Anda di halaman 1dari 9

TUGAS I

PROBLEMATIKA PRODUKSI
SKIN, SCALING OPEN HOLE DAN CASED HOLE

DISUSUN OLEH
VERONICA EFRI L MANURUNG (153210094)
KELAS 15B

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulias juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan makalah ini

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 14 Agustus 2018

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam memproduksikan fluida reservoir baik gas maupun minyak, selalu di usahakan
agar sumur tetap berproduksi secara optimum. Apabila terjadi suatu penurunan laju produksi
pada suatu sumur maka bisa saja ada problem yang terjadi. Problem ini harus diidentifikasi
dan segera ditangani sebelum membuat kerusakan yang parah pada sumur dan kerusakan
pada formasi. Ada beberapa jenis problem pada produksi diantaranya ialah problem pada
produktivitas formasi dan problem penurunan produksi dalam hal ini akan dibahas secara
detail mengenai problem penurunan produksi yang meliputi skin dan scaling.
Selain membahas mengenai problem pada produksi makalah ini juga akan membahas
mengenai sumur open hole dan sumur cased hole.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi skin pada problem produksi ?
2. Bagaimana penyebab skin pada problem produksi ?
3. Bagaimana definisi scale pada problem produksi ?
4. Bagaimana penyebab scale pada problem produksi ?
5. Bagaimana perbedaan sumur open hole dan cased hole ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas ialah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi skin pada problem produksi
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya skin pada problem produksi
3. Untuk mengetahui definisi scale pada problem produksi
4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya scale pada problem produksi
5. Untuk mengetahui perbedaan sumur open hole dan cased hole
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Skin


Efek skin biasanya juga disebut sebagai kerusakan lubang sumur dan daerah
permeabilitas, dimana zona ini dapat meluas hingga beberapa inchi hingga beberapa meter dari
lubang sumur (ahmad tarek, 2000). Skin juga dapat diartikan sebagai zona disekitar perforasi
yang mengalami penurunan permeabilitas. Skin merupakan suatu besaran yang menunjukan ada
atau tidaknya kerusakan formasi disekitar lubang sumur. Skin ini mengakibatkan berkurangnya
permeabilitas formasi disekitar lubang bor disebabkan oleh runtuhnya dinding lubang sumur,
terjadinya pengendapan, dan invansi partikel-partikel selama pemboran, completion, dan
produksi berjalan. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya permeabilitas disekitar
lubang bor, sehingga permeabilitas rata-rata dari formasi disekitar sumur tersebut menjadi
rendah.
Skin merupakan daerah dari formasi yang mengalami kerusakan maupun perbaikan.
Skin berharga positif jika derah tersebut mengalami kerusakan dan akan bernilai negatif apabila
daerah tersebut sudah mengalami perbaikan atau stimulasi. Skin yang berharga positif dapat
terbentuk baik pada saat pemboran, komplesi maupun pada saat produksi berlangsung.
Fenomena skin dapat dilihat pada gambar berikut ini
Karena skin mengakibatkan penurunan produksi maka skin pun menjadi masalah
keekonomisan dalam suatu sumur.

2.2 Penyebab Terjadinya Skin

Dari definisi skin yang telah dijelaskan sebelumnya maka berikut ini adalah penyebab
terjadinya skin :

a. Pada saat operasi pemboran


Biasanya permasalahan formasi yang bisa terjadi pada tahapan pemboran adalah
masuknya filtrate lumpur kedalam formasi yang apabila pada formasi tersebut terdapat
lapisan clay yang pada akhirnya akan menyebabkan clay swelling dan dapat menutup
pori-pori batuan formasi (clay blocking)
b. Pada saat completion
Adapun masalah yang biasanya menyebabkan skin factor pada saat completion ialah
terjadinya invasi filtrate semen pada saat proses penyemenan kedalam formasi
produktif.
c. Pada saat proses produksi
Ada beberapa masalah yang terjadi pada proses produksi diantaranya ialah masalah
kepasiran, partikel plugging dan scale yang dapat mempengaruhi permeabilitas.

2.3 Definisi Scale

Scale adalah endapan kimiawi yang terjadi karena pencampuran senyawa-senyawa kimia
yang terdapat dalam air yang incompatible (berlainan sifat) dan tidak larut, sehingga batas
kelarutan senyawa yang ada dalam campuran air formasi tersebut terlampaui. Ada beberapa
factor yang mempengaruhi senyawa-senyawa air yang terkandung di dalamnya, yaitu:

1. Tekanan
2. Temperatur
3. Tekanan partial zat CO3
4. Dan Kadar garam
Perubahan keempat faktor tersebut dapat terjadi di dalam sumur, mulai dari lubang sumur
sampai ke permukaan, ataupun sepanjang pipa salur. Dengan demikian endapan atau scale sering
terjadi di separator, water treatment, tanki, daerah perforasi, maupun di formasi pada reservoir
water drive. Pembentukan scale biasanya terjadi pada bidang-bidang yang bersentuhan secara
langsung dengan air formasi selama proses produksi, seperti pada matrik dan rekahan formasi,
lubang sumur, rangkaian pompa dalam sumur (downhole pump), pipa produksi, pipa selubung,
pipa alir, serta peralatan produksi di permukaan (surface facilities).

2.4 Penyebab Terjadinya Scaling

Air formasi yang terproduksi bersama minyak dan gas mengandung senyawa-senyawa
kimia dalam bentuk ion-ion, yaitu kation (ion positif) dan anion (ion negatif). Ion-ion
tersebut dapat bergabung satu sama lain membentuk senyawa yang tidak larut dalam air,
apabila senyawa tersebut cukup banyak sehingga melampaui batas keterlarutannya pada
suatu kondisi, maka senyawa tersebut akan mengendap sebagai padatan yang di sebut scale
adapun senyawa-senyawa tersebut ialah :

a. Magnesium (Mg+2)
Jumlah konsentrasi ion magnesium lebih kecil dibandingkan konsentrasi ion kalsium.
Permasalahan yang dihasilkan ion magnesium adalah apabila bereaksi dengan karbonat
akan membentuk scale MgCO3 atau jika bereaksi dengan sulfat akan membentuk scale
MgSO4.
b. Besi (Fe+2)
Besi biasanya terkandung dalam air dengan konsentrasi yang relatif rendah (kurang
dari1000 mg/l), yang berupa ferric (Fe+3) dan ferro (Fe+2) ataupun dalam suatu suspensi
yang berupa senyawa besi yang terendapkan. Ion besi dengan konsentrasi yang tinggi
biasanya menunjukkan adanya problem korosi. Selain itu adanya pengendapan senyawa
besi juga dapat mengakibatkan penyumbatan.
c. Barium (Ba+2)
Konsentrasi ion barium jumlahnya kecil, namun bila bereaksi dengan sulfat maka akan
membentuk barium sulfat (BaSO4) yang sangat sukar untuk larut sehingga bisa
menghasilkan permasalahan yang serius.
d. Natrium (Na+2)
Natrium juga merupakan komponen yang dominan dalam air, tetapi keberadaannya tidak
menimbulkan masalah yang berhubungan dengan pengendapan scale yang tidak dapat
larut, kecuali pengendapan natrium klorida (NaCl) yang bersifat mudah larut, yang
biasanya terjadi pada air formasi dengan pH yang tinggi.
e. Stronsium (Sr+2)
Seperti halnya kalsium dan barium, reaksi stronsium dengan ion sulfat akan membentuk
scale stronsium sulfat yang juga bersifat tidak larut. Meskipun stronsium sulfat memiliki
kadar kelarutan yang lebih besar dari barium sulfat, seringkali kedua jenis scale ini
terendapkan secara bersama dan membentuk endapan scale campuran.
f. Klorida (Cl-)
Klorida merupakan jenis anion yang paling dominan dalam air formasi maupun dalam air
tawar. Ion klorida pada umumnya membentuk senyawa dengan natrium sehingga
dijadikan sebagai indikator harga salinitas dari air.
g. Karbonat (CO3-2) dan Bikarbonat (HCO3-)
Ion-ion ini dapat membentuk endapan scale yang tidak larut jika bereaksi dengan
kalsium, dan membentuk scale yang larut dengan magnesium. Kandungan ion bikarbonat
juga berpengaruh terhadap derajat keasaman (pH) larutan. Konsentrasi ion karbonat dapat
dinyatakan dengan Phenolphetalin Alkalinity (PA), sedangkan untuk konsentrasi ion
bikarbonat dapat dinyatakan dengan Methyl Orange Alkalinity (MA).
h. Sulfat (SO4-2)
Kandungan ion sulfat dapat menjadi masalah jika bereaksi dengan kalsium, barium
ataupun stronsium. Reaksi dari ion ion tersebut akan membentuk endapan scale yang
bersifat tidak larut. Selain itu ion sulfat juga merupakan sumber makanan untuk jenis
bakteri tertentu

2. 5 Perbedaan sumur open hole dan cased hole

Pada sumur open hole proses completion pemasangan casing hanya diatas zona
produktif sehingga zona produktif tetap dibiarka terbuka tanpa casing. Dalam hal ini sumur
open hole mempunya kelebihan dimana biaya yang dibutuhkan menjadi lebih murah
karena tidak memerlukan biaya tambahan casing produksi dan biaya untuk melakukan
perforasi sementara untuk melakukan logging kembali proses nya akan lebih mudah.
Sementara pada sumur cased hole pemasangan casing dilakukan sampai formasi produktif
sehingga memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan sumur open hole selain itu efek
cementing juga bisa mempengaruhi zona produktif.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tarek. 2000. Reservoir Engineering Hand Book Second Edition.

Dwishantyo, Fadjri & Dr.Ir Sudjati Rachmat, Dea. 2011. Optimasi produksi pada
lapangan X dengan pemodelan produksi terintegrasi. Teknik Perminyakan ITB.

Irawan, Antoni & Ag.Isjudarto. Evaluasi penanggulangan problem scale pada flowline
sumur TLJ-XXX di PT.Pertamina EP ASSET II Field Prabumulih Sumatera Selatan.
STTNAS Yogyakarta

Pamungkas, Joko. 2004. Buku II Pengantar Teknik Pemboran II. Yogyakarta :


Perpustakaan UPN Veteran Yogyakarta.

Said, Lestari & Nasarudin M.A. 2015.Analisa air formasi dalam menentukan
kecenderungan pembentukan scale pada sumur X, Y dan Z. Seminar Nasional
Cendikiawan. ISSN.2460-8696.

Anda mungkin juga menyukai