NPM : 1615041053
Matkul ; Optimasi proses
𝑋 𝑑𝑋
t = 𝑁𝐴0 ∫0 𝐴 (−𝑟 𝐴)𝑉 (3)
𝐴
𝑋 𝑑𝑋 𝐶 𝑑𝐶𝐴
t = 𝐶𝐴0 ∫0 𝐴 (−𝑟 𝐴) = t = − ∫𝐶 𝐴 (−𝑟
, untuk ɛ = 0 (4)
𝐴 𝐴0 𝐴)
𝑋 𝑑𝑋𝐴 𝑋 𝑑𝑋𝐴
t = 𝑁𝐴0 ∫0 𝐴 (−𝑟 )
= 𝐶𝐴0 ∫0 𝐴 (−𝑟 )
(5)
𝐴 0 (1−ɛA 𝑋𝐴 )
𝑉 𝐴 (1−ɛA 𝑋𝐴 )
FA0 fA
= (5)
−rA
Dalam reactor CSTR total waktu yang dibutuhkan oleh reakotan untuk terkonversi menjadi produk
yaitu waktu tinggal di dalam reactor dan waktu pembongakaran dan umpan dan produk :
Waktu tinggal produk : t = V/q (6)
Waktu pembongkaran π = V/q0 (7)
Pada proses pembentukan produk (missal C) makam lajuny ialah :
Pr(C) = Fc = vcFA0fA = ccq (8)
Untuk laju alir enegi juga ditenukan dengan neraca energi disekitar reator :
Laju entalpi masuk,transfer pasnas atau reaksi – laju alir entalpi kelaur, transfer panas atau reaksi
= akumulasi
𝑇 𝑇
0
𝐼𝑇𝑟𝑒𝑓 ṁ0 cp0 dT - 𝐼𝑇𝑟𝑒𝑓
0
ṁ cp dT+ UAc (Tc – T) + (-∆HRA)(-rA)V = dH/dt (9)
= d(mi cp dT)/dt
Saat T0 = Tref maka :
pada saat proses T dioperasikan pada steady steate maka konvesi ialah :
ṁ cp T0+U 𝐴𝑐 𝑇𝑐 ṁ Cp +𝑈 𝐴𝑐
fA = (−∆HRA )𝐹𝐴0
+ ((−∆H )T (12)
RA )𝐹𝐴0
kesetimbanag energy pada reactor CSTR tergantung pada keadaan awal, jika suhu tetap maka
kesetimbangan energy tidak sama dengan neraca massa. Jika suhu tidak konstan maka reactor
dioperasikan secara adiabatic.
Densitas konstan
Untuk densitas konstan didapat beberapa kesimpulan. Pertama tipe reactor diabaikan dan konversi
tergantung pada limiting reaktan.
Kedua, untuk reactor alir seperti CSTR waktu tinggal dan waktu pembongkaran dari reaktan
menajdi produk adalah sama. Maka q = q0
volume yang dihasilakan pada persamaan diatas hanyalah satyu volume total yang harus dipenuhi
untuk mencapai konversi tertinggi, namun volume reactor tersebut dapat dioptimasi dengan
membuat lebih dari satu reactor dengan total volume sama dengan satu reactor sebelumnya.
Volume dari reactor merupakan plot data antara laju reaksi vs konversi, maka jika di gambarkan
dalam grafik maka diperoleh :
Volume reactor
merupakan total persegi
dari grafik laju reaktovs
konversi
Oleh sebab itu perlu pengoptimalan dari volume reactor agar mengurangi biaya pembuatan namun
tidak mempengaruhi konversi yang diperoleh.
Neraca massa dis ekitar reactor :
R1 = FA0 – FA1 –(-rA)V1 = 0
R2 = FA1 – FA2 –(-rA)V2 = 0
R3 = FA2 – FA3 –(-rA)V3= 0
Atau dengan
R1 = FA0 – FA1 –(-rA)π1 = 0
R2 = FA1 – FA2 –(-rA) π 2 = 0
R3 = FA2 – FA3 –(-rA) π 3= 0
Dimana ” π” merupakan v/q
FA0 = FA0 – FA0XA0 , XA0 = 0
FA1 = FA0 – FA0XA1
FA2 = FA0 – FA0XA2
FA3 = FA0 – FA0XA3
Atau dapat juga dalam satuan konsentrasi :
CA0 = CA0 – CA0XA0 , XA0 = 0
CA1 = CA0 – CA0XA1
CA2 = CA0 – CA0XA2
CA03= CA0 – CA0XA3
FA0, CA0, XA0 FA1, CA1, XA1 FA2, CA2, XA2 FA3, CA3, XA3
V1 V2 V3
Π1 Π2 Π3
FA0 −FA0 XA1 – FA0 ∓𝑋𝐴2 FA0 −FA0 XA1 – FA0 ∓𝑋𝐴2
= 2 = 2
𝑘 𝐶𝐴2 𝑘 (𝐶𝐴0 −𝐶𝐴 0 𝑋𝐴2 )
F (𝑋𝐴2 −𝑋𝐴1 )
V2 = 𝑘A0
𝐶2 𝐴0 (1−𝑋𝐴2 )
2
FA0 −FA0 XA2 – FA0 ∓𝑋𝐴3 FA0 −FA0 XA2 – FA0 ∓𝑋𝐴3
= 2 = 2
𝑘 𝐶𝐴3 𝑘 (𝐶𝐴0 −𝐶𝐴 0 𝑋𝐴3 )
F (𝑋𝐴2 −𝑋𝐴1 )
V3 = 𝑘A0
𝐶2 𝐴0 (1−𝑋𝐴3 )
2
Dengan cara membuat reaktor menjadi beberapa reaktor dengan voume total sama dengan satu
reaktor maka akan didapat volume yang lebih kecil dai sebelumnya.
FA0 FA
Y y + ∆y
𝑑𝑁𝐴
FA(y) – FA(y + ∆y) – (-rA) ∆V = (1)
𝑑𝑡
∆V = A . ∆y
Dimana : A = luas luas area reactor
∆y = panjang reactor
𝑓(𝑥+∆)−𝑓(𝑥) 𝑑𝑓
Lim(∆x→) ( ) = 𝑑𝑥
∆x
−𝑑𝐹𝐴
= (-rA) (6)
𝑑𝑉
𝑑(𝐹𝐴0 −𝐹𝐴0 𝑋𝐴 )
V = -−∫ (10)
(−𝑟𝐴)
−(𝐹𝐴0 )𝑋𝐴 )
= −∫ (11)
(−𝑟𝐴)
𝐹𝐴0 𝑋𝐴 )
=∫ (12)
(−𝑟𝐴)
𝑋 𝑑𝑋𝐴
V = FA0 ∫𝑋 𝐴 (13)
𝐴0 (−𝑟𝐴)
𝐶 𝑑𝐶𝐴
τ PFR = − ∫𝐶 𝐴 (berlaku untuk density konstan, sehingga q0=q) (15)
𝐴0 (−𝑟𝐴)
𝑉𝐶𝐴0
τ PFR = (16)
𝐹𝐴0
neraca energy
Ḣ – (Ḣ+ dḢ) = -dḢ = ṁ cp dT (17)
X TS dx
ṁ, q0, FA0 ṁ, q, FA
T, Ḣ, FA T + dT, Ḣ +d Ḣ,
D
FA + dFA
dV
laju alir panas pada control volume = U(TS –T) dAp , dAp adalah luas area (reactor) (18)
dAp = (4/D)dV
4 𝑈 (𝑇𝑆 −𝑇)
ṁ cp dT= (-∆HRA) + FA0 dfA (21)
𝐷(−𝑟𝐴 )
pada umumnya pangjang, dan diameter reactor PFR digunakan untuk menentukan kondisi operasi
tekanan konstan, namun pengaruh friksi pressure drop dapat mempengaruhi performa dari reactor
tersebut. Untuk gas penuruanan tekanan mencapai 10-15% dan untuk cairan gradient dari tekanan
ditentukan dengan konsentrasi produk dan suhu. Penentuan gradient tekanan pada reactor yaitu
dengan persamaan Darcy:
𝑑𝑃 2 𝜌 𝑢2 𝑓 32 𝜌 𝑞 2 𝑓
-𝑑𝑥 = = (23)
𝐷 𝜋 2 𝐷5
Dimana : P = tekanan
ρ = densitas
u = viskositas
f = friksi
D = diameter reactor
waktu tinggal (t) dan waktu pembongkaran (π) adalah sama maka :
∫ 𝑑𝑉 𝑉
t= =𝑞 =π (26)
𝑞 0
dt = dV/q0 = dπ (27)
∫ 𝑑𝐶
V/q0 = − (−𝑟 𝐴) = π (28)
𝐴
Contoh kasus
Sebuah resksi yang dilakukan pada suhu 500 K dam tekanan 830 kpa (8.2 atm) dan laju alir umpan
yaitu 0,4 mol/s dengan data sebagai berikut : dengan reaksi : A → B
Table. 1
X -rA (mol/m3.s)
0 0,45
0,1 0,37
0,2 0,30
0,4 0,195
0,6 0,113
0,7 0,079
0,8 0,05
5
3.54
4
3 2.05
2 1.08 1.33
0.89
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
konversi
Untuk reaktor CSTR
𝐹𝐴0 𝑋
V= = FA0 (1/(-rA)) X
−𝑟𝐴
6
5.06
laju reaksi
4 3.54
3
2.05
2 1.33
0.89 1.08
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
konversi
konversi vs FA0/-rA :
9
8
8
6
5.06
FA0/-rA :
4 3.54
3
2.05
2 1.33
0.89 1.08
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
konversi
Konversi dimulai dari 0-0,8 dan volume reaktor adalah luas daerah dibawah kurva, maka dapat
dibagi menjadi beberapa segmen (contoh 4 segmen) yang diselesaikan dengan cara numeris.
0,8
∆X = = 0,2 , maka interval dari konversi ialah 0,2
4
∆X 𝐹𝐴0 4𝐹𝐴0 2𝐹𝐴0 4𝐹𝐴0 𝐹𝐴0
V= [−𝑟 + + −𝑟 + −𝑟 + ]
3 𝐴 (𝑥=0) −𝑟𝐴 (𝑥=0,2) 𝐴 (𝑥=0,4) 𝐴 (𝑥=0,6) −𝑟𝐴 (𝑥=0,8)
0,2 0,2
V = ( 3 )(0,89 + 4(1,33) +2(2,05) +4(3,54) +8,0) = ( 3 )(31,47 m3)
6
5.06
FA0/-rA :
4 3.54
3
2.05
2 1.33
0.89 1.08
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
konversi
Dari contoh kasus diatas dengan penyelesaian yang berbeda yaitu CSTR dan PFR terlihat bahwa
reaktor PFR lebih membutuhkan sedikit volume reaktor dibandignkan dengan CSTR karena
konversi dari reakstanmenjadi produk adalah fungsi jarak. Selain itu pengoptimalan lebih lanjut
dapat dilakukan pada masing-masing reaktor, untuk PFR dapat membagi segmen berdasarkan
dengan ∆X danuntuk CSTR dapat dioptimlakan dengan membagi membuat beberapa CSTR
dengan masing-masing memiliki konversi yang berbeda-beda.