Anda di halaman 1dari 25

TUGAS TAKEHOME

TEKNIK PRODUKSI
Dosen Pengampu :
Sri Rahayu, ST.MT
Oleh Kelompok :
1. Adimas Dana Saputra
2. Eduardus Bagus Setiawan
3. Dzikri Kurniadi
4. Farhad
5. …
6. …

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2019
PENDAHULUAN
Pemasangan Pompa Angguk (Sucker Rod Pump) pada suatu sumur minyak
merupakan salah satu metoda pengangkatan buatan (Artificial Lift) yang telah
digunakan secara meluas pada lapangan minyak. Pada saat ini dikenal 3 (tiga)
macam pompa sucker rod, yaitu : Conventional Unit, Air Balance dan Mark II.
Gambar (1) memperlihatkan fluida dari dasar sumur ke permukaan didasarkan
pada gerakan mekanik dari sejumlah peralatan pompa sucker rod, mulai dari
bawah permukaan, sepanjang tubing, di kepala sumur, dan diatas permukaan

1. PERALATAN POMPA ANGGUK


Berdasar letaknya, maka peralatan pompa sucker rod dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu : peralatan diatas permukaan dan peralatan
dibawah permukaan.

1.1. Peralatan Di Atas Permukaan


Peralatan diatas permukaan berfungsi untuk memindahkan energi dari
Prime mover ke pompa sucker rod, dimana untuk selanjutnya diteruskan ke
peralatan bawah permukaan. Peralatan ini juga berfungsi untuk mengubah
gerak naik turun dan melalui gear reducer mengubah kecepatan prime mover
menjadi langkah pemompaan yang sesuai.
Gambar 1 : Pompa Angguk (Sucker Rod Pump)
Peralatan di permukaan ini secara keseluruhan terdiri dari :

 Prime mover merupakan pengerak utama, dimana prime mover akan


memberikan gerakan putar yang diubah menjadi gerak naik turun pada
polish rod dan sucker rod untuk diteruskan ke peralatan bawah permukaan.
Prime mover dapat berupa mesin gas, diesel, motor bakar dan listrik. Prime
mover ini disesuaikan dengan tersedianya sumber tenaga tersebut. Jadi
pemilihan motor diusahakan mempunyai daya yang cukup untuk
mengangkat fluida dan rangkaian rod dengan kecepatan yang diinginkan.

 V-Belt merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari prime mover ke


gear reducer.

 Gear reducer berfungsi mengubah kecepatan putar dari prime mover


menjadi langkah pemompaan yang sesuai. Gear reducer juga merupakan
transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari prime
mover, gerak putaran prime mover diteruskan ke gear reducer dengan
menggunakan belt. Dimana belt ini dipasang engine pada prime mover dan
unit sheave pada gear reducer.

 Crank Shaft merupakan poros crank yang befungsi untuk mengikat crank
pada gear reducer dan meneruskan gerak.

 Crank merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft


pada gear reducer dengan counterbalance. Pada crank ini terdapat lubang-
lubang tempat pitman bearing. Besar kecilnya langkah atau stroke
pemompaan yang diinginkan dapat diatur disini, dengan cara mengubah-
ubah pitman bearing.
Apabila kedudukan pitman bearing ke posisi lubang mendekati
counterbalance, maka langkah pemompaan menjadi bertambah besar atau
sebaliknya, apabila menjauhi jarak antara crank shaft sampai dengan
pitman bearing sebagai polish stroke length, yang fungsinya meneruskan
gerak berputar dari crank shaft pada gear reducer ke walking bean melalui
pitman.

 Counterbalance adalah sepasang pemberat yang fungsinya :


a. Untuk mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak naik
turun
b. Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau pada saat
counterbalance menuju ke atas, yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil
atau minimum
c. Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke (saat
counterbalance bergerak ke bawah) sebesar tenaga potensialnya, karena
kerja prime over yang terbesar adalah pada saat up-stroke (pompa
bergerak ke atas) dimana sejumlah minyak ikut terangkat ke atas
permukaan.

 Pitman Arm adalah penghubung antara walking beam pada equalizer


hearing dengan crank. Lengan Pitman merubah gerakan berputar menjadi
gerakan naik-turun.

 Walking Bean merupakan tangkai horizontal dibawah horse head.


Fungsinya merupakan gerak naik turun yang dihasilkan oleh pasangan
pitman-crank-counterbalance, ke rangkaian pompa di dalam sumur melalui
rangkain rod.
 Counter weight berfungsi menjepit polished rod dan letaknya dibagian atas
dari polished rod. Jepitan ini kemudian diletakan diatas carrier bar
sehingga Polished rod dapat bergerak sesuai dengan gerakan Carrier bar.

 Horse Head berfungsi menurunkan gerak dari walking bean ke unit pompa
di dalam sumur melalui bridle, polish rod dan sucker string atau
merupakan kepala dari walking bean yang menyerupai kepala kuda.

 Briddle berfungsi sebagai tali penggantung carrier bar.

 Carrier bar merupakan penyangga dari polished rod clamp.

 Polish Rod Clamp merupakan komponen yang bertumpu pada carrier bar
yang berfungsi untuk mengeraskan kaitan polish rod pada carrier bar dan
tempat dimana Dinamometer (alat pencatat unit pompa ) diletakkan.

 Stuffing box dipasang diatas kepala sumur (casing atau tubing head) untuk
mencegah atau menahan minyak agar supaya tidak keluar bersama naik
turunnya polish rod. Dengan demikian seluruh aliran minyak hasil
pemompaan akan mengalir ke flowline melewati crosstee. Disamping itu
juga berfungsi sebagai tempat kedudukan polish head rod, sehingga polish
rod dapat bergerak naik turun dengan bebas.

 Polish Rod merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang muncul di
permukaan. Berfungsi untuk menghubungkan antara rangkaian rod di
dalam sumur dengan peralatan di permukaan.

 Pumping tee (Crosstee) berfungsi untuk mengalirkan fluida produksi ke


flow line.

 Sampson post merupakan tiang penyangga walking beam.


 Saddle Bearing adalah tempat kedudukan dari walking bean pada sampson
post pada bagian atas.

 Equalizer adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara
leluasa menurut kebutuhan operasi pemompaan minyak berlangsung.

 Brake berfungsi untuk mengerem gerak pompa jika dibutuhkan, misalnya


pada saat akan dilakukan reparasi sumur atau unit pompanya sendiri.

Secara keseluruhan susunan peralatan pompa sucker rod diatas permukaan


ditunjukan pada Gambar 2.

1.2. Peralatan di Bawah Permukaan

Untuk peralatan pompa di bawah permukaan (Subsurface pump


equipment ) terdiri dari empat kompnen utama, yaitu : working barrel,
plunger, travelling valve dan standing valve.
 Working Barrel merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik-
turun sesuai dg langkah pemompaan dan menampung minyak terisap oleh
plunger pada saat bergerak ke atas ( up stroke ).
a. Working barrel yang terdiri dari sejumlah liner yang diselubungi oleh
jacket (biasanya diberi simbol L).
b. Working barrel yang terdiri dari satu bagian utuh dan kuat (diberi
simbol H atau W ).

 Plunger, merupakan bagian dari pompa yang terdapat didalam barrel dan
dapat bergerak naik turun yang berfungsi sebagai penghisap minyak dari
formasi masuk ke barrel yang kemudian di angkat ke permukaan melalui
tubing.

 Tubing, seperti halnya pada peralatan sembur alam, tubing digunakan


untuk mengalirkan minyak dari dasar sumur ke permukaan setelah minyak
dianggakat oleh plunger pada saat up stroke.

 Standing valve, merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut
gerakan plunger dan berfungsi mengalirkan minyak dari working barrel
masuk ke plunger dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke atas dan
selanjutnya standing valve membuka. Pada saat plunger bergerak ke bawah
standing valve akan menutup untuk mencegah fluida keluar ke annulus.

 Travelling valve, merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut
gerakan plunger dan berfungsi mengalirkan minyak dari working barrel
masuk ke plunger dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke bawah
serta menahan minyak keluar dari plunger pada saat plunger bergerak ke
atas.

 Gas anchor, merupakan komponen pompa yang dipasang di bagian bawah


dari pompa yang berfungsi untuk memisahkan gas dari minyak agar gas
tersebut tdk ikut masuk ke dalam pompa bersama-sama dg minyak, untuk
menghidari masiknya pasir atau padatan kedalam pompa, dan mengurangi
atau menghindari terjadinya tubing stretch.
Gas ini dialirkan masuk ke annulus dan dilepaskan ke permukaan melalui
Ada dua macam type Gas Anchor, yaitu :
 Poorman type.
 Packer type

a. Poorman type
Larutan gas dalam minyak yang masuk ke dalam anchor akan
melepaskan diri dari larutan (bouyancy effect). Minyak akan masuk ke
dalam barrel melalui suction pipe , sedangkan gas yang telah terpisah
akan dialikan melalui annulus. Apabila suction pipe terlalu panjang
atau diameternya terlalu kecil, maka akan terjadi pressure loss yang
cukup besar sehingga menyebabkan terjadinya penurunan PI sumur
pompa. Sedangkan apabila suction pipe terlalu besar akan meyebabkan
annulus antara dinding anchor dengan suction pipe menjadi lebih
kecil, sehingga kecepatan aliran minyak besar dan akibatnya gas masih
terbawa oleh butiran-butiran minyak. Diameter gas anchor yang
terlalu besar akan menyebabkan penurunan PI sumur pompa.

b. Packer type
Minyak masuk melalui ruang antara dinding anchor dan suction pipe,
kemudian minyak jatuh di dalam annulus antara casing dan gas
anchor dan ditahan oleh packer, selanjutnya minyak masuk ke pompa
melalui suction pipe. Disini minyak yang masuk kedalam annulus
sudah terpisah dari pompa.
 Tangkai pompa
Tangkai pompa (sucker rod string) terdiri dari :
 Sucker rod
 Pony rod
 Polished rod
a. Sucker rod
Merupakan batang/rod penghubung antara plunger dg peralatan di
permukaan. Fungsi utamanya adalah melanjutkan gerak lurus naik
turun dari horse head ke plunger.
Berdasarkan konstruksinya maka Sucker rod dibedakan menjadi dua,
yaitu :
Berujung box pin
Berujung pin-pin
Untuk menghubungkan antara dua sucker rod digunakan sucker rod
coupling. Umumnya panjang satu single dari sucker rod yang sering
digunakan berkisar antara 20 – 30 ft.
Dalam perencanaan sucker rod selalu diusahakan dipilih yang ringan,
artinya memenuhi kriteria ekonomis, tapi dengan syarat tanpa
mengabaikan persyaratan stress yang diijinkan (allowable stress) pada
sucker rod tersebut. Sucker rod yang dipilih dari permukaan sampai
unit pompa di dasar sumur tidak perlu sama diameternya tetapi dapat
dilakukan / dibuat kombinasi dari beberapa tipe dan ukuran rod. Sucker
rod string yang merupakan kombinasi dari beberapa tipe dan ukuran
tersebut, disebut tappered rod string.
b. Pony rod
Pony rod merupakan rod yang mempunyai panjang yang lebih pendek
dari panjang rod umumnya (+ 25 ft). fungsinya adalah untuk
melengkapi panjang dari sucker rod apabila tidak mencapai
kepanjangan yang dibutuhkan, ukurannya adalah 2,4,6,8,12 ft.

c. Polished rod
Polished rod merupakan tempat rod yang berada diluar sumur yang
menghubungkan sucker rod string dengan carrier bar dan dapat naik
turun dalam stuffing box. Diameter stuffing box lebih besar dari
diameter sucker rod, yaitu 1 1/8, 1 ¼, 1.5, 1 ¾. Panjang polished rod
adalah 8,11,16,22 ft.
Selanjutnya apabila dilihat dari pemasangan sistem barrel maka peralatan di
bawah permukaan sucker rod ini diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Tubing pump
Pada tipe ini working barrel dipasang langsung didalam tubing dan
diturunkan bersama tubing, bila terjadi kerusakan pada working barrel atau
standing valve maka untuk memperbaikinya keseluruhan dari tubing harus
dicabut.tipe pompa ini sering digunakan pada sumur-sumur dangkal dan
produktifitas kecil.

