Anda di halaman 1dari 3

Frans N Simangunsong

31S16021
Aplikasi dan Industri Teknik Bioproses

 Produk-Produk Industri dengan Rekayasa Genetika


Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik dalam bioteknologi yang di dalamnya meliputi
manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi genetic, dan genetika
modern dengan menggunakan identifikasi replikasi, modifikasi, dan transfer maeri genetic dari
sel jaringan, maupun organ. Teknik rekayasa genetika memilik tujuan untuk menghasilkan suatu
produk kimia yang sebelumnya tidak dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut, meningkatkan
perolehan produk yang dihasilkan mikroorganisme, serta mengurangi biaya produksi industri.
Industri pada era sekarang sudah mulai mengurangi penggunaan bahan kimia yang susah untuk
didegradasi, sehingga lebih memilih menggunakan bahan-bahan yang bersifat biodegradable dan
ramah lingkungan yang dapat dihasilkan oleh mikroorganisme melalui rekayasa genetika.

Salah satu aplikasi rekayasa genetika adalah produksi butanol melalui proses fermentasi oleh
Clostridium tetanomorphum. Mikroorganisme ini dapat menghasilkan butanol dengan
memanfaatkan glukosa sebagai substratnya, namun jumlah butanol yang dihasilkan sedikit
dikarenakan tingginya produksi produk samping berupa aseton. Untuk meningkatkan produksi
butanol dilakukan rekayasa genetika berupa delesi gen ctfA dan ctfB yang mengkodekan enzim
transferase coA. Enzim tersebut mengkatalisis konversi acaetoacetyl coA menjadi acetoacetate.
Sehingga dengan hilangnya gen pengkode tersebut, butanol dapat dihasilkan dengan jumlah yang
lebih tinggi.
Rekayasa genetika tidak selalu berhasil sesuai dengan perancangan awal. Pada jurnal Genetic
Engineering of Yeast to Improve Ethanol Production from xylose, merekayasa genetika dari
S.cerevisiae untuk meningkatkan produksi etanol. Namun setelah diintegrasikan beberapa gen
seperti XYL1, XYL2, dan XKS1 ke dalam kromosom S.cerevisiae, tidak terjadi peningkatan
produksi butanol yang signifikan dibandingkan dengan kondisi kontrol. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam proses fermentasi serta struktur dari mikroorganisme
yang digunakan.

 Industri Bioproses untuk Specialty and Fine Chemicals


Industri bioproses merupakan industri yang menggunakan bantuan agen biologi dalam
menghasilkan produk. Penggunaan agen biologi tersebut untuk menggantikan penggunaan bahan-
bahan kimia yang umumnya dapat merusak lingkungan. Industri bioproses umumnya digunakan
untuk memproduksi specialty and fine chemicals atau produk kimia tertentu yang memberikan
berbagai kegunaan yan diproduksi secara fine chemicals.

Salah satu produk specialty and fine chemicals yang dihasilkan adalah Polyhydroxyalkanoates
Copolymers yang dihasilkan dengan bantuan Pseudoomonas putidai. PHA merupakan salah satu
jenis bioplastic yang dihasilkan dari metabolism mikroba yang memiliki sifat mirip dengan plastik
sintetis dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Selain itu plastik berbahan PHA dapat
terbiodegradasi sempurna oleh mikroba. PHA terbentuk dari cadangan karbon dan energi
intraseluler yang dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri sebagai respon dari kondisi lingkungan
Frans N Simangunsong
31S16021
Aplikasi dan Industri Teknik Bioproses

yang tidak seimbang. POME (Palm Oil Mill Effluent merupakan limbah yang berasal dari proses
ekstraksi minyak tandan buah segar pada pabrik kelapa sawit. Produksi PHA dipengaruhi oleh
faktor pengaruh dari sumber karbon dalam menetukan komposisi dan nilai dari PHA yang
dihasilkan. Bakteri yang diisolasi adalah Pseudomonas putida, sumber karbon yang digunakan
dalam perbandingan adalah asam lemak terpilih yaitu asam oktanoat (C8: 0), asam dodekanoat
(C12: 0) dan asam heksadekanoat (C16: 0 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa asam
oleat (C18: 1) merupakan sumber subtrat yang lebih baik dibandingkan dengan asam oktanoat
(C8: 0), asam dodekanoat (C12: 0), asam miristat (C14: 0) asam heksadekanoat (C16: 0) dan asam
stearat (C18: 0). Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil data penelitian yang diperoleh, pada
subsrat asam oleat dihasilkan lebih banyak %(w/w) PHA dan variasi komposisi yang dapat
dihasilkan seperti 3HB(hydroxybutyrate), 3HV (hydroxyvalerate), HHx (hydroxyhexanoate),
3HO (hydroxyoctanoate) dan 3HD (hydroxydecanoate).
Hal itu disebabkan energi aktivasi reaksi oksidasi asam lemak dalam minyak kelapa sawit terlihat
bahwa energi aktivasi asam oleat lebih kecil dari pada asam–asam yang lainnya, hal itu
dikarenakan nilaikonstanta laju reaksi asam oleat lebih besar daripada asam lainnya. Salah satu
faktor yang mempengaruhi lajunya reaksi oksidasi adalah derajat ketidakjenuhan lemak. Asam
oleat merupakan asam lemak tak jenuh sehingga tidak membutuhkan energi yang besar untuk
teroksidasi dibanding asam lainnya sehingga akan lebih banyak mengahasilkkan PHA dengan
komposisi yang ditentukan. Misalnya jika membandingkan asam stearat memiliki energi aktivasi
yang lebih besar daripada asam miristat walaupun kedua asam lemak ini sama-sama merupakan
asam lemak jenuh; yang membedakan keduanya adalah jumlah atom C di dalam strukturnya. Asam
stearat memiliki jumlah atom C18 sedangkan asam miristat memiliki struktur yang lebih sederhana
dibanding asam stearat dengan jumlah atom C-14. Hal itu menyebabkan asam miristat tidak
membutuhkan energi aktivasi yang cukup besar untuk teroksidasi dibandingkan asam stearat.
Energi aktivasi sangat dipengaruhi oleh konstanta laju reaksi, semakin besar konstanta laju reaksi
semakin kecil energi aktivasinya.

Selain itu pada jurnal Enhanced Penicillin Production by Oligosaccharides from Batch Cultures
of Penicillium chrysogenum in Stirred Tank Reactors. Oligosakarida sangat berguna pada proses
biosintesis produksi zat bioaktif untuk farmasi, pertanian dan bahan kimia industri. Pada jurnal in
bertujuan untuk menghasilkan antibiotik penicillin dengan substra oligosakarida berupa
Oligomanuronate, Oligoguluronate, dan Mannan Oligosakarida. Hasil yang didapat pada
penelitian ini adalah produksi penicillin yang tertinggi dihasilkan dengan substrat mannan
oliosakarida. Hal tersebut disebabkan struktur P.chrysogenum yang lebih cenderung menyukai
ikata 1, 4 α glikomannan.

 Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR)


MEOR adalah teknologi berbasis biologis yang dilakukan dengan memanipulasi fungsi atau
struktur dari lingkungan mikroba yang ada dalam reservoir. Teknologi MEOR perlu dilakukan
Frans N Simangunsong
31S16021
Aplikasi dan Industri Teknik Bioproses

untuk meningkatkan perolehan minyak bumi dengan menggunakan agen biologis, selain itu untuk
menggantikan surfaktan yang bersifat nonbiodegradble yang dapat mencemari lingkungan.
MEOR dilakukan dengan cara memanfaatkan mikroorganisme untuk menghasilkan biosurfaktan.
Surfaktan merupakan zat yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran
dengan menurunkan tegangan permukaan cairan. Surfaktan memiliki sisi hidrophobik dan
hidrofilic, sehingga menyebabkan surfaktan dapat berikatan dengan air dan minyak pada saat yang
bersamaan.
Teknologi MEOR dapat dilakukan dengan 2 cara yang berbeda yaitu in situ dan ex situ. Proses in
situ dilakukan dengan menambahkan nutrisi beserta mikroorganisme ke dalam reservoir. Pada
proses in situ memiliki keuntungan seperti biaya produksi yang relative kecil dikarenakan tidak
dibutuhkannya proses purifikasi biosurfaktan, namun kerugian penggunaan proses ini adalah
parameter untuk pertumbuhan mikroba yang sulit untuk dikontrol. Proses ex situ dilakukan
dengan proses produksi biosurfaktan dilakukan menggunakan reactor. Biosurfaktan yang
dihasilkan terlebih dahulu dipisahkan dari partikel-partikel lainnya sebelum dimasukkan ke dalam
reservoir, sehingga hal tersebut membutuhkan biaya yang besar. Namun teknik ini dapat
menghasilkan biosurfaktan yang tinggi, dikarenkan kontrol terhadap parameter dilakukan dengan
baik. MEOR juga dipengaruhi beberapa hal untuk meningkatkan perolehan minyak. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tersebut antara lain jenis medium pertumbuhan mikroorganisme pada proses
ex situ, salinitas dalam reservoir, pH, temperatur, kadar oksigen, kualitas biosurfaktan yang
dihasilkan oleh mikroorganisme.

 Bioremediasi
Bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi maslah lingkungan dengan
pemanfaatan mikroorganisme. Bioremediasi terjadi dengan cara biotransformasi dan biodegradasi
senyawa polutan oleh agen bioremediator. Jenis-jenis teknik bioremediasi antara lain
Bioaugmentasi yaitu dengan menambahkan mikroorganisme ke lingkungan yang tercemar,
Biostimulasi yaitu penambahan nutrisi pada mikroorganisme yang berperan dalam degradasi
senyawa pencemar, dan bioremediasi intrinsik yaitu bioremediasi secara alami. Proses
bioremediasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain mikoroorganisme, nutrisi,
temperatur, pH, oksigen, dan interaksi antar populasi mikroorganime.

Salah satu jurnal yang membahas teknik bioremediasi yaitu Biodegradation of Crude Oil from
Saline Waste using White Rot Fungus Phanerocahete chrysosporiumi. Pada jurnal ini
memanfaatkan Phanerochaete chrysosporium dalam bioremediasi minyak bumi dan memeriksa
efek salinitas terhadap pertumbuhan dan produksi enzim. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini
aktivitas enzim tertinggi pada salinitas 10 mg/L dan juga pada kondisi ini terjadi pengurangan
jumlah crude oil yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai