Anda di halaman 1dari 19

PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BENDA

KERJA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibimbing oleh Ibu Dr. Kusubakti Andajani, M.Pd dan
Siti Robiah Al Adawiyah, S.Pd

Oleh
Jibril Maulana
140514605286

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Desember 2015

PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BENDA


KERJA

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan dalam dunia industri saat ini semakin mengalami perkembangan yang signifikan. Hal itu terjadi karena persaingan dalam dunia industri
semakin ketat, khususnya pada industri-industri besar. Ketika suatu industri lengah
sedikit saja maka hal tersebut akan dimanfaatkan oleh industri saingannya. Misalnya
kuantitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan A menurun akibat para pegawai
yang bekerja di tempat tersebut sedang berdemo, hal ini merupakan celah yang akan
dimanfaatkan oleh perusahaan saingannya dengan cara menambah jumlah pasokan
yang akan dikirim ke konsumen.
Persaingan yang ketat dalam dunia industri menyebabkan pegawai juga
mendapatkan imbasnya. Mereka diharuskan untuk mengalami peningkatan dalam
segala bidang. Peningkatan tersebut dapat terjadi di beberapa aspek, seperti waktu
kerja, efisiensi kerja, dan kualitas benda kerja yang dihasilkan.
Akibat peningkatan waktu kerja, pegawai harus melaksanakan kerja lembur.
Dalam kerja lembur pegawai juga akan mendapat upah tambahan yang biasanya
dihitung per jam kerja. Namun hal itu juga akan memotong jam istirahat mereka.
Dalam peningkatan efisiensi kerja, pegawai diharuskan untuk menghasilkan
benda sebanyak mungkin dengan waktu seminimal mungkin. Hal tersebut akan
menguras tenaga dari pegawai karena mereka harus kerja keras untuk menghasilkan
benda kerja yang maksimal dengan waktu yang minimal. Hal tersebut akan lebih
parah apabila pegawai diwajibkan untuk lembur.
Peningkatan kualitas benda kerja yang dihasilkan oleh suatu industri,
bergantung dari mesin-mesin dalam industri. Apabila mesin-mesin dalam industri
tersebut masih sangat baik dan layak pakai, maka kualitas dari benda yang dihasilkan
juga akan menjadi baik, begitupun sebaliknya. Selain mesin, faktor human error juga
mampu memengaruhi kualitas benda kerja yang dihasilkan. Kesalahan-kesalahan

kecil dapat berakibat fatal bagi kualitas benda yang dihasilkan, benda tersebut dapat
melewati toleransi dari hasil yang diinginkan.
Dalam industri tidak hanya kuantitas yang diutamakan, namun kualitas juga
menjadi hal yang penting. Kualitas benda kerja mampu untuk memengaruhi minat
konsumen. Semakin bagus kualitas benda kerja, maka akan semakin tinggi
permintaan konsumen terhadap benda kerja tersebut. Sehingga peningkatan kualitas
menjadi hal sangat penting bagi dunia industri. Hal ini akan meningkatkan minat
pembeli sehingga keuntungan yang akan didapat oleh industri menjadi semakin besar.
Menurut George (1986:45) kualitas benda kerja merupakan kemampuan
benda kerja untuk menahan segala sesuatu yang terjadi. Selain itu kualitas suatu
benda kerja dapat ditentukan dengan kekuatan, kekerasan, ketahanan, keuletan,
ketangguhan, dan lain-lain. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan penggunaan benda
kerja tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja untuk pembuatan poros
pada roda, sifat yang harus dimiliki suatu poros adalah keras pada bagian luar dan
ulet pada bagian dalam. Hal tersebut dikarenakan suatu poros harus mampu untuk
menahan gesekan roda dan juga mampu untuk untuk menahan getaran yang tiba-tiba
yang diakibatkan oleh jalanan yang tidak selalu datar.
Untuk mencapai sifat-sifat benda kerja yang diinginkan, perlu adanya
peningkatan kualitas dan penyesuaian fungsi benda kerja. Peningkatan kualitas benda
kerja dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan
menggunakan perlakuan panas.
Secara umum, perlakuan panas dapat diartikan sebagai suatu proses atau
kombinasi proses yang dimulai dari pemanasan benda kerja, penahanan panas,
kemudian diakhiri dengan pendinginan (Imam, 2013). Hal ini tentu saja disesuaikan
dengan kebutuhan benda kerja seperti apa yang akan diinginkan. Dengan cara
tersebut benda kerja akan menjadi lebih awet dan tidak mudah rusak karena sudah
disesuaikan dengan penggunaannya.

Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang
dapat didapatkan adalah:

1.
2.
3.

Mengapa perlu melakukan perlakuan panas sebagai proses akhir?


Bagaimana tahapan-tahapan dalam perlakuan panas?
Bagaimana pergerakan butiran-butiran struktur benda kerja ketika proses
perlakuan panas?

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan makalah
yang didapat adalah:
1. Menjelaskan tentang perlakuan panas sebagai proses akhir.
2. Memaparkan tahapan-tahapan yang dilakukan ketika proses perlakuan panas.
3. Mendeskripsikan pergerakan butiran-butiran struktur benda kerja ketika
perlakuan panas.

PEMBAHASAN
Perlakuan panas memiliki peran yang penting untuk menentukan tingkat
kualitas benda kerja. Pada proses produksi suatu benda kerja, pasti terjadi suatu
kesalahan yang terjadi. Misalkan pada proses pengecoran logam, pada proses tersebut
pasti terjadi suatu tegangan-tegangan sisa pada struktur butiran-butiran benda kerja
hasil pengecoran (Schunmetz, 1998:37). Apabila hal ini dibiarkan saja maka umur
dari benda kerja tersebut tidak akan lama, karena tegangan sisa sewaktu-waktu dapat
berubah menjadi retak, dan akhirnya benda kerja tersebut mengalami kerusakan.
Perlakuan panas juga dapat digunakan untuk menyesuaikan sifat suatu benda
agar sesuai dengan kebutuhan dan fungsi benda tersebut, karena pada dasarnya sifat
dari suatu benda kerja harus sesuai dengan penggunaannya. Misalkan sifat besi pada
poros roda kendaraan akan berbeda dengan sifat besi yang digunakan untuk kerangka
bangunan. Oleh karena itu perlakuan panas ditempatkan pada akhir suatu proses
produksi dalam dunia industri yang bertujuan untuk merubah suatu sifat benda kerja
agar lebih sesuai dengan penggunaannya pada kehidupan sehari-hari.
Perlakuan Panas sebagai Proses Akhir
Kualitas suatu benda kerja dapat dinilai dari tingkat keefisiensian benda
tersebut. Tingkat keefisiensian suatu benda kerja dinilai berdasarkan kesesuaian sifat
benda dengan penggunaanya. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan

perlakuan panas untuk menyesuaikan karakteristik suatu benda kerja dengan


penggunaannya.
Menurut Daryanto (2010:14) perlakuan panas merupakan suatu proses
pemanasan dan pendinginan suatu benda kerja yang dilakukan secara terkontrol
dengan maksud untuk mengubah sifat fisik benda kerja tersebut. Secara umum proses
perlakuan panas terdiri dari 3 tahap yaitu, pemanasan benda kerja, penahanan suhu
benda kerja, dan pendinginan benda kerja. Hal ini akan mengubah sifat fisik dari
suatu benda kerja sehingga sesuai dengan sifat fisik yang diinginkan.
Pemanasan, penahanan suhu, serta pendinginan sangat memengaruhi jenis dan
sifat benda kerja yang akan dihasilkan. Melalui ketiga hal tersebut tegangan-tegangan
butiran struktur dapat dihilangkan, ukuran butir benda kerja dapat disesuaikan, dan
ketangguhan dapat ditingkatkan, sehingga dapat tercapai suatu kondisi benda kerja
yang memiliki kualitas yang baik (Poppy, 2015). Hal ini tentu saja akan berimbas
pada minat dari konsumen. Untuk memungkinkan perlakuan panas yang tepat,
susunan kimia benda kerja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia dapat
mengakibatkan perubahan sifat fisik.
Secara umum ada 3 jenis perlakuan panas yaitu, annealing, normalizing, dan
hardening. Masing-masing dari jenis tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang
berbeda tergantung dari kegunaan benda kerja yang akan dibuat. Ketiganya juga
dapat dibagi menjadi beberapa bagian, bergantung dari proses dan juga tahapantahapan yang dilakukan. Uraian dari ketiga jenis perlakuan panas tersebut dipaparkan
sebagai berikut.

Annealing
Annealing merupakan jenis perlakuan panas yang bertujuan untuk
melunakkan benda kerja sehingga mampu untuk dikerjakan mesin (Sefnat, 2014).
Selain sebgai proses akhir, umumnya annealing juga dapat digunakan sebagai proses
awal atau sebelum proses manufaktur/pengerjaan dengan mesin. Sebagai proses akhir
annealing berguna untuk melunakkan permukaan dan bagian dalam benda kerja,
sehingga nilai keuletan suatu benda meningkat dan menjadi tidak mudah patah.
Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah sebagai berikut.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Menurunkan kekerasan
Menghilangkan tegangan sisa
Memperbaiki sifat mekanik
Memperbaiki mampu mesin dan mampu bentuk
Menghilangkan terjadinya retak panas
Menurunkan atau menghilangkan ketidak seragaman struktur
Memperhalus ukuran butir
Menghilangkan tegangan dalam dan menyiapkan struktur baja untuk
proses perlakuan panas.
Temperatur dan laju pendinginan dari annealing memengaruhi benda kerja

yang akan dihasilkan. Hal tersebut juga akan memengaruhi sifat dan fungsi dari
benda kerja tersebut. Perubahan dan perbedaan jenis annealing dapat dilihat dari
struktur butiran-butirannya. Berdasarkan hal tersebut, annealing dibagi menjadi lima
bagian, yaitu:
1. full annealing, yaitu jenis annealing yang berguna untuk membuat benda kerja
agar benda kerja lebih mudah untuk dikerjakan mesin,
2. spheroidized annealing, yaitu jenis annealling yang berguna untuk membuat benda
kerja lebih mudah dibentuk,
3. isothermal annealing, yaitu jenis annealling yang berguna untuk meningkatkan
keuletan benda kerja,
4. homogenisasi, yaitu jenis annealing yang berguna untuk menyeragamkan butiranbutiran benda kerja setelah proses pengecoran, dan
5. stress relieving, yaitu jenis annealling yang berguna untuk menghilangkan
tegangan dan mencegah timbulnya retak.

Normalizing
Normalizing bertujuan untuk untuk memperhalus butir, memperbaiki mampu
mesin, menghilangkan tegangan sisa dan juga memperbaiki sifat mekanik baja .

Perlakuan ini umumnya digunakan pada baja karbon rendah, selain itu normalizing
juga digunakan setelah mengalami proses pembentukan dingin seperti, pengerolan
dingin, dan tempa dingin (Daryanto, 2010:79). Setelah proses ini akan terjadi
perbaikan

terhadap strukturnya

diiringi dengan timbulnya

perbaikan

sifat

mekaniknya. Keuntungan yang akan diperoleh dengan proses Normalizing adalah


sebagai berikut.

a.
b.
c.
d.

Struktur butir benda kerja yang kasar akan menjadi seragam


Menghaluskan ukuran perlit dan ferlit
Memodifikasi dan menghaluskan struktur cor
Mencegah adanya distorsi pada struktur baja.

