Fluida yang mengalir dari formasi produktif ke dasar sumur dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
Sifat-sifat fisik batuan formasi (porositas, permeabilitas)
Geometri sumur dan daerah pengurasan ( rw dan re)
Sifat-sifat fisik fluida formasi (viskositas, compressibilitas, faktor volum formasi)
Perbedaan tekanan antara formasi produktif dengan dasar sumur pada saat
terjadi aliran.
Keempat faktor tersebut diatas, secara ideal harus diwakili di dalam setiap
metode perhitungan kinerja aliran fluida dari formasi masuk ke lubang
sumur.
Tentang aliran fluida dalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy
dalam persamaan :
q k dp
v . (1)
A dL
Persamaan tersebut berlaku untuk aliran horisontal, fluida satu fasa dan
incompressible.
Selanjutnya dikembangkan persamaan untuk kondisi aliran dari formasi ke
lubang sumur, yang merupakan aliran radial, dimana dalam satuan
lapangan (oil field unit) persamaan tersebut berbentuk :
0,007082 k h (Pe Pwf)
q (2)
o B o ln (re /rw )
Dimana:
q = laju produksi, STB/hari
k = permeabilitas efektif, mD
h = tebal formasi produktif, ft
Pe = tekanan formasi pada jarak re dari sumur, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
o = viskositas minyak, Cp
Bo = faktor volume formasi, Bbl/STB
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft.
Ditanyakan :
Bagaimana bentuk kurva IPR nya?
Hitung PI (productivity Index) dengan rumus :
Menentukan Pwf ass sampai Pr
(Gunakan tabel bantu)
Menghitung laju produksi menggunakan data
Tekanan dasar sumur asumsi (Pwf ass)
Membuat grafik dengan cara memplot antara Tekanan dasar
sumur asumsi (Pwf ass) dengan Laju produksi (Qo).
Kurva IPR 2 Fasa
Asumsi fluida yang mengalir satu fasa seperti kondisi diatas sulit dipenuhi.
Jika fluida yang mengalir terdiri dari dua fasa (minyak dan gas) maka
bentuk grafik IPR akan merupakan lengkungan, dan harga PI tidak lagi
konstan, karena kemiringan garis IPR akan berubah secara kontinyu, untuk
setiap harga Pwf.
Pembuatan grafik IPR untuk aliran dua fasa pada mulanya dikembangkan
oleh Weller, namun karena persamaan yang diajukannya relatif rumit,
maka tidak banyak yang manggunakannya.
Selanjutnya Vogel menemukan suatu cara yang lebih sederhana jika
dibanding dengan metode
Weller. Dasar pengembangan
metode Vogel, adalah
persamaan Weller.
Vogel memberikan persamaan umum untuk menghitung aliran 2 fasa
didalam reservoar yaitu :
qo 2
Pwf Pwf
1 0,2 0,8
qo max Pr Pr
Dimana:
qo = laju produksi, STB/D
qmax = laju aliran minyak maksimum pada saat Pwf = 0, STB/D
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
Ps = tekanan statik dasar sumur, psi
Contoh Kasus Kurva IPR 2 fasa
Diketahui data sumur minyak
qo = 100 BOPD
Pwf = 1800 psi,
Pr = 2400 psi
Tentukan qo maksimum dengan persamaan 2
fasa (Vogel) hanya jika Pr < Pb.
Persamaan Vogel :
qo 2
Pwf Pwf
1 0,2 0,8
qo max Pr Pr
0
500
800
1000
1500
2000
2200
2400
Setelah perhitungan menggunakan rumus
Pwf
Pwf
2
0 0 0 250 1
500 0.208 0.043 230 0.92
0.9
0.8
0.7
0.6
Pwf 0.5
Pr 0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
q o
qo max
IPR 3 Fasa
Metode Wiggins merupakan pengembangan dari
metode Vogel.
Dalam pengembangannya Wiggins menyetarakan
metode dua fasa dari Vogel dengan metode tiga
fasa.
Dalam metode Wiggins (penyetaraan IPR tiga
fasa) mengasumsikan bahwa setiap fasa dapat
diperlakukan secara terpisah, sehingga antara
rate minyak (qo) dan rate air (qw)dapat dihitung
sendiri-sendiri.
Aliran Fluida Dalam Pipa
Persamaan dasar aliran fluida dalam pipa
dikembangkan dari Persamaan Energi, yang
menyatakan keseimbangan energi antara dua titik
dalam sistem aliran fluida.
Persamaan ini mengikuti hukum konservasi
energi, yang menyatakan bahwa energi yang
masuk ke titik pertama ditambah dengan kerja-
kerja yang dilakukan oleh dan terhadap fluida di
antara titik pertama dan kedua, dikurangi dengan
energi yang hilang di antara kedua titik tersebut
sama dengan energi yang keluar dari titik kedua.
Beberapa konsep yang diperhitungkan dalam
perhitungan aliran fluida dalam pipa adalah :
Reynold Number; adalah parameter tidak berdimensi
yang menunjukkan perbandingan antara gaya inersia
dengan gaya viskositas.
Regim Aliran; menggambarkan aliran fluida secara
alami. Ada dua jenis aliran yaitu aliran laminer dan
aliran turbulen. Aliran laminer mempunyai Reynolds
number kurang dari 2100 dan aliran turbulen
mempunyai Reynolds number lebih besar dari 4000.
Teorema Bernoulli ; menyatakan energi yang
terkandung di dalam fluida disebut energi potensial
yang diistilahkan dalam tinggi ekivalen atau Head
dalam kolom fluida
Faktor Gesekan;
Persamaan Darcy ;
Analisa Nodal
Sistem sumur produksi yang menghubungkan antara formasi produktif
dengan separator dapat dibagi menjadi beberapa komponen yaitu :
Komponen formasi produktif/reservoir
Komponen komplesi
Komponen tubing
Komponen pipa salur (flow line)
Komponen restriksi/jepitan (choke)
Komponen separator
Komponen tersebut berpengaruh terhadap laju produksi sumur. Laju
produksi optimum dapat diperoleh dengan cara memvariasikan ukuran
tubing, pipa salur, jepitan (choke) dan tekanan kerja separator.
Pengaruh kelakuan aliran fluida masing-masing komponen terhadap
sistem sumur secara keseluruhan akan dianalisa dengan menggunakan
Analisa Sistem Nodal.
Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen, dimana di titik
pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi keseimbangan dalam bentuk
keseimbangan masa ataupun keseimbangan tekanan.
Hal ini berarti bahwa masa fluida yang keluar dari suatu komponen akan
sama dengan masa fluida yang masuk ke dalam komponen berikutnya
yang saling berhubungan atau tekanan diujung suatu komponen akan
sama dengan komponen yang lain yang berhubungan.
AP4 =(PUSV-POSV)
I
AP7= API = PR-Pwts '" LOSS IN POROUS MEDIUM
Pwf-Pwh AP2 = Pwfs-Pwf = LOSS ACROSS COMPLETION
A P3 = PUR-POR = " " RESTRICfION
BOITOMHOLE AP4 = Pusv-Posv = " "n SAFETY VALVE
ICfION A Ps = Pwh-Pesc = " SURFACE CHOKE
AP3 D A Ps = Pose-Psep = " IN FLOWLINE
(PUR-POR) AP7 = Pwf-Pwh = TOTAL LOSS IN TUBING
A Ps = Pwf-Pwl = " " " FLOWLINE