi pemboran sumur pengembangan dapat diringkas sebagai berikut:


1. Rig masuk lokasi.
2. Membuat trayek Condutor dengan ditumbuk menggunakan hammer ,
kemudian dipasang Conductor casing 20” di kedalaman 100 ft TVD.
Pasang BOP 21 ¼” x 2,000 psi diverter system dan saluran permukaan.
3. Persiapan dan masuk rangkaian pahat 17 1/2” menggunakan PDC Bit
sampai kedalaman 600 ft TVD. Sirkulasi bersih, cabut rangkaian pahat
17 1/2” sampai permukaan. Persiapan masuk casing 13 3/8”, masuk
casing 13 3/8”, penyemenan casing 13 3/8”, tunggu semen kering.
Pasang BOP 13 5/8” x 5000 Psi, BOP Test.
4. Persiapan dan masuk rangkaian pahat 12 1/4” menggunakan PDC Bit
sampai di kedalaman 1100 ft TVD. Sirkulasi bersih, cabut rangkaian
pahat 12 1/4” sampai permukaan. Persiapan masuk casing 9 5/8”, masuk
casing 9 5/8”, penyemenan casing 9 5/8”, tunggu semen kering. Pasang
BOP 13 5/8” x 5,000 psi, BOP Test.
5. Persiapan dan masuk rangkaian pahat 8 1/2” menggunakan PDC Bit
sampai 2132 ft TVD. Sirkulasi bersih, cabut rangkaian pahat 8 ½”
sampai permukaan. Persiapan masuk casing 7”, masuk casing 7”,
penyemenan casing 7”, tunggu semen kering. Pasang BOP 7 1/6” x
5.000 psi, BOP Test.
6. Masuk scraper 7”, sirkulasi bersih, cabut rangkaian scraper sampai
permukaan. Cased hole Summary. Run Summary CET-CBL-VDL-
CCL-GR, perforasi zona interest dengan interval perforasi sebesar 2 ft
(selang tergantung hasil Summary). Masuk rangkaian pipa produksi
tubing 2.875” dan lakukan tes produksi.
7. Rig release.
Gambar 5.5. Rencana Skema Trayektori Sumur Beta-1

5.4. BIT AND BOTTOM HOLE ASSEMBLY PROGRAM


Pada sumur ini ada 4 trayek yang akan di lakukan yakni trayek conductor
dengan di lakukan penumbukan karena formasi yang di tembus di anggap lunak,
dan 3 trayek lainnya di lakukan proses pemboran dengan menggunakan PDC Bit.
Pada trayek surface akan digunakan PDC Bit dengan diameter 17 ½” dan akan
menembus formasi batupasir, pasir gampingan dengan sisipian lempung. Pada
trayek Intermediate akan digunakan PDC Bit dengan diameter 12 ¼” dan akan
menembus formasi batupasir gampingan, dan batu gamping klastik dengan sisipian
lempung. Pada trayek production akan digunakan PDC Bit dengan diameter 8 ½”
dan akan menembus formasi produktif batupasir dengan sisipan batu lempung.

Tabel 5.4. Rencana RSS Bit Program


Ukuran Bit Type Keterangan
26" - Penumbukan
17 1/2" PDC Bor, Semen
12 1/4" PDC Bor, Semen
8 1/2" PDC Bor, Semen
Gambar 5.6. Klasifikasi PDC Bit

Berikut adalah perencanaan yang akan digunakan pada pemboran sumur


pengembangan Lapangan Beta. Desain BHA yang digunakan hampir sama
dikarenakan trayek pemboran yang direncanakan tidak jauh berbeda. Desain BHA
dapat menyesuaikan kondisi di lapangan apabila diperlukan tambahan baik untuk
menambah kedalaman ataupun dikarenakan keadaan tertentu seperti problem saat
operasi pemboran.
Tabel 5.5. Rencana Desain BHA Pemboran
Rangkaian Drill String Trayek Conductor
26" PDC Bit
7 5/8" to 9" sub
26" Stabilizer, 9" Reg Thread, Welded Blade
9" to 6 5/8" sub
8" NMDC, 6 5/8" Reg Thread
6 5/8" to 5" sub
5 1/2" DP, 5" Reg Thread
5" to 7 5/8" sub
8" Drilling Jar, 7 5/8 Reg Thread
7 5/8" to 5" sub
5 1/2" DP, 5" Reg Thread

Rangkaian Drill String Trayek Surface


17 1/2" PDC Bit
7 5/8" to 9" sub
17 1/2" Stabilizer, 9" Reg Thread, Welded
Blade
9" to 6 5/8" sub
8" NMDC, 6 5/8" Reg Thread
6 5/8" to 5" sub
5 1/2" DP, 5" Reg Thread
5" to 9" sub
17 1/2" Stabilizer, 9" Reg Thread, Welded
Blade
9" to 7 5/8" sub
8" Drilling Jar, 7 5/8 Reg Thread
7 5/8" to 5" sub
5 1/2" DP, 5" Reg Thread

Rangkaian Drill String Trayek Intermediate


12 1/4" PDC Bit
6 5/8" to 8" sub
12 1/4" Stabilizer, 8" Reg Thread, Intergral
Blade
6 1/4" NMDC, 5" Reg Thread
5 1/2" DP, 5" Reg Thread
5" to 8" sub
12 1/4" Stabilizer, 8" Reg Thread, Intergral
Blade
8" to 5" sub
5 1/2" DP, 5" Reg Thread
5" to 7 5/8" sub
8" Drilling Jar, 7 5/8 Reg Thread
7 5/8" to 5" sub
5 1/2" DP, 5" Reg Thread

Rangkaian Drill String Trayek Production


8 1/2" PDC Bit
4 1/2" to 6 1/2" Bit sub
8 1/2" Stabilizer, 6 1/2" Reg Thread, Integral
Blade
6 1/2" to 4 3/4" sub
5 1/4" NMDC, 4 3/4" Reg Thread
4 3/4" to 3 5/8" sub
4" DP, 3 5/8" Reg Thread

5.5.RENCANA DESAIN CASING DAN SEMEN PEMBORAN


5.5.1. Casing Setting Depth
Casing setting depth dilakukan dengan menggunakan grafik EMW vs depth
untuk menanggulangi efek swab ketika penarikan pipa (trip out) dan efek surge saat
tripping in baik drill string maupun casing. Nilai Pore Pressure pada grafik harus
ditambahkan dengan 0.3 untuk mengantisipasi terjadinya kick saat penarikan pipa.
Dikhawatirkan pada saat dilakukan operasi penarikan pipa, dapat terjadi kick akibat
efek swab dan dapat menyebabkan terjadinya blow out. Selain menambahkan
dengan 0.3, EMW Pore Pressure pun harus ditambahkan dengan 0.2 sehingga nilai
Pore Pressure ditambahkan dengan 0.5 EMW. Untuk menghindari terjadinya
perekahan formasi pada saat dilakukan operasi tripping in (efek surge), fracture
gradient harus dikurangkan dengan 0.3.
Penentuan nilai Pore Pressure berdasarkan pada gradien tekanan formasi
air asin dan pencocokan data pemboran yang dimiliki. Sedangkan pada penentuan
Fracture Pressure digunakan korelasi Mathews-Kelly.
Gambar 5.7. Dasar Perencanaan
Casing Setting Depth (Applied Drilling Engineering, 1984: 330)

5.5.2. Desain Casing


Desain casing yang digunakan haruslah mempertimbangkan tekanan Burst,
Collapse dan tension yang diterima oleh casing pada saat dipasang di kedalaman
yang ditentukan. Spesifikasi casing yang digunakan dapat dilihat sesuai dengan
pedoman API. Detail rencana casing program sumur pengembangan lapangan
Tesseract dapat dilihat di Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Casing Program


Ukuran Casing 20" 13 3/8" 9 5/8" 7"
Casing Setting Depth, -ft
100 600 1100 2132
TVD
Grade H-40 H-40 H-40 H-40
Weight, ppf 94 48 32.3 20
Collapse, psi 520 740 1370 1970
Burst, psi 1,530 1730 2270 2720
ID, inchi 19.12 12.715 9.001 6.456
Drift ID, inch 18.936 12.559 8.845 6.331
Linear Capacity, bbl/f 0.3553 0.15705 0.07870 0.04049
5.5.3. Desain Semen Pemboran
Semen digunakan untuk memperkuat casing dan mengisolasi casing dari
formasi, Semen yang digunakan adalah kelas G . Pada penyemenan zona casing
produksi densitas berkisar 12.75 ppg spacer dengan 13 main slurry (tail slurry).
Berikut adalah tabel program semen yang akan digunakan untuk sumur ini:

Tabel 5.7. Program Semen Pemboran

Ukuran Lubang 26" 17 1/2" 12 1/4" 8 1/2"


Ukuran Casing, ID 20" 13 3/8" 9 5/8" 7"
Casing Setting Depth, ft 100 600 1100 2132
Tail,ppg - 11.70 12.52 13
Lead, ppg - 10.50 11.70 12.52
Spacer, ppg - 11.20 12.10 12.75

5.6. Rencana Lumpur Pemboran


5.6.1. Desain Lumpur Pemboran
Mud program sangat dipengaruhi oleh jenis formasi yang akan ditembus.
Pada Pemboran di Lapangan Beta ini zona yang ditembus antara lain batupasir,
pasir gampingan, lanau, dengan sisipan kalkarenit.
Pada trayek conductor casing sampai kedalaman 100 ft tidak digunakan
lumpur pemboran karena digunakan metode penumbukan dengan MENCK 270 T
hydraulic hammer. Untuk selanjutnya trayek surface casing, trayek intermediate
casing, Production casing, menggunakan KCL Polymer Muds. Penggunaan KCL
Polymer Muds ini dikarenakan adanya formasi yang mengandung clay oleh karena
itu untuk mencega terjadinya swelling clay maka digunakan KCL Polymer Muds.
Lumpur yang digunakan pada interval 100 - 600 ft pada surface casing
dengan diameter lubang 17 1/2” adalah KCL Polymer Muds yang berfungsi
mengangkat cutting dan menahan tekanan formasi. Pada trayek ini kita menembus
formasi batupasir, pasir gampingan (klastik) dengan sisipian lempung yang dapat
menyebabkan terjadinya swelling. Jenis lumpur yang di gunakan ini dapat
memilimalisir terjadinya problem swelling.
Lumpur yang digunakan pada interval 600 - 1100 ft pada intermediate
casing dengan diameter lubang 9 5/8” juga KCL Polymer. pengeboran menembus
formasi pasir dan juga lempung dapat menyebabkan terjadinya swelling, tapi
dengan jenis lumpur yang di gunakan ini dapat memilimalisir terjadinya problem
ini.
Production casing (1100 – 2132 ft) dengan diameter lubang 7” sama dengan
trayek sebelumnya yaitu dengan menggunakan KCL Polymer Muds.
Tabel 5.8. Rencana Program Lumpur Pemboran
SURFACE INTERMEDIATE PRODUCTION
Trayek Pemboran 13 3/8 " 9 5/8" 7"
Target Kedalaman, ft 100 - 600 600 – 1100 1100 - 2132
Jenis Lumpur KCL Polymer KCL Polymer KCL Polymer
Densitas, ppg 9,51 - 10,79 10,79 - 11,52 11,52 - 11,94
Funnel Viscousity, Sec/qt 32 - 40 32 - 40 32 - 40
Plastic Viscousity, cp 15 - 30 15 - 35 15 - 35
Mud Properties Yield Point, lb/100 ft2 10 - 22 7 - 16 6 -15
Gel Strength, 10"/10 ' lb/100 ft2 2-8/8-15 2-8/8-15 2-8/8-15
API Filtrate, Cm3/30 min 5- 8 3- 6 2- 6
Solid Content, % Volume 6 -7 6 -7 6 -7

Tabel 5.9 Rencana Biaya Lumpur

Jenis Produk Harga Per Unit (USD) Jumlah Pembelian Total Harga (USD)
Bentonite $605/1000 kg 49 29,645
Caustic Soda $75/25 kg 14 1,050
Soda Ash $32/25 kg 14 448
PAC-R $150/25 kg 108 16,200
PAC-L $150/25 kg 54 8,100
KCL $1450/1000 kg 29 42,050
TOTAL 97,493

5.6.2. Mitigasi Problem Pemboran


Mitigasi problem pemboran merupakan serangkaian upaya yang dilakukan
untuk mengurangi resiko potensi permasalahan pemboran yang disebabkan oleh
kondisi formasi yang ditembus saat pemboran berlangsung. Program rencana
penanganan problem pemboran ini disusun berdasarkan jenis lithologi formasi yang
akan ditembus dari data stratigrafi regional dipadukan dengan data analisa
interpretasi stratigrafi sumuran dari analisa facies seismic.
Tabel 5.10. Rencana Penanganan Problem Pemboran
Target
Potensi
Trayek Kedalama
Problem Rekomendasi Mud Program
Pemboran n, - ft
Pemboran
TVD
Menjaga stabilitas lubang bor melalui
konsentrasi WPS (Water Phase Salinity)
dan OWR (Oil Water Ratio).
Sloughing Mengontrol ROP dan mengurangi filtration
Clay loss.
Mengoptimalkan pembersihan lubang bor.
Menjaga kestabilan lubang bor dan laju
sirkulasi lumpur.
Mengoptimasi pompa untuk menunjang
pembersihan lubang bor yang bagus di
sepanjang annulus.
Melakukan backream 2 sampai 4 kali
setelah sliding untuk membuat lubang bor
lebih smooth.
Memastikan gel strength yang cukup untuk
menahan cutting ketika sirkulasi dihentikan.
Hole
Mengontrol kandungan padatan dalam
Cleaning
lumpur untuk mengurangi konsentrasi LGS
(Low Gravity Solids).
Begitu dideteksi ada pengangkatan cutting
yang tidak baik (bad hole cleaning),
13 3/8" 100 - 600
turunkan laju alir sambil menarik kembali
pipa ke atas sejauh 1 stand, kemudian
naikkan kembali laju alir lumpur secara
perlahan.
Solid Memasang Solid Control Eqipment (SCE)
Control selama proses pemboran.
Tambahkan CaCO3 ke dalam sistem
sirkulasi.
Pastikan rangkaian pipa pemboran selalu
bergerak.
Kurangi densitas lumpur pemboran.
Apabila terjadi differential pipe sticking,
Differential lakukan Stuck Pipe Contingency Program.
Sticking
Menjaga stabilitas lubang bor melalui
konsentrasi WPS (Water Phase Salinity)
dan OWR (Oil Water Ratio).
Sloughing Mengontrol ROP dan mengurangi filtration
Clay loss.
Mengoptimalkan pembersihan lubang bor.
Menjaga kestabilan lubang bor dan laju
sirkulasi lumpur.
Mengoptimasi pompa untuk menunjang
pembersihan lubang bor yang bagus di
sepanjang annulus.
Melakukan backream 2 sampai 4 kali
setelah sliding untuk membuat lubang bor
lebih smooth.
Memastikan gel strength yang cukup untuk
menahan cutting ketika sirkulasi dihentikan.
Hole
Cleaning Mengontrol kandungan padatan dalam
lumpur untuk mengurangi konsentrasi LGS
(Low Gravity Solids).
Begitu dideteksi ada pengangkatan cutting
yang tidak baik (bad hole cleaning),
turunkan laju alir sambil menarik kembali
pipa ke atas sejauh 1 stand, kemudian
12 1/4" 600 - 1100 naikkan kembali laju alir lumpur secara
perlahan.
Solid Memasang Solid Control Equipment (SCE)
Control selama proses pemboran.
Tarik kembali pipa ke atas sejauh 1 stand,
kurangi laju alir sirkulasi lumpur
Dengan perlahan, tingkatkan kembali laju
Overpull sirkulasi secara bertahap
Tarik pipa keluar dari lubang. Apabila
masih tercatat overpull, ulangi langkah
diatas dan lakukan backream.
Tambahkan CaCO3 ke dalam sistem
sirkulasi.
Pastikan rangkaian pipa pemboran selalu
bergerak.
Kurangi densitas lumpur pemboran.
Differential Apabila terjadi differential pipe sticking,
Sticking lakukan Stuck Pipe Contingency Program.
Memonitor secara terus menerus lumpur
yang kembali dan volume mud pit.
Loss Mengontrol ROP (Rate of Penetration).
Circulation Memasukkan Loss Control Material untuk
menutup zona loss.
Memonitor dan mengontrol berat lumpur
pemboran.
8 1/2" 1100 - 2132 Selalu menjaga volume lumpur dalam
lubang bor.
Memonitor lumpur yang kembali ke mud
pit.
KICK Memonitor dan mengontrol berat lumpur
pemboran.
Mempersiapkan Kill Mud yang siap
dipompakan kapan pun dibutuhkan.

5.7. Rencana Pembuangan Limbah Pemboran


Di Indonesia, limbah yang diperoleh dari aktivitas pemboran minyak dan
gas dapat dikategorikan sebagai produk berbahaya dan beracun dengan mengacu
pada Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah
Berbahaya dan Beracun. Untuk itu sebelum dibuang, limbah hasil proses pemboran
perlu ditangani secara khusus agar tidak memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan. Berikut merupakan skema penanganan limbah pemboran untuk
pemboran dengan menggunakan water based mud pada onshore drilling.
Gambar 5.10. Rencana Drilling Waste Management
(SPE 61249, Waste Management: An Approach to the Management of Drilling Waste:4)

5.8.Rencana BOP
Blow Out Preventer merupakan peralatan yang vital dalam proses pemboran
karena berfungsi sebagai pengaman untuk mencegah semburan liar di permukaan.
Lapangan ini merupakan lapangan dengan kedalaman relatif menengah dengan
kedalaman kurang dari 7.027 ft TVD, maka berdasarkan spesifikasi peralatan rig
yang telah dijelaskan sebelumnya maka digunakan peralatan BOP berupa:
Tabel 5.11. Rencana BOP Equipment
Max Depth, ft TVD 7.027
Max Formation Pressure, psi 3,267
21 1/4" Diverter System, psi 2,000
13 3/8" Annular Preventer, psi 5,000
2 x 13 3/8" Ram Preventer, psi 5,000

5.9.Well Completion
Komplesi sumur adalah tahap akhir atau tahap penyempurnaan proses
pengeboran agar sumur siap berproduksi. Desain komplesi meliputi Formation
Completion, Tubing Completion, dan Well Head Completion. Desain komplesi
yang tepat pada suatu sumur akan mempengaruhi usia produksi suatu sumur
menjadi semakin panjang dan produksi yang dihasilkan optimum.
5.9.1. Formation Completion
Desain komplesi formasi pada sumur pengembangan Lapangan Beta 1
menggunakan metode cased hole completion. Ada 3 dasar penentuan formation
completion, yaitu berdasarkan nilai faktor sementasi (m) dan nilai Formation
Strength (G/Cb).
Berdasarkan data GR log dari existing wells, diperoleh rata-nilai Vshale di
formasi produktif sebesar 0.2113. Keberadaan shale yang mengikat air ini dengan
sifat swelling akan menggangu ikatan semen antar butir pasir sehingga butiran pasir
dapat lepas dan akan menimbulkan problem kepasiran sehingga dibutuhkan casing
di depan zona produktif. Dengan hasil perhitungan Formation Strength dengan
metode Tixier menunjukkan nilai ketiga zona pada Z389 sebesar 5,2035 x 1012 psi2
, Z450 sebesar 5,2035 x 1012 psi2 , dan Z550 sebesar 5.5625 x 1012. Namun pada
formation completion menggunakan perforeted completion karena melihat ketiga
zona yang berjarak agak jauh dan agar mudah dalam memisahkan zona tiap lapisan
terutama zona produksi minyak dengan gas.
5.9.2. Tubing Completion
Jenis komplesi untuk sumur pengembangan Lapangan Beta 1 yaitu dual
tubing completion. Hal ini dikarenakan ada 3 formasi produktif yaitu Z380, Z450
dan Z550. Ukuran tubing yang digunakan adalah 2.875 inchi (ID) karena ukuran
casing produksi adalah 7”.
5.9.3. Well Head Completion
Sesuai dengan jenis tubing completion, well head completion juga terdiri
dari 1 jenis komplesi yaitu single completion.
Rangkuman program komplesi untuk sumur pengembangan Lapangan Beta
1 dapat dilihat pada Tabel 5.11. di bawah.

Tabel 5.12. Rencana Program Komplesi


ID Perforation, mss
Lapisan
Sumur Komplesi Tubing,
Target Top Bottom
inchi
Z380 Commingle 2.875 368.9 – 372.9
Beta 1 Z450 Commingle 2.875 437.1 – 464.6
Z550 Commingle 2.875 636.1 – 648.1
5.10. Perkiraan Perhitungan Durasi Pemboran
Perencanaan waktu pelaksanaan pemboran dibuat untuk memperkirakan
lama operasi pemboran agar dapat memperkirakan biaya yang digunakan untuk
pemboran sumur. Contoh rencana waktu pelaksanaan pemboran dapat dilihat pada
Table 5.12. dan Gambar 5.12.

Tabel 5.12. Contoh Perbandingan Perkiraan


Waktu Pemboran Mud Motor dengan RSS Sumur TSR-5
Ket Operation Desription TVD, ft Day Days
A- B Moving Rig & Preparation 0 3 3
B- C Rig Up 0 3 6
C-D Run casing conductor 20" with hydraulic hammer/hammering -100 2 8
D- E BOP -100 1.5 9.5
E- F Drilling 17.5" OH, Circvulation,Round trip,etc -600 1 10.5
F-G Run casing surface 13.3/8" , round trip, casing cementing job, N/U wellhead, N/U BOP & Prerssure test -600 2.5 13
G- H Drilling 12.25" OH, Circulation, round trip, etc -1100 2 15
H- I Run casing intermediate 9.5/8" , round trip, casing cementing job, N/U wellhead, N/U BOP -1100 2 17
I-J Drilling 8.5" OH, Circulation, round trip,etc -2132 4 21
J-K Run casing production 7" , round trip, casing cementing job, N/U wellhead, N/U BOP -2132 2.5 23.5
K-L Logging & Perforation. RIH Production String & Set Packer -2132 4.5 28
L- M N/D BOP Stack. N/U X-Masstree. Production Test -2132 3 31
M-N Rig Down -2132 3 34
Gambar 5.11. Contoh Grafik Drilling Time Sumur Beta-1

5.11. Perkiraan Biaya Pemboran


Perkiraan biaya pemboran dilakukan dengan asumsi biaya pemboran 90%
Intangible dan 10% Tangible. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan sumur
pengembangan Lapangan Beta diantaranya adalah biaya rig, casing, pekerja,
peralatan, material dan lain-lain. Biaya pemboran untuk sumur pengembangan
Lapangan Tesseract dapat dilihat di Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Rencana Anggaran Sumur
Pengembangan Lapangan Beta

Biaya Pemboran Sumur Pengembangan, USD


Sumur
Intangible Tangible Drilling Cost Lokasi Total
Beta 1 1350000 150000 1500000 150000 1650000
Beta 2 1350000 150000 1500000 150000 1650000
Beta 3 1350000 150000 1500000 150000 1650000
Beta 4 1350000 150000 1500000 150000 1650000
Total Biaya Pemboran 6600000

Anda mungkin juga menyukai