Hardening
Hardening merupakan jenis perlakuan panas yang digunakan pada
kebanyakan benda kerja, khususnya baja. Jenis ini merupakan jenis perlakuan panas
yang bertujuan untuk mengeraskan butiran-butiran logam. Jenis ini merupakan jenis
perlakuan panas yang sangat umum dan sering digunakan pada berbagai jenis
pekakas.
Menurut Novianto (2014) tujuan utama dilakukannya hardening adalah untuk
mendapatkan kekerasan dan ketahanan aus. Semakin tinggi tingkat kekerasan suatu
benda maka akan semakin tinggi pula ketahanan aus benda tersebut. Namun hal itu
akan berbanding terbalik dengan keuletan benda tersebut. Menurut jenis metode yang
digunakan, hardening dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. flame hardening, yaitu pengerasan yang menggunakan nyala api sebagai pemanas.
Pengerasan jenis ini biasanya digunakan pada bidang-bidang datar seperti pelat,
baling-baling, bodi kendaraan, dan lain-lain.
2. induction hardening, yaitu pengerasan yang menggunakan listrik sebagai pemanas.
Pengerasan jenis ini biasanya digunakan pada bidang-bidang berbentuk silindris
seperti as roda, batang hubung, linggis, dan lain-lain.
3. case hardening, yaitu pengerasan yang menggunakan bahan tambah untuk
mengubah struktur kimia suatu benda kerja sehingga menjadi lebih keras.
Pengerasan jenis ini digunakan pada peralatan pemesinan seperti kikir, chuck pada
mesin bubut, pahat, dan lain-lain.
Tahapan-tahapan Perlakuan Panas
Perlakuan panas merupakan suatu proses akhir yang berguna untuk
memperbaiki butiran-butiran struktur suatu benda kerja. Oleh karena itu dalam
tahapan-tahapan perlakuan panas, harus sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada.
Apabila prosedur-prosedur tersebut tidak dilakukan secara benar, maka benda kerja

yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan atau tujuan awal pembuatan benda
kerja tersebut. Untuk mendapatkan suatu benda kerja yang sesuai, pada proses
perlakuan panas diharuskan memperhatikan suhu pemanasan, lama penahanan dan
kecepatan pendinginan benda kerja, untuk memudahkan penggambarannya, dapat
melihat pada contoh diagram TTT (Time Temperature Transformation) baja berikut.

Sumber: Proses pengolahan besi dan baja


Diagram 1. Diagarm Time Temperature
Transformation pada Baja

Sumber: Practical metalurrgy and


materials of industry 6th
Gambar 1. Jenis Struktur Butiran baja

Annealing
Pada perlakuan panas jenis annealing benda kerja dipanaskan hingga suhu
austenite lalu ditahan untuk beberapa lama, kemudian didinginkan secara perlahan.

Austenite merupakan kondisi benda kerja dalam keadaan akan mencair, misalnya
pada besi yang dipanaskan pada suhu diatas 720 Celcius (Daryanto, 2010:138).
Metode pemanasan dan pendinginan benda kerja sangat memengaruhi hasil dan sifat
benda kerja yang dihasilkan. Berikut ini beberapa jenis annealing berdasarkan waktu
pemanasan dan pendinginannya.
1. Full Annealing
Full annealing terdiri atas austenisasi dari benda kerja kemudian diikuti
dengan pendinginan yang lambat di dalam dapur. Temperatur yang dipilih untuk
austenisasi tergantung pada jenis benda kerja. Misalnya saja full annealing untuk baja
hipoeutektoid dilakukan pada temperatur austenisasi sekitar 50C di atas garis A3 dan
untuk baja hipereutektoid dilaksanakan dengan cara memanaskan baja tersebut di atas
A1.
2. Spheroidized Annealing

Spheroidized annealing dilakukan dengan memanaskan baja sedikit di atas


atau di bawah temperatur kritis A1. Setelah itu didiamkan pada temperature tersebut
dalam jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginnan yang lambat
(Poppy, 2015). Penahanan panas pada jenis annealing ini membutuhkan aktu yang
lebih lama. Hal ini dimaksudkan agar suatu benda kerja lebih lunak, sehingga benda
kerja tersebut lebih mudah untuk dibentuk atau dikejakan oleh mesin. Contoh dari
aplikasinya adalah pada benda yang biasanya digunakan pada saat praktek bengkel.
3. Isothermal Annealing

Isothermal annealing terdiri dari austenisasi pada temperatur annealing (Full


annealing). Kemudian diikuti dengan pendinginan relatif cepat sampai ke temperatur
50-60C di bawah garis A1, lalu dilakukan penahanan secara isothermal pada daerah
perlit (Nelly, 2003:233). Penahanan temperatur bertujuan agar jenis butiran perlit
lebih dominan daripada jenis butiran yang lain sehingga benda kerja memiliki sifat
yang ulet. Hal ini sering diaplikasikan pada baja yang digunakan untuk membuat
pondasi di dinding rumah, pada baja pengisi beton, dan lain-lain.

