Anda di halaman 1dari 36

Transportasi Fluida

Distribusi
Kecepatan

Persamaan
Bab 2 Dasar- Prinsip
Dasar Aliran Neraca
Bernoulli
Fluida Massa

Sistem
Neraca
Energi
2.1 Distribusi Kecepatan Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Fluida cair yang mengalir dalam pipa bulat akan mempunyai distribusi kecepatan yang
berbeda. Kecepatan maksimum terjadi di pusat aliran sedangkan kecepatan minimum
sebesar nol terjadi di pinggir pipa. Adanya gradient kecepatan tersebut karena antar
lapisan fluida terjadi friksi yang mengakibatkan adanya hilang energi. Profil distribusi
kecepatan untuk aliran fluida cair rejim laminar dan turbulen berbeda karena adanya
turbulensi aliran akan membuat kecepatan di rejim turbulen lebih merata.

Persamaan matematis tentang


distribusi kecepatan fluida dalam pipa
disajikan dalam tabel berikut.
Persamaan-persamaan matematis ini
diturunkan dan berlaku untuk kondisi
sebagai berikut:
 pipa circular horisontal,
 jenis fluida incompressible
(sehingga tidak berlaku untuk
fluida gas)
 fluida newtonium,
 kondisi steady state (tunak) artinya
semua besaran fisika tidak berubah
terhadap waktu, Gambar 2.1 Distribusi Kecepatan Fluida di
 rejim aliran laminar atau turbulen Pipa
Vxav  0,8.Vx max
2.1 Distribusi Kecepatan Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida

Rejim Aliran Laminer Aliran Turbulen

𝑃𝑜 − 𝑃𝑙 2 𝑟 2 1ൗ
𝑉𝑥 = 𝑅 1− 𝑅−𝑟 7
4. 𝜇. 𝐿 𝑅 𝑉𝑥 = 𝑉𝑥 𝑚𝑎𝑥 1 −
𝑅

𝑃𝑜 − 𝑃𝑙 2 𝑽𝒙𝒂𝒗 = 𝟎, 𝟖. 𝑽𝒙𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑥𝑎𝑣 = 𝑅
8. 𝜇. 𝐿 nilai 0,8 tergantung dengan nilai NRe seperti
(dikenal sebagai Pers Hagen Poiseuille) terlihat pada kurva di bawah

𝑃𝑜 − 𝑃𝑙 2
𝑉𝑥 𝑚𝑎𝑥 = 𝑅
4. 𝜇. 𝐿
Keterangan
𝑉𝑥 𝑚𝑎𝑥 P0 - Pl Beda tekan fluida sepanjang pipa tertentu
𝑉𝑥𝑎𝑣 =
2
R Jari-jari pipa
𝑟 2
𝑉𝑥 = 𝑉𝑥 𝑚𝑎𝑥 1 − r Jarak titik fluida dari pusat aliran
𝑅
L Panjang pipa yang ditinjau
Vx Kecepatan fluida di titik tertentu jarak r
Vx av Keceapatan rata-rata
Vx max Kecepatan fluida maksimum
2.1 Distribusi Kecepatan Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida

Gambar 2.2 Kurva Ratio Vav/Vmax Terhadap NRe


2.2 Prinsip Neraca Massa Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Prinsip kekekalan massa dalam aliran fluida Dalam aliran fluida di pipa tertentu akan selalu
dalam pipa seperti gambar 2.3 ditunjukkan terjadi kondisi dimana laju alir massa di
dalam persamaan Kontinuitas. penampang satu sama dengan laju alir massa di
penampang dua. Persamaan kontinuitas adalah:
1 . A1 . V1 = 2 . A2 . V2 = m = laju alir massa
2
1
Jika saluran berupa pipa bulat (circular pipe)
m = ¼ . π . D12 . 1 . V1 = ¼ . π . D22 2 . V2

Persyaratan kondisi yang harus dipenuhi dalam


menerapkan persamaan kontinuitas adalah
aliran mantap/steady state atau secara
matematis dituliskan:
Gambar 2.3 Prinsip Kekekalan Massa P/ t = / t = Q/ t = …/ t =0
dalam Aliran Fluida Untuk fluida tak terkompresi yang biasanya
ditunjukkan oleh fluida cair, maka densitas
konstan atau 1 = 2
Sehingga :
A1 . V1 = A2 . V2 = laju alir volume
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Perhitungan neraca energi sangat penting dalam pembahasan sistem perpipaan karena
mencakup kebutuhan pompa, sistem jaringan perpipaan dan hilang-hilang energi lainnya
yang akan mempengaruhi biaya sistem pengaliran fluida dalam perpipaan.
Total energi (E) dari fluida per satuan massa pada titik tertentu terdiri dari penjumlahan
energi dalam (U), energi kinetic dan energi potensial:

𝑉2
𝐸 =𝑈+ + 𝑔. ℎ
2

𝑉2 𝑔
𝐸 =𝑈+ + .ℎ
2. 𝑔𝑐 𝑔𝑐

Untuk flow system (aliran terbuka), berlaku hubungan termodinamika antara entalpi dan
energi dalam, yaitu:
𝐻 = 𝑈 + 𝑃𝑉

Bentuk energi dari luar (eksternal) yang sering dijumpai dalam sistem perpipaan adalah kerja
pompa (Ws) dan panas yang terlibat (Q). Dalam pembahasan neraca energi diambil suatu
kesepakatan yaitu:
 Kerja dilakukan oleh fluida/sistem diberi tanda positif (+)
 Panas yang diberikan ke sistem diberi tanda positif (+)
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida

atau dapat disingkat menjadi

∆𝐻 + ∆𝐸𝐾 + ∆𝐸𝑃 = 𝑄 − 𝑊𝑠

dimana α merupakan factor


koreksi energi kinetik, karena
Gambar 2.4 Sistem Fluida dengan Aliran Steady State
asumsi yang digunakan adalah
Persamaan neraca energi total dalam aliran perpipaan dapat velocity sama padahal
ditulis menjadi: velocity bervariasi sepanjang
ruas penampang aliran. Untuk
1
𝐻2 − 𝐻1 + 𝑉22 − 𝑉12 + 𝑔 ⋅ ℎ2 − ℎ1 = 𝑄 − 𝑊𝑠 aliran laminar nilai α sebesar
2. 𝛼 0,5 sedangkan untuk aliran
1 2 2
𝑔 turbulen sebesar 0,9 – 0,99
𝐻2 − 𝐻1 + 𝑉 − 𝑉1 + ⋅ ℎ2 − ℎ1 = 𝑄 − 𝑊𝑠
2. 𝛼. 𝑔𝑐 2 𝑔𝑐 tapi biasanya diambil angka 1.
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Dari persamaan neraca energi di atas dapat disimpulkan bahwa adanya kerja pompa (Ws) dan
atau tambahan kalor dari luar (Q) akan meningkatkan kandungan energi fluida di
penampang 2 dalam 3 bentuk energi yang mungkin, yaitu:
1. peningkatan entalpi (biasanya ditunjukkan dengan peningkatan suhu)
2. peningkatan energi potensial (ditunjukkan dengan elevasi fluida naik)
3. peningkatan energi kinetic (ditunjukkan dengan peningkatan kecepatan alir fluida).

Neraca Energi Mekanis Keseluruhan


𝛥𝛨 = 𝛥𝑈 + 𝛥𝑃𝑉 = 𝛥𝑈 + න𝑃 . 𝑑𝑉 + න𝑉 . 𝑑𝑃

𝛥𝑈 = 𝑄 − 𝑊′

jika unit massa fluida mengalir melalui saluran inlet ke outlet, kerja yang dilakukan aliran W’:

𝑊′ = න𝑃 . 𝑑𝑉 − ෍ 𝐹

𝛥𝛨 = 𝑄 + ෍ 𝐹 + න𝑉 . 𝑑𝑃

Catatan: V adalah volume persatuan massa atau 1/ρ


F
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Jika disubtitusikan ke bentuk persamaan neraca energi total :

𝛥𝐻 + 𝛥𝐸𝐾 + 𝛥𝐸𝑃 = 𝑄 − 𝑊𝑠

akan menjadi:
1 2 2
𝑑𝑝
𝑣 − 𝑣1 + 𝑔. ℎ2 − ℎ1 + න + ෍ 𝐹 + 𝑊𝑠 = 0
2. 𝛼 2 𝜌
Catatan :

෍ 𝐹 : penjumlahan dari semua bentuk hilang energi karena gesekan persatuan massa

: kerja dilakukan oleh fluida (diberi tanda positif), jika kerja dilakukan oleh pompa ke
Ws
fluida maka harus diberi tanda negatif

Untuk fluida incompresible seperti fluida cair, maka suku:

𝑑𝑝 𝑃2 − 𝑃1
න =
𝜌 𝜌
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Pompa berfungsi untuk menaikkan energi mekanis aliran fluida untuk mempertahankan aliran
tetap berjalan. Energi yang diterima fluida dari kerja pompa akan digunakan untuk
meningkatan kecepatan alir, dan atau meningkatkan elevasi fluida, dan atau meningkatkan
tekanan aliran fluida, dan atau melawan seluruh friksi yang ada sepanjang aliran.

𝑊𝑠 = 𝜂. 𝑊𝑝

𝜂. 𝑊𝑝 = 𝑊𝑝 − ℎ𝑓𝑝
Ws : energi mekanis nyata yang diberikan ke fluida
𝜂 : efisiensi pompa karena adanya friksi dan bentuk energi hilang lain seperti panas dan bunyi
Wp : Energi atau kerja poros yang dilakukan ke pompa
hfp : total energi hilang di pompa

Konversi satuan yang sering digunakan:


Energi :1 BTU = 778,17 ft.lbf = 1.055,06 J = 1,05506 KJ
1 J = 1 N.m = 1 kg. m2/s2
Daya/Power :1 HP = 550 ft.lbf/s = 0,7457 kW
Energi per satuan waktu
Energi per massa : 1 ft.lbf / lbm = 2,989 J/kg
2.4 Persamaan Bernoulli Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Dalam kasus yang melibatkan pipa pendek dan lurus, persamaan neraca energi yang didapat
dikenal sebagai persamaan Bernoulli. Persamaan Bernoulli sebagai sarana untuk
mengekspresikan aplikasi hukum kekekalan energi dalam fluida yang mengalir di pipa pada
rentang jarak tertentu.

Persamaan Bernoulli melibatkan 3 bentuk energi :


 Energi tekanan (pressure head)
 Energi kecepatan (velocity head)
 Energi ketinggian (elevation head)
Kondisi yang harus dipenuhi agar persamaan Bernoulli bisa diterapkan adalah:
 tak melibatkan perubahan suhu sistem
 tak melibatkan kerja seperti kerja pompa (Ws)
 bentuk hilang energi karena gesekan/friksi diabaikan (∑F = 0)
Bentuk-bentuk persamaan Bernoulli:
𝑃1 𝑣12  𝑃2 𝑣22
+ + 𝑍1 = + + 𝑍2 = 𝐻(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑒𝑎𝑑 ቇ
𝜌. 𝑔 2. 𝑔 𝜌. 𝑔 2. 𝑔
mempunyai dimensi head (panjang)

𝑃1 𝑣12 𝑔. 𝑍1 𝑃2 𝑣𝟐2 𝑔. 𝑍2
+ + = + +
𝜌 2 . 𝑔𝑐 𝑔𝑐 𝜌 2 . 𝑔𝑐 𝑔𝑐
mempunyai dimensi energi persatuan massa fluida yang mengalir
2.4 Persamaan Bernoulli Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Total energi pada titik tertentu di atas ketinggian rujukan adalah sama dengan penjumlahan
elevation head, pressure head dan velocity head seperti terlihat di gambar berikut. Total head
akan konstan jika dalam sistem tidak terjadi friksi atau friksi sangat kecil sehingga bisa
diabaikan. Pada kondisi nyata selalu terjadi friksi sepanjang aliran fluida (hL), sehingga garis
energy grade line akan menurun karena adanya hL.

Gambar 2.5 Neraca Energi Antar Dua Lokasi dalam Pipa


Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida

CONTOH-CONTOH SOAL


2.2 Prinsip Neraca Massa Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Contoh Soal:

1. Kecepatan aliran dalam pipa diameter 12 mm sebesar 0,5 m/det. Hitung kecepatan
pada suatu semburan (jet) dari nosel berdiameter 3 mm.
2. Udara mengalir dalam pipa diameter 0,15 m tekanan 2,06 Bar gauge, suhu 37 oC. Jika
tekanan barometrik 1,03 Bar dan kecepatan 4 m/det, hitung laju alir massanya.
3. Gas CO2 mengalir melalui pipa berikut:
Penampang A Penampang B
 In = 75 mm  in = 75 mm
P = 2 barg P = 1,4 barg
T = 20 oC T = 30 oC
VA = 5 m/det VB = ?
QA= ? QB = ?

Data tambahan:
P barometric = 1,03 bar
R = 8314,34 J/kmol.K
BM CO2 = 44
maka R CO2 = 189 J/kg.K
2.2 Prinsip Neraca Massa Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
4. Hitung diameter pipa minimum untuk mengalirkan 0,25 kg/s udara dengan kecepatan 6
m/det suhu 27 oC tekanan 2,3 Bar absolut.

