Anda di halaman 1dari 48

Kinetika dan Perancangan

Reaktor Homogen

Dosen : Dr. Herti Utami, S.T., M.T.


Kode Mata Kuliah/ SKS :
PTK 612306/KMA 333/ 3 SKS
Hubungan T (Suhu) dengan k
Persamaan kecepatan reaksi :
r = f {komposisi, suhu}
Persamaan reaksi A P (produk)
−𝐝𝐂𝐀
−𝐫𝐀 = = 𝐤𝐂𝐀𝐧
𝐝𝐭
k = f (T)
k, konstanta kecepatan reaksi
Pengaruh T terhadap k dapat dijabarkan dalam :
1. Teori Arrhenius
2. Teori Tumbukan (Collision Theory)
3. Teori pembentukan kompleks aktif
Teori Tumbukan (Gas)
• Jumlah molekul reaksi = jumlah tumbukan
antar molekul reaktan (missal A, B) per cc
campuran gas dikali faktor f.
• Sebab tidak semua tumbukan menimbulkan
reaksi. Hanya molekul-molekul yang
mempunyai E > E rata2 (tenaga kritis)
• z adalah jumlah tumbukan per satuan waktu,
per satuan volum
• r=zf
0.5
1 1
zAB = nA nB σ2AB 8πRT +
MA MB
• nA, nB = molekul/cc
• ꚌAB =diameter efektif untuk tumbukan A dan B
• R = 8,3.107 erg/gmol.oK
0.5
1 1 −E
r = nA nB σ2AB 8πRT + eRT
M A MB
• Jika dari kinetika
r = kCA CB
nA nB
r=k
NA NA
nA n B
r=k
NA 2
• NA bilangan Avogadro 6,02. 1023mol-1
0.5
1 1 −E
r = nA nB σ2AB 8πRT + eRT
M A MB
0.5
−E
1 1
Maka : k = σ2AB NA2 8πRT + e RT
MA MB
• Jika disamakan dengan persamaan :
−E
k= AeRT
Maka,
0.5
1 1 cc
A= σ2AB NA2 8πRT +
MA MB gmol detik

Sehingga r dapat dihitung secara teoritis dan


dari hasil percobaan di laboratorium
Akan ada perbedaan antara r teoritis dengan r
dari eksperimen
• Ada perbedaan antara perhitungan teoritis
dengan perhitungan hasil eksperimen karena
tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi
• r teoritis >> r eksperimen
• Harga tumbukan antara molekul gas yang
mempunyai energy sama atau lebih besar dari
tenaga kritis E (energy aktivasi) yang merupakan
mol aktif yang dapat bereaksi
−E
zAktif =
zeRT
Jika masih ada perbedaan terkadang masih harus
dikoreksi lagi dengan dikalikan steric factor, P
−E
k=Pz eRT
Kinetika Reaksi Homogen di dalam Reaktor
Batch
• Pada umumnya untuk menentukan
persamaan kecepatan reaksi dan konstanta
kecepatan reaksi dilakukan penelitian dengan
percobaan yang dijalankan di dalam sebuah
reaktor batch secara isothermal pada volume
tetap.
• Jika reaksi berlangsung dalam fase cair,
percobaan dapat dilakukan di dalam sebuah
labu leher tiga yang dilengkapi dengan
pengaduk, thermometer dan pipa pengambil
cuplikan/sampel
• Selama reaksi berlangsung, perubahan yang
terjadi di dalam reaktor dapat diamati dengan
cara :
• 1. Melihat perubahan sifat fisis larutan,
misalnya : daya hantar listrik dengan
konduktometer, indeks refraksi dengan
refractometer, viskositas dengan viskosimeter
• Analisis dengan cara volumetri atau jika cuplikan
yang tersedia sedikit sekali, dapat dipakai cara
khromatografi. Hasil pengamatan dapat diperoleh
dalam waktu singkat
• Jika reaksi berlangsung dalam fase gas,
perubahan yang terjadi di dalam reactor dapat
diamati dari :
1. Perubahan tekanan total jika reaksi dijalankan
pada volume tetap
2. Perubahan volume campuran jika reaksi
dijalankan pada tekanan tetap
Kedua cara ini dapat dijalankan jika reaksi itu terjadi
perubahan jumlah molekul sebelum dan sesudah
reaksi
• Sebagai contoh diambil reaksi:
aA + bB dD + eE
• Jika mula-mula ke dalam reactor dimasukkan
campuran gas A, B, D dan E serta inert
sebanyak nA, nB , nD, nE dan nI maka jumlah
mol seluruhnya pada keadaan awal:
• NT0 = nA0 + nB0 + nD0 + nE0 + nI0 (1)
• Setelah reaksi berlangsung selama t jam, gas A
yang bereaksi sebanyak axA maka gas B, D, E
dan inert yang masih ada dalam reaktor
adalah :
• nA = nA0 - axA
• nB = nB0 - axA
• nD = nD0 + axA
• nE = nE0 + axA
• nI = nI
______________________
• NT0 = nA0 + nB0 + nD0 + nE0 + nI + (d+e)-(a+b)xA
• NT0 = nT0 + ∆n xA (2)
• ∆n = (d+e)-(a+b) (3)
• Jika dianggap campuran gas mengikuti hukum gas
ideal, maka
• PV= nRT
nA PA nA0 −axA
CA = = = (4)
V RT V
Dari persamaan (2) dapat dihitung
NT −NT0
xA = (5)
∆n
nA0 a NT −NT0
Jadi CA = − (6)
V ∆n V
PA = CA RT
a
PA = PA0 − Pt − Pt0 (7)
∆n
d
• PD = CD RT = PD0 + Pt − Pt0 (8)
∆n

e
• PE = CE RT = PE0 + Pt − Pt0 (9)
∆n

• Jika ∆n =0, maka persamaan (6) s/d (9) tidak


berlaku karena Pt = Pt0
Reaktor Batch
Pada setiap saat diambil contoh/sampel lalu
dianalisis A yang masih tinggal di dalam reactor
sehingga diketahui konversinya

Neraca Massa :
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 − 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 + 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 =
𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
dCA
0 − 0 + −rA V = V
dt
dCA
−rA V = −V
dt
dCA
−rA = −
dt
• A yang masih tertinggal adalah fungsi dari
kecepatan reaksi
dCA
− = −rA
dt
−rA = kCAn
Persamaan kecepatan reaksi perlu diketahui
• k (konstanta kinetika reaksi atau konstanta
kecepatan reaksi)
• Orde/tingkat reaksi
Fase Cair :
• Yang diamati adalah perubahan konsentrasi
t0 CA0
t1 CA1
t2 CA2
-
-
-
tn CAn
Fase Gas :
• Yang diamati adalah perubahan tekanan pada
volume tetap atau
• Perubahan volume pada tekanan tetap
t0 Pt0
t1 Pt1
t2 Pt2
-
-
-
tn Ptn
ANALISIS DATA
• Analisis data yang diperoleh dari percobaan di
laboratorium untuk memperoleh persamaan
kecepatan reaksi dan konstanta kecepatan
reaksi dapat dilakukan dengan 4 cara.
1. Cara Diferensial
2. Cara integral (dengan perhitungan dan
grafik)
3. Cara mengamati waktu setengah umur
4. Dengan menggunakan grafik pembanding
1. Cara Diferensial
• Dari data percobaan di laboratorium,
diperoleh data hubungan antara konsentrasi
dengan waktu
t CA log CA -rA=(-dCA/dt) log (-rA)
log (-dCA/dt)
0 CA0 log CA0 -(rA)0 log (-(rA)0)
t1 CA1 log CA1 -(rA)1 log (-(rA)1)
t2 CA2 log CA2 -(rA)2 log (-(rA)2)
t3 CA3 log CA3 -(rA)3 log (-(rA)3)
t4 CA4 log CA4 -(rA)4 log (-(rA)4)
- - - - -
- - - - -
- - - - -
tn CAn log CAn -(rA)n log (-(rA)n)
• Untuk mengetahui apakah suatu reaksi itu
bolak-balik atau tidak, dapat dilihat dari harga
CA pada t∞

• Jika CA = 0, pada t=∞, berarti reaksi tidak


bolak-balik

• Jika CA = CKeseimbangan pada t=∞ berarti reaksi


yang terjadi merupakan reaksi bolak-balik.
Urut-urutan penyelesaian dengan cara diferensial
sebagai berikut :
a. Buatlah grafik hubungan antara konsentrasi zat pereaksi kunci (key
component) dengan waktu reaksi
b. Cari dCA/dt pada t0,t1, t2,t3,t4, t5,t6
c. Misalkan persamaan kecepatan reaksi yang terjadi
dCA
−rA = − = kCAn
dt
dCA
log −rA = log − = logk + n log CA
dt
Jika dibuat grafik log −rA terhadap log CA akan diperoleh garis lurus
dC
d. Buatlah grafik hubungan antara log − A dengan log CA , maka
dt
kemiringan garis itu=n, dan titik potong (intersep) sumbu = log k
• Supaya diperoleh harga n dan log k yang
ralatnya kecil terhadap data percobaan, harga
n dan log k dihitung dengan cara kuadrat
terkecil
• Jika grafik log −rA terhadap log CA bukan
merupakan garis lurus, maka menunjukkan
reaksi yang terjadi bukan merupakan reaksi
yang sederhana, tetapi reaksi kompleks
e. Jika reaksi yang terjadi merupakan reaksi
keseimbangan (bolak-balik)

dCA
−rA =− = k1 CA CB − k 2 CD CE
dt
k1
K=
k2
k1
k2 =
K
• Dapat dituliskan dalam bentuk :
dCA k1 CD CE
−rA = − = k1 CA CB −
dt K
𝐝𝐂𝐀 𝐂𝐃 𝐂𝐄
−𝐫𝐀 = − = 𝐤 𝟏 𝐂𝐀 𝐂𝐁 −
𝐝𝐭 𝐊
K dapat dihitung dari data Thermodinamika
∆G = −RT ln K
CD CE
Atau K=
CA CB
𝐝𝐂𝐀 𝐂𝐃 𝐂𝐄
Jika persamaan − = 𝐤 𝟏 𝐂𝐀 𝐂𝐁 −
𝐝𝐭 𝐊
𝐝𝐂 𝐂 𝐂
Digambarkan − 𝐀 vs 𝐂𝐀 𝐂𝐁 − 𝐃 𝐄 akan diperoleh garis
𝐝𝐭 𝐊
lurus dengan kemiringan k1 , selanjutnya k 2 dapat dihitung
k
dari k 2 = 1
K
• Dalam hal ini A dipilih sebagai komponen kunci karena
mol A yang ada dalam campuran paling kecil dipandang
dari segi stoikiometri zat pereaksi.
• Jumlah A yang bereaksi setelah t jam,
CA0 − CA = xA CA0
𝐂𝐀 = 𝐂𝐀𝟎 − 𝐂𝐀𝟎 𝐱 𝐀
CB = CB0 − CA0 − CA
𝐂𝐁 = 𝐂𝐁𝟎 − 𝐂𝐀𝟎 𝐱 𝐀
CD = CD0 + CA0 − CA
𝐂𝐃 = 𝐂𝐃𝟎 + 𝐂𝐀𝟎 𝐱 𝐀
CE = CE0 + CA0 − CA
𝐂𝐄 = 𝐂𝐄𝟎 + 𝐂𝐀𝟎 𝐱 𝐀
• Jadi pada prinsipnya, persamaan kecepatan reaksi
yang dimisalkan harus diubah menjadi
persamaan garis lurus, agar mudah menentukan
apakah pemisalan benar atau tidak dan mudah
menentukan harga tangen arah dan titik potong
sumbu.

• Kerugian cara diferensial, hasilnya kurang teliti,


sebab sulit untuk menghitung harga
dCA
− dengan tepat dari grafik CA terhadap t.
dt
Maka cara integral lebih banyak dipakai daripada
cara diferensial, sebab cara integral memberikan
hasil yang lebih teliti.
Ringkasan
Cara Diferensial
1. Misalkan persamaan kecepatan reaksi
−rA = kCAn
dCA
− = kCAn
dt
2. Buat persamaan garis lurus atas dasar langkah (1)
dCA
log − = n log CA + log k
dt

y x
tg α =n

y log k
(titik potong)

x
dCA
3. Menghitung −
dt
• Dengan membuat kurva CA terhadap t
Dengan membaca tangen arah dari grafik CA terhadap t
dCA
3. Menghitung −
dt
Dengan rumus 3 titik (Walas, hal 300)

dP −3P0 +4P1 −P2 CA


• =
dt 0 2∆t
dP −P0 +P2
• =
dt 1 2∆t
dP P0 −4P1 +3P2 t
• =
dt 2 2∆t
dCA
4. Membuat kurva hubungan log − terhadap log CA
dt

tg α =n

dCA log k
log−
dt (titik potong)

log CA
2. Cara Integral
1. Tuliskan persamaan kecepatan reaksi yang
dianggap sesuai
dCA
−rA = − =kf C
dt
dCA
−rA = − =kf x
dt
2. Persamaan diintegrasikan dengan cara:
dCA dx
− = CA0 = k dt
f CA f x
3. Hitunglah harga k pada setiap t dengan
mengintegrasikan dari CA0 ke CA dan dari t=0 ke
t=t, jika harga k hampir konstan, dianggap
perumpamaan benar
k=krata-rata
𝐶𝐴 dCA
4. Atau dibuat grafik − ‫𝐶׬‬ terhadap t
𝐴0 f CA
Jika diperoleh garis lurus berarti benar harga k
dihitung dengan persamaan kuadrat terkecil
5. Untuk reaksi tingkat n
dCA
−rA = − = kCAn
dt
CA dCA t
− ‫׬‬C n = k ‫׬‬0 dt
A0 CA
CA t
dCA
−න n = k න dt
CA0 CA 0
CA1−n − CA0
1−n
= n − 1 kt
n≠1
Untuk menghitung n dan k dari persamaan ini harus
dengan memisalkan dulu harga n kemudian k
dihitung dari persamaan
1
k= CA1−n − CA0
1−n
n−1 t
Harga n yang benar adalah jika k hampir konstan.
Dari persamaan tersebut CA ≠ 0 dan t yang tertentu
jika n>1
• Jika dimasukkan CA =0, maka
1−n 1−n
−CA0 CA0
t= =
n−1 k 1−n k
Karena CA sebenarnya tidak mungkin negative
maka persamaan di atas tidak boleh
C1−n
A0
diintegrasikan sampai t >
1−n k
Ringkasan
Cara Integral
1. Persamaan kecepatan reaksi
−rA = kCAn
dCA
2. Dintegralkan − kCAn
=
dt
CA t
dCA
−න n = k න dt
CA0 CA 0
1
kt = CA1−n − CA0
1−n
n−1
n≠1
3. Coba n
𝟏 𝟏
n = 2 maka 𝐤𝐭 = −
𝑪𝑨 𝑪𝑨𝟎
1 1
k= − t
CA CA0
4. Hitung k berdasarkan langkah (3)
Maka ada 𝐤 𝟏 , 𝐤 𝟐 , 𝐤 𝟑
Jika 𝐤 𝟏 ≈ 𝐤 𝟐 ≈ 𝐤 𝟑 dan hampir konstan maka n
yang dicoba benar
k=k rata=rata
• n<1 maka CA =0
• n>1 maka CA ≠ 0
• Bagaimana jika CA =0?
−C1−n
• Pada CA =0, kt = A0
n−1
1−n
CA0
t=
k 1−n
3. Cara Mengamati Waktu Setengah Umur
• Yang dimaksud waktu setengah umur yaitu
waktu yang diperlukan supaya 50% dari A
yang ada mula-mula habis bereaksi, atau
• CA =0,5 CA0
• xA =0,5
• Untuk reaksi −rA = kCAn
• Jika dintegralkan :
1
kt = CA1−n − CA0
1−n
n−1
1
t= CA1−n − CA0
1−n
k n−1
1 1−n
t 0,5 = 0,5CA0 1−n − CA0
k n−1
1−n
CA0
t 0,5 = 2n−1 − 1
k n−1
Atau
2n−1 − 1
log t 0,5 = 1 − n log CA0 + log
k n−1
• Harga t 0,5 untuk bermacam-macam n
CA0
Tingkat 0 ; t 0,5 =
2k
ln 2
Tingkat 1 ; t 0,5 = t 0,5 ≠f(CA0 )
k
1
Tingkat 2 ; t 0,5 = 2A Hasil
kCA0
1
Tingkat 3 ; t 0,5 = 3A Hasil
2kC 2
A0
Untuk reaksi tingkat n dapat dibuat grafik
log t 0,5 terhadap log CA0 ,
Akan diperoleh garis lurus dengan tangen =(1-n) dan titik
2n−1 −1
potong sumbu log
k n−1
Maka n dan k dapat dihitung
Ringkasan
• t 0,5 ; xA =0,5
1
kt = CA1−n − CA0
1−n
n−1
• CA =0,5 CA0
1 1−n
kt 0,5 = 0,5CA0 1−n − CA0
n−1
1−n
CA0
kt 0,5 = 0,51−n − 1
n−1
𝟏−𝐧
𝐂𝐀𝟎
𝐭 𝟎,𝟓 = 𝟐𝐧−𝟏 − 𝟏
𝐤 𝐧−𝟏
2n−1 − 1
log t 0,5 = 1 − n log CA0 + log
k n−1
Gambarkan grafik
log t 0,5 terhadap log CA0 ,
Tangen =(1-n)
2n−1 −1
Titik potong sumbu log
k n−1

Anda mungkin juga menyukai