4. Homogenisasi
Proses ini dilakukan pada rentang temperatur 110-1200C. Proses yang terjadi
pada termperatur ini akan menyeragamkan komposisi baja (Schunmetz, 1998:98).
Proses ini diterapkan pada baja-baja paduan yang pada saat membeku setelah proses
penuangan, dan memiliki struktur yang tidak homogen. Pada proses ini lebih
mengutamakan pertumbuhan butiran baru pada struktur suatu benda kerja, dengan
menyamakan ukuran butiran benda kerja tegangan-tegangan antar struktur akan
menghilang.
5. Stress Relieving
Proses ini terdiri dari memanaskan benda kerja hingga ke temperatur sedikit di
bawah garis A1 kemudian menahannya untuk jangka waktu tertentu dan didinginkan
di dalam tugku sampai temperature kamar (25C). Proses ini tidak menimbulkan
perubahan fasa kecuali rekristalisasi (Geoge, 1986:78). Selain itu ini merupakan
proses yang cukup singkat dibandingkan jenis proses annealing yang lain. Seiring
dengan munculnya Kristal atau inti-inti butiran baru maka tegangan-tegangan pada
benda kerja akan menghilang, karena tegangan yang menghilang maka kemungkinan
retak suatu benda kerja juga akan semakin kecil.
Normalizing
Normalizing merupakan proses perlakuan panas yang dilakukan dengan cara
memanaskan benda kerja sampai temperatur austenisasi kemudian didinginkan dengan
media udara hingga mencapai suhu kamar. Normalizing terdiri dari proses pemanasan

baja di atas temperatur kritis A3 dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka
waktu tertentu tergantung pada jenis dan ukuran baja (Suhendro,2014). Agar
diperoleh butiran yang seragam, bajabaja hypoeutektoid dipanaskan pada temperatur
30-400C di atas garis A3. Pemanasan pada temperatur austenit yang terlalu tinggi
akan menyebabkan tumbuhnya butir-butir austenit. Demikian juga untuk waktu
penahan pada temperatur austenit yang terlalu lama akan mengakibatkan tumbuhnya

butir-butir austenit. Setelah waktu penahan selesai, benda kerja kemudian didinginkan di udara. Hal ini akan menghasilkan struktur baja hypoeutektoid yang terdiri atas
ferit dan perlit. Setelah penormalan akan terjadi perbaikan terhadap strukturnya
diiringi dengan timbulnya perbaikan sifat mekaniknya. Normalizing biasanya
dilakukan setelah benda mengalami hardening atau pengerjaan mesin.
Hardening
Secara garis besar, cara melakukan hardening adalah memanaskan benda
kerja hingga fasa austensit, kemudian suhunya ditahan hingga waktu tertentu, dan
didinginkan dengan cepat. Menurut Poppy (2015) dalam tahap pemanasan suatu
benda akan memuai yang diakibatkan pergerakan butiran-butirannya. Setelah
mengalami penahanan suhu dalam jangka waktu tertentu, benda tersebut akan
didinginkan dengan cepat sehingga butiran-butiran akan merapat dan permukaan
benda akan lebih keras. Berdasarkan prosesnya, hardening dibagi menjadi tiga, dan
dapat diuraikan sebagai berikut.
1.

Flame Hardening
Flame Hardening merupakan jenis hardening yang menggunakan api. Sumber

panasnya berasal dari nyala api (torch) pembakaran Oxy-Asetilen, propane oxygen
atau gas alam (Khozin, 2006). Hal ini hampir mirip dengan pengelasan menggunakan
las gas. Kesulitan pengerasan nyala api adalah pada kontrol nyala yang dapat
memungkinkan terjadinya overheating dan oksidasi benda kerja. Proses ini biasanya
digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan komponen mesin perkakas
seperti roda gigi, crankshaft, dan pons. Pada proses ini hal-hal yang harus
diperhatikan adalah:
a. zona yang dipanaskan harus bersih dan bebas dari kerak,
b. keseimbangan campuran gas oksigen dengan asetilen untuk mendapatkan nyala
netral dan stabil, dan
c. laju atau kecepatan pemanasan diusahakan tetap atau stabil.

Sumber: Proses pengolahan besi dan baja


Gambar 2. Proses perlakuan panas f lame
hardening

2. Induction Hardening
Pemanasan pada proses pengerasan induksi diperoleh dari arus bolak-balik
berfrekuensi tinggi berasal dari konverter oscilator yang selanjutnya didinginkan
dengan cepat. Arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi (10.000 sampai 50.000 Hz)
ini mengakibatkan timbulnya arus Eddy dalam lapisan permukaan logam yang
kemudian berubah menjadi panas (Daryanto, 2010:132). Arus Eddy adalah arus
induksi yang muncul akibat konduktor yang bergerak dalam medan magnet.
Kedalaman pemanasan benda kerja bergantung kepada besar daya dan frekuensi arus
listrik yang digunakan.
Baja karbon sedang dan baja paduan berbentuk komponen seperti piston rod,
pump shaft, cams, dan spur gears dapat dikeraskan dengan metode ini. Keuntungan
prosesnya otomatis melalui waktu pengaturan besar frekuensi dengan waktu
pemanasan lebih cepat, dapat dilakukan pengerasan setempat dengan peningkatan
kekuatan kelelahan dan sedikit deformasi. Akan tetapi, proses ini membutuhkan biaya
yang mahal untuk mesin dan biaya pemeliharaan, dengan keterbatasan kuantitas
komponen sedikit, bentuk benda dan jenis baja yang dikeraskan terbatas.

Sumber: Proses pengolahan besi dan baja


Gambar 3. Proses perlakuan panas induction
hardening

3. Case Hardening
Case hardening merupakan jenis pengerasan yang yang mengubah komposisi
kimia benda kerja (Ragil, 2013). Perubahan tersebut dilakukan dengan cara
menggunakan tambahan bahan untuk disisipkan kedalam butiran-butiran benda kerja.
Bahan tambah tersebut dapat berupa bijih karbon, dan juga nitrogen. Penambahan
bahan tersebut dilakukan ketika proses pemanasan terjadi dan butiran struktur dapat
bergerak dengan lebih bebas maka bahan tambah tersebut ditambahkan yang
berfungsi untuk mengganti atau menyisipi dalam susunan struktur benda kerja.

Sumber: Practical metalurrgy and


materials of industry 6th
Gambar 4. Mesin perlakuan panas case
hardening

Pergerakan Butiran-Butiran Struktur Benda Kerja


Annealing

Sumber: Materi perkuliahan ilmu logam


oleh dosen Rr. Poppy Puspitasari, Ph.D
Diagram 2. Perubahan struktur dan sifat benda selama proses

Menurut Poppy (2015) pada annealing


proses annealing, butiran-butiran struktur logam
mengalami penyeragaman bentuk. Hal ini terjadi karena butiran logam yang telah
melalui proses pengerjaan dingin mengalami deformasi. Setelah terdeformasi butiranbutiran tersebut memutuskan diri dan membentuk inti-inti baru. Inti-inti dari butiran
tersebut akan dikembangkan ketika proses penahanan suhu pada prosses annealing.
Butiran-butiran tersebut akan berkembang dan menyatu dengan butiran-butiran lain.
Hal ini yang mengakibatkan butiran-butiran menjadi seragam ketika proses annealing
selesai. Untuk lebih jelasnya perubahan mikrostruktur dari proses annealing dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: Proses pengolahan besi dan baja

Gambar 5. Perubahan struktur selama proses annealing


Normalizing
Perubahan bentuk dari normalizing tidak jauh berbeda dengan annealing,

namun yang membedakan hanyalah perbedaan suhu dan waktu yang diperlukan
untuk proses pendinginan. Untuk annealing suhu yang dibutuhkan untuk pendinginan
lebih rendah namun waktu yang dibutuhkan lebih lama. Untuk normalizing, suhu
yang dibutuhkan lebih tinggi dan waktu yang diperlukan menjadi lebih cepat daripada
annealing (Daryanto, 2010:75). Normalizing ini dapat digunakan untuk menyeragamkan butiran benda kerja, baik itu setelah pengerjaan panas, ataupun setelah pengerjaan
dingin. Selain itu, benda dengan pengerjaan normalizing akan lebih keras daripada
benda dengan pengerjaan annealing.

Sumber: Materi perkuliahan ilmu logam


oleh dosen Rr. Poppy Puspitasari, Ph.D
Diagram 3. Perbedaan temperatur pada
masing-masing perlakuan panas

Hardening
Perlakuan panas hardening merupakan jenis perlakuan panas yang digunakan
untuk mengeraskan bagian permukaan atau seluruh benda kerja. Menurut Nelly
(2003:177) hal ini dapat terjadi karena ketika butiran-butiran benda kerja yang
dipanaskan akan menyebar dan terjadi proses pemuaian. Atom-atom yang tergeser
akan menimbulkan struktur sel satuan yang tidak setimbang (memiliki tegangan
tertentu). Ketika butiran-butiran yang menyebar tersebut dipanaskan secara tiba-tiba,
maka butiran-butiran tersebut akan menyatu dan saling mengikat dengan tingkat
kerapatan yang lebih tinggi dari sebelum proses pemanasan dan juga struktur benda

menjadi memiliki tegangan. Struktur yang bertegangan ini disebut martensit dan
bersifat sangat keras dan getas.
Proses hardening secara case hardening berbeda dengan proses flame
hardening, dan induction hardening. Jika kedua jenis tersebut menggunakan tingkat
kerapatan sebagai media untuk mengeraskan permukaan, maka case hardening
menggunakan bahan tambah sebagai pengerasnya. Bahan tambah tersebut berupa
karbon dan nitrogen. Dalam rangka untuk memperkeras benda kerja, bahan tambah
karbon menempati sela-sela butiran-butiran benda kerja, sedangkan bahan tambah
nitrogen menggantikan sebagian struktur butiran-butiran benda kerja.

Sumber: Materi perkuliahan ilmu logam


oleh dosen Rr. Poppy Puspitasari, Ph.D
Gambar 6. Perubahan struktur pada proses hardening

PENUTUP
Simpulan
Perkembangan dalam dunia industri saat ini menuntut pekerja untuk
meningkatkan kualitas dalam segala aspek, salah satunya adalah peningkatan kualitas
benda kerja yang dihasilkan. Dalam meningkatkan kualitas benda kerja terdapat
berbagai cara, salah satunya menggunakan perlakuan panas. Perlakuan panas
merupakan proses pemanasan, penahanan suhu dan pendinginan suhu benda kerja

yang dilakukan secara terkontrol dengan maksud untuk merubah sifat fisik benda
kerja.
Perlakuan panas dibagi menjadi 3, yaitu: annealing, normalizing, dan
hardening. Annealing merupakan perlakuan panas yang bertujuan untuk melunakkan
benda kerja sehingga mampu untuk dikerjakan mesin. Normalizing adalah perlakuan
panas yang bertujuan untuk menyeragamkan butiran struktur benda kerja, dan
menghilangkan tegangan sisa. Hardening adalah perlakuan panas yang bertujuan
untuk meningkatkan kekerasan permukaan suatu benda kerja sehingga tahan lama
dan tahan terhadap aus.
Terdapat perbedaan yang besar terhadap setiap jenis perlakuan panas. Pada
annealing benda kerja dipanaskan hingga suhu austenite dimana benda kerja dalam
kondisi akan meleleh, dan kemudian didinginkan secara perlahan sehingga struktur
benda kerja masih memiliki kesempatan untuk meneragamkan ukurannya. Pada
normalizing benda kerja dipanaskan hingga suhu yang sedikit lebih tinggi dari pada
annealing, kemudian benda kerja didinginkan dengan media udara luar hingga
mencapai suhu kamar (sekitar 25C). Sedangkan pada hardening benda kerja
dipanaskan hingga suhu astenite namun lebih tinggi dari suhu ketika normalizing dan
kemudian didinginkan secara cepat.
Perubahan struktur masing-masing perlakuan panas juga berbeda sehingga
mampu menghasilkan sifat-sifat benda kerja yang masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda. Untuk annealing butiran-butiran mengalami penyeragaman bentuk,
butiran-butiran tersebut terdeformasi dan akan pecah menghasilkan inti-inti baru yang
kemudian akan berkembang dan menyatu satu sama lain, hal tersebut yang
menjadikan ukuran menjadi seragam. Sedangkan untuk normalizing perubahan
butirannya hampir sama dengan annealing namun penyeragaman yang terjadi pada
normalizing menghasilkan benda kerja yang lebih keras dan tidak memiliki tegangan
sisa.
Pada hardening struktur butiran yang dipanaskan dapat bergerak lebih bebas,
namun setelah dilakukan pendinginan secara cepat maka tingkat kerapatan butiranbutiran tersebut akan meningkat dan menghasilkan benda yang lebih keras. Selain hal

itu pada case hardening bahan tambah berupa karbon atau nitrit akan ditambahkan
dan berguna juga untuk meningkatkan tingkat kekerasan benda kerja.
Saran
Proses produksi di dalam suatu indusri mempunyai peran yang sangat penting.
Perlakuan panas merupakan salah satu proses produksi di dalam industri, proses ini
berguna untuk meningkatkan kualitas dan mempebaiki perubahan-perubahan pada
struktur suatu benda kerja. Oleh karena itu diharapkan pihak industri dapat
melakukan proses perlakuan panas baik sebelum ataupun sesudah proses manufaktur
untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi kerja. Selain itu ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan proses perlakuan panas. Hal-hal tersebut
diuraikan sebagai berikut.
1. Operator sebaiknya memerhatikan suhu pemanasan yang digunakan, Karena
perbedaan suhu pemanasan akan mengubah jenis perlakuan panas.
2. Operator sebaiknya memperhitungkan jenis pendingin dan tingkat kecepatan
pendinginan, karena pada proses pendinginan akan mempengaruhi tingkat
kekerasan dari benda kerja.
3. Operator harus memerhatikan persentase penggunaan karbon atau nitrit pada
proses hardening, karena persentase dari jumlah karbon atau nitrit akan
mempengaruhi proses yang harus dilakukan ketika perlakuan panas.
4. Operator juga harus memerhatikan perubahan struktur yang terjadi ketika
perlakuan panas, karena perbedaan struktur akan menyebabkan tegangan sisa
pada benda kerja dan dapat menjadikannya lebih rapuh dan tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal.

DAFTAR RUJUKAN

Daryanto, 2010. Proses Pengolahan Besi dan Baja (Ilmu Metalurgi). Bandung:Sarana
Tutorial Nurani Sejahtera
Dieter, George E. 1986. Metallurgi Mekanik (Mechanical Metallurgy). Terjemahan
Sriati Djaprie. 1988. Jakarta: Erlangga.
Gruber, Schunmetz. 1998. Pengetahuan Bahan dalam Pengerjaan Logam.
Terjemahan Sriati Djaprie. 2001. Bandung: Angkasa
Kayoko, Sefnat. 2014. Perlakuan Panas (Heat Treatment). (Online).
(http://sefnath.blogspot.co.id/2013/09/perlakuan-panas-heat-treatment.html)
diakses 31 Oktober 2015
Khozin, Muhammad. 2006. Pengaruh Manual Flame Hardening pada Baja Tempa.
(Online). (http://core.ac.uk/download/pdf/16506641.pdf) diakses 31 Oktober
2015
Mulyono, Imam. 2013. Heat Treatment Perlakuan Panas. (Online).
(http://imammulyono002.blogspot.co.id/2013/11/heat-treatmen-perlakuanpanas.html) diakses 31 Oktober 2015
Neelly, John. 2003. Practical Metallurgy and Materials of Industry 6th. (Upper
Saddle River) New Jersey: Prentice Hall
Novianto, Arief. 2014. Proses Pengerasan Permukaan (Surface Hardening).
(Online). (http://081993038562.blogspot.co.id/2014/11/proses-pengerasanpermukaan-surface.html) diakses 31 Oktober 2015
Proses Perlakuan Panas. 2014. (Online).
(https://msrpnpup.files.wordpress.com/2014/11/9-proses-perlakuan-panasd3.pdf) diakses 31 Oktober 2015
Puspitasari, Poppy. 2015. Ilmu Logam. (Presentasi Dosen). Malang
Ragil, Muhammad. 2013. Case Hardening. (Online).
(http://memedcupu.blogspot.co.id/2011/08/case-hardening.html) diakses 31
Okober 2015
Suhendro. 2014. Perlakuan Panas pada Baja. (Online).
(https://tehnikmesinindustri.wordpress.com/perlakuan-panas-pada-baja/)
diakses 31 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai