Anda di halaman 1dari 10

JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.

1, 1-10, Juni 2017


http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

OPTIMALISASI PARAMETER PROSES INJEKSI PADA ABS RECYCLE


MATERIAL UNTUK MEMPEROLEH SHRINKAGE LONGITUDINAL DAN
TRANVERSAL MINIMUM
M. Puji Ibnu Mimbar Maulana1,a Cahyo Budiyantoro1.b, Harini Sosiati1.c
1
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan Tamantirto, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta, Indonesia, 55183
a
ibnum73@gmail.com, bcahyo_budi@umy.ac.id, chsosiati@ft.umy.ac.id

Abstrak
Injection molding merupakan proses pembentukan material plastik kedalam mold dengan tekanan
dan perlakuan panas. Pada injection molding terjadi processing shrinkage yang mengakibatkan
menurunnya kualitas produk plastik yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kualitas produk dengan mengoptimalisasi parameter proses yang berpengaruh
terhadap shrinkage pada material plastik daur ulang acrylonitril butadiene styrene (ABS).
Penelitian ini mengunakan metode design of experiment (DOE) Taguchi, untuk mengkombinasikan
parameter proses, sehingga mendapatkan data parameter proses optimal terhadap shrinkage.Hasil
dari penelitian ini, shrinkage yang paling optimal pada arah longitudinal sebesar 0,28 %,
transversal 0,77 %, dengan variasi parameter proses holding pressure 90 bar, holding time 3,25
sekon, cooling time 20 sekon, back pressure 10 bar, dan temperatur leleh 205 ˚C.
Kata kunci: Shrinkage, injection molding, ABS, metode DOE Taguchi

1. Pendahuluan penelitian yang dilakukan adalah temperatur


leleh 190 oC , injection pressure 55 Mpa,
Material plastik mulai banyak diminati refilling pressure 85 Mpa, dan cooling time 11
masyarakat. Selain disebabkan oleh faktor secon.
kebutuhan yang menuntut efisiensi dan Dua penelitian di atas menggunakan material
kualitas tinggi, juga disebabkan perkembangan HDPE dan LDPE, sedangkan penelitian yang
teknologi rekayasa maupun teknologi menggunakan material daur ulang ABS belum
manufaktur plastic, seperti memproduksi banyak dilakukan, sehingga penelitian tentang
produk plastik dengan dimensi yang lebih optimalisasi parameter proses injeksi pada
komplek (Firdaus, 2002). Perkembangan material ABS recycle perlu dilakukan. Selain
teknologi pada industri manufaktur plastik itu material daur ulang ABS belum banyak
memicu penelitian untuk menghasilkan produk dimanfaatkan sedangkan ketersedian material
dengan kualitas tinggi. Peningkatan mutu pada daur ulang ABS sangatlah melimpah, seperti
produk plastik menjadi salah satu bagian penggunaan material daur ulang ABS di
terpenting dalam persaingan pasar yang perusahaan manufaktur astra yang hanya
kompetitif. Optimalisasi parameter proses dimanfaatkan sebesar 0,28 % dari 52110 gram
sering dilakukan dalam industri manufaktur bahan daur ulang ABS, pada periode Januari –
plastik yang bertujuan untuk meningkatan Juni tahun 2015 (Neilinda, 2015). Maka dari
kualitas pada produk yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
meningkatkan kualitas produk plastik memberikan informasi mengenai besarnya
diperlukan pengaturan variasi parameter yang shrinkage pada material daur ulang ABS yang
tepat (Kavade, 2012). diharapkan dapat meningkatkan penggunaan
Kale et al., (2013) telah melakukan penelitian material daur ulang ABS pada industri
mengenai optimalisasi parameter proses manufaktur plastik.
injection molding untuk meminimalkan Pada penelitian ini metode yang digunakan
shrinkage pada material high density untuk mengkombinasikan variasi parameter
polyethylene (HDPE) dengan metode DOE terhadap level yang ditentukan dengan
Taguchi, yang menghasilkan shrinkage menggunakan metode design of experiment
0,515 %. Variasi parameter yang digunakan Taguchi dan material yang digunakan adalah
adalah temperatur leleh, injection pressure, material daur ulang ABS toyolac 700-341.
packing time, packing pressure, dan cooling Beberapa parameter yang digunakan adalah
time. Dari beberapa parameter yang digunakan, holding pressure, holding time, back pressure,
temperatur leleh merupakan parameter yang cooling time, dan temperatur leleh. Hasil
sangat berpengaruh terhadap shrinkage. penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
Penelitian yang dilakukan oleh Lal et al., atau rekomendasi untuk pembuatan produk
(2013) mengenai optimalisasi parameter plastik dengan proses injection molding, agar
injection molding pada material low density menghasilkan produk yang berkualitas.
polyethlene (LDPE), menyatakan bahwa
parameter cooling time, dan refilling pressure 2. Dasar Teori
menjadi parameter yang berpengaruh terhadap
shrinkage pada material LDPE, dengan hasil Plastik Acrylonitril Butadiene Styrene (ABS)
shrinkage optimum sebesar 1,25 %. Berbagai Acrylonitril butadiene styrene (ABS) adalah
kombinasi variasi parameter yang optimal pada salah satu polimer organik pembentuk plastik
1
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

