BAB II
LANDASAN TEORI
Pada umumnya, coating dibagi menjadi dua macam, yaitu organic coating dan anorganic
coating. Organic coating berbahan kimia biasanya menggunakan senyawa polimer seperti HDPE
(High Density Polyethylene). Sedangkan organic coating yang umum digunakan dan murah adalah
coaltar atau aspal. Anorganic coating biasanya bekerja dengan pembentukan oksida dengan proses
anodisasi dan pembentukan senyawa anorganik di permukaan logam. Pelapisan denganorganic
coating biasanya menggunakan metode pengecatan. Sedangkan pelapisan anorganic coating yang
biasanya dilakukan adalah anodisasi aluminium, kromatisasidan fosfatisasi.
Syarat dari coating pada system perpipaan dimuat di NACE Standard RP 0169-96,
diantaranya :
5) Mampu menahan defect dari kemungkinan membesar dalam jangka waktu lama
Berikut adalah sifat fisis dan teknis dari glass fibre (senyawa polimer), yang biasa
digunakan sebagai coating :
(Sumber:www.cathodicprotectionnetwork)
Metode DCVG ditemukan oleh seorang insinyur telekomunikasi yang berasal dari
Australia, bernama John Mulvany pada awal 1980 (Wikipedia, 2013). Dikembangkan bersama
dengan Dr. John Leeds, seorang ahli korosi dari Inggris. Metode DCVG biasanya hanya dikenal
dikalangan profesional di bidang korosi. Dasarmetode DCVG diatur dalam NACE International
Testmethod TM-0109-2009. Referensi dari kalangan inspeksi perpipaan diatur dalam API571 dan
API RP 574 (Wikipedia, 2013).
Metode kerja dari DCVG dan CIPS adalah dengan memastikan sistem perpipaan telah
diproteksi dengan arus paksa (ICCP). Adanya kerusakan coating akan menyebabkan terjadinya
peningkatan arus dalam jumlah yang besar di sekitar kerusakan coating. Ilustrasi dari kerusakan
coating dapat dilihat pada gambar berikut
Metode Close Interval Potential Survey ditujukan untuk mengetahui integritas dari jalur
pipa khususnya berkaitan dengan efektifitas kerja dari Sistem Proteksi Katodik. Prinsip dari
CIPS ini adalah mengukur Potensial Pipa dalam kondisi Sistem Proteksi Katodik berjalan,
sehingga secara langsung akan dapat diketahui pada lokasi mana saja dari jalur pipa yang tidak
terlindungi oleh Sistem Proteksi Katodik tersebut (Mukhandis, 2008). Pipa yang terproteksi
dengan baik akan memenuhi kriteria proteksi sesuai dengan Standard NACE RP 0169– 2002.
Pengukuran potensial rangkaian tertutup secara interval (CIPS) ini menggunakan alat yang
dilengkapi dengan Data logger/ Voltmeter dan juga elektroda reference Cu/CuSO4 yang
terkalibrasi. Peralatan ini merupakan alat yang dirancang dan deprogram oleh para ahli korosi
terutama ahli proteksi katodik untuk pemeriksaan kondisi kerusakan coating pada pipa baja
dalam tanah (Nur Salam, 1999).
Menurut Nur Salam, teknik pengukuran dari Close Interval Potential Survey (CIPS) ini
dilakukan dengan cara berjalan tepat diatas jalur pipa, kontak dengan tanah dilakukan secara
kontinyu melalui elektroda reference Cu/CuSO4 yang digunakan secara parallel dengan metoda
“tongkat berjalan”. Kabel survey dihubungkan ke kabel pengetesan pipa (test box) dengan
menggunakan terminal sebagai penjepit. Reel/Wire Kabel yang dirancang khusus dipasang pada
alat pengukur jarak yang menyatu pada alat data logger melalui sebuah interface flug. Dengan
cara tersebut, kontak langsung antara pipa dengan data logger dapat terjadi sehingga melengkapi
sikrit pengukuran dan sesuai dengan berpindahnya pengukuran pada jalur pipa,kabel survey akan
terukur dari sistem dial indicator yang dipasang pada alat data logger tersebut melalui alat putar
yang telah terkalibrasi sehingga diperoleh pulsa (pulse) jarak dalam meter yang langsung terekam
pada data logger. Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
4. Mencari area stray-current pick up dan discharge atau area yang berisiko korosi.
5. Menentukan area pengaruhcathodic protection(CP).
6. Mengidentifikasi casing yang mengalami korsleting, cacat pada perangkat isolasi listrik, atau
tidak disengaja kontak dengan struktur logam lainnya.
7. Mencari daerah perisai geologichatodic protection.
8. Melakukan pengukuran tingkat CP dalam melakukan pengujian arus dan mengevaluasi
efektivitas distribusi arus sepanjangpipa.
9. Mencari daerahyang berisiko mengalami stress corrosion cracking (SCC) dengan pH tinggi.
Tingkat CP terbukti sebagai faktor kerentaan pipa hingga timbulnya SCC dengan pHtinggi.
CIS dapat membantu menunjukkan lokasi di sepanjang saluran pipa dimana struktur
elektrolit jatuh pada jangkauan kerentaan terjadinya SCC, dan
10. Menentukan dan memprioritaskan area risiko korosi (Bariyyah, 2012), sebagai bagian
dari program managemen integritas atau bagian dari eksternal corrosion direct assessment
(ECDA).
Beberapa peralatan yang digunakan untuk survey DCVG adalah sebagai berikut:
a. Current Interrupter
b. DC Power Supply(12V,1 Ampere)
c. Data Probe(dua buah elektroda Cu/CuSO4)
d. Perlengkapan Safety untuk Personil yang berupa Helmet, SafetyBoot, Goggles, dan Gloves
e. Data Logger berupa Voltmeter (akurasi 1mV).
Dalam survey DCVG, dikenal dua teknik yang digunakan untuk menentukan posisi
kerusakan coating,yaitu teknik tegak lurus dan teknik parallel. Yang membedakan dari teknik ini
adalah pergerakan dari Data Probe berupa Elektroda Standar Cu/CuSO4 (Copper Sulphate
Electrode atau CSE).
Pada teknik tegak lurus, pergerakan CSE dilakukan dalam kondisi dimana posisi dari kedua
elektroda tersebut tegak lurus terhadap centerline dari struktur pipa. Jarak antar elektroda
umumnya antara 50 cm sampai 1 meter, dengan salah satu elektroda berada tepat di garis pusat dari
pipa. Data logging umumnya dilakukan setiap interval satu sampai dua meter.
Pada teknik DCVG ini sebelum memasuki daerah coating defect yang ditunjukkan dengan
daerah diluar lingkaran merah, beda potensial yang terbaca pada voltmeter dari data log gerakan
menunjukkan angka nol.Semakin mendekati coating defect maka beda potensial akan semakin naik
dan mencapai nilai maksimum tepat pada bagian dari pipa yang mengalami coating defect. Dan
sebaliknya apabila pergerakan menjauhi lokasi yang mengalami coating defect, beda potensial
yang terbaca akan turun kembali. Profil dari survey DCVG dengan teknik tegak lurus apabila
menemui suatu lokasi yang mengalami coating defect dapat dilihat di gambar 8 (b).
(a) (b)
Gambar 8. (a) Posisi Penempatan Elektroda (b) Profil DCVG Tegak Lurus
(sumber:EUS,ManualDCVG)
Pada survey DCVG dengan teknik Paralel, posisi dari kedua elektroda standard Cu/CuSO4
segaris dengan centre line dari pipa. Sehingga pergerakan dari data probe segaris antar probe yang
satu dengan yang lain. Pada metode ini, lokasi dari coating defect ditunjukkan dengan adanya
simpangan dari nilai beda potensial, dimana:
a) Pada saat pergerakan data probe mendekati area yang mengalami coating defect, nilai beda
potensial akan meningkat dan bernilai positif.
b) Pada saat data probe berada tepat di atas lokasi pipa yang mengalami coating defect, beda
potensial yang terbaca divoltmeter adalah nol.
c) Padasaat data probe menjauhi area yang mengalami coating defect, nilai beda potensial bernilai
negatif.
Setelah dapat menentukan posisi dari kerusakan coating, maka dapat dilakukan pengukuran
tingkat kerusakan dari coating tersebut. Persen kerusakan dari coating menggunakan variabel total
potensial dalam satuan mV. Total potensial merupakan perbedaan antara potensial maksimum pada
lokasi coating defect dan potensial tanah yang semakin meningkat akibat kontribusi sistem
Proteksi Katodik terhadap aliran arus ke coating defect.
Untuk menentukan Total mV, terlebih dahulu harus diketahui posisi yang pasti dari
coating defect, contoh: lokasi dimana bacaan potensial DCVG mencapai maksimum yang
diketahui dari survey DCVG sebelumnya. Kemudian dilakukan pengukuran potensial DCVG
dengan menggerakan data probe segaris dengan arah tegak lurus dari arah pipa.
(a) (b)
Kemudian setelah mendapatkan variable Total mV, besar kerusakan coating dapat
diestimasidengan persamaanyangmenggabungkanantaraIR Drop dan Total mV.
Ukuran daricoating defect diekspresikan dalam hubungan IR potensial drop dalam tanah
dengan adanya aliran proteksi katodik dari arus paksa.
Besaran coating defect diekspresikan dalam %IR dengan formula sebagai berikut:
Gambar 12. Grafik Karakteristik Kerusakan Coating
(Sumber:DokumenIndocorr,2013)
Keterangan :
X= Jarak test box atau panjang pipa dari test box pertama(m)
Dari hasil perhitungan % IR, maka dapat diketahui seberapa besar kerusakan
coating.Untuk menentukan tingkat kerusakan coating dapat didasarkan sesuai table 2.3 berikut:
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Simulator perpiaan
2. Pengukur DCVG
3. Elektroda standar Cu/CuSO4 (1 pasang)
4. Voltmeter digital
5. Transformator
6. Recifer
7. Kabel
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Close Interval Potential Survey (CIPS)
1) Persiapan
Test Point, memastikan kabel pipa terhubung dengan anoda(kondisi sistem proteksi
katodik bekerja)
Mengkalibrasi bacaan data (kedua data menunjukan nilai bacaan potensial yang
sama pada lokasi yang sama)
2) Prosedur Pengambilan Data
Survey CIPS silakuakn tepat diatas permukaan tanah dimana pipa terpendam
Pengambilan data (data logging) dilakukan setiap interval jarak titik pengukuran
(meter) dari pergerakan alat CIPS
3) Interpretasi Data
Data hasil survey CIPS yang telah terbentuk grafik akan lebih mudah untuk
diinterpretasi, mengingat grafik langsung memuat bacaan nilai potensial proteksi
terhadap jarak pengukuran dari titik awal.
Menelusuri daerah yang bisa diduga terdapat kerusakan coating pada pipa dengan
melihat data pengukuran CIPS
Mencatat nilai yang terbaca oleh multimeter sampai terjadi perubahan yang tidak
signifikan
4.1.1 Pengukuran Potensial Pada Jalur Pipa dengan Metode Close Interval Potential Survey
(CIPS)
titik ke (-Volt/CSE)
1 1,115
2 1,114
3 1,115
4 1,083
5 0,859
6 1,121
7 0,904
8 1,135
9 0,845
10 0,845
11 0,855
12 1,158
13 1,166
14 0,874
15 0,939
16 0,863
17 0,842
18 0,879
19 1,066
1.2
E (-Volt) 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20
Titik ke-
Grafik 1. Potensial Terhadap Titik Pengecekan di Sepanjang Jalur Pipa untuk Identifikasi
Kebocoran
4.1.2 Pengukuran Potensial Pada Titik yang Terindikasi Mengalami Kebocoran dengan
Metode Direct Current Voltage Gradient (DCVG)
- Perkiraan titik yang didiindikasi mengalami kebocoran : Titik ke 17
- Jarak titik yang mengalami kebocoran dari V1 : 11,05 Meter
1.2
1
potensial (-volt)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Jarak (Cm)
4.2 Pembahasan
Praktikum proteksi katodik dengan metode CIPS (Close Interval Potential Survey) dan
DCVG (Direct Current Voltage Gradient) yang dilakukan untuk mendeteksi kerusakan coating
dalam suatu sistem perpipaan yang terkubur di dalam tanah serta dengan metode DCVG dapat
diketahui tingkat kerusakan dari pipa. Hal tersebut untuk menentukan apakah sistem perpipaan
tersebut masih layak untuk digunakan atau tidak.
Pada metode CIPS dilakukan pengukuran voltase dari pipa dalam tanah, itu bertujuan untuk
mengetahui posisi kerusakan pada sistem perpipaan yang dipakai, dilihat dari data voltase yang
didapatkan bila voltase pada posisi tertentu lebih positif dari posisi pipa yang lainny, maka ada
kerusakan pada coating pipa tersebut karena adanya kebocoran arus listrik yang tujuannya untuk
memproteksi pipa.
Pada metode DCVG, selain dapat menentukkan posisi kerusakan dari coating juga dapat
diketahui besar kerusakan atau derajat kerusakan coatingnya. Pengukuran dilakukan di jalur yang
tegak lurus terhadap jalur CIPS atau tegak lurus pada posisi kerusakan coating yang berada pada
jalur penentuan kerusakan coating dengan metode CIPS. Semakin jauh jarak pengukuran yang
terbaca nilainya oleh voltmeter, maka mengindikasikan semakin besar juga tingkat kerusakan yang
dialami oleh pipa yang berarti ada kebocoran arus listrik.
Setelah didapatkan data potensial pada jarak tertentu dari test box 1 ke 2, maka dibuat grafik
potensial terhadap jarak. Dapat dilihat kerusakannya pada grafik yaitu nilai yang berbeda dengan
yang lainnya, semakin jauh jarak nilainya maka kerusakannya semakin parah.
Dari data yang didapatkan dan diolah didapatkan nilai %IR atau tingkat kerusakan coating
berdasarkan %IR yang dihitung yaitu 2,658%IR. Nilai tersebut menandakan bahwa kerusakan
coating ringan berarti coating pipa masih bisa digunakan atau fungsinya masih berjalan dengan
baik karena pada teorinya tingkat kerusakan coating ringan yaitu antara 0-15%IR dan yang parah
70-100%IR, jadi coating pipa tersebut masih dalam kondisi yang baik untuk digunakan dan tidak
perlu diganti.
BAB V
SIMPULAN
1. Nilai %IR yang didpat pada titik ke 17 yaitu 2,658% IR (tingkat kerusakan ringan)
DAFTAR PUSTAKA
Tonapa, Yunus, Agustinus Ngatin, Retno Indarti, Mentik Hulupi. 2008. Buku Petunjuk
Pelaksanaan Praktikum Teknik Pencegahan Korosi. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik
Negeri Bandung.
Indarti R., dan Ngatin A. 2010. Buku Ajar Teknik Pengendalian Korosi. Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Bandung.
𝑂𝐿/𝑅𝐸
%IR = 𝑃/𝑅𝐸
𝑥 100 %
𝑑𝑥
P/RE = V1 - (V1 – V2)
𝑥
Perhitungan P/RE
𝑑𝑥
P/RE = V1 - (V1 – V2)
𝑥
1105
= 4,6 - ( 4,6 – 1,108)
1260
= 1,55 volt
Perhitungan OL/RE
OL/RE = Total mV
= 7,5 + 27,7 + 3,7 + 2,3
= 41,2 mV
= 0,0412
Perhitungan %IR
𝑂𝐿/𝑅𝐸
%IR = 𝑃/𝑅𝐸
𝑥 100
0,0412
= 1,55
x 100