5. Minyak dengan densitas 892 kg/m3


mengalir melalui susunan pipa berikut
dengan laju alir total 1,388 10-3 m3/s masuk
pipa 1. Pipa baja schedule number 40.
hitung:
a. laju alir massa masuk pipa 1 dan 3
b. kecepatan rata-rata di pipa 1 dan 3

Dari tabel ukuran pipa:


A1 = 2,165 10-3 m2
A2 = 4,769 10-3 m2
A3 = 1,313 10-3 m2
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Contoh Soal
Contoh Soal 1 Neraca Energi Dalam Boiler
Air dengan kondisi suhu 18,33 oC dan tekanan 137,9 kPa dimasukkan ke dalam boiler
melalui pipa dengan kecepatan rata-rata 1,52 m/s. Keluaran steam dengan laju 9,14m/s pada
ketinggian 15,2 m di atas posisi aliran masuk. Kondisi steam mempunyai tekanan 137,9 kPa
dan suhu 148,9oC. Sistem berada pada kondisi tunak (steady state) dan aliran turbulen.
Berapa panas yang harus ditambahkan perkilogram massa steam yang dihasilkan.

Contoh 2. Neraca Energi Dalam Sistem Terbuka

Air suhu 85 oC disimpan dalam tangki besar berisolasi dengan tekanan atmosfir. Air dipompa
dalam kondisi steady state dari titik satu dengan debit 0,567 m3/menit. Energi motor untuk
menggerakan pompa sebesar 7,45 kW. Air dilewatkan HE sambil memberikan energi panas ke
luar sistem sebesar 1.408 kW. Air dingin kemudian dialirkan ke tangki-2 terbuka dan besar,
dengan ketinggian 20 m di atas tangki pertama.
Hitung temperatur akhir air di tangki-2.
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Contoh 3. Neraca Energi Mekanis dalam Sistem Pompa
Air densitas 998 kg/m3 dialirkan dengan laju alir massa konstan melewati pipa berdiameter sama.
Tekanan air dalam pipa masuk pompa (suction pipe) 68,9 kN/m2 abs. Energi yang dipasok pompa
sebesar 155,4 J/kg. Posisi pipa keluaran (exit section/discharge) 3,05 m lebih tinggi dari posisi
pipa masukan (entrance-section), dan tekanan fluida keluaran 137,8 kN/m2 abs. Bilangan
Reynolds aliran dalam pipa di atas 4.000, hitung Frictional Loss Σ F pipa pada system.

Contoh 4 Horsepower (HP) Pompa


Pompa mengalirkan 69,1 gal/min cairan ( = 114,8 lbm/ft3) dari tangki umpan yang terbuka
(large cross-sectional area) melalui pipa 3,068-in-ID suction line dan discharge line ukuran
2,067-in-ID. Posisi pipa keluaran 50 ft di atas level permukaan air pada tangki masukan. ΣF =
10,0 ft lbforce/lbmass. Berapa tekanan yang harus diberikan oleh pompa dan berapa horsepower
dari pompa jika efisiensinya 65% (aliran turbulen)?
2.4 Persamaan Bernoulli Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Kasus 1
Kondisi nyata:
Jika air di bak mandi hampir penuh maka kran air ditutup setengahnya dengan harapan debit air
yang keluar lebih kecil dan kecepatan aliran air keluar kran juga mengecil.
Permasalahan:
Penutupan keran setengahnya berarti mengurangi luas penampang aliran menjadi setengahnya
dibandingkan sebelumnya. Jika kasus ini dievaluasi secara teoritis dengan persamaan Bernoulli,
timbul pertanyaan:

No Masalah Ya Tidak
1 Apakah luas penampang alir (A) mengecil dengan penutupan kran?

2 Apakah laju alir massa (m) air akan mengecil?


3 Apakah kecepatan alir (V) keluar mengecil?
4 Apakah persamaan kontinuitas masih berlaku pada kasus ini?
5 Bagaimana komentar dan evaluasi saudara??
2.4 Persamaan Bernoulli Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Kasus 2

Fluida cair mengalir dari pipa penampang 1 dengan kecepatan V1 dan tekanan P1 menuju ke
pipa yang mempunyai diameter lebih besar dengan kecepatan V2 dan tekanan P2.
No Masalah Ya Tidak
1 Apakah luas penampang alir penampang 2 (A2) lebih besar dibanding A1?
2 Apakah laju alir massa (m) air melewati penampang 1 sama dengan saat

melewati penampang 2?
3 Apakah kecepatan alir (V2) lebih kecil dibanding V1?
4 Apakah persamaan kontinuitas masih berlaku pada kasus ini?
5 Apakah tekanan P2 lebih besar dibanding P1?
6 Jika jawaban no 5 ya, bagaimana dengan arah aliran?
7 Apakah persamaan Bernoulli dalam kasus ini masih berlaku?
8 Bagaimana komentar dan evaluasi saudara??
Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida

SOLUSI CONTOH-CONTOH SOAL


2.2 Prinsip Neraca Massa Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Contoh Soal:

1. Kecepatan aliran dalam pipa diameter 12 mm sebesar 0,5 m/det. Hitung kecepatan
pada suatu semburan (jet) dari nosel berdiameter 3 mm.
Q = V1 . A1 = V2 . A2
V2 = V1 . A1/A2 = V1 . D12/D22
= 0,5 . 122/32 = 8 m/det
2. Udara mengalir dalam pipa diameter 0,15 m tekanan 2,06 Bar gauge, suhu 37 oC. Jika
tekanan barometrik 1,03 Bar dan kecepatan 4 m/det, hitung laju alir massanya.
 udara = P/RT = (2,06 + 1,03) 105 kg/m.s2 : { 287,1 J/kg.K x (37 +273)K }
= 3,47 kg/m3
Catatan : 1 Bar = 105 Pa = 105 kg/(m.s2)
tetapan gas R = 8314,34 J/kmol.K
untuk udara R = 287,1 J/kg.K  BM udara = 29
Laju alir massa =  . Q =  . A . V
= 3,47 kg/m3 . /4 . (0,15)2 m2 . 4 m/det
= 0,25 kg/det
2.2 Prinsip Neraca Massa Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
3. Gas CO2 mengalir melalui pipa berikut:
Penampang A Penampang B
 In = 75 mm  in = 75 mm
P = 2 barg P = 1,4 barg
T = 20 oC T = 30 oC
VA = 5 m/det VB = ?
QA= ? QB = ?
Data tambahan:
A = PA/RT = 3,03 .105 / (189 . 293 ) P barometric = 1,03 bar
= 5,5 kg/m3 R = 8314,34 J/kmol.K
B = PB/RT = 2,43 .105 / (189 . 303 ) BM CO2 = 44
= 4,24 kg/m3 maka R CO2 = 189 J/kg.K
Laju alir massa tetap tapi laju alir volum berbeda.

A . VA . AA = B . VB . AB
VB = A / B . VA
= 5,5 / 4,24 x 5 = 6,46 m/det

QA = VA . AA Q B = VB . AB
= /4 . (0,075)2.5 = /4 . (0,075)2 . 6,48
= 0,022 m3/det = 0,029 m3/det
2.2 Prinsip Neraca Massa Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
4. Hitung diameter pipa minimum untuk 5. Minyak dengan densitas 892 kg/m3
mengalirkan 0,25 kg/s udara dengan mengalir melalui susunan pipa berikut
kecepatan 6 m/det suhu 27 oC tekanan 2,3 Bar dengan laju alir total 1,388 10-3 m3/s masuk
absolut. pipa 1. Pipa baja schedule number 40.
 = P/RT = 2,3 .105 / {287,1 . (27+273 )} hitung:
= 2,67 kg/m3 a. laju alir massa masuk pipa 1 dan 3
Q = m/  = 0,25 kg/s : 2,67 kg/m3 b. kecepatan rata-rata di pipa 1 dan 3
= 0,094 m3/s
A = 0,094 m3/s : 6 m/s = 0,0156 m2
D = √{4.A / π}
= √{4. 0,0156 / π} = 0,14 m = 14 cm

Laju alir massa = 1,388 . 10-3 m3/s x 1,238 kg/s


= 1,238 kg/s
di pipa 3 = 0,5 x 1,238 = 0,619 kg/s
v1 = { 1,238 kg/s : ( 892 kg/m3 x 2,165 10-3 m2)}
= 0,641 m/s Dari tabel ukuran pipa:
v3 = { 0,619 kg/s : ( 892 kg/m3 x 1,313 10-3 m2)} A1 = 2,165 10-3 m2
= 0,528 m/s A2 = 4,769 10-3 m2
A3 = 1,313 10-3 m2
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Contoh Soal
Contoh Soal 1 Neraca Energi Dalam Boiler
Air dengan kondisi suhu 18,33 oC dan tekanan 137,9 kPa dimasukkan ke dalam boiler
melalui pipa dengan kecepatan rata-rata 1,52 m/s. Keluaran steam dengan laju 9,14m/s pada
ketinggian 15,2 m di atas posisi aliran masuk. Kondisi steam mempunyai tekanan 137,9 kPa
dan suhu 148,9oC. Sistem berada pada kondisi tunak (steady state) dan aliran turbulen.
Berapa panas yang harus ditambahkan perkilogram massa steam yang dihasilkan.
Solusi :
Analisis
 sistem tunak dan turbulen sehingga nilai α = 1
 tekanan tidak berubah (P1 sama dengan P2)
 tidak ada kerja yang terlibat sehingga Ws = 0
Gambar sketsa soal:
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
1
𝐻2 − 𝐻1 + 𝑣22 − 𝑣12 + 𝑔. ℎ2 − ℎ1 = 𝑄 − 𝑊𝑠
2. 𝛼
perhitungan energi kinetik:
2 2
𝑣12 1,52 𝑣22 9,14
= = 1,115 𝐽Τ𝑘 𝑔 = = 41,77 𝐽Τ𝑘 𝑔
2 2 2 2
dengan ketinggian rujukan diambil posisi h1, maka nilai h2 = 15,2 m, sehingga :
h2. g = (15,2)(9,80665) = 149,1 J/kg
Data dari steam table:
Air suhu 18,33oC maka H1= 76,97 kJ/kg,
steam superheated 148,9oC dan tekanan 137,9 kPa nilai H2 = 2.771,4 kJ/kg,
H2 – H1 = 2.771,4 – 76,97 = 2.694,4 kJ/kg = 2,694 x 106 J/kg
Masukkan ke neraca total:
Q = (149,1-0) + (41,77-1,115) + 2,694x106
Q = 189,75 + 2,694 x 106 = 2,6942 x 106 J/kg
Total Energi kinetik dan energi potensial sejumlah 189,75 J/kg sangat sedikit sekali
dibandingkan dengan perubahan entalpi 2,694 106 J/kg.
Nilai 189,75 J/kg hanya akan meningkatkan temperature larutan air sekitar 0,0453 oC, jumlah
yang sangat sedikit dan bisa diabaikan.
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Contoh 2. Neraca Energi Dalam Sistem Terbuka

Air suhu 85 oC disimpan dalam tangki besar berisolasi dengan tekanan atmosfir. Air
dipompa dalam kondisi steady state dari titik satu dengan debit 0,567 m3/menit. Energi
motor untuk menggerakan pompa sebesar 7,45 kW. Air dilewatkan HE sambil memberikan
energi panas ke luar sistem sebesar 1.408 kW. Air dingin kemudian dialirkan ke tangki-2
terbuka dan besar, dengan ketinggian 20 m di atas tangki pertama.
Hitung temperatur akhir air di tangki-2.
Solusi :
Analisis
 buat batas sistem kajian yaitu titik 1 dan titik 2
 sistem tunak
• kedua tangki terbuka berarti tekanan fluida sama dengan tekanan atmosfer, sehingga ΔP = 0
(P1 sama dengan P2)
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
• kedua tangki besar sehingga penurunan atau penambahan ketinggian bisa diabaikan, beda
ketinggian menjadi konstan sebesar 20 m. Hal ini juga mengandung konsekuensi kecepatan
fluida di titik 1 dan 2 sama sehingga tak ada perubahan energi kinetik
• tangki diisolasi artinya tidak ada pertukaran energi di air dalam kedua tangki
• kerja dilakukan pompa ke fluida sehingga diberi tanda negatif
Data dari literatur :
Air suhu 85 oC mempunyai H1 = 355,90 x 103 J/kg,
Densitas air ρ1 = 1/0,0010325 = 968,5 kg/m3
keadaan steady state berlaku persamaan kontinuitas:
m1 = m2 = (0,567) (968,5) (1/60) = 9,152 kg/s
Kerja yang dilakukan terhadap fluida sehingga Ws bernilai negatif.
1
Ws = - (7,45 103 J/s) (1/9,152 kg/s) = - 0,814 x 103 J/kg
Panas yang diambil dari fluida juga bernilai negatif:
Q = - (1.408 x 103 J/s) (1/9,152 kg/s) = - 153.8 103 J/kg
H2 – 355,90 x 103 + 9,8 (20-0) = (-153,8 x 103) – (- 0,814 x 103)
Penyelesaian :
H2 = 202,71 x 103 J/kg.
dari steam table dapat dicari suhu untuk nilai entalpi tersebut, yaitu t2 = 48,41 oC
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Contoh 3. Neraca Energi Mekanis dalam Sistem Pompa
Air densitas 998 kg/m3 dialirkan dengan laju alir massa konstan melewati pipa berdiameter sama.
Tekanan air dalam pipa masuk pompa (suction pipe) 68,9 kN/m2 abs. Energi yang dipasok pompa
sebesar 155,4 J/kg. Posisi pipa keluaran (exit section/discharge) 3,05 m lebih tinggi dari posisi
pipa masukan (entrance-section), dan tekanan fluida keluaran 137,8 kN/m2 abs. Bilangan
Reynolds aliran dalam pipa di atas 4.000, hitung Frictional Loss Σ F pipa pada system.
Solusi :
Analisis
 buat batas sistem kajian yaitu titik 1 dan titik 2
 sistem tunak
 kedua pipa (suction and discharge pipe) diameter sama, berarti kecepatan alir tetap sehingga
energi kinetik tidak berubah
 kerja dilakukan pompa ke fluida sehingga diberi tanda negatif
 NRe di atas 4.000 berarti aliran turbulen sehingga α = 1
 ΣF adalah seluruh hilang energi di sistem perpipaan tidak termasuk hilang energi di pompa.
Data dari literatur:
-
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Penyelesaian :

V1 , P1 68,9 kN/m2

Ambil posisi titik 1 sebagai rujukan sehingga z2 = 3,05 m,


z2 . g = ( 3,05 m) (9,806 m/s2) = 29,9 J/kg
karena fluida dianggap incompressibel,
𝑃1 68,9 𝑥 1000
= = 69,0 𝐽Τ𝑘 𝑔
𝜌 998
𝑃2 137,8 𝑥 1000
= = 138,0 𝐽Τ𝑘 𝑔
𝜌 998
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
penyelesaian untuk Σ F
1 𝑝1 − 𝑝2
Σ𝐹 = − 𝑊𝑠 + 𝑣12 − 𝑣22 + 𝑔 𝑧1 − 𝑧2 +
2 1 𝜌
subtitusikan nilai-nilai yang diketahui ke dalam persamaan:
ΣF = -(-155,4) + 0 - 29,9 + 69,0 – 138,0
𝑓𝑡 𝑙𝑏𝑓
= 56,5 J/kg atau dalam satuan engineering : 18,9
𝑙𝑏𝑚
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Contoh 4 Horsepower (HP) Pompa
Pompa mengalirkan 69,1 gal/min cairan ( = 114,8 lbm/ft3) dari tangki umpan yang terbuka
(large cross-sectional area) melalui pipa 3,068-in-ID suction line dan discharge line ukuran
2,067-in-ID. Posisi pipa keluaran 50 ft di atas level permukaan air pada tangki masukan. ΣF =
10,0 ft lbforce/lbmass. Berapa tekanan yang harus diberikan oleh pompa dan berapa horsepower
dari pompa jika efisiensinya 65% (aliran turbulen)?

Solusi :
Analisis
 buat batas sistem kajian yaitu titik 1 dan titik 2, untuk mencari tekanan dari pompa buat titik
kajian titik 3 dan titik 4
 sistem tunak
 tangki 1 besar sehingga kecepatan alir (V1) bisa dianggap nol.
 Titik 1 dan titik 2 berapa di ruang terbuka sehingga tekanan sama (ΔP = 0)
 Posisi 3 dan 4 dianggap horisontal sehingga tidak ada perubahan energi potensial antara
lokasi tersebut
 kerja dilakukan pompa ke fluida sehingga diberi tanda negatif
 rejim aliran turbulen sehingga α = 1
Data dari literatur:
- pipa 3,068 in A1 = 0,05134 ft2
- pipa 2,067 in A2 = 0,0233 ft2
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Penyelesaian :

Ws = -𝜂𝑊𝑝 , dimana -Ws adalah energi mekanik nyata yang diberikan ke fluida, atau kerja
mekanik murni,  = efisiensi, dan Wp adalah energi atau kerja poros yang diberikan ke pompa.
𝑔𝑎𝑙 1 𝑚𝑖𝑛 1 𝑓𝑡 2
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 69,1 . . = 0,1539 𝑓𝑡 3 Τ𝑠
𝑚𝑖𝑛 60 𝑠 7,481 𝑔𝑎𝑙
𝑓𝑡 2 1
𝑣2 = 0,1539 𝑥 = 6,61 𝑓t/s
𝑠 0,0233 𝑓𝑡 2

𝑣22 6,61 2 𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓 𝑔 32,174 𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓


= = 0,678 𝑧2 . = 50 = 50
2. 𝑔𝑐 2. (32,174ሻ 𝑙𝑏𝑚 𝑔𝑐 32,174 𝑙𝑏𝑚
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Mencari Ws : 𝑔 𝑔 𝑣12 𝑣22 𝑝2 − 𝑝1
𝑊𝑠 = 𝑧1 − 𝑧2 + − + − 𝛴𝐹
𝑔𝑐 𝑔𝑐 2. 𝑔𝑐 2. 𝑔𝑐 𝜌

= 0 -50 + 0 – 0,678 + 0 - 10
𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓
= −60,678
𝑙𝑏𝑚

𝑊𝑠 60,678 𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓 𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓


𝑊𝑝 = − = = 93,3
𝜂 0,65 𝑙𝑏𝑚 𝑙𝑏𝑚

𝑓𝑡 3 𝑙𝑏𝑚 𝑙𝑏𝑚
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0,1539 . 114,8 = 17,65
𝑠 𝑓𝑡 𝑠

𝑙𝑏𝑚 𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓 1 ℎ𝑝


𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = 17,65 . 93,3 .
𝑠 𝑙𝑏𝑚 550 𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓 Τ𝑠

= 3,00 HP
2.3 Sistem Neraca Energi Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
untuk menghitung tekanan pompa harus dibuat neraca energi antara titik 3 dan 4 seperti
terlihat pada diagram.
𝑓𝑡 3 1
𝑣3 = 0,1539 . 2 = 3,00 𝑓 𝑡Τ𝑠
𝑠 0,05134 𝑓𝑡

𝑣4 = 𝑣2 = 6,61 𝑓 𝑡Τ𝑠
Subtitusikan nilai ΣF = 0 karena tidak ada sistem perpipaan diantara titik 3 dan 4

𝑝4 − 𝑝3 𝑔 𝑔 𝑣32 𝑣42
= 𝑧3 − 𝑧4 + − − 𝑊𝑠 − 𝛴𝐹
𝜌 𝑔𝑐 𝑔𝑐 2 𝑔𝑐 2 𝑔𝑐

3,00 2 6,61 2
=0−0+ − + 60,678 − 0
2 32,174 2 32,174

= 0 - 0 + 0,14 – 0,678 + 60,678


𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓
= 60,14
𝑙𝑏𝑚
𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓 𝑙𝑏𝑚 1
𝑝4 − 𝑝3 = 60,14 . 114,8 .
𝑙𝑏𝑚 𝑓𝑡 3 144 𝑖𝑛2 Τ 𝑓𝑡 2

= 48,0 lbf/in2 atau sekitar 331 kPa


2.4 Persamaan Bernoulli Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Kasus 1
Kondisi nyata:
Jika air di bak mandi hampir penuh maka kran air ditutup setengahnya dengan harapan debit air
yang keluar lebih kecil dan kecepatan aliran air keluar kran juga mengecil.
Permasalahan:
Penutupan keran setengahnya berarti mengurangi luas penampang aliran menjadi setengahnya
dibandingkan sebelumnya. Jika kasus ini dievaluasi secara teoritis dengan persamaan Bernoulli,
timbul pertanyaan:

No Masalah Ya Tidak
1 Apakah luas penampang alir (A) mengecil dengan penutupan kran?

2 Apakah laju alir massa (m) air akan mengecil?


3 Apakah kecepatan alir (V) keluar mengecil?
4 Apakah persamaan kontinuitas masih berlaku pada kasus ini?
5 Bagaimana komentar dan evaluasi saudara??
2.4 Persamaan Bernoulli Bab 2 Dasar-Dasar Aliran Fluida
Kasus 2

Fluida cair mengalir dari pipa penampang 1 dengan kecepatan V1 dan tekanan P1 menuju ke
pipa yang mempunyai diameter lebih besar dengan kecepatan V2 dan tekanan P2.
No Masalah Ya Tidak
1 Apakah luas penampang alir penampang 2 (A2) lebih besar dibanding A1?
2 Apakah laju alir massa (m) air melewati penampang 1 sama dengan saat

melewati penampang 2?
3 Apakah kecepatan alir (V2) lebih kecil dibanding V1?
4 Apakah persamaan kontinuitas masih berlaku pada kasus ini?
5 Apakah tekanan P2 lebih besar dibanding P1?
6 Jika jawaban no 5 ya, bagaimana dengan arah aliran?
7 Apakah persamaan Bernoulli dalam kasus ini masih berlaku?
8 Bagaimana komentar dan evaluasi saudara??

Anda mungkin juga menyukai