Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MIKROBIOLOGI INDUSTRI
( Dosen: Ibu Panca Nugrahini F, S.T.,M.T )

Di susun oleh Kelompok satu :

 Restu Damaru ( 1615041009 )


 Adhitia Yulianto ( 1615041028 )
 Jeri Parsad Akrami ( 1615041051 )
 Sigit Permadi ( 1615041053 )

Tahun Ajaran 2016 / 2017


BAB 1
PENDAHULUAN

TUJUAN
Dalam makalah ini diharapkan mencapai beberapa tujuan, yaitu
1. Untuk mengetahui peran mikroba dalam proses pembuatan bahan industri pangan
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja mikroba dalam pembuatan industri bahan kimia
3. Untuk mengetahui peran mikroba dalam proses pembuatan bahan industri enzim
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja mikroba dalam pembuatan bahan industri
protein sel tunggal
5. Untuk mengetahui peran mikroba dalam proses bahan industri kesehatan
6. Untuk mengetahui peran mikroba pada industri pertanian
BAB II
ISI

A. Pengertian Mikrobiologi Industri


Mikrobiologi Industri merupakan suatu proses produksi mikroorganisme dalam jumlah
besar dalam kondisi terkendali dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi dan bermanfaat.
Dilihat dari sudut industri, mikroorganisme merupakan “pabrik zat kimia” yang mampu
melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroorganisme merombak bahan mentah (substrat)
menjadi suatu produk baru :

Substrat + Mikroorganisme = Produk baru

Substrat : karbohidrat, pati, molasses, limbah hasil pertanian, tebu, ubi dsb.
Mikroorganisme : bakteri, jamur, yis dll.
Produk baru : enzim, alcohol, antibiotic, vitamin, hormone steroid, asam amino,
asam organic, protein sel tunggal.

Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri Dari segi perindustrian, mikroba
merupakan pabrik zat kimia yang mampu melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak
bahan mentah dan mengubah bahan mentah menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat yang harus
dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo, 2005):
a. Organisme
Organisme yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup banyak.
Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme industri yaitu harus tumbuh cepat dan
menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat, memiliki sifat-sifat genetik yang
stabil, mampu menghasilkan substansi yang menarik, serta dapat dipelihara dalam periode waktu yang
sangat panjang di laboratorium. Mikroba yang digunakan dalam industri adalah kapang, khamir, bakteri,
dan virus.
b. Medium
Substrat yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus murah dan tersedia dalam
jumlah yang banyak. Misalnya, limbah yang banyak mengandung nutrisi dari industri persusuan dan
industri kertas untuk menghasilkan bahan-bahan yang bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat mencapai 200.000 liter.
Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran heterogen yang terdiri dari sel-sel
mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak, komponen-komponen medium yang tidak terpakai,
dan produk-produk metabolisme yang tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan metode-
metode yang mudah dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir
yang diinginkan.
d. Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan tumbuhan.
e. Bersifat non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat di-inaktifkan.
f. Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel mikroorganisme pertama kali
dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat sulit dan mahal untuk industri skala-besar.
g. Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah dipindahkan dari biakan
dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri
berfilamen lebih disukai. Bakteri unisel, berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan dari biakan cair.
h. Mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa genetika pada mikroba
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi,
pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan
makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan
kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel pankreas yang mempu mensekresi Insulin
digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang terbentuk
menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera dikembangbiakkan.

Kelebihan Mikroorganisme sebagai Bahan dari Mikrobiologi Industri:


a. Mikroba tumbuh dengan cepat (dimana dalam waktu 20 – 30 menit mikroba sudah
dapat berkembang biak)
b. Tidak memerlukan lahan yang luas
c. Tidak dipengaruhi iklim
d. mudah dikendalikan
e. Secara genetic mikroba mudah dimodifikasi sesuai dengan kehendak
f. Mikroorganisme dapat tumbuh pada berbagai limbah yang memiliki nilai ekonomi
rendah untuk diubah menjadi bahan dengan nilai ekonomi tinggi
g. Dalam suatu reaksi, memang mesti harus menggunakan mikroba (tidak dapat
digantikan oleh zat kimia)

Syarat Mikroorganisme sebagai Bahan dari Mikrobiologi Industri:


a. Mempunyai produktifitas yang tinggi
b. Berupa biakan murni yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan
tetap murni dalam proses, maka kondisi lingkungan harus dijaga steril
c. Unggul Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba harus mampu menghasilkan
perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dengan produksi yang tinggi
d. Tidak mudah mengalami perubahan atau mutasi akibat perubahan lingkungan.
Tidak pathogen, bagi manusia maupun binatang
e. Jika digunakan, mikroba pathogen harus dijaga agar tidak menimbulkan akibat
samping pada lingkungan

Beberapa mikroba penting yang berperan terhadap mikrobiologi industri:


Jenis mikroba Nama mikroba Produk yang dihasilkan
NO
Acetobacter aceti Asam cuka
Acetobacter xylinum Nata de pina
1 Bakteri Bacillus sp nata de coco
Bividobacterium sp Rekayasa genetic (lingkungan)
Lactobacillus sp Probiotik
Aspergillus niger Asam sitrat
Rhyzopus oryzae Pembuatan tempe (perbaikan nilai gizi)
Neurospora sitophila Pembuatan oncom (beta karoten)
2 Jamur Monascus purpureus Pewarna alami dan angkak (membantu kesehatan)
Penicillium sp Antibiotic
Yis (kapang) Roxii
3 Saccharomyces Alcohol, wine, bir, pengembang roti
cereviceae Pembuatan kecap (pembentukan aroma), dll
4 Virus Virus polio Virus polio
Vaksin polio Vaksin polio
5 Alga Chlorella Makanan, kesehatan dll
B. Beberapa Contoh Mikrobiologi Industri

1. Industri Pangan
a) Fermentasi Tempe
Tempe merupakan salah satu produk fermentasi tradisional yang cukup terkenal dan
merupakan sumber protein nabati yang sangat potensial bagi penduduk Indonesia. Hal ini
disebabkan kedelai sebagai bahan baku tempe telah banyak dikonsumsi oleh negara
berkembang, selian itu karena harganya yang relatif murah tetapi nilai gizinya hampir
seimbang dengan sumber protein hewani seperti daging sapi, susu sapi, dan telur ayam
(Koswara, 1995). Selama ini faktor yang paling sering diperhatikan dalam pembuatan
tempe adalah pertumbuhan kapang, karena tempe identik dengan tumbuhnya kapang pada
kedelai. Kapang yang digunakan di Indonesia umumnya ditumbuhkan pada daun waru atau
dalam bentuk tepung, meskipun kini telah ada yang diproduksi menggunakan inokulum
murni (LIPI). inokulum tempe tradisional banyak yang terkontaminasi oleh bakteri bakteri
baik pada saat pembuatan ataupun saaat Pemasaran.

Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan
produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (𝐶6 𝐻12 𝑂6) yang merupakan gula paling
sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2𝐶2 𝐻5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia:
𝐶6 𝐻12 𝑂6) → + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat,
tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal
respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung
produk akhir yang dihasilkan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat
menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang
dapat merusak pertumbuhan kapang.
2. Uap air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan
karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
3. Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat
tumbuh baik pada suhu ruang (25-27𝑜 C). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman,
suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
4. Keaktifan Laru/ragi
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena itu
pada pe mbuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar
dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.

Untuk membuat tempe dibutuhkan inokulum atau laru tempe atau ragi tempe. Laru tempe
dapat dijumpai dalam berbagai bentuk misalnya bentuk tepung atau yang menempel pada daun
waru dan dikenal dengan nama Usar. Laru dalam bentuk tepung dibuat dengan cara
menumbuhkan spora kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk. Bahan yang akan
digunakan untuk sporulasi dapat bermacam-macam seperti tepung terigu, beras, jagung, atau
umbi-umbian.
Berdasarkan atas tingkat kemurniannya, inokulum atau laru tempe dapat dibedakan atas:
inokulum murni tunggal, inokulum campuran, dan inokulum murni campuran. Adapun
perbedaannya adalah pada jenis dan banyaknya mikroba yang terdapat dan berperan dalam laru
tersebut.
Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempe adalah kapang jenis Rhizopus
oligosporus, atau kapang dari jenis R. oryzae. Sedangkan pada laru murni campuran selain
kapang Rhizopus oligosporus, dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella.
Selain bakteri Klebsiella, ada beberapa jenis bakteri yang berperan pula dalam proses
fermentasi tempe diantaranya adalah: Bacillus sp., Lactobacillus sp., Pediococcus sp.,
Streptococcus sp., dan beberapa genus bakteri yang memproduksi vitamin B12. Adanya bakteri
Bacillus sp pada tempe merupakan kontaminan, sehingga hal ini tidak diinginkan.
Pada tempe yang berbeda asalnya sering dijumpai adanya kapang yang berbeda pula
(Dwidjoseputro dan Wolf, 1970). Jenis kapang yang terdapat pada tempe Malang adalah R.
oryzae., R. oligosporus., R. arrhizus dan Mucor rouxii. Kapang tempe dari daerah Surakarta
adalah R. oryzaei dan R. stolonifer sedangkan pada tempe Jakarta dapat dijumpai adanya kapang
Mucor javanicus., Trichosporon pullulans., A. niger dan Fusarium sp.
Masing-masing varietas dari kapang Rhizopus berbeda reaksi biokimianya, hal ini
terutama disebabkan adanya perbedaan dari enzim yang dihasilkan. Pektinase hanya disintesa
oleh R. arrhizus dan R. stolonifer. Sedangkan enzim amilase disintesa oleh R. oligosporus dan R.
oryzae tetapi tidak disintesa oleh R. arrhizus.
Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan baik fisik maupun
kimianya. Protein kedelai dengan adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan menjadi
asan-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan. Dengan adanya
peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami peningkatan. Nilai pH untuk
tempe yang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang telah difermentasi menjadi tempe
akan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi karbohidrat dan protein akan dipecah oleh
kapang menjadi bagian-bagian yang lebih mudah larut, mudah dicerna dan ternyata bau langu
dari kedelai juga akan hilang.
Kadar air kedelai pada saat sebelum fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang.
Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam
fermentasi, kadar air kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40 jam
fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977).
Perubahan-perubahan lain yang terjadi selama fermentasi tempe adalah berkurangnya
kandungan oligosakarida penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung sampai
fermentasi 72 jam.
Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami peningkatan dan
peningkatannya akan mencapai jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72 jam (Murata et al.,
1967).
Adapun kadar senyawa kimia yang terkandung dalam tempe adalah sebagai berikut :
1. Asam Lemak
Kandungan lemak pada tempe secara umum sebanyak 18-32%. Selama proses
fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak.
Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA)
meningkat jumlahnya. Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan
kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.

2. Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut
lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial.
Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin),
asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
3. Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah
mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.
Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang
mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-
mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk
dimanfaatkan tubuh.
4. Anti Oksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti
halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat
dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai terdapat
tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis
isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang
mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai.
Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh
bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
5. Protein
Kandungan protein pada tempe sebanyak 35-45%
6. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat pada tempe sebesar 12-30%
7. Air
Kandungan air pada tempe sebesar 7 %.
Kadar air kedelai pada saat sebelum fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang. Selama
proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam fermentasi,
kadar air kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40 jam
fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977).
Perubahan-perubahan lain yang terjadi selama fermentasi tempe adalah berkurangnya
kandungan oligosakarida penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung
sampai fermentasi 72 jam. Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami
peningkatan dan peningkatannya akan mencapai jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72
jam (Murata et al., 1967).

b) Kombucha
Dari hasil penelitian diketahui bahwa teh mengandung kafein, tennin , minyak atsiri dan beberapa
senyawa lain. Zat-zat inilah yang berpengaruh terhadap kualitas teh kering yang dihasilkan,
khususnya terhadap rasa dan aroma (Loo, 1982).

Dan kombucha sendiri dikenal dengan jamur teh atau jamur dipo adalah fermentasi teh menggunakan
campuran kultur bakteri dan khamir/yis sehingga diperoleh cita rasa asam dan terbentuk lapisan nata.
Kombucha dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan seperti darah tinggi atau darah rendah,
rematik, kegemukan, arthritis, migraine, diabetis dll. Kandungan asam glukonat pada kombucha, maupun
meningkatkan kekebalan tubuh dan mengeluarkan atau mengikat racun.

c) Nata de Coco
Nata adalah suatu zat yang menyerupai gel, tidak larut dalam air dan terbentuk pada permukaan media
fermentasi air kelapa dan beberapa sari buah masam. Nata de coco adalah jenis nata dengan medium
fermentasi air kelapa. Mikroba yang digunakan untuk proses fermentasi Acetobacter xylinum. Nata de
coco mengandung serat kasar 2,75%, protein 1,5 – 2,8%, lemak 0,35% dan sisanya adalah air.
Nata de coco merupakan sumber makanan rendah energi. Secara khusus, air kelapa kaya akan potasium
(kalium). Selain mineral, air kelapa juga mengandung gula (bervariasi antara 1,7 sampai 2,6 persen) dan
protein (0,07-0,55 persen). Air kelapa memiliki karakteristik cita rasa yang khas. Di samping itu, air
kelapa juga punya kandungan gizi, terutama mineral yang sangat baik untuk tubuh manusia. Kandungan
yang terdapat dalam air kelapa tidak hanya unsur makro, tetapi juga unsur mikro. Unsur makro yang
terdapat adalah karbon dan nitrogen.

Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol,
dan inositol. Unsur nitrogen berupa protein yang tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin, alanin,
sistin, dan serin. Sebagai gambaran, kadar asam amino air kelapa lebih tinggi ketimbang asam amino
dalam susu sapi.
Selain karbohidrat dan protein, air kelapa juga mengandung unsur mikro berupa mineral yang dibutuhkan
tubuh. Mineral tersebut di antaranya kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe),
tembaga (Cu), fosfor (P), dan sulfur (S). Yang cukup mencengangkan, dalam air kelapa juga ditemukan
berbagai vitamin. Sebut saja vitamin C dan berbagai asam seperti, asam nikotinat, asam pantotenal, dan
asam folat. Vitamin B kompleks yang dikandungnya antara lain niacin, riboflavin, dan thiamin. Karena
komposisi gizi yang demikian itu, air kelapa berpotensi dijadikan bahan baku produk pangan.

d.) Yoghurt
Yoghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri.Yoghurt dapatdi buat dari susuap asaja,
termasuk susuka cangkedelai.Tetapiproduksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula
susu(Iaktosa) menghasilkan asam laktat yang berperan dalam protein susu untuk menghasilkan tekstur
sepertigel dan bau yang unik pada yoghurt. Flavor khas yoghurt disebabkan oleh kandungan asam
laktat dan slsa-sisaacetaldehida, diasetil, asamasetat, dan bahan-bahan fermentasi
bakteri(Buckleetal.,1987).
Yoghurt adalah produk susu fermentasi berbentuk semi padat, yang dihasilkan melalui fermentasi
menggunakan bakteri asam laktat. Selama fermentasi akan terjadi perubahan tekstur, flavor, dan rasa
yang khas. Yoghurt mengandung nilai gizi yang lebih baik berbanding susu segar. Secara tradisional
yoghurt dapat dibuat dengan menambahkan kultur starter campuran Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus.

e) Kecap
Kecap merupakan cairan kental yang mengandung protein, diperoleh dari perebusan kedele yang telah
difermentasi dan ditambah gula, garam dan rempah-rempah. Mutu kecap ditentukan oleh kandungan
protein. Mutu pertama mengandung minimal 6% protein dan mutu kedua mengandung 2% . kecap
terbagi dua, yaitu :
1. Kecap manis (kandungan gula 26 – 61%, garam 3 – 6%).
2. Kecap asin (kandungan gula 4 - 19%, garam 18 - 21%).

Di Indonesia, pembuatan kecap pada umumnya dilakukan secara fermentasi. Produksi


kecap secara fermentasi menyebabkan produk yang dihasilkan mempunyai aroma yang baik.
Fermentasi dibuat dengan bantuan jamur kapang Aspergillus oryzae, Aspergilus niger, Hansenula
sp, dan Rhizopus sp. Selain itu kecap dapat juga di fermentasