Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat PT. Pertamina EP Asset 2 Limau Field


PT. Pertamina EP Asset 2 Limau Field berpusat di kota Prabumulih
Kabupaten Muara Enim, tepatnya di Kecamatan Rambang Dangku Provinsi
Sumatera Selatan. PT. Pertamina EP Asset 2 Limau Field mempunyai 5 struktur
penghasil minyak, diantaranya Limau Barat, Limau Tengah, Belimbing, Niru dan
Kerangan.
Struktur pertama, Limau Barat, ditemukan oleh BPM (Bataafsche Petroleum
Maatschappij) pada tahun 1910. Kemudian secara berturut-turut ditemukan
struktur Niru pada tahun 1949, struktur Limau Tengah pada tahun 1950, dan
struktur Belimbing pada tahun 1955. Pada tahun 1949 hingga tahun 5 Juli 1989,
struktur-struktur tersebut dikelola oleh Pertamina Own Operation. Pada tanggal 6
Juli 1989 hingga 1 April 1997, pengelolaan struktur atau lapangan ini dilakukan
secara Joint Operation Body (JOB) antara Husky Energy dengan Pertamina.
Pada tanggal 1 Juli 1997 saham JOB Pertamina Husky Limau dibeli oleh JOB
Pertamina Seaunion Energi (Limau) Ltd. Pada saat itu produksi puncak terjadi,
yaitu pada tahun 1998 sebesar 8000 BOPD. Pada tahun 2005, JOB Pertamina
Seaunion Energi (Limau) berubah menjadi Unit Bisnis Pertamina EP Limau yang
sebelumnya dipegang oleh IPOA selama setahun sebagai masa transisi. Kemudian
pada tanggal 1 Maret 2013 terjadi perubahan struktur organisasi di PT. Pertamina
EP, dari PT. Pertamina EP Limau Field menjadi PT. Pertamina EP Asset 2 Limau
Field.

2.2 Daerah Operasional PT. Pertamina EP Asset 2 Limau Field


Area operasi PT. Pertamina EP Asset 2 Limau Field terletak di Kabupaten
Muaraenim dan Kota Prabumulih. Bedasarkan data geologi Limau Field,
Lapangan Limau terletak ± 110 km ke arah selatan Kota Palembang, Provinsi
Sumatera Selatan dengan luas area lapangan sekitar 211km2 (Gambar 2.1). PT.
Pertamina EP Asset 2 Limau Field mempunyai sumur produksi sebanyak 72

8
9

sumur, diantaranya terdapat 5 sumur natural flow. 67 sumur artificial lift terdiri
dari sumur dengan Sucker Rod Pump (SRP) sebanyak 46 , sumur dengan
Electrical Submersible Pump (ESP) sebanyak 48 sumur, dan dengan metoda
Hydraulic Pumping Unit (HPU) sebanyak 2 sumur. Selain itu terdapat juga sumur
injeksi sebanyak 34.

Gambar 2.1. Peta lokasi PT.Pertamina EP asset 2 field Limau (Sumber:


Petrolium Engineer, PT.Pertamina EP Asset 2 Limau Field,
2015)

Wilayah operasi Limau Field berada di 3 kecamatan yaitu, Rambang Dangku,


Rambang Lubai, dan Gunung Megang yang terletak di Kabupaten Muara Enim,
yang terdiri dari 5 struktur yaitu (Gambar 2.2):
1. Struktur Limau Barat
2. Struktur Limau Tengah
3. Struktur Niru
4. Struktur Belimbing
5. Struktur Karangan

Universitas Sriwijaya
10

Gambar 2.2. Peta wilayah operasi field limau (Sumber: Petrolium Engineer,
PT.Pertamina EP Asset 2 Field Limau, 2015)