yang terdiri dari tiga monomer pembentuk digunakan karena biaya yang dibutuhkan lebih
yaitu acrylonitril, butadiene, dan styrene. murah dan dapat memproduksi komponen
Ketiga monomer tersebut memberikan sifat yang kecil dan rumit (Ajis, 2010).
tahan terhadap bahan kimia , stabil terhadap
panas, sifat ketahanan pukul , sifat kuat Metode dasar pembentukan plastik molding
(toughness), sifat kaku (rigidity), dan mudah bertujuan untuk mendapatkan produk yang
diproses (Iman Mujiarto, 2005) . sesuai dengan sifat – sifat fisik yang
Budiyantoro, (2016) beberapa grade pada ABS diinginkan baik dari sisi luas penampang,
juga memiliki karakteristik yang berfariasi dari ketebalan, desain produk, insert yang panjang,
impact resistance rendah sampai yang tinggi dan toleransi dari sebuah produk yang harus
dan dari kilap rendah sampai tinggi, dan dipenuhi. Material plastik yang digunakan juga
beberapa sifat lanjutan jika material ABS ini di merupakan faktor yang sangat berpengaruh
berikan penambahan zat aditif seperti tahan dalam pembuatan sebuah produk plastik
bahan kimia, tahan korosi, tahan sinar UV, (Budiyantoro, 2010).
menghambat nyala api, transparan, dan tahan Mesin injeksi molding ada dua sumber energi
panas tinggi. Proses yang dapat dilakukan oleh yang menjadi penggerak untuk menjalankan
material acrylonitril butadiene styrene (ABS) sebuah mesin injection ini yaitu : sumber udara
ini dengan menggunakan teknik injeksi. bertekanan yang berfungsi untuk menekan
Sebelum dilakukan pemrosesan, material ABS piston atau plunyer, dan sumber listrik bolak-
perlu dikeringkan dengan temperatur tertentu. balik sebagai sumber tenaga untuk bagian
Proses pengeringan ini bertujuan untuk pemanas atau heating elements (Firdaus et al.,
mengurangi kandungan air yang terdapat pada 2003).
material ABS. Adapun sifat khusus yang
dimiliki material ABS resin typical toyolac 700 Mesin injection molding terdapat bagian-
314 adalah warna yang konsisten dan stabil, bagian yang berperan penting dalam proses
tahan terhadap pelapukan, dapat pembuatan produk plastik. Adapun bagian –
mempertahankan transparansi terhadap bagian mesin injeksi dibagi menjadi tiga
kelembapan dan suhu tinggi, keseimbangan bagian yaitu :
aliran yang baik, berkurangnya berat saat 1. Clamping Unit
pemanasan, impact strength yang baik, dan Ajis, (2010) clamping unit merupakan salah
baik pada kondisi cahaya tinggi (Toray plastics satu bagian dari mesin injeksi yang berfungsi
malaysia, 2012). untuk pencekam dua bagian mold, menjaga
Material ABS memiliki sifat higroskopis dan agar mold tetap dalam keadaan tertutup rapat
menyerap kelembapan dalam proporsi dengan bantuan tekanan calmping yang cukup
kelembapan lingkungan. Kadar air yang untuk menahan tekanan injeksi, serta dapat
terdapat pada resin ABS tergantung pada membuka dan menutup mold pada saat proses
ukuran pellet, bentuk dari resin, kelembapan injeksi berlangsung. Pada clamping unit
relatif diudara, dan berapa lama resin itu terdapat gaya yang dipergunakan untuk
terkena. Pada resin ABS toyolac dianjurkan menahan tekanan injeksi pda saat proses atau
0,05% - 0,1%, dan waktu pengeringan yang siklus injeksi berlangsung. Besarnya mesin
dianjurkan pada kondisi udara panas 80˚C; 3 – injeksi ditentukan oleh kekuatan clamping, dan
5 jam, 90˚C; 2 – 4 jam (Toray plastics malaysia, besarnya tekanan injeksi akan berbanding lurus
2012) . dengan kekuatan clamping.
Temperatur leleh resin ABS ini antara 230˚C -
250˚C, temperatur leleh ini harus sering Pada umumnya ada empat macam clamping
diperiksa dan dikontrol agar tidak melebihi unit yang sering digunakan yaitu:
suhu yang telah direkomendasikan. a. Mechanical (toggle clamp) yaitu clamping
Pengontrolan temperatur leleh bertujuan untuk unit yang menggunakan sistem kerja
mencegah terjadinya cacat penampilan dan mekanis dari linkage yang menghasilkan
sifat mekanik pada sebuah produk plastik yang gaya untuk menahan mold selama proses
dihasilkan. Berikut ini adalah karakteristik injeksi, dan hidrolik clamp.
resin ABS (Acrylonitril Butadiene Styrene) b. Hydraulical yaitu clamping unit yang
toyolac tipe 700 341(Toray plastics malaysia, menggunakan tenaga hidrolis untuk
2012). menghasilkan clamping force.
c. Hydro-mechanical yaitu clamping force
Injection Molding yang dihasilkan berasal dari toggle system
dan hydraulic system agar meningkatkan
Injection molding adalah salah satu metode kecepatan kerja.
pembentukan suatu benda atau produk dari d. Hydro-electrical yaitu clamping force
material plastik dengan ukuran dan bentuk yang dihasilkan dari kombinasi hydraulic
tertentu menggunakan alat bantu berupa dan electrical system.
cetakan atau molding yang diberikan tekanan Berikut ini adalah gambar clamping unit toggle
dan perlakuan panas. Injection molding clamp dan hidrolik clamp (Gb.1).
merupakan salah satu metode yang banyak

2
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

tiga zona yaitu zona pengisian (metering),


zona kompresi, dan zona pengumpan
(feeding). Zona kompresi merupakan
tempat dimana material plastik meleleh.
Energi yang terdapat pada zona kompresi
berasal dari pergeseran material (friksi)
dan kompresi yang berasal dari putaran
screw. Berikut adalah gambar screw dengan
3 zona (Gb.3)

Gambar 1. Clamping unit toggle clamp dan


hidrolik clamp (Sinotech.com)
2. Injection unit
Injection unit berfungsi untuk melelehkan dan
memasukan material plastik ke rongga cetakan
atau mold.(Gb.2)

Gambar 3. Standar screw dengan 3 zona


(Sumitomo-shi-demag.eu )
f. Non return valve
Valve ini berfungsi menghambat plastik cair
agar tidak kembali ke barrel. Valve ini akan
membuka pada saat proses pengisian
material untuk proses injeksi berikutnya
(Budiyantoro, 2016).
g. Nozzel
Nozzel berfungsi sebagai penahan
Gambar 2. Injection unit (Sinotec.com) kebocoran / sealing, dan penghubung antara
Injection unit terdiri dari beberapa bagaian cetakan dengan injeksi unit. Ketika nozzel
antara lain: menyempit akan mempertinggi kecepatan
a. Motor dan transmission gear unit yang dihasilkan (Wijaya, 2009).
Bagian ini berfungsi menghasilkan daya
yang akan digunakan untuk memutar screw, 3. Mold Unit
sedangkan transmisi unit berfungsi suntuk Mold unit merupakan bagian yang terpenting
memindahkan daya dari putaran motor ke pada mesin injeksi, mold memiliki fungsi
putaran screw,dan mengatur tenaga yang di utama yaitu untuk membentuk atau mencetak
salurkan agar pembenan tidak terlalu besar sebuah produk, bentuk dan ukuran dari suatu
(Oktaviandi, 2012). produk sangat bergantung pada cetakan yang
b. Cylinder for screw ram digunkana pada proses injeksi (Ajis, 2010).
Bagian ini berfungsi untuk menjaga putaran Gambar mold dapat dilihat pada (Gb.4).
screw agar tetap konstan pada saat proses
injeksi (Ajis, 2010).
c. Hopper
Hopper berfungsi sebagai tempat material
plastik sebelum masuk ke barrel sekaligus
untuk menjaga kelembapan dari material
plastik, sehingga saat produk –produk yang
dihasilkan akan optimal (Oktaviandi, 2012).
d. Barrel
Barrel yang berfungsi sebagai tempat
material plastik yang sudah mencair.
Cylinder barrel memiliki elemen pemanas
yang disebut heater. Temperatur panas pada
barrel dapat disesuaikan dengan material
yang akan digunakan pada proses injeksi
(Oktaviandi, 2012). Gambar 4. Mold unit (Sinotec.com).
e. Screw
Winanto, (2016 ) screw yang berfungsi Prinsip Kerja Injection Molding
untuk mencapur material polimer, dan Wijaya, (2009) prinsip kerja dari mesin
berfungsi sebagai piston untuk mendorong injection molding baik dengan tonese yang
material plastik cair ke dalam rongga kecil maupun tonase besar adalah sama.
cetakan. Screw pada barrel dibagi menjadi
3
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Berikut ini adalah prinsip kerja mesin injection antara produk yang dihasilkan dengan ukuran
molding : cetakan, dan post shrinkage adalah penyusutan
1. Start dengan posisi awal mold terbuka ukuran produk setelah di bentuk, dalam kurun
2. Proses close clamping mold dengan waktu penyimpanan, atau kurun waktu
bagian sisi core mendekati sisi cavity dari pemakaian (Budiyantoro, 2010).
keadaan terbukan.
3. Setelah posisi mold tertutup rapat dengan Nilai shrinkage biasanya ditunjukan dalam
tekanan tinggi maka unit injeksi bergerak satuan %, rumus yang dapat digunakan untuk
maju mendekati mold hingga nozzel mengukur nilai shrinkage adalah :
bersentuhan dengan sprue bursh. 𝐿𝑚−𝐿𝑝
4. Proses injeksi pengisian dengan 𝑆= 𝐿𝑚
×
menyuntikan plastik cair ke dalam mold.
Pada proses ini silinder injeksi bekerja 100(%)................................(pers.1)
hingga mendorong screw. S : Nilai Shrinkage
5. Proses holding injeksi untuk Lm : Panjang Ukuran Cetakan
menyempurnakan hasil produk dan Lp : Panjang Ukuran Produk
menahan tekanan balik.
6. Proses charging dilakukan untuk mengisi Oktaviani, (2013) pada saat proses
ulang material plastik untuk siklus injeksi pembentukan plastik dengan menggunakan
berikutnya sekaligus mendinginkan injection molding ada empat faktor yang harus
material yang telah diinjeksi. diperhatikan, yaitu temperatur mold,
7. Cetakan membuka, pada proses ini temperatur leleh, tekanan injeksi, dan tekanan
cetakan bergerak membuka dan holding (Gb.6).
mengembalikan ke tekanan normal pada
sistem hidrolik, kemudian dilanjutkan
dengan gerakan pin ejector untuk
mengeluarkan produk plastik.

Gambar 6. Faktor yang mempengaruhi


shrinkage (Cnmould.com)
Cara untuk mengatasi shrinkage pada produk
plastik yaitu dengan mengatur parameter
proses secara optimal seperti Penambahan
tekanan holding, penambahan holding time,
penambahan cooling time, dan mendisain
mold secara khusus dengan
memperhitungakan nilai shrinkage yang
terdapat pada material plastik. Dibawah ini
Gambar 5. Prinsip kerja injection molding satu merupakan tabel besarnya shrinkage untuk
siklus (Technologystudent.com) beberapa jenis material plastik.
Shrinkage Metode Design of Experiment (DOE)
Shrinkage merupakan salah satu cacat yang Taguchi
sering kali kita dapatkan pada produk plastik. Metode DoE Taguchi menggunakan
Shrinkage akan timbul apabila terjadi seperangkat matriks khusus yang disebut
perubahan densitas dari temperatur proses ke matriks ortogonal. Matriks ini merupaka
temperatur ruangan, cacat shrinkage tidak bisa langkah untuk mengelompokan faktor-faktor
kita hilangkan tetapi dapat dieliminir atau yang berpengaruh pada proses dan level-level
dikurangi prosentasenya dalam sebuah produk. yang divariasi sehingga diharapkan dapat
Material plastik dari bahan semi kristal akan memperoleh kualitas yang baik, serta
lebih besar nilai shrinkagenya di bandingkan menentukan jumlah eksperimen minimal yang
dengan bahan amorphous (Firdaus et al., dapat memberikan informasi sebanyak
2003). mungkin dari semua faktor yang
mempengaruhi parameter. Pengolahan data
Penyusutan yang terjadi pada proses injection yang terdapat pada metode DoE Taguchi
molding terbagi menjadi dua macam yaitu meliputi pengumpulan data (Soejanto, 2009).
molding shrinkage adalah perbedaan ukuran Pada metode DoE tiap langkah dalam
4
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

percobaan atau tindakan dapat teridentifikasi Diagram Alir Penelitian


sedemikian rupa sehingga infomasi yang
diperlukan dalam persoalan yang sedang
diteliti dapat terkumpul. Data – data yang Mulai
diperoleh dari metode DoE merupakan data
yang semestinya diperlukan dalam sebuah
penelitian sehingga akan memberikan analisa
dan kesimpulan yang objektif. Metode DoE ini
menetapkan aturan perlakuan pada setiap unit Persiapan bahan daur ulang
percobaan sehingga membuat perbandingan
antar kelompok validsitas tinggi, dan dapat
mengontrol variasi percobaan. Untuk
mengkombinasikan suatu variasi terhadap level Penentuan variasi parameter dengan Metode
yang sudah ditentukan, metode ini
menggunakan bantuan software minitab Design of Experiment (DoE)
(Oktaviandi, 2012).
3. Metodologi
Setting parameter di mesin
Alat dan Bahan
Material yang digunkan dalam penelitian ini
adalah ABS daur ulang toyolac 700 341.
Proses pembuatan produk dengan
Injection Molding

Tidak
Produk
Jadi

Ya

Gambar 7. ABS daur ulang


Pengambilan Data & Pengukuran Produk
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: mesin injection
molding, minitab, mold release, hairdryer,
tabung drying, jangka sorong, micrometer, Analisi Data Terhadap Shrinkage
thermo infrared, kunci inggris, dan kuncil L /
hex.

Selesai

Gambar 8. Diagram alir penelitian

5
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Metode Design Of Experiment (DOE) (Bar)


Pada penelitian ini metode DoE, digunakan As : Luas Screw ( mm2 ) 2
untuk menentukan data variasi parameter Ah : Luas Hydraulic (mm )
proses injeksi, dan pegumpulan data setting Diketahui :
parameter yang berpengaruh terhadap Ps : 650 Bar2
shrinkage. Variasi parameter yang berpengaruh As : 28 mm 2
pada shrinkage yaitu temperatur leleh, holding Ah : 140 mm
pressure , holding time, back pressure, dan
cooling time. 650 𝑏𝑎𝑟 × 28 𝑚𝑚2
𝑃ℎ = = 130 𝐵𝑎𝑟
Menentukan Parameter Proses 140 𝑚𝑚2
Besarnya nilai pada setiap level parameter
proses yang digunakan pada penelitian ini Hydrolic pressure minimum yang dapat
diperoleh dari data sheet material ABS resin digunakan pada penelitian menggunakan
typical toyolac 700 314 dan perhitungan secara material ABS yaitu 130 Bar.
teoritis: 4. Penentuan level holding pressure
Berdasarkan material yang digunakan
1. Data sheet typical injection molding holding pressure yang dapat dijadikan
conditions pada material ABS toyolac resin acuan parameter setting pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel adalah 50 – 75 % (Toyolac malaysia plastik,
2012) dari hydrolic pressure. Dari
Tabel 1. Typical injection molding perhitungan teoritis hydrolic pressure
conditions ABS toyolac resin (Toyolac yang diperoleh 130 bar, maka holding
Malaysia Plastik, 2012). pressure yang dapat digunakan sebesar 65
bar – 97,5 Bar.
Typical Injection Molding Conditions ABS 5. Penentuan level holding time
Untuk menentukan parameter holding time
Toyolac Resin yang dapat digunakan pada penelitian ini,
Barrel dilakukan trial produk. Data trial produk
Temperatures : terdapat pada Tabel 2.
Rear 210° – 220°C
Middle 220°C – 240°C Tabel 2. Data trial produk untuk parameter
Front 230°C – 240°C holding time.
Nozzle 230°C – 240°C
Melt
Temperature 200°C - 250°C
Mold
Temperatur 25 °C - 80°C
Injection Min. Injection Pressure +
Pressure 0,89 Mpa
Holding 50 - 75 % dari hydraulic
Pressure pressure
Holding Time 13 sec
Back Pressure 40-80 Bar
Injection Speed Medium
2. Penentuan level back pressure
Back pressure yang disarankan untuk
material ABS yaitu 40 – 80 Bar, akan tetapi
pada penelitian yang dilakukan back
pressure yang digunakan 10 – 20 Bar,
dikarenakan pada pressure 10 Bar produk
plastik sudah memperoleh bentuk yang
sesuai dengan desain sehinggan pada
penelitian yang dilakukan lebih memilih 15
Massa Produk (gram)

menggunakan back pressure parameter 10


-20 Bar.
3. Perhitungan hydraulic pressure 10
Dikarenakan mesin yang digunakan
menggunakan hydraulic pressure maka
perlu dikakukan perhitungan secara teoritis 5
untuk mengetahui besarnya hydraulic
pressure dengan menggunakan rumus
seperti berikut (Budiyantoro, 2016): 0
𝑃𝑠×𝐴𝑠
0 2 (detik)
Waktu Tahan 4
𝑃ℎ = 𝐴ℎ
...................................... (2)
Ph : Pressure Hydraulic (Bar) Gambar 9. Sealing point pada holding
Ps : Pressure Screw atau injection pressure time.

6
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Berdasarkan trial produk dengan hoolding Tabel 3. Variabel parameter dan level
time parameter didapatkan sealing poin
holding time pada 3 sekon. Maka dari itu Fakt Variabel Satu Leve Leve Leve
pada penelitian yang dilakukan orial an l1 l2 l3
menggunakan holding time 3 sekon dan Holding
divariasi ketiga level. A Pressure Bar 87 90 93
6. Perhitungan Cooling Time Holding Deti
Untuk mengetahui lamanya cooling time B Time k 3 3,25 3,5
yang akan digunakan pada setting Cooling Deti
parameter dilakukan perhitungan parameter C Time k 16 18 20
cooling time secara teoritis dengan Back
menggunakan rumus seperti berikut D Pressure Bar 10 15 20
(Budiyantoro, 2016): Temperat
E ur Leleh ˚C 205 210 215
−𝑡 2 𝜋 (𝑇𝑟−𝑇𝑚)
𝑆= 𝐿𝑜𝑔𝑒 [ × ]..........(Per.3)
2×𝜋×𝛼 4 (𝑇𝑐−𝑇𝑚)
Tabel 4. Variasi Parameter
S : Cooling Time minimum (sekon)
t : Tebal Part (mm) A B C D E
α : Thermal Diffusity Bahan (mm2/s) No. Hold Hold Cool Back Tempe
Tr : Ejection Temperatur dari Part (oC) Perco ing ing ing Pres ratur
Tm : Suhu Mold ( C)o baan Pres Time Time sure Leleh
Tc : Suhu Silinder (oC) sure
1 1 1 1 1 1
Diketahui : 2 1 1 1 1 2
t : 4 mm ( tebal produk yang dihasilkan) 3 1 1 1 1 3
α : 0,1156 mm2/s (thermal diffusi pada 4 1 2 2 2 1
material ABS) 5 1 2 2 2 2
Tr : 88 oC (diperoleh dari data thermal 6 1 2 2 2 3
ejection molding materila ABS ) 7 1 3 3 3 1
Tm : 35 oC (diperoleh
o
dari pengukuran) 8 1 3 3 3 2
Tc : 215 C (suhu yang diatur pada 9 1 3 3 3 3
settingan parameter barrel) 10 2 1 2 3 1
− 4𝑚𝑚2 𝜋 (88 ℃−35℃)
11 2 1 2 3 2
𝑆= 𝐿𝑜𝑔𝑒 [ × (215℃−35℃)] 12 2 1 2 3 3
2×𝜋×𝛼 4
13 2 2 3 1 1
14 2 2 3 1 2
𝑆 = 31,43 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 15 2 2 3 1 3
16 2 3 1 2 1
Cooling time minimum yang didapat dari 17 2 3 1 2 2
perhitungan teoritis adalah 31,43 sekon. 18 2 3 1 2 3
Pada saat waktu pendinginan 31,43 sekon 19 3 1 3 2 1
waktu yang dibutuhkan untuk 20 3 1 3 2 2
menghasilkan sebuah produk menjadi 21 3 1 3 2 3
semakin lama tetapi produk yang dihasilkan 22 3 2 1 3 1
sudah dalam kondisi dingin baik itu bagian 23 3 2 1 3 2
permukaan maupun bagian dalam produk. 24 3 2 1 3 3
Pada penelitian ini cooling time yang 25 3 3 2 1 1
digunakan adalah 16-20 sekon, ketika 26 3 3 2 1 2
waktu pendinginan 16-20 sekon bagian 27 3 3 2 1 3
permukaan produk yang dihasikan sudah
dalam kondisi suhu ruangan sekitar 30 oC,
akan tetapi bagian dalam produk yang Tahapan Pengukuran
dihasilkan masih dalam keadaan panas. Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
Pada saat mempercepat waktu pendinginan besarnya penyusutan pada bentuk dan ukuran
diharapkan dapat mempercepat waktu spesimen yang telah diproduksi. Berikut ini
pemrosesan sehingga biaya operasional adalah macam pengukuran yang dilakukan :
yang dikeluarkan akan semakin rendah.
1. Pengukuran longitudinal
Berikut ini besarnya nilai disetiap level Pengukuran longitudinal bertujuan untuk
yang digunakan pada penelitian. mengetahui besarnya nilai shrinkage pada
panjang spesimen.(Gb.10.)

