Reaktor I
1. Reaksi katalitis
Reaksi katalitis homogen jika zat pereaksi, zat
hasil dan katalisator fasanya sama, dan reaksi
katalitis heterogen, jika fase zat pereaksi dan
zat hasil berlainan dengan katalisatornya.
2. Reaksi non katalitis
III. Ditinjau dari tipe reaktor di mana reaksi itu
berlangsung
Reaksi yang dijalankan di dalam reaktor Batch
Reaksi yang dijalankan di dalam reaktor Alir
Pipa (PFR)
Reaksi yang dijalankan di dalam reaktor Alir
Tangki Berpengaduk (CSTR) baik sebuah atau
beberapa buah yang dihubungkan seri
Jenis pengoperasian reaktornya
Sistem reaktor batch, sistem reaktor alir atau
kontinyu
IV. Dibagi menurut kondisi prosesnya
Reaksi yang dijalankan secara :
Isotermal (pada volume tetap atau pada
tekanan tetap)
Adiabatis
Non isotermal-non adiabatis
V. Ditinjau dari menurut mekanismenya atau
kompleksitasnya
Reaksi sederhana
Reaksi tunggal searah (tidak bolak-balik)
atau irreversible
Reaksi kompleks
Reaksi bolak-balik (reversible)
Reaksi seri atau konsekutif atau berurutan
Reaksi pararel
Reaksi seri-pararel
Reaksi rantai
Reaksi polimerisasi
VI. Ditinjau dari segi molaritasnya
1. Reaksi dengan molekularitas satu, unimolekuler,
misalnya :
A R
2. Reaksi dengan molekularitas dua, bimolekuler
2A R + S
A + B R
3. Reaksi dengan molekularitas tiga
(trimolekuler)…dan seterusnya
VII. Ditinjau dari tingkat reaksinya (orde
reaksinya)
• Reaksi dengan tingkat bilangan bulat
• Reaksi dengan tingkat bilangan pecahan
k = f (T)
Pengaruh suhu (T) terhadap k
1. Teori Arrhenius
2. Teori tumbukan
3. Teori pembentukan zat antara (kompleks)
yang aktif
Teori Tumbukan
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antar partikel pereaksi yang memiliki energi
yang lebih besar dari energi pengaktifan serta arah tumbukan yang tepat.
(Energi cukup, posisi tepat)
Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga menghasilkan
tumbukan efektif disebut energi pengaktifan (Ea = energi aktivasi)
Atau :
Ea
Energi
Ea1 ΔH = +
Reaksi