Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA & PERPINDAHAN MASSA
FLUID FRICTION

DISUSUN OLEH:
NAMA:
1. Rahma Sakinah Adji 18 644 006
2. Syafira Maharani 18 644 001
3. Laila Pratiwi 18 644 029
4. Abduh Aldin Abid Robbani 18 644 030
JENJANG : S1 TERAPAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

KELAS : 4B

KELOMPOK : 2 (DUA)

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal………………………2020

Mengesahkan dan Menyetujui

Dosen Pembimbing

Firman, M. Eng
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


 Mengukur friction loss dan head loss mengamati gesekan fluida dalam suatu aliran
pipa halus dan pipa kasar
 Mengukur friction loss dan head loss pada berbagai jenis Sambungan dan Elbow
 Mengukur friction loss dan head loss pada berbagai jenis valve
 Mengukur friction loss dan head loss pada alat ukur aliran fluida
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Bilangan Reynold
Bilangan Reynold adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya bergantung
pada kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan jenis aliran dalam
pipa. Professor Asborne Reynolds menyatakan bahwa ada 2 tipe aliran yang ada
didalam suatu pipa yaitu :
 Aliran laminer pada kecepatan rendah dimana berlaku H α V
 Aliran turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku H α Vn
Dalam penelitiannya Reynolds mempelajari kondisi di mana satu jenis aliran
berubah menjadi jenis aliran lain dan bahwa kecepatan kritis dimana aliran laminer
berubah menjadi aliran turbulen. Keadaan ini bergantung pada 4 buah besaran yaitu
diameter tabung, viskositas, densitas, dan kecepatan linear rata-rata zat cair.
Pengelompokkan variabel menurut penemuan yaitu adalah :
Dv . ρ
NRe=
µ
Dimana : D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan rata-rata zat cair (m/s)
µ = Viskositas zat cair (kg/m.s)
ρ = Densitas zat cair (kg/m3)
Gugus variable tanpa dimensi yang didefinisikan oleh persamaan diatas
dinamakan angka Reynold. Aliran laminer selalu ditemukan pada angka Reynold
dibawah 2100 tetapi biasa didapat pada angka Reynold sampai beberapa ribu yaitu
dalam kondisi khusus di mana lubang pipa masuk sangat baik kebundarannya dan
zat cair di dalamnya sangat tenang. Pada kondisi aliran biasa aliran itu turbulen pada
angka Reynold kira-kira diatas 4000. Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap
volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :
 Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida tidak
mengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida tak
termampatkan.
 Fluida termampatkan (compressible) pada keadaan ini fluida mengalami
perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan.
1.2.2 Tipe Aliran Fluida
 Aliran Laminer
Aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel-partikel fluida mengalir
secara teratur dengan sumbu pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran
leminer berlaku bilangan Reynold, NRE < 2100. Pada keadaan ini juga berlaku
hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida atau h α v.
 Aliran Turbulen
Aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel fluida mengalir
secara tidak teratur atau acak di dalam pipa. Reynold menunjukkan bahwa
untuk aliran fluida turbulen berlaku bilangan Reynold, NRE < 4000. Pada
keadaan ini juga berlaku hubungan head loss berbanding lurus dengan
kecepatan linear berpangkat n, atau h α vn.
 Aliran Transisi
Aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan
turbulen. Aliran ini berbentuk laminer atau turbulen sangat bergantung oleh
pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi
berlaku hubungan bilangan Reynold 2100 < NRE < 4000.
1.2.3 Head Loss dan Friction Loss Pada Sistem Perpipaan
Head loss yang terjadi pada sistem perpiaan dapat dibagi menjadi 2 kategori :
 yang disebabkan karena adanya tahanan viscous yang terbentuk sepanjang
rangkaian.
 yang terjadi karena adanya efek total seperti kerangan, belokan, dan perubahan
tiba-tiba pada luas penampang aliran.
perpidahanmomentum total
f=
perpindahan momentum akibat turbulensi
Total head loss dapat dinyatakan dengan cara :
 Dengan mengekivalenkan seluruh perlengkapan yang ada pada system
perpipaan jika suatu panjang yang ekivalen dengan perpipaan jika suatu
panjang yang ekivalen dengan panjang pipa lurus.
 Untuk gate valve (terbuka penuh L/D = 13, didapat Le = 4,4 ft) kemudian
digunakan persamaan sebagai berikut :
v ( l+ ¿ )
-Σf =
sgcD
Keterangan : L = Panjang pipa lurus
Le = Panjang ekivalen dari perlengkapan seperti fitting, valve
Persamaan diatas digunakan untuk mempermudah karakteristik total dari
suatu persamaan system perpipaan. Dengan memisahkan gesekan untuk pipa
lurus dan gesekan untuk fitting dengan memasukkan suatu faktor yang
bergantung pada jenis fitting masing-masing. Persamaan :
fl v2
∆Pf = ρE =
D (
+ ki ρ
2 gc)
∆ Pf fl v2
ρ
=−Σf = + Ki
D (
2 gc )
Keterangan : Ki = Koefisie kehilangan untuk masing-masing fitting atau
jumlah velocity heand
V = Velocity head
L = Panjang pipa lurus
D = Diameter pipa
−Σf =Energi total yang hilang akibat gesekan
1.2.4 Pressure Drop
Pressure menunjukkan penurunan tekanan dari titik 1 ke titik 2 dalam suatu
sistem aliran fluida. Penurunan tekanan biasa dinyatakan juga dengan Δp. Jika
manometer yang digunakan adalah manometer air raksa, dan beda tinggi air raksa
dalam manometer H ft, maka :
g
Δp = H ( ρ Hg )
g
Pressure drop ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan
tekanan dari suatu titik didalam pipa atau aliran pipa, sedangkan penurunan tekanan
adalah hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui tabung. Gaya
gesek disebabkan oleh resistansi terhadap aliran.
Faktor utama yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran fluida adalah
kecepatan fluida melalui pipa dan viscositas fluida. Aliran cairan atau gas selalu akan
mengalir kearah berlawanan sudut (kurang tekanan). Pada aliran suatu fase, pressure
drop dipengaruhi oleh Reynold number yang merupakan fungsi dari viscositas,
densitas fluida dan diameter pipa.
1.2.5 Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas mengatakan hubungan antara kecepatan fluida yang
masuk pada suatu pipa terhadap kecepatan fluida yang keluar. Hubungan tersebut
dinyatan dengan :
Q=Axv
Keterangan : A = Luas Penampang (m2)
v = Kecepatan (m/det)
Debit adalah besaran yang menyatakan bahwa volume fluida yang mengalir tiap
suatu waktu.
V
Q=
t
Keterangan : V = Volume (m3)
t = Waktu (detik)
Dari persamaan diatas maka akan dihasilkan persamaan :
V
V=
txA
Keterangan : V = Volume (m3)
t = Waktu (detik)
A = Luas Penampang (m2)
v = Kecepatan (m/det)
Jika fluida bergerak dalam pipa yang mengalir dengan luas penampang yang berbeda
maka volume yang mengalir :
V = A×v×t
A 1× v 1× t 1= A 2 × v 2 ×t 2
BAB II

METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat yang digunakan :
 Satu unit Flow Fluid Demo Plant
 Stopwatch
 Penggaris
 Gelas ukur 200 mL
2.1.2 Bahan yang digunakan :
 Air
2.2 Prosedur Percobaan
2.2.1 Percobaan A (Fluida Friction) dalam suatu pipa halus dan kasar dengan berbagai
diameter
1. Pada pipa 2 membuka V2 dan V4 serta menutup V4 pada pipa 3, dan 4
2. Mengalirkan air pada unit flow fluid demo plant
3. Mencatat pembacaan pada manometer
4. Melakukan hal yang sama pada pipa 2 dengan mengatur bukaan pada V4 dan
menutup valve pada pipa 3 dan 4
5. Melakukan hal yang sama untuk pipa 4 dengan mengatur bukaan pada V2 dan
membuka bukaan pada V4 serta menutup pipa 3 dan 2
6. Melakukan hal yang sama pada pipa 3 dengan mengatur bukaan pada V3 dan
menutup valve pada pipa 2 dan 4
2.2.2 Percobaan B (Head Loss pada Setiap Friksi)
1. Ditutup V1, V10, V4 pada pipa tes 3.
2. Dibuka V2.
3. Dibuka V4 padapipa V1 dan V4 pada pipa 2.
4. Dibuka A dan B atau C dan D setelah pemeriksaan kran-kran.
2.2.3 Percobaan C (Percobaan Head Loss pada Fitting-Fitting Pipa)
1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti stopwatch.
2. Menyediakan fitting-fitting dan katup tes yang akan digunakan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

Pengamatan Tekanan Waktu (s) Volume Debit ×10-5 P


I II
(mL) (m3/s) (mmHg)
Pipa 1 (0.4 cm) 257 158 7.30 168 2.30 90
218 188 14.82 154 1.04 30
Pipa 2 (0.7 cm) 227 178 2.30 182 7.91 49
239 166 2.43 183 7.53 73
Pipa 3 (kasar) 253 152 11.93 5000 41.9 101
1.8 cm 248 158 13.04 5000 38.3 90
Pipa 4 (halus) 215 190 15.82 5000 31.6 25
1.8 cm 210 195 11.54 5000 43.3 15
Sambungan 240 165 1.76 196 11.1 75
(besar-kecil) 232 174 1.57 148 9.43 58
Sambungan 232 175 0.58 220 37.9 57
(kecil-besar) 226 180 0.65 204 31.4 46
Ball Valve 216 190 13.46 5000 37.1 26
213 193 21.25 5000 23.5 20
Globe Valve 208 198 4.41 158 3.58 20
205 201 7.14 148 2.07 4
Gate Valve 205 200 7.12 130 1.83 5
203 202 11.53 84 0.729 1
Elbow 450 209 197 9.59 5000 52.1 12
207 200 13.40 5000 37.3 7
Elbow 900 206 200 7.02 178 2.54 6
Ventury 1 204 202 6.47 166 0.257 2
Ventury 2 204 202 6.90 172 2.49 2
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan debit air dengan menggunakan
beberapa macam pipa kemudian sambungan besar ke kecil dan sebaliknya, elbow 45 o,
elbow 90o, ball valve, gate valve, globe valve,dan ventury.
Pada percobaan pertama fluida dialirkan pada pipa I dengan diameter dalam pipa 0,4
cm dan dilakuakan secara duplo. Didapatkan beda tekanan sebesar 30 mmHg dengan debit
air sebesar 1,04 x 10-5 m3/s dan tekanan sebesar 90 mmHg dengan debit air sebesar 2,30 x
10-5 m3/s.
Percobaan kedua fluida dialirkan pada pipa II dengan diameter 0,7 cm. Didapatkan
beda tekanan sebesar 49 mmHg dengan debit air sebesar 7,91 x 10-5 m3/s dan beda tekanan
sebesar 73 mmHg dengan debit air sebesar 7,53 x 10-5 m3/s.
Percobaan ketiga fluida dialirkan dalam pipa III (Kasar) dengan diameter pipa 1,8 cm.
Didapatkan beda tekanan sebesar 90 mmHg dengan debit air sebesar 38,3 x 10 -5 m3/s dan
beda tekanan sebesar 101 mmHg daengan debit air sebesar 41,9 x 10-5 m3/s
Pada percobaan keempat fluida dialirkan dalam pipa IV(halus) dengan diameter 1,8
cm. Didapatkan beda tekanan sebesar 25 mmHg dengan debit air sebesar 31,6 x 10 -5 m3/s
dan beda tekanan sebesar 15 mmHg dengan debit air sebesar 43,3 x 10-5 m3/s.
Percobaan kelima fluida dialirkan dalam sambungan dari besar ke kecil. Didapatkan
beda tekanan sebesar 58 mmHg dengan debit air sebesar 9,43 x 10-5 m3/s dan beda tekanan
sebesar 75 mmHg dengan debit air sebesar 11,1 x 10-5 m3/s.
Percobaan keenam fluida dialirkan dalam sambungan dari kecil ke besar. Didapatkan
beda tekanan sebesar 46 mmHg dengan debit air sebesar 31,4 x 10-5 m3/s dan beda tekanan
sebesar 57 mmHg dengan debit air sebesar 37,9 x 10-5 m3/s.
Percobaan ketujuh fluida dialirkan melewati ball valve. Didapatkan beda tekanan
sebesar 26 mmHg dengan debit air sebesar 37,1 x 10 -5 m3/s dan beda tekanan sebesar 20
mmHg dan debit air sebesar 23,5 x 10-5 m3/s.
Percobaan kedelapan fluida dialirkan melewati globe valve. Didapatkan beda tekanan
sebesar 20 mmHg dengan debit air sebesar 3,58 x 10 -5 m3/s dan beda tekanan sebesar 4
mmHg dengan debit air sebesar 2,07 x 10-5 m3/s.
Percobaan kesembilan fluida dialirkan melewati gate valve. Didapatkan beda tekanan
sebesar 5 mmHg dengan debit air sebesar 1,83 x 10 -5 m3/s dan beda tekanan sebesar 1
mmHg dengan debit air sebesar 0,729 x 10-5 m3/s.
Percobaan kesepuluh fluida dialirkan dalam elbow 45o. Didapatkan beda tekanan
sebesar 12 mmHg dengan debit air sebesar 52,1 x 10 -5 m3/s dan beda tekanan sebesar 7
mmHg dengan debit air sebesar 37,3 x 10-5 m3/s.
Percobaan kesepuluh fluida dialirkan dalam elbow 90o. Didapatkan beda tekanan
sebesar 6 mmHg dengan debit air sebesar 2,54 x 10-5 m3/s.
Percobaan kesebelas fluida dialirkan melewati ventury I. Didapatkan beda tekanan
sebesar 2 mmHg dan debit air sebesar 0,257 x 10-5 m3/s.
Percobaan keduabelas fluida dialirkan melewati ventury II. Didapatkan beda tekanan
sebesar 2 mmHg dan debit air sebesar 2,49 x 10-5 m3/s.
Maka diketahui beda tekanan yang dialami fluida berbanding lurus dengan debit air
yang mengalir. Jika semakin besar beda tekanan yang dialami fluida semakin besar juga
debit air yang mengalir sebaliknya semakin kecil beda tekanan yang dialami fluida
semakin kecil juga debit air yang mengalir.
BAB IV

KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Beda tekanan yang dialami fluida berbanding lurus dengan debit air yang mengalir. Jika
semakin besar beda tekanan yang dialami fluida semakin besar juga debit air yang
mengalir sebaliknya semakin kecil beda tekanan yang dialami fluida semakin kecil juga
debit air yang mengalir.
Daftar Pustaka

Anonim. 2005. Tekanan Fluida. http://www.gurumuda.com/tekanan-dalam-fluida/ (diakses pada


tanggal 17 Februari 2018)

Anonim. 2009. Aliran Fluida dalam Pipa.


http://valdvampire.wordpress.com/sharing/pipingsystem/bab-04-aliran-dalam-pipa/
(diakses pada tanggal 17 Februari 2018)

Rudi. 2006. Getaran Akibat Aliran Fluida. rudiwd.files.wordpress.com/2006/11/flow-induced-


vibration.pdf (diakses pada tanggal 18 Februari 2018)
LAMPIRAN
 Perhitungan Debit Air Mengalir
Volume( ml)
Q=
time(detik )

Pipa 1 (0.4 cm) 168


Q= =2.30 ×10-5
7.30
154
Q= =1.04 ×10-5
14.82
Pipa 2 (0.7 cm) 182
Q= =7.91×10-5
2.30

183
Q= =7.53 ×10-5
2.43

Pipa 3 (kasar) 5000


Q= =41.9×10-5
1.8 cm 11.93
5000
Q= =38.3×10-5
13.04
Pipa 4 (halus) 5000
Q= =31.6×10-5
1.8 cm 15.82

5000
Q= =43.3 ×10-5
11.54
Sambungan 196
Q= =11.1 ×10-5
(besar-kecil) 1.76
148
Q= =9.43×10-5
1.57

Sambungan 220
Q= =37.9 ×10-5
(kecil-besar) 0.58
204
Q= =31.4 ×10-5
0.65
Ball Valve 5000
Q= =37.1×10-5
13.46
5000
Q= =23.5×10-5
21.25
Globe Valve 158
Q= =3.58 ×10-5
4.41
148
Q= =2.07×10-5
7.14

Gate Valve 130


Q= =1.83×10-5
7.12
84
Q= =0.729×10-5
11.53
Elbow 450 5000
Q= =52.1×10-5
9.59
5000
Q= =37.3×10-5
13.40
Elbow 900 178
Q= =2.54 ×10-5
7.02
Ventury 1 166
Q= =0.257×10-5
6.47
Ventury 2 172
Q= =2.49 ×10-5
6.90

Anda mungkin juga menyukai