7
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Tabel 6. Hasil pengukuran longitudinal


optimum

PERCOBAAN 13
Longitudinal Shrinkage
No. (mm) Longitudinal
(%)
1 151,62 0,276243094
2 151,6 0,289397527
Gamabr 10. Pengukuran longitudinal 3 151,62 0,276243094
4 151,58 0,30255196
2. Pengukuran transversal
Pengukuran pada daerah transversal 5 151,62 0,276243094
dikakukan untuk memperoleh besarnya 6 151,6 0,289397527
nilai shrinkage terukur pada daerah
transversal. Gambar11. 7 151,6 0,289397527
8 151,62 0,276243094
9 151,62 0,276243094
10 151,6 0,289397527
Rata-Rata 151,608 0,284135754
Berdasarkan hasil yang didapat dari
perhitungan mean, nilai rata- rata shrinkage
terukur yang diperoleh pada percobaan ke 2
sebesar 0,64 mm dan pada percobaan ke 13
didapat nilai rata- rata shrinkage terukur
sebesar 0,44 mm. Dari data shrinkage terukur
dapat dihitung untuk mengetahui persentase
Gambar 11. Pengukuran transversal rata- rata shrinkage pada percobaan 2 dan 13,
dengan menggunakan rumus persamaan 1.
Pada percobaan ke 2 didapat nilai terukur
4. Hasil dan Pembahasan rata-rata produk sebesar 151,4 mm, maka
persentase shrinkagenya adalah
Hasil Pengukuran Longitudinal
Proses pengukuran longitudinal menggunakan 𝑆 = 0,42 %
jangka sorong dengan ketelitian 0,02 mm. Dari
pengukuran yang telah dilakukan didapat hasil Pada percobaan ke 13 didapat nilai terukur
pada percobaan 2 memiliki nilai shrinkage rata-rata produk sebesar 151,6 mm, maka
terbesar sedangkan pada percobaan ke 13 nilai persentase shrinkagenya adalah
shrinkage yang didapat paling kecil. Berikut
ini tabel hasil pengukuran: 𝑆 = 0,28 %

Tabel 5 Hasil pengukuran longitudinal Maka dari percobaan ke 2 didapat persentase


minimum shrinkage sebesar 0,42% dan persentase nilai
shrinkage pada percobaan ke 13 sebesar
PERCOBAAN 2 0,28 %.
Shrinkage
Longitudinal Longitudinal
No. (mm) Hasil Pengukuran Transversal
(%) Proses pengukuran transversal menggunakan
1 151,38 0,43409629 micrometer dengan ketelitian 0,01 mm. Pada
2 151,38 0,43409629 pengukuran transversal dilakukan pengukuran
3 151,3 0,486714023 pada tiga titik ditengan produk, kemudian hasil
4 151,38 0,43409629 dari pengukuran tiga titik di rata-rata untuk
5 151,4 0,420941857 dicari nilai shrinkagenya. Berikut adalah hasil
6 151,36 0,447250723 pengukuran transversal pada percobaan ke 2
7 151,4 0,420941857 dan ke 13.
8 151,4 0,420941857
9 151,5 0,355169692
10 151,5 0,355169692
Rata-Rata 151,4 0,420941857

8
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Tabel 7. Hasil pengukuran transversal Tabel 9. Nilai shrinkage longitudinal dan


minimum. transversal

No. Shrinkage
Standart
Percob Longitud Transversa
Deviasi
aan inal (%) l (%)
2 0,42 2,43 0,039 0,43
13 0,28 0,77 0,009 0,32

3.5
3

Persentase Shrinkage %
2.43
2.5
2
Tabel 8. Hasil pengukuran transversal Percobaa
optimum 1.5
n2
1 0.77
Percobaa
0.42 0.28
0.5 n 13

0
Longitudinal (%) Transversal (%)

Gambar 12. Nilai shrinkage longitudinal


dan transversal
Analisa nilai shrinkage longitudinal dan
transversal, diperlukan agar spesimen yang
dihasilkan memiliki bentuk dan ukuran yang
sesuai dengan desain produk. Nilai shrinkage
longitudinal lebih kecil dibandingkan
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakuakan transversal. Hal ini dikarenakan pada daerah
didapat perhitungan mean, nilai rata-rata transversal terdapat lekukan atau cekungan
shrinkage terukur pada percobaan ke 2 sebesar yang dapat mengakibatkan nilai shrinkage
0,25 mm, pada percobaan ke 13 didapat 0,08 pada daerah transversal akan lebih
mm. Dari data shrinkage terukur dapat besar.(Gb.13)
dihitung untuk mengetahui persentase rata-
rata shrinkage pada percobaan 2 dan 13,
dengan menggunakan rumus persamaan 1.
Pada percobaan ke 2 didapat nilai terukur
rata-rata produk sebesar 9,75 mm, maka
persentase shrinkage rata-ratanya adalah
𝑆 = 2,43 %
Pada percobaan ke 13 didapat nilai terukur
rata-rata produk sebesar 9,92 mm, maka
persentase shrinkage rata-ratanya adalah
𝑆 = 0,77 %
Maka dari percobaan ke 2 didapat persentase Gambar 13. Sink mark estimate
shrinkage sebesar 2,43 % dan persentase nilai
shrinkage pada percobaan ke 13 sebesar Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
0,77 %. derajat penyusutan pada daerah transversal
adalah proses pemampatan cairan plastik
Analisa Shrinkage pada Longitudinal dan kedalam cetakan tidak bekerja secara
Transversal maksimal, untuk mengatasi masalah tersebut
Pada hasil penelitian yang dilakukan nilai dapat dilakukan dengan menaikan holding
shrinkage pada longitudinal lebih kecil pressure pada parameter proses pembuatan
dibandingkan dengan nilai shrinkage produk plastik, yang bertujuan untuk
transversal. Berikut ini adalah tabel nilai memaksimalkan proses pemampatan sehingga
shrinkage pada percobaan ke 2 dan 13. derajat penyusutan dapat dihindari, dan bisa
meningkatkan kualitas produk secara optimal
dengan persentase shrinkage yang kecil.

9
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 1-10, Juni 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Oktaviansi, S.D. 2012. Anlisa Pengaruh


5. Kesimpulan Parameter Tekanan dan Waktu Penekanan
Hasil analisa dan pengukuran yang dilakukan, Terhadap Sifat Mekanik dan Cacat Penyusutan
persentase shrinkage longitudinal, dan dari Produk Injection Molding Berbahan
tranversal yang paling optimal terdapat pada Polyethylene (PE). Skripsi. Program Strata-1.
percobaan ke 13, dengan variasi parameter Universitas Sultan Agung Tirtayasa.
proses holding pressure 90 bar, holding time
3,25 sekon, cooling time 20 sekon, back Soejito, I. 2009. Desain Eksperimen Dengan
pressure10 bar, dan temperatur leleh 205 ˚C. Metode Taguchi.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pada variasi parameter percobaan ke 13 Sugondo, A., Willyanto A., dan Ian H.S., 2007.
diperoleh shrinkage longitudinal sebesar Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan
0,28 %, dan transversal 0,77% dimana Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada
shrinage tersebut merupakan persentase Proses Injection Molding dengan
shrinkage paling kecil dibandingkan dengan Menggunakan Simulasi. Tekno Sim 2007. Hal
percobaan lain. Berdasarkan hasil pengukuran 34 -40.
dan pembahasa dapat disimpulkan bahwa
variasi parameter percobaan ke 13 dapat
dijadikan usulan atau rekomendasi untuk
proses injeksi pembuatan produk plastik yang
berupa spesimen multipurpose menggunakan
material daur ulang acrylonitril butadiene
styrene (ABS).

Daftar Pustaka
Anggono, A.D., 2005. Prediksi Shrinkage
Untuk Menghindarai Cacat Produk Pada
Plastic Injection. Media Mesin, 6(2): 70-77.
Akbarzadeh, A. dan Mohammad S., 2011.
Parameter Study in Plastic Injection Molding
Process using Statistical Methods and IWO
Algorithm. International Journal of Modeling
and Optimization, 1(2):141-145.
Firdaus dan Soejono T., 2002. Studi
Eksperimental Pengaruh Parameter Proses
Pencetakan Bahan Plastik Terhadap Cacat
Penyusutan (Shrinkage) Pada Benda Cetak
Pnuematics Holder. Jurnal Teknik Mesin, 4(2):
75-85.
Kavande, M. V dan S.D. Kadam. 2012.
Parameter Optimization of Injection Molding
of Polypropylene by using Taguchi
Methodology. IOSR Journal of Mechanical and
Civil Engineering. 4(4): 49-58.
Kale, H.P., dan Umesh V.H. 2015.
Optimization of Injection Moulding Process
Parameters for Reducing Shrinkage by Using
High Density Polyethylene (HDPE) Material.
Internatinal Jounal of Science and Research.
4(5): 722-725.
Kamaruddin, S., Zahid A.K., dan S.H. Foong.
2010. Application of Taguchi Method in the
Optimization of Injection Moulding
Parameters of Manufacturing Products from
Plastic Blend.IACSIT International Journal of
Engineering and Technology, 2(6):574-580.
Kristanto, Y., Bambang K., dan Ubaidillah.
2013.Pengaruh Suhu Pemanas Terhadap
Shrinkage Pada Proses Injeksi Polypropylene.
Jurnal Mekanika,12(1):7-10.
Lal, S.K. dan Hari V. 2013. Optimization of
Injection Moulding Process Parameters in the
Moulding of Low Density Polyethylene
(LDPE). Internatinal Jounal of Engineering
Research and Development, 7(5): 35-39.

10

Anda mungkin juga menyukai