Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Analisa Oksidimetri/Reduktometri


1.2 Tanggal Praktikum : 7 November 2016
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok 1
1.4 Nama/ Nim Anggota : 1. Mizra Zeli Novita (150140013)
2. Aklima (150140028)
3. Lissa Indra Agustina (150140054)
4. Sasmita Andriani (150140058)
1.5 Tujuan Praktikum : Penentuan suatu zat kimia terjadi reaksi
oksidasi dan reduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian oksidasi ialah peristiwa pelepasan elektron. Mengalami


oksidasi berarti melepas elektron. Pengertian reduksi ialah peristiwa penangkapan
elektron. Mengalami reduksi berarti menangkap elektron. Semua reaksi pelepasan
elektron disebut reaksi oksidasi dan semua reaksi penangkapan elektron disebut
reduksi. Contoh reaksi reaksi oksidasi :
K K + e
Zn Zn 2 + e
Fe 2 Fe 3 + e
Contoh reaksi reaksi reduksi :
Cu 2 + 2e Cu
Sn 4 + 2e Sn 2
Cl 2 + 2e 2Cl
Peristiwa pelepasan elektron oleh suatu atom selalu disertai dengan
peristiwa penangkapan elektron oleh atom lain. Jadi peristiwa oksidasi selalu
disertai dengan peristiwa reduksi, Contoh :
2
Zn Zn + 2e (Oksidasi)
Cu 2 + 2e Cu (Reduksi)
Zn + Cu 2 Zn 2
+ Cu
Bila suatu zat mengalami oksidasi (melepaskan elektron), maka zat itu
menyebabkan zat lain mengalami reduksi (menerima elektron). Zat zat yang
mengalami oksidasi zat pereduksi (reduksi) karena zat mereduksi zat lain.
Bila suatu zat mengalami reduksi (menangkap elektron), maka zat itu
menyebabkan zat lain akan mengalami oksidasi (melepaskan elektron). Zat yang
mengalami reduksi disebut zat pengoksidasi (oksidator), karena dapat
mengoksidasi zat lain.
Kalium permanganat banyak sekali dipakai penitrasi oksidimetri,
dipergunakan pengoksida lainkalium dikromat, natrium sulfat, dalam hal itu cara
pada umumnya disebut oksidimetri. Dalam lingkungan asam dua molekul
permanganat dapat melepaskan lima atom oksigen (bila ada zat yang dapat
dioksidasikan oleh oksigen itu).
2KMnO 4 + 3H 2 SO 4 K 2 SO 4 + MnSO 4 + 3H 2 O + 5O
Karena larutan KMnO 4 berwarna sekali, tidak diperlukan indikator. Satu
tetes larutan KMnO 4 0,1 N dalam 200 mL telah menyebabkan warna merah
jambu muda yang nyala supaya KMnO 4 yang dibuat tidak berubah titrannya,
maka dibiarkan seminggu lamanya. Dalam hal ini terbentuk MnO 4 pengoksida
berlangsung dalam netral.
2KMnO 4 + H 2 O 2MnO 2 + 2KOH + 30 O 2
Yang terbentu itu berlaku sebagai katalis bagi pemecahan seterusnya,
maka sesudah dibiarkan seminggu lamanya larutan disaring melalui penyaring.
Disimpan dalam botol berwarna coklat maka larutan dapat dipergunakan.
Supaya reaksi dengan KMnO 4 berlangsung dengan cepat biasanya

dipanaskan sampai 60 0 C. untuk mengasamkan larutan selalu dipergunakan asam


sulfat. Dari persamaan reaksi di atas ternyata 2KMnO 4 = 50 = 10 OH hingga 1 gst
KMnO 4 = 1/5 gmol. Perhatikan bahwa untuk peniter dalam lingkungan netral atau
basa 1 g setara adalah 1/3 gmol hingga titran dalam hal ini adalah 3/5 dari titrasi
basa. Oksidi reduktometri merupakan salah satu macam titrasi. Oksidi
reduktometri adalah metode titrimetri berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dari
titran dan titrat. Oksidi reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam
suatu persenyawaan dan analisis senyawa organic (Harvey,2000).

2.1 Titrasi
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan suatu konsentrasi dalam larutan yang ingin di
ketahui konsentrasinya, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar
yang sudah diketahui terlebih dahulu konsentrasinya secara tepat. Pengukuran
volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya
sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis
volumetri.
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu
metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).
Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu
reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit
dengan titran. Titran adalah suatu larutan yang mengandung reagensia dengan
konsentrasi yang telah diketahui. Dalam proses titrasi, titran ditambahkan sedikit
demi sedikit kedalam larutan yang belum diketahui konsentrasinya melalui alat
yang disebut buret.
Syarat-syarat suatu larutan dapat menjadi titran yaitu :
1. Larutan harus benar-benar dalam keadaan murni dengan kadar pengotor <
0,02%
2. Larutan harus stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat
higroskopis
3. Larutan memiliki berat ekivalensi yang besar, sehingga meminimalkan
kesalahan akibat penimbangan.
Dikenal berbagai macam titrasi redoks yaitu permanganometri,
dikromatrometri, serimetri, iodo-iodimetri dan bromatometri.
1. Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4
(oksidator kuat) sebagai titran. Dalam permanganometri tidak dipeerlukan
indikator , karena titran bertindak sebagai indikator (auto indikator).
2. Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat
sebagai oksidator.
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung),
dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai
oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor.
Pada reaksi redoks ini yang terjadi adalah reaksi antara senyawa atau ion yang
bersifat oksidator sebagai analit dengan senyawa atau ion yang bersifat reduktor
sebagai titran, begitu pula sebaliknya.

2.2 Reduksimetri
Reduksimetri adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku digunakan
bersifat sebagai reduktor yang termasuk titrasi reduksimetri adalah iodometri
dengan larutan bakunya 5H2.
Iodometri dibedakan menjadi iodometri langsung dan iodometri tidak
langsung. Pada iodometri langsung I2 langsung di gunakan sebagai titrasi dan
bahan yang dianalisa digunakan sebagai titran. iodometri tidak langsung adalah
metode titrasi berdasarkan reduksi zat malat oleh iodium sehingga timbul I2. I2
kemudian dititrasi dengan natrium thiosulfat dan ditentukan jumlahnya. Ion
thiosulfat yang bereaksi dengan iodin terbentuk ion titralionat (S4O8).
Keunggulan thiosulfat yang digunakan adalah tidak mudah teroksidasi
oleh udara. Baik iodometri langsung maupun iodometri tidak langsung,
menggunakan amilum sebagai indikator perubahan warna iodometri adalah
analisa tetrimetri yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator
seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkan membentuk iodin, iodin yang terbentuk akan ditentukan dengan
menggunakan larutan baku thiosulfat.
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan iodin untuk menghasilkan I2. I2 yang terbentuk secara kuantitatif
dapat dititrasi dengan larutan thiosulfat, dan pengertian titrasi iodometri dapat di
kategorikan sebagai titrasi kembali. Iodida adalah reaktor lemah dan dengan
mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat.
Berdasarkan contoh oksidasi/ reaksi iodometri adalah sebagai berikut:
1. 2MnO4 + 10I +16H 2 Mn2 + I2 +8H20....................................(2.1)
2. 2Fe3 + 2I 2Fe2 + I2.................................................................(2.2)
3. 2Ce + 2I 2Ce3 + I2.................................................................. (2.3)
4. Br + 2I 2Br + I2.......................................................................(2.4)
Titrasi harus dilakukan untuk meminimalisasikan terjadinya oksidasi.
Iodin oleh udara bebas (Oktoby, 2003).
Berdasarkan larutan baku yang digunakan, titrasi oksidasi-reduksi dibagi
atas:
1. Oksidimetri, adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang
digunakan bersifat sebagai oksidator.
2. Reduksimetri, adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang
digunakan bersifat sebagai reduktor. Yang termasuk titrasi reduksimetri
adalah iodometri, larutan bakunya adalah Na2S2O3.5H2O

2.3 Macam-Macam Titrasi Redoks


1. Permangometri
Permangometri adalah titrasi yang menggunakan KmnO4 (oksidator
terkuat) sebagai titran dalam permangometri tidak diperlukan indikator karena
titran bertindak setengah indikator (auto indikator).
2. Disomatometri
Disomatometri adalah reaksi redoks yang menggunakan senyawa dikromat
sebagai oksidasi.
3. Titran dalam Iodium
Ada dua macam titran iodium (secara langsung dan tidak langsung).
Dalam iodium iadasi digunakan sebagai oksidator, sedangkan dalam ion iodidat
digunakan sebagai reduktor. Pada reaksi reduksi ini yang terjadi adalah reaksi
antara senyawa atau ion yang bersifat oksidator sebagi titran, begitu pula
sebalinya (Herver, 2000).

2.4 Oksidimetri
Oksidimetri adalah metode reaksi redoks dimana larutan baku yang
digunakan bersifat oksidator, yang termasuk titrasi oksidimetri adalah:
1. Permangonometri, larutan bakunya KmnO4
2. Dikromatometri, larutan bakunya K2Cr2O4
3. Serimetri, larutan bakunya Ce(SO4)2 dan Ce(NH4)SO3
4. Sodimetri, larutan bakunya I2
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Peralatan yang digunakan
1. Neraca Digital
2. Labu Ukur
3. Pipet Tetes
4. Erlenmeyer
5. Gelas Kimia
6. Termometer
3.1.2 Bahan bahan
1. FeCl
2. KI 20 %
3. NaHCO 3
4. Tio 0,1 N
5. Kanji 1 %

3.2 Prosedur Kerja


1. Ditimbang dengan teliti 2 gram besi klorida dan dimasukkan ke dalam
labu ukur yang berukuran 100 mL. Larutan ini dipipet sebanyak 2 mL dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer tertutup.
2. Kemudian dibubuhi dengan 3 mL H 2 SO 4 30 %, 5 mL KI 20 %, dan 1
gram NaHCO 3 , sampai cukup terbentuk CO 2 .
3. Labu ditutup dan dibiarkan 10 menit, kemudian ditambahkan larutan kanji
(air dipanaskan sampai 70 0c dan selanjutnya dimasukkan kanji diaduk
hingga tercampur sempurna ) dan dititrasi kembali.
4. Dititrasi dengan tio sampai warna coklat berubah menjadi kuning , titrasi
dihentikan dan tambahkan amilum (larutan kanji) dan akan berubah warna
menjadi biru .
5. Titrasi dilanjutkan lagi dengan tio sampai berwarna biru dan akan berubah
menjadi warna putih
100 Vtitrasi * BE * Ntitrasi
% FeCl 2 = x x 100%
2 Beratsampel *1000

BM
BE = Berat Ekivalen =
valensi
BMFe
%Fe = x % FeCl 2
BMFeCl 2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Percobaan

No Cara kerja Hasil pengamatan

1. 2 ml FeCl +3 ml Hcl 30% Warna menjadi kuning

2. 2 ml FeCl +3 ml Hcl 30% +5 ml KI Warna menjadi kuning kecoklatan


20%

3. 2 ml FeCl + 3 ml Hcl 30% + 5 ml KI Larutan bereaksi membentuk


20% + 1 gram NaHCO3 lalu diamkan gelembung gelembung.
10 menit .

4. Larutan dititrasikan dengan Natrium - Warna menjadi kuning


thiosulfat 0,1 N
-Menghabiskan titrat sebanyak 0,9
ml

5. Larutan + 6 tetes amilum Warna menjadi kehijauan

6. Larutan dititrasikan dengan Natrium - Warna menjadi bening


thiosulfat 0,1 N
-Menghabiskan titrat sebanyak 0,2
ml

4.2 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, FeCl2 yang dicampurkan dengan HCl berwarna
kuning. dan ditambah KI menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan
kemudian ditambah NaHCO3 dan didiamkan 10 menit larutan bereaksi
membentuk gelembun-gelembung tersebut adalah CO2 yang terbentuk akibat
pencampuran tersebut. Dalam percobaan ini besi klorida bereaksi dengan kalium
iodida membentuk besi klorida dan kalium klorida.
2FeCl2 + KI 2FeCl2 + KI + I2
Pada reaksi ini terjadi kesetimbangan dan terjadi pada lingkungan asam
kemudian sampel ditambah aquadest dan titrasi dengan Thio larutan berubah
menjadi kuning. Hal ini pengaruh dari penambahan tio yang bersifat asam.
Kemudian larutan tadi ditambahkan 3 tetes amilum (larutan kanji)
sehingga warna berwarna kuning kehijauan .hal ini karena pengaruh dari
penambahan amilum yangberfungsi sebagai perubahan warna pada larutan
tersebut ,lalu larutan dititrasi kembali dengan thio dan menghasilkan warna
kuning dengan volume titran sebanyak 0,2 ml. fungsi dari thio sendiri adalah
untuk menyerap air dan melarutkan halida halida perak dalam larutan .
Pada titran awal ,larutan berubah menjadi kuning dan menghabiskan
volume titrasi 0,9 ml perbandingan antara volume titrat awal dan akhir ialah 0,5
ml : 1,3 ml
Perubahan warna kuning pada larutan itu karena telah ditetesi dengan
larutan tio sebagai larutan standar ,dimana yang telah kita ketahui bahwa larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan berfungsi sebagai
titran sehingga ditempatkan di buret.
Setelah dilakukan percobaan selanjutnya dilakukan prhitungan %FeCl dan
%Fe dimana hasil yang diperoleh dari %FeCl 5,05 dan %Fe 2,24 hasil
perhitungan percobaan ini diperoleh melalui analisa oksidimetri dan reduktometri
terjadi melalui proses reduksi dan oksidasi dimana larutan bakunya menggunakan
natrium thiosulfat yang bersifat sebagai oksidator dan dititrasi agar konsenrasi
larutan diketahui.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
diperoleh yaitu :
1. Titrasi merupakan salah satu teknik analis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan.
2. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks dimana larutan bakunya bersifat
sebagai oksidator.
3. Reduktometri adalah metode titrasi redoks dimana larutan bakunya
bersifat sebagai reduktor.
4. Fungsi Natrium Tiosulfat yaitu menyerap air dan melarutkan halida
halida perak dalam larutan.
5. Kadar FeCl2 yaitu 5,05 % dan kadar Fe 2,24%

5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum ini sebaiknya periksa alat yang akan
digunakan sebelum dilakukan percobaan dan pada saat melakukan titrasi di
lakukan dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Barus T. A. 2000. Pengantar limnologi. Medan: USU-Press.
Billis, Oktoby. 2003. Prinsip-prinsip kimia modern. Jakarta: Erlangga.
Gresikanti, kiaskarboni. 2010. Jma Jago Kimia. Bogor: PT Naga.
Hervey David. 2000. Modern Analitical Chemistry. New York: Mc Graw-Hill.
Resemberg jerom L. Ph. D. 1980. Kimia dasar. Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

Berat sampel FeCl3 = (Berat FeCl3 + H2SO4 + KI + NaHCO3n)


= (Berat erlenmeyer kosong + alumunium foil)

= 115,4220 gr 102,9470 gr

= 12,475 gr

BM Fe = 55,84

BM FeCl3 = 70 Be = 63

100 2 63 0,1
% FeCl3 = x x100%
3 12,475 1000

126000
= 33,3 x x 100%
24950

= 5,05 %


% Fe = FeCl2 x %FeCl3

56
=126 x 5,05%

= 2,24%
LAMPIRAN C

TUGAS DAN PERTANYAAN


1. Kesetimbangan adalah keadaan reaksi denga laju reaksi maju (ke kanan)
sama dengan laju reaksi baliknya (ke kiri).
2. Contoh reaksi kesetimbangan adalah :
NaOH + HCl NaCl + H 2 O
N 2 + 3H 2 2NH 3
3. Faktor faktor yang mempengaruhi reaksi kesetimbangan adalah :
a. Pengaruh Konsentrasi
b. Pengaruh suhu (temperatur)
c. Pengaruh tekanan
d. Pengaruh volume
e. Peenambahan katalis
4. Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat
yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan
mengoksida iodide yang ditambahkan membentuk iodine dan akan terbentuk
dengan menggunakan tio sulfat.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

PipeT tetes

Labu ukur

Erlenmeyer Neraca Digital

Termometer

Anda mungkin juga menyukai