2.3. Kondisi Geologi Wilayah Operasi PT. Pertamina EP Asset 2 Limau


Field
Sumatera Selatan terletak pada cekungan purba yang membentang dari
selatan tenggara sampai utara barat. Batas-batas sebelah selatan oleh Tinggian
Lampung, sebelah barat oleh Bukit Barisan, sebelah utara oleh Pegunungan Tiga
Puluh dan sebelah timur oleh Daratan Sunda.Struktur geologi yang mempengaruhi
terbentuknya perangkap hidrokarbon sebagian besar merupakan antiklinal,
patahan yang berorientasi barat laut tenggara sebagai akibat gaya kompresi. Pada
cekungan Sumatera Selatan, minyak dan gas terperangkap pada lapisan batupasir
atau batugamping (Gambar 2.3).
Berdasarkan data-data eksplorasi Limau Field, hanya terdapat dua formasi
yang mengandung hidrokarbon yang bersifat ekonomis, yaitu Formasi Talang
Akar (TAF) dan Formasi Baturaja (BRF). Sedangkan litologi formasi yang
ditembus oleh pemboran adalah sebagai berikut :
a. Formasi Kasai (KAF)
Terdiri dari batu pasir kasar unconsolidated, lempung berwarna hijau abu-abu,
kerikil, lempung, batu apung.
b. Formasi Muara Enim (MEF)

Universitas Sriwijaya
11

Terdiri dari lempung pasiran, pasir dan lapisan batu bara.


c. Formasi Air Benakat (ABF)
Terdiri dari batupasir selang-seling dengan serpih atau lempung kelabu tua
dengan sisipan batubara.
d. Formasi Gumai (GUF)
Terdiri dari batuan utama serpih kelabu, napal berwarna coklat putih
merupakan sisipan karbonat di dasar formasi.
e. Formasi Baturaja (BRF)
Terdiri dari batugamping terumbu.
f. Formasi Talang Akar (TAF)
Terdiri dari batu pasir, batu pasir gampingan, batu lempung, batabara dan batu
pasir kasar.
g. Formasi Lahat (LAF)
Merupakan batuan dasar atau basement rock.

@2410 0.56
(P21) 165 HI
5.62 445 (Tmax)
10.6kg/ton

@2870
0.63
(P20)
144HI
3.54
457 Tmax
P19/P18 Acrostichum spaciosum
5.49 kg/ton
Zonocostites ramonae
(TPS-11)
@3030
(P19)
2.14
0.68
Eocene 138 HI
449 Tmax
Proxapertites 3.70 kg/ton
assamicus
(TPS-6)

Gambar 2.3. Kolom stratigrafi sub cekungan sumatera selatan (Sumber: Petrolium
Engineer, PT.Pertamina EP Asset 2 Field Limau, 2015)

Universitas Sriwijaya
12

2.4. Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Asset 2 Limau Field


Dalam melaksanakan kegiatannya, PT. Pertamina EP Asset 2 Field Limau
memiliki struktur organisasi yang dibuat untuk mempermudah pelaksanaaan
kegiatan operasional serta dalam pertanggung-jawaban semua kegiatan dan
operasional perusahaan. Pimpinan tertinggi di PT. Pertamina EP Asset 2 Field
Limau terletak pada Field Manager Limau. Dalam menjalankan tugasnya, Field
Manager dibantu oleh 11 Assistant Manager dan 1 Sekretaris.
Kesebelas Assistant Manager tersebut antara lain Assistant Manager Operation
Planning, Assistant Manager Petroleum Engineer, Assistant ManagerWork
Over/Well Services, Assistant Manager Production Operation, Assistant Manager
Reliability And Maintenance, Assistant Manager HSSE, Assistant Manager HR,
Assistant Manager Finance, Assistant Manager Legal And Relationship, Assistant
Manager SCM, dan Assistant Manager ICT. Masing-masing Asisten Manajer
akan menjalankan tugas serta fungsinya dalam organisasi dan memiliki tanggung-
jawab terhadap segala kegiatan-kegiatan yang berada di ruang lingkup kerjanya.
Sedangkan Field Manager Limau sendiri bertanggung-jawab kepada General
Manager Asset 2.

2.5. Petroleum System di Limau Field


2.5.1. Batuan Induk (Source Rock)
Batuan induk di daerah Lapangan Limau terdiri dari serpih Formasi Lahat,
Formasi Talang Akar dan Formasi Gumai. Dari studi yang dilakukan oleh
Pertamina (2004), di daerah sub-basin Lematang – Muara Enim, dikenal adanya 2
jenis batuan induk. Jenis 1 adalah batuan induk dimana material organiknya
berasal dari darat, dan jenis ke 2 adalah material organiknya berasal dari laut.
Pembentukan hidrokarbon dari serpih Formasi Talang Akar yang banyak
mengandung material organik yang berasal dari darat di sub-basin Lematang
dimulai dari Miosen Tengah. Sedangkan di sub-basin Muara Enim, selain Formasi
Talang Akar, serpih Formasi Gumai juga merupakan batuan induk yang
mengandung material organik yang berasosiasi dengan alga laut, memiliki HI 200
– 400, merupakan kerogen tipe II dan sudah matang, sehingga menghasilkan

Universitas Sriwijaya
13

minyak. Adapun peta kematangan formasi taang akar dan baturaja menurut
Sumuyot Sarjono Dan Sardjito, 1989 terlihat pada (Gambar 2.4).
Menurut Suseno et. al. (1992), Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar
yang diendapkan di fluvio-deltaic memiliki kandungan organik yang lebih kaya
daripada yang diendapkan di laut dangkal. Material organik Formasi Lahat dan
Formasi Talang Akar yang diendapkan di fluvio-deltaic mempunyai HI 130 – 310
mg/g dan kandungan liptinit yang lebih tinggi dan menunjukkan potensial yang
baik untuk pembentukan minyak dan gas bumi. Sedangkan material organik
Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar yang diendapkan di laut dangkal
menunjukkan potensial yang cukup untuk untuk pembentukan minyak dan gas
bumi. Menurut Sarjono dan Sardjito (1989), kandungan organik dan kematangan
batuan induk daerah Lapangan Limau yaitu sebagai berikut:
1. Formasi Lahat mempunyai kandungan TOC 1,7 – 4,1 %
2. Formasi Talang Akar, mempunyai kandungan TOC 1,5 – 8%
3. Formasi Baturaja, mempunyai kandungan TOC 0,6 – 1,5 %
4. Formasi Gumai, mempunyai kandungan TOC 0,5 – 11,5%

Gambar 2.4. Peta kematangan formasi talang akar dan baturaja


(Sumber: Petrolium Engineer, PT.Pertamina EP Asset
2 Field Limau, 2015)
2.5.2 Batuan Reservoir
Di dalam Cekungan Sumatra Selatan, batuan yang berperan sebagai batuan
reservoir yang mengandung minyak dan gas bumi dijumpai pada hampir di semua

Universitas Sriwijaya
14

batuan, dari Formasi-formasi Lahat, Talang Akar, Baturaja, Gumai/Telisa, Air


Benakat, Muara Enim dan bahkan dari batuan dasar Pra-Tersier (basement).
Tetapi pada umumnya sebagai batuan reservoir utama adalah batupasir dari
Formasi Talang Akar dan batugamping dari Formasi Baturaja.
2.5.3 Batuan Penutup (Seal)
Batuan yang berperan sebagai batuan penyekat bersifat regional, dijumpai
sebagai shale yang tebal dari Formasi Telisa/Gumai (GUF) dan shale yang
terdapat pada intra-formasi didalam tiap-tiap zone batupasir pada masing-masing
formasi. Shale ini meskipun relatif tipis, namun terbukti merupakan batuan
penutup (seal) yang baik bagi migrasi atau akumulasi minyak dan gas untuk
lapisan-lapisan reservoir yang ada dibawahnya.
2.5.4. Batuan Perangkap (Trap)
Perangkap struktur terjadi pada kala Plio-Pleistosen. Semua penemuan
minyak dan gas bumi di Lapangan Limau terperangkap di dalam sistem perangkap
struktur. Ringkasan Petroleum System dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Petroleum system di sub cekungan sumatera selatan


(Sumber: Petrolium Engineer, PT.Pertamina EP Asset
2 Field Limau, 2014)

Universitas Sriwijaya
15

Anda mungkin juga menyukai