BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pompa angguk (sucker rod pump) adalah salah satu pengangkatan buatan
(artificial lift) paling banyak digunakan, 80% diseluruh dunia, atau 2/3 dari semua
sumur di dunia menggunakan pompa angguk ini. Pompa angguk bukan
memproduksi terbesar di dunia, karena produksinya tidak semua besar, karena
dalam pengoperasiannya pompa angguk memiliki banyak masalah yang sering
timbul, diantaranya adalah tidak sesuainya laju produksi yang diinginkan dengan
laju produksi sebenarnya (Hirschfeldt, 2007).
Gambar 2.1 BTPU & SRP (API Recommended Practice 11AR 4th Edition,
June 2000)
Gambar 2.1 memperlihatkan skematik dari komplesi dengan menggunakan
pompa angguk. Dapat dilihat bahwa terdapat tiga hal pokok dalam elemen pompa
angguk, yaitu bottom hole pump, rod string & pumping unit.
Load cell dipasang diantara polished rod clamp dan carrier bar. Load cell
merupakan sebuah sensor pengukur beban yang merubah satuan berat menjadi
resistansi listrik. Position transducer mempunyai tali senar yang dipasang pada
polished rod dan di dalam Position Transducer terdapat potensiometer yaitu alat
elektronika yang dapat berubah-ubah resistansinya dan dihubungkan dengan tali
senar dan akan memanjang dan memendek sesuai dengan naik-turunnya rod yang
berguna menentukan posisi rod pada perekam di dalam Position.
Dari kedua sensor beban (Load cell) dan Position transducer dikirim ke
perekam atau ADC (Analog to Digital Converter), kemudian dihubungkan dengan
unit computer yang telah berisi program dynamometer dari computer tersebut
dapat dilihat kurva sumbu-x dan sumbu-y, atau kurva load (lbs) terhadap
displacement (inch). Maka kurva tersebut inilah yang dinamakan dynamometer
card atau dynograph, kemudian dynograph ini dapat menentukan kondisi sumur
tersebut (Gitano.2015).
Gambar 2.3 Prinsip kerja dynamometer (Chevron O&M certification)
(a) (b)
Gambar 2.4 Gross displacement pompa: a. tubing yang dengan anchored,
b. tubing tanpa anchored (Chevron O&M certification)
(a) (b)
Gambar 2.6 Standing valve bocor (Chevron O&M certification)
Pada sumur produksi, tidak selamanya bekerja efektif 100%. Hal ini
disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi pada waktu pemompaan. Ini yang
dinamakan dengan istilah fluid pound atau pump off. Sumur produksi yang masih
bekerja 60-80% masih dalam kategori efektif, tetapi apabila dibawah index
tersebut, maka sumur sudah dikatakan tidak efektif lagi. Bahkan ada fluid pound
yang parah yang berproduksi hanya dibawah 25% saja.
(a) (b)
Gambar 2.7 Fluid pound (a) anchored tubing, (b) unanchored tubing (Chevron
O&M certification)
Ada juga kondisi yang dinamakan Gas pound. Ketika pompa bergerak ke
atas (upstroke) fluida akan mengisi barrel dan tidak menyentuh bagian bawah
plunger, akan terdapat ruangan kosong dan akan diisi oleh gas/steam ketika
pompa kembali bergerak (downstroke), gas akan terkompresi.
(a) (b)
Gambar 2.8 Gas Pound (a) tubing anchored, (b)unanchored tubing
(Chevron O&M certification)
Jika pompa tidak diberi jarak (spacing) yang dengan benar, maka akan
terjadi tubrukan ke dasar pompa. Kondisi ini akan menyebabkan kehilangan beban
pada sesaat pada akhir langkah downstroke.
(a) (b)
Gambar 2.9 (a) Pompa membentur standing valve pada saat downstroke & (b)
pompa membentur pada saat upstroke (Chevron O&M certification)
Gambar-gambar di atas adalah beberapa jenis kartu dyno test, dan ada dua
kondisi spesial yaitu kondisi gas locked pump dan flumping well.
Gas locked pump adalah keadaan dimana kedua valve dalam kondisi
tertutup disebabkan tekanan statik tubing (Pt) lebih besar dari tekanan discharge
pompa (Pd) dan juga lebih besar dari tekanan intake pompa (Pint). Pada umunya
rasio kompresi pada pompa sucker rod kecil sekali, akibatnya tidak ada valve
yang terbuka sampai clearance space antara valve pengisian dengan kebocoran
cairan melalui plunger, atau fluid level dinaikkan sehingga rasio kompresi menjadi
lebih kecil agar gas dari pompa masuk ke tubing.
Gambar 2.13 Gas Locked Pump (Chevron O&M certification)
Flumping well adalah keadaan dimana kedua valve dalam kondisi terbuka
karena tekanan statik tubing (Pt) lebih kecil dari tekanan discharge pompa (Pd)
dan juga lebih kecil dari tekanan intake pompa (Pint), atau kondisi ini juga dapat
berarti bahwa rod lepas (putus). Tetapi dengan memeriksa valve ini dapat
didiagnosa dengan cepat.
Karena sucker rod tidak benar-benar padat atau tidak flexible, maka akan
ada time lag atau keterlambatan pada beban yang ditransfer dari plunger pompa
ke polished rod. Hal ini mempengaruhi gambar dynamometer adalah vibrasi, efek
dinamik, friksi, aksi gerak pompa, Jika semuanya ini effisiensinya mencapai
100% maka bisa dihasilkan gambar 2.7.