2. Rod pump
Pada tipe ini working barrel, plinger, travelling valve, dan standing valve
merupakan satu unit kesatuan yang dipasang langsung pada rod string.
Kapasitas pompa yang diperoleh lebih kecil karena ukuran plunger lebih
kecil.
Apabila terjadi kerusakan pada standing valve atau barrel, maka untuk
memperbaikinya tidak perlu mencabut seluruh tubing. Tipe pompa ini
sering digunakan pada sumur-sumur dalam dan dibedakan menjadi 3 ,
yaitu :
a. Tipe stationary barrel-top anchor, misalnya RWA.
b. Tipe stationary barrel-bottom anchor, misalnya RWB.
c. Travelling barrel-bottom anchor, misalnya RWT.

Perbedaan tipe pompa tubing pump dan rod pump ditujukan Gambar 3.
Sedangkan klasifikasi peralatan pompa bawah permukaan berdasar sistem
barrelnya menurut standart API diperlihatkan pada Tabel 1 dan Gambar 4.

Tabel 1
Klasifikasi Pompa Standart API
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)

TIPE POMPA KLASIFIKASI


FULL LINER
BARREL BARREL
Tubing dengan regular shoe TW TL
Tubing dengan regular shoe dan nipple TWE TLE
Rod, stationary barrel top hold down RWA RLA
Rod, stationary barrel-bottom hold down RWB RLB
Rod, travelling barrel RWT RLT

Huruf-huruf yang terdapat pada Tabel 1 dan Gambar 4 menunjukan


penambahan tipe pompa nya.
 T menyatakan tipe tubing pump
 R menyatakan tipe rod pump
Kedua huruf yang terdiri dari W dan L, dimana :
 W menyatakan tipe full barrel
 L menyatakan tipe linier barrel
Sedangkan huruf ketiga yang terdiri dari E, A, B, dan T adalah :
 E menyatakan extention shoe dan nippel
 A menyatakan stationary barrel dg bagian atas yang disambung
 B menyatakan stationary barrel dg bagian atas dan bawah disambung
pada tubing.
 T menyatakan travelling barrel.
Umumnya suatu unit sucker rod pump dituliskan dengan menggunakan
simbol-simbol tertentu, contohnya :

C-160D-173-64

kode-kode ini menunjukan spesifikasi pompa dipermukaan.


Arti dari kode tersebut diatas adalah :

C = conventional (A = air balance, B = beam counter balance, M = mark II)

160 = peak torque rating – ribuan in-lb (torsi puncak yang diijinkan)
D = double reduction gear reducer

173 = polished rod load rating, ratusan lb (beban puncak dalam polished rod)

64 = panjang langklah stroke maximum, in


(biasanya juga bisa diset pada 54 in dan 48 in tergatung pada pabrik).
Umumnya panjang langkah dapat diatur sampai 4 pada pompa
tertentu. Angka diatas adalah yang terpanjang

Simbol API sebagaimana yang tercantum pada Gambar 4 serta Gambar 5


merupakan spesifikasi peralatan bawah permukaan. Sebagai contoh :

20-150-RWBC-20-4-2

artinya pompa untuk tubing 2 3/8 dengan diameter plunger 1 ½. Pompa tipe
rod (insert), dg barrel berbanding tipis, bottom hold down (dipegang dibawah)
dan menggunakan tipe mangkok (cup ) untuk kedudukannya. Panjang pompa
adalah 20” dg plunger 4 ft dan extention 2 ft.

1.2 PRINSIP KERJA POMPA SUCKER ROD

Mekanisme kerja pompa sucker rod dapat dijelaskan menggunakan


Gambar 6 . Prime mover menghasilkan gerak rotasi, gerakan ini dirubah
menjadi gerakan naik-turun oleh pumping unit, terutama oleh sistem pitman
assembly crank. Kemudian gerak anguk naik-turun ini oleh horse head
dijadikan gerakan angguk naik-turun yang selanjutnya menggerakan plunger
yang berada di dalam sumur.
Instalasi pumping unit dipermukaan dihubungkan dengan pompa yang
ada di dalam sumur oleh sucker rod , sehingga gerak lurus naik-turun dari
horse head dipindahkan ke plunger pompa dan plunger ini bergerak naik turun
dalam barrel pompa. Pada saat upstroke, plunger bergerak keatas, dibawah
plunger terjadi penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur lebih besar
dari tekanan di dalam pompa, maka kondisi ini mengakibatkan standing valve
terbuka dan minyak masuk ke dalam pompa. Minyak diatas travelling valve
akan terangkat keatas pada waktu up stroke. Pada saat down stroke, standing
valve tertutup karena tekanan minyak dalam barrel pompa lebih besar dari
tekanan dasar sumur, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu travelling valve
terbuka oleh minyak akibat turunnya plunger, selanjutnya minyak akan masuk
ke dalam tubing. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga minyak
sampai ke permukaan dan terus ke separator melalui flow line.
Gambar 6 : Mekanisme Kerja Sucker Rod Pump
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Pada proses gas lift, pengangkatan fluida didasarkan pada cara-cara
pengurangan gradient fluida, pengembangan daripada gas yang diinjeksikan, dan
pendorongan fluida oleh gas. Secara umum, prosesnya bisa dijelaskan dengancara
berikut : cairan yang ada pada annulus ditekan oleh gas injeksi, akibatnya
permukaan cairan sekarang berada di bawah valve, pada saat ini valve yang
pertama membuka sehingga gas akan masuk lewat tubing, sehingga density minyak
turun, akibatnya gradient tekanan kecil dan minyak dapat diangkat ke atas.
Ditinjau dari cara peginjeksian gas, gas lift dapat dibagi menjadi dua,
yaitu Continuous Gas lift danIntermittent Gas Lift.

 Continuous Gas Lift, merupakan cara penginjeksian gas secara terus menerus
ke dalamannulus dan melalui valve yang dipasang pada tubing, gas masuk ke
dalam tubing.Secara relatif, yaitu dibandingkan dengan kedalaman
sumur, continuous gas lift digunakan apabila tekanan dasar sumur
dan produktivity index sumur tinggi.
 Intermittent Gas Lift, merupakan cara penginjeksian gas secara terputus-putus
pada selang waktu tertentu dengan rate yang besar. Dengan demikian injeksi
gas merupakan suatu siklus injeksi dan diatur sesuai dengan rate fluida dari
formasi ke lubang sumur. Pengaturan frequensi injeksi diatur dipermukaan
dengan menggunakan choke, pressure regulator, time cycle
controll atau spread dari valve yang didefenisikan sebagai perbedaan antara
tekanan casing untuk membuka dan menutup valve. Choke dipermukaan
dapat diatur baik berdasarkan terjadinya kenaikan tekanan casing maupun
tekanan tubing.Metode intermittent gas lift ini digunakan apabila produktivity
index sumur besar dan tekanan statik dasar sumur kecil atau sebaliknya.
2. Gas Lift
Peralatan gas lift untuk menunjang operasinya sistem pengangkatan
minyak dengan menggunakan metode injeksi gas ke dalam sumur dapat
dibagia dua kelompok yaitu :

A. Peralatan di Atas Permukaan (Surface Equipment)

1. Well Head Gas Lift X-Mastree. Well head sebetulnya bukan


merupakan alat khusus untukgas lift saja, tetapi juga merupakan salah
satu alat yang digunakan pada metode sembur alam, dimana dalam
periode masa produksi, alat ini berfungsi
menggantungkan tubing dancasing disamping itu well head merupakan
tempat duduknya x-mastree.
2. Stasiun Kompresor Gas. Kompresor gas yaitu suatu alat yang
berfungsi untuk mendapatkan gas bertekanan tinggi untuk keperluan
injeksi. Di dalam stasiun kompresor, terdapat beberapa buah kompresor
dengan sistem manifold-nya. Dari stasium kompresor ini dikirimkan
gas bertekanan sesuai dengan tekanan yang diperlukan sumur-sumur
gas lift melalui stasiun distribusi.
3. Stasiun Distribusi. Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompresor ke
sumur terdapat beberapa cara, antara lain :
 Stasiun distribusi langsung. Pada sistem ini gas dari kompresor
disalurkan langsung ke sumur-sumur produksi, sehingga untuk
beberapa sumur mana membutuhkan gasnya tidak sama, sistem
ini kurang efisien.
 Stasiun distribusi dengan pipa induk. Pada sistem ini lebih
ekonomis, karena panjang pipa dapat diperkecil. Tetapi karena
ada hubungan langsung antara satu sumur dengan sumur lainnya,
maka bila salah satu sumur sedang dilakukan penginjeksian gas
sumur lain bisa terpengaruh.
 Stasiun distribusi dengan stasiun distribusi. Pada sistem ini
sangat rasional dan banyak dipakai di mana-mana, gas dibawa
dari Stasiun pusat ke stasiun distribusi dari sini gas dikirim
melalui pipa-pipa.
4. Alat-alat kontrol. Alat-alat kontrol yang dimaksudkan di sini adalah
semua peralatan yang berfungsi untuk mengontrol atau mengatur gas
injeksi, seperti:
 Choke kontrol, adalah alat yang mengatur jumlah gas yang
diinjeksikan, sehingga dalam waktu yang telah ditentukan
tersebut dapat mencapai tekanan tertentu seperti yang diinginkan
untuk penutupan dan pembukaan valve. Khusus untuk
intermittent gas lift.
 Regulator, adalah alat yang melengkapi choke kontrol berfungsi
jumlah/banyaknya gas yang masuk. Apabila gas injeksi telah
cukup regulator ini akan menutup. Khusus untuk intermittent gas
lift.
 Time Cycle Controller, adalah merupakan alat yang digunakan
untuk mengontrol laju/rate aliran injeksi pada aliran intermittent
berdasarkan interval waktu tertentu/dengan kata lain, kerjanya
berdasarkan prinsip kerja jam. Maka alat ini akan membuka
regulator selama waktu yang telah ditentukan untuk mengalirkan
gas injeksi, setelah selama waktu tertentu regulator menutup
dalam selang waktu yang telah ditentukan.

2.1 Peralatan di Bawah Permukaan (Sub Surface Equipment)

1. Kamar Akumulasi. Kamar akumulasi merupakan


ruang/chamber terbuat dari tubing yang berdiameter lebih besar
dari tubing di bawahnya terdapat katup/valve tetap untuk menahan
cairan supaya jangan sampai keluar dari kamar akumulasi pada saat
dilakukan injeksi. Fungsinya adalah memperkecil tekanan kolom
minyak yang berada di atas tubing.
2. Pinhole Collar. Pinhole Collar adalah suatu collar khusus yang
mempunyai lubang kecil tempat gas injeksi masuk ke dalam tubing.
Letaknya di dalam sumur ditentukan lebih dahulu. Pada umumnya
penggunaan collar semacam ini tidak effesien, karena sumur tidak
memproduksi secara optimum ratenya.

3. Valve Gas Lift,


1. Secara penggunaan, valve gas lift berfungsi untuk :
 Memproduksi minyak dengan murah dan mudah tanpa
memerlukan injeksi gas yang tekanannya sangat besar.
 Mengurangi unloading (kick off) atau tambahan portable
compressor.
 Kemantapan (stability) mampu mengimbangi secara
otomatis terhadap perubahan-perubahan tekanan yang
terjadi pada sistem injeksi gas.
 Mendapatkan kedalaman injeksi yang lebih besar untuk
suatu kompresor dengan tekanan tertentu.
 Menghindari swabbing untuk high fluid well atau yang
diliputi air.
2. Secara berturut-turut perkembangan valve dapat diikuti seperti
berikut :
1. Spring loaded differential valve : Jenis ini paling banyak digunakan
pada masa-masa yang lalu bekerja berdasarkan kondisi reservoir. Secara
normal bila tidak ada gaya-gaya maka valve tersebut akan membuka. Spring
loaded pressure dapat diatur dengan Adjust Table Nut agar spring pressure ini
dapat berkisar 100-150 psi. Pada saat valve terbuka, maka dua gaya yang
bekerja pada tangkai valve :
 Melalui port dibagian valve, sehingga tekanan
injeksi gas sepenuhnya pada kedalaman di
manan valve dipasang, akan bekerja seluruh
permukaan atau dari steam, dan menekan melawan
tekanan dari spring(berusaha untuk menutup).
 Melalui choke pada dinding sampai valve tersebut.
2. Mechanically Controlled Differential Valve. Membuka dan
menutupnya valvedilakukan dengan kawat dari permukaan. Jenis ini sudah
jarang di pakai pada waktu sekarang, karena akan terjadinya banyak kesulitan,
kawat mudah putus, korosi effesiensi rendah, prinsip pemikiran kurang
populer, saat pemasangan lama, juga sangat sukar operasinya pada saat
unloading. Valve jenis ini untuk intermittent flow.
3. Specific Gravity Differential Valve, Jenis ini biasa dipergunakan
untuk continuous flow, dengan menggunakan diafragma karet. Membuka dan
menutupnya valveberdasarkan gradient tekanan di tubing bila gradient tekanan
di tubing naik, makavalve akan membuka, bila gradient tekanan turun dengan
adanya gas injeksi, maka valve akan menutup.
4. Pressure Charge Bellow Valve, Jenis ini paling umum digunakan
dewasa ini, karena mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu :
 Mudah dikontrol kerjanya, karena otomatis
 Operating pressure konstan
 Dapat digunakan
baik intermittent maupun continuous
 Secara normal valve ini akan menutup, karena
adanya pressure charge
bellow. Sedangkan valve ini akan bekerja karena
adanya tekanan injeksi gas.
5. Flexible Sleave Valve. Yang aliran gas masuk ke dalam tubing adalah
karet yang mudah lentur (flexible). Sedangkan valve ini
mempunyai dome (ruang) berisi gas kering dengan tekanan tertentu. Tekanan
buka valve sama dengan tekanan tutupnya dan juga sama dengan tekanan gas
dalam dome. Valve dapat digunakan untuk
aliran intermittent maupun continuous dengan injeksi gas diatur dari
permukaan.
RANGKUMAN WELL TESTING

WELL TESTING

Analisis Uji Sumur

Informasi yang Diperoleh Methodology Types of Tests


dari uji sumur Input data yang
diperlukan untuk analisis uji  DrawDown
Deskripsi reservoir: sumur
Test
 Permeabilitas Data Test : Rate alir dan tekanan
 Build Up Test
1. Keheterogenan bawah sumur sebagai fungsi
2. Batas (jarak dan
 Tes
waktu.
Data Sumur : Radius sumur bor Injeksi/fall of
bentuk) reservoir
3. Tekanan (kondisi (rw), geometri sumur, dan
test
awal dan tekanan kedalaman sumur
 Interference
rata rata) Parameter Reservoir dan test and pulse
 Well description : fluida :Ketebalan (h) ,porositas, test
1. Potensi produksi compressibilitas (minyak, air,  Gas Well Test
(Productivit dan formasi), saturasi air,
Indeks, Skin kekentalan minyak, dan volume
factor) factor volume formasi (B).Nilai
2. Geomeri Sumur kompressibilitas yang berbeda
digunakan untuk menentukan
kompresiblitas system total.
1. Katup gaslift ditempatkan di kedalaman 4500 ft dimana temperature di kedalaman
tersebut adalah 250 F. Tekanan dome dan tekanan tubing di kedalaman tersebut
masing-masing sebesar 800 psi dan 550 psi. Apabila Ab katup sebesar 1.0 in2 dan
Ap = 0.1 in2, hitung lah P dome Katup sembur buatan @60F (P dome @60F) dan
tekanan gas di annulus yang diperlukan untuk membuka katup (Pvo)
Perhitungan:
R = Ap/Ab = 0.1/1.0 = 0.1
Pd = 800 psi
Pt = 550 psi

Jawab :

Rumus
Diketahui:
 GLV disetting pada @4500 ft = 350 ºF
 Pd = 800 Psi
 R = Ap/Ab = 0.1/1.0 = 0.1

Ditanya:
a) Pd @60 ºF
b) Pvo
Jawab:
a) Pd @60 ºF = Ct . Pd
= 0,610 . 800
= 488 Psi

b) Pvo =

= ̴ 542 Psi
DAFTAR PUSTAKA

http://petroleumoilandgas.blogspot.com/2017/11/sucker-rod-pump-srp.html
http://petroleumoilandgas.blogspot.com/2017/11/well-testing.html
http://fatmapetroleum.blogspot.com/2011/07/gas-lift.html

Anda mungkin juga menyukai