Anda di halaman 1dari 11

LABORATURIUM PENGENDALIAN KOROSI

“INHIBITOR KOROSI”

Dosen Pembimbing:

Ir. Retno Indarti, M. T.

Tanggal Praktikum :
Tanggal Pengumpulan Laporan :

Kelas : 2A (Kelompok 4)

Nama Anggota : Insani Mardliyyah 171411014

Iqbal M Fariz 171411015

Kamil Haikal F 171411016

Kautsar Yudha P 171411017

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Untuk melindungi komponen suatu logam dengan menggunakan inhibitor. Bahan
inhibitor mnguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena dapat
menghambat laju korosi. Di industri inhibitor berfungsi untuk mengurangi korosivitas
lingkungan. Di boiler sering ditambahkan inhibitor fosfat maupun hydrazine.
Hydrazine sering disebut sebagai oksigen scavenger yang efektif untuk mengambil
oksigen dari linkungan, sehingga elektrolit dalam boiler korosivitasnya berkurang dan
menyebabkan laju korosi menjadi turun. Karena pentingnya inhibitor di industry maka
modul inhibitor dapat dilakukan di laboratorium korosi yang cara simulasi.

1.2.Tujuan Percobaan
 Mampu menjelaskan korosi logam baja dalam larutan NaCl.
 Mempelajari pengaruh inhibitor nitrit dan borax terhadap laju korosi baja dalam
larutan NaCl.
 Menghitung laju korosi logam baja dalam larutan NaCl, Pottasium Kromat,
NaCl dan borax.

II. LANDASAN TEORI


Inhibitor adalah zat organic maupun anorganik yang ditambahkan kedalam suatu
lingkungan untuk mengendalikan proses korosi. Sifat-sifat sebuah elektrolit dapat
diubah untuk membatasi agresifitas terhadap permukaan logam. Ion-ion yang agresif
yang dapat menyerang permukaan logam baja adaah ion-ion sulfat, tiosulfat, tiosianat,
dan klorida. Untuk menghambat ion-ion agresif tersebut dapat ditambahkan inhibitor
nitrit sehingga dapat mengurangi laju korosi pada permukaan logam. Secara kualitatif
inhibitor dibagi dalam tiga kelompok yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, dan
inhibitor absorbsi. Inhibitor anodic adalah zat-zat yang ditambahkan ke dalam
elektrolit, sehingga mampu menahan terjadinya reaksi anodik diaksoda. Beberapa
inhibitor anodic adalah kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodic
oksidator.
Untuk inhibitor anodic nonksidator yaitu molibdat, silikat, fosfat, dan borax. Adanya
inhibitor anodic menghasilkan selaput pasif tipis pada permukaan anoda sehingga
menghambat laju korosi. Sedangkan inhibitor katodik adalah zat yang dapat
menghambat terjadinya reaksi dikatoda, karena pada daerah katodik terbentuk logam
hidroksida (MOH) yang sukar larut dan menempel kuat pada permuakaan logam
sehingga menghambat laju korosi.

Beberapa contoh inhibitor katodik adalah garam magnesium., kalsium karbonat, dan
poliphospat. Pada umumnya inhibitor anodic lebih efisiensi dari inhibitor katodik
apabila jumlah yang ditambahkan mencukupi.

III. PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
No Alat Bahan
1. Gelas kimia ukuran 1000mL (8 Kertas amplas
buah)
2. Logam baja ukuran 2x10 cm (8 Larutan NaCl 3,56 gpl @1000mL (8 buah)
buah)
3. Statif penyangga (3 buah) Larutan K2CrO7 2% sebanyak 50 mL
4. Motor dilengkapi pengaduk (3 buah) Asam borax 1% sebanyak 50 mL
5. - Larutan etanol
6. - Larutan CaO 1% sebanyak 50 mL

3.2.Prosedur Kerja
3.2.1. Menyiapkan Spesimen
3.2.2. Menyiapkan Larutan

3.2.3. Proses Korosi

IV. KESELAMATAN KERJA


 Harus menggunakan APD (jas lab, sarung tangan, masker)
 Harus hati-hati menimbang NaCl karena bersifat higroskopis

V. MSDS

1. CaO
 Sifat Fisik
 Penampilan : solid atau kristal padat
 Bau : tidak berbau
 Berat molekul : 56,08 g/mol
 Warna : putih
 Titik didih : 2850oC
 Melting point : 2572oC
 Identifikasi bahaya
 Iritan
 Korosif
 Dapat menyebabkan kerusakan kornea mata dan kebutaan
 Peradangan kulit
 Overexposure dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, tersedak,
pingsan atau kematian.
 Penanganan
 Jika tertelan : jangan memancing muntah, jika dalam jumlah banyak
harus segera dibawa ke dokter
 Kontak mata : basuh mata dengan air yang cukup banyak selama minimal
15menit
 Kontak kulit : basuh dengan air mengalir selama 15 menit.
 Terhirup : pindahkan ke udara segar, jika tidak bernafas beri nafas
buatan.

2. NaCl
 Sifat fisik
 Penampilan : solid atau kristal bubuk
 Bau : sedikit berbau
 Berat molekul : 58,44 g/mol
 Warna : putih
 Titik didih : 1413 oC
 Melting point : 801 oC
 Penanganan
 Kontak mata : siram mata dengan banyak air sekurang kurangnya 15
menit
 Kontak kulit : basuh kulit dengan air sekurang kurangnya 15 menit,
tuttupi kulit yang terkontaminasi dengan sesuatu yang melunakkan.
 Terhirup : longgarkan pakaian yang ketat, seperti kerah dasi, jika sulit
bernafas beri oksigen.
3. Borax
 Sifat fisik
 Penampilan : solid
 Bau : tidak berbau
 Berat molekul : 201,22 g/mol
 Warna : putih
 Titik didih : 1575 oC
 Melting point : 741 oC
4. Ethanol
 Sifat fisik
 Penampilan : cair
 Bau : khas alkohol
 Massa jenis : 0,789 – 0,806
 Warna : tak berwarna
 Titik didih : > 76 oC
 Titik beku : -113, 84 oC
 Tinjauan keadaan darurat
 Mudah terbakar
 Menyebabkan iritasi
 Terhirup : gangguan saluran pernafasan
 Tertelan : menyebabkan pusing atau mual
5. K2Cr2O7
- Sifat fisik
 Penampilan : padat
 Bau : tidak berbau
 Berat molekul : 294,2 g/mol
 Warna : orange
 Titik didih : > 500 oC
 Melting Point : 398 oC
- Identifikasi bahaya
 Mengakibatkan kanker
 Kerusakan genetik
 Merusak kesuburan
 Membahayakan janin
 Luka bakar
 Toksik

VI. DATA PENGAMATAN


Berat
Berat Logam
Luas Logam
No. Akhir
Permukaan Awal Lingkungan Elektrolit
Logam
(dm2)
(b mg)
(a mg)
1 0,1900 9665,0 9827,2 NaCl tanpa aerasi
2 0,2100 9797,4 9781,4 NaCl + K₂Cr₂O₇ tanpa aerasi
3 0,1092 10161,6 10142,0 NaCl + borax tanpa aerasi
4 0,2000 9844,3 9647,4 NaCl + CaO tanpa aerasi
5 0,0912 8036,2 8014,9 NaCl dengan aerasi
NaCl + K₂Cr₂O₇ dengan
6 0,084 8410,0 8378,5
aerasi
7 0,0735 9391,0 9362,7 NaCl + borax dengan aerasi
8 0,095 9461,9 9431,8 NaCl + CaO dengan aerasi

I. PENGOLAHAN DATA
1.1.Perhitungan Laju Korosi
Berat Logam
Berat Logam a-b A t r
Akhir Lingkungan Elektrolit
Awal (a mg) (mg) (dm2) (hari) (mdd)
(b mg)
9665,0 9827,2 162, 0,1900
7 121,955 NaCl tanpa aerasi
2
9797,4 9781,4 16 0,2100 7 10,884 NaCl + K₂Cr₂O₇ tanpa aerasi
10161,6 10142,0 19,6 0,1092 7 25,641 NaCl + borax tanpa aerasi

9844,3 9647,4 196, 0,2000


7 140,643 NaCl + CaO tanpa aerasi
9
8036,2 8014,9 21,3 0,0912 7 33,365 NaCl dengan aerasi
8410,0 8378,5 31,5 0,0840 7 53,571 NaCl + K₂Cr₂O₇ dengan aerasi
9391,0 9362,7 28,3 0,0735 7 55,005 NaCl + borax dengan aerasi
9461,9 9431,8 30,1 0,0950 7 45,263 NaCl + CaO dengan aerasi

II. Penyajian data

Kurva Laju Korosi Terhadap Kondisi Lingkungan


160 140.643
140 121.955
120
Laju Korosi

100
80 Tanpa Aerasi
53.571 55.005
60 45.263 Dengan Aerasi
33.365
40 25.641
20 10.884

0
Kondisi Lingkungan

III. PEMBAHASAN
1. Insani Mardliyyah (171411014)
Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan pengaruh
beberapa inhibitor terhadap laju korosi dengan menggunakan Fe sebagai
benda kerja. Inhibitor adalah suatu zat yang ditambahakan pada lingkungan
untuk mengurangi/memperkecil laju korosi logam. Terdapat empat larutan
yang diunakan yaitu larutan Nacl, larutan Nacl+K₂Cr₂O₇ sebagai inhibitor
anodic oksidator, larutan Nacl+borax sebagai inhibitor non oksidator dan
larutan Nacl+CaO sebagai inhibitor katodik. Prinsip dari proses inhibisi
adalah bereaksi dengan permukaan logam membentuk lapisan tipis dan
bereaksi dengan oksigen terlarut, sehingga menyebabkan lingkungan tidak
korosif.
Pada praktikum, logam Fe dimasukan kedalam empat larutan
tersebut dan empat larutan yang sama, ditambah dengan aerasi, waktu
tinggal pada larutan selama 7 hari hingga terjadi korosi pada logam. Aerasi
dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari banyaknya O2, karena O2 sendiri
dapat mengoksidasi logam Fe sehingga membuat lingkungan korosif. Dan
yang bertindak sebagai lingkungan korosif adalah larutan NaCl.
Menurut teori seharusnya kondisi dengan aerasi memiliki laju
korosi yang lebih besar dibandingkan kondisi tanpa aeras. Tetapi dari data
yang didapat terjadi penyimpangan dengan teori. Pada larutan elektrolit
NaCl tanpa aerasi dan NaCl+CaO tanpa aerasi memiliki laju korosi lebih
besar dibandingkan dengan aerasi. Hal ini dapat disebabkan karena dengan
aerasi dilakukan pengadukan secara manual dan tidak konstannya
pengadukan dapat membuat pengadukan kurang optimal. Juga dapat
disebabkan karena kemungkinan kurang tertutupnya gelas yang tanpa aerasi
dan menyebabkan adanya oksigen didalam gelas tersebut.
Pada kondisi tanpa aerasi, laju korosi antara lingkungan elektroli
dengan tambahan asam atau tambahan basa sudah sesuai dengan teori karena
memiliki laju korosi yang lebih besar pada larutan NaCl+boraks
dibandingkan NaCl+CaO.
Pada NaCl+K₂Cr₂O₇ menurut teori laju korosinya akan melambat
dibanding dengan larutan pembanding yaitu NaCl. Dengan data yang
didapatkan hal ini kurang sesuai. Kemungkinan disebabkan karena
konsentrasi inhibitor terlalu kecil. Pada larutan elektrolit NaCl+boraks laju
korosi lebih cepat ada pada keadaan aerasi dibandingkan tanpa aerasi. Hal
ini bertolak belakang dengan teori dimana borax merupakan inhibitor anodik
non oksidator yang bekerja efisien dengan adanya aerasi. Hal ini dapat
diakibatkan karena pada larutan yang dikondisikan tidak ada aerasi malah
terjadi kontak dengan oksigen yang besar sehingga menyebabkan laju
korosinya lebih besar dibanding yang teraerasi. Pada larutan NaCl+CaO
memiliki laju korosi lebih cepat dibandingkan tanpa inhibitor. Hal ini
bertolak belakang dengan teori, kemungkinan disebabkan karena konsentrasi
CaO yang kuraang sesuai.
2. Iqbal Muhamad Fariz (171411015)

Inhibitor bertujuan untuk memperkecil laju korosi dengan penambahan


zat kimia. Zat kimia tersebut akan mengubah lingkungan elektrolit dari
logam. Zat kimia yang ditambahkan sebagai inhibitor yaitu K2Cr2O7, CaO,
dan boraks. Boraks merupakan inhibitor anodik non oksidator dan asam nitrit
merupakan inhibitor anodik oksidator. Inhibitor oksidator dapat efektif tanpa
oksigen, sedangkan inhibitor non oksidator hanya efektif dengan adanya
oksigen terlarut.
Praktikum dilakukan dengan benda kerja Fe yang direndam dalam
larutan Nacl dengan tidak atau ditambah dengan inhibitor (K2Cr2O7, CaO,
dan boraks) serta masing-masing dilakukan dengan aerasi dan tanpa aerasi .
Dari hasil praktikum, dapat dibandingkan laju korosi logam yang tidak
menggunakan inhibitor dengan yang menggunakan inhibitor serta dengan
aerasi dan tanpa aerasi. Berdasarkan praktikum NaCl tanpa penambahan
inhibitor baik yang menggunakan aerasi maupun tanpa aerasi, memiliki laju
korosi tinggi.
Mekanisme korosi yang terjadi di larutan NaCl adalah sebagai berikut
Anoda : Fe = Fe2+ + 2e
Katoda : 2H20 + 2e = 2OH- + H2
Maka ion Fe2+ akan berikatan dengan ion OH- dan membentuk logam
hidroksida sesuai reaksi berikut:
Fe 2+ aq) + 2OH-(aq )= Fe(OH)2 (aq)
Kemudian membentuk endapan berupa karat, reaksinya adalah :
Fe(OH)2 (aq) + H2O = Fe2O3.xH2O

Fe2O3.xH2O merupakan karat yang dihasilkan besi yang berwarna


merah kecoklatan, dan apabila terlarut dalam air akan menghasilkan warna
coklat.
Setelah dilakukan praktikum didapatkan data berat benda kerja awal dan
akhir setelah proses korosi selama 7 hari, dari data tersebut didapatkan nilai
laju korosinya yaitu pada NaCl aerasi lebih kecil nilainya dibanding pada
NaCl tanpa aerasi masing-masing 121,955 mdd dan 33,365 mdd, menurut
teori seharusnya NaCl dengan aerasi laju korosi semakin cepat karena adanya
O2 akan mempercepat laju korosinya, hal tersebut terjadi karena ada
kemungkinan pada larutan NaCl tanpa aerasi terbentuk CO2 sehingga
menyebabkan lingkungan menjadi semakin asam. Pada larutan NaCl +
K2Cr2O7 dengan aerasi dan tanpa aerasi, masing-masing nilai laju korosinya
yaitu 53,571 mdd dan 10,884 mdd, dapat dilihat bahwa laju korosi pada
larutan K2Cr2O7 tanpa aerasi lebih kecil daripada dengan aerasi, hal tersebut
sesuai dengan teori bahawa inhibitor oksidator akan lebih efektif tanpa
oksigen karena K2Cr2O7 merupakan inhibitor oksidator. Pada larutan NaCl
+ boraks dengan aerasi dan tanpa aerasi laju korosi pada boraks dengan
aerasi lebih besar daripada dengan tanpa aerasi, berbeda dengan teori yaitu
boraks merupakan inhibitor non oksidator sehingga efektif dengan adanya
oksigen, hal tersebut terjadi karena adanya kontaminasi senyawa lain pada
larutan borak tersebut. Pada larutan NaCl + CaO dengan aerasi dan tanpa
aerasi, laju korosi logam dengan aerasi lebih kecil dibandingkan pada larutan
tanpa aerasi, dapat diketahui bahwa inhibitor CaO lebih efektif dengan aerasi
serta nilai laju korosi larutan NaCl + CaO dan tanpa Cao lebih besar dengan
tambahan CaO tanpa aerasi seharusnya nilainya lebih kceil, hal tersebut
terjadi karena konsentrasi CaO yang kurang. Dapat dilihat juga pada data
bahwa laju korosi logam pada larutan NaCl + K2Cr2O7 merupakan yang
paling kecil.

3. Kamil Haikal Fauzi (171411016)


4. Kautsar Yudha Pratama (171411017)

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen36 halaman
    Bab 2
    Iqbal Muhamad Fariz
    Belum ada peringkat
  • Konversi Tekanan Air
    Konversi Tekanan Air
    Dokumen1 halaman
    Konversi Tekanan Air
    Iqbal Muhamad Fariz
    Belum ada peringkat
  • Cips DCVG
    Cips DCVG
    Dokumen24 halaman
    Cips DCVG
    Iqbal Muhamad Fariz
    Belum ada peringkat
  • Daftar Nama Anggota Rohis (Revisi)
    Daftar Nama Anggota Rohis (Revisi)
    Dokumen1 halaman
    Daftar Nama Anggota Rohis (Revisi)
    Iqbal Muhamad Fariz
    Belum ada peringkat
  • Tba 2
    Tba 2
    Dokumen103 halaman
    Tba 2
    Iqbal Muhamad Fariz
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Iqbal Muhamad Fariz
    Belum ada peringkat
  • Tekpang
    Tekpang
    Dokumen3 halaman
    Tekpang
    Iqbal Muhamad Fariz
    Belum ada peringkat