Pada titik A permulaan upstroke, travelling valve akan menutup dan dari A
ke B beban akan ditransfer ke rod. Dari B ke C beban konstan dan C adalah
puncak upstroke pada saat mana travelling valve terbuka dan standing valve
menutup D sehingga beban akan ditahan oleh tubing. Lalu pada akhir downstroke
sampai kembali ke A, maka travelling valve akan menutup dan beban ditahan
kembali oleh rod tersebut.
Walaupun material sucker rod adalah baja, tetapi masih mempunyai tingkat
elastisitas walaupun kecil (modulus young tinggi), maka akan terjadi stretch
(perpanjangan) kalau terjadi pembebanan dan mengkerut kalau beban hilang,
Gambar 4.3 (b) juga dapat menggambarkan suatu card dimana rod-nya elastik.
Perubahan yang terlambat dikarenakan rod memanjang (stretch) dan mengkerut
(contraction), Card ini masih termasuk “ideal” dan tidak akan didapat di
lapangan.
Pada keadaan sebenarnya, efek dinamika akan mempunyai efek besar pada
bentuk card tersebut. Sebagian karena time lag tersebut dan transmisi impulse dari
plunger ke polished rod. Juga gerakan polished rod akan bergerak sebagian waktu
downstroke sebelum travelling valve terbuka dan sebagian upstroke sebelum
travelling valve tertutup. Vibrasi alamiah rod juga berpengaruh.
2.5.4 Optimasi Motor Penggerak (Prime Mover) Pada Sucker rod pump
Untuk pengoperasian komponen pompa angguk yang ada di permukaan dan
dibawah permukaan, dibutuhkan daya penggerak. Salah satu tantangan terbesar
dalam pengoptimasian pompa angguk adalah menghasilkan desain dengan
kenaikan laju alir yang optimal dengan kebutuhan daya yang tidak terlalu besar,
sehingga optimasi akan memberikan nilai yang ekonomis terkhusus pada motor
penggerak yang digunakan.
Optimasi juga dapat dilakukan dengan mengubah parameter pada pompa
untuk mengurangi dan mengoptimalkan daya motor tanpa mengurangi produksi
minyak yang dihasilkan perharinya. (Chevron O&M certification)
Dalam hubungannya dengan pedoman optimasi pompa angguk, dibutuhkan
suatu hubungan dan pengelompokan yang jelas atas sumur-sumur yang
berproduksi menggunakan pompa angguk agar dapat menghasilkan penjelasan
yang cepat dan jelas mengenai keadaan suatu sumur berdasarkan laju alir dan
kebutuhan dayanya. Sehingga bila suatu saat data sumur ditambah, maka dari
pengelompokan ini dapat menghasilkan justifikasi optimasi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Desain kebutuhan daya didasarkan pada parameter yang telah dipilih dan
dihitung pada desain SRP. Parameter desain SRP yang menjadi input pada desain
kebutuhan daya antara lain: diameter tubing, diameter plunger, panjang dan
diameter rod, panjang stroke, dan kecepatan pemompaannya. Kondisi baik
sebelum maupun sesudah optimasi desain SRP dihitung dayanya untuk kemudian
dilakukan perbandingan. Hasil yang diharapkan dari perhitungan kebutuhan daya
adalah hasil yang tidak terlalu jauh perbedaannya antara sebelum dan sesudah
optimasi. Apabila terjadi penurunan daya, makan akan semakin baik.
Automatic Well Test (AWT) adalah sebuah fasilitas yang berfungsi untuk
mengukur produksi dari sebuah sumur dengan durasi test selama 3 jam. Setelah
fluid ditampung dalam sebuah gauging vessel selama 3 jam atau ketika level
mencapai posisi pump on, maka fluida yang berada di dalam gauging vessel akan
dipompakan ke production header. Selama proses pemompaan, dilakukan
pengukuran oleh sebuah alat flowmeter yang terpasang pada discharge line pompa
AWT. Dari pegukuran ini akan diperoleh data total fluid, water cut dan total oil.
Untuk mendapatkan jumlah produksi 24 jam, maka hasil test tersebut dikali 8.
(Chevron O&M Certification)
Gambar 2.15 Automatic Well Test (Chevron O&M Certification)
Pada inlet gauging vessel tersedia sebuah back pressure control valve yang
berfungsi untuk mem-build up pressure pada inlet gauging vessel agar sama
dengan pressure header 12”, sehingga banyaknya fluid yang masuk ke gauging
vessel dari sebuah sumur akan sama dengan banyak nya fluid yang masuk ke
manifold header, karena hambatan pressure yang diterima sudah disamakan oleh
back pressure control valve.
Untuk 3 sumur yang dibahas pada tugas akhir ini, pressure pada pipe header
di test station berkisar 60-85 psi. Artinya pressure pada sumur harus melebihi
pressure manifold header untuk bisa membuka check valve dan mengalirkan fluid
ke dalam pipe header 12”. Jika sucker rod pump tidak bisa melebihi pressure
pada manifold header, maka sumur tersebut berada dalam status not pumping.
Selain pengaruh cuaca, pressure tubing juga dapat dipengaruhi oleh faktor
lain, seperti terjadinya scaling yang menyebabkan mengecilnya inside diameter
tubing atau permasalahan lainnya.
Oleh karena faktor-faktor di atas, data AWT yang analisis biasanya adalah
rata-rata dari 3-5 test terakhir.
2.7 Perhitungan Gross & Net Displacement Sucker Rod Pump secara
Volumetric
Gross & Net Displacement pompa dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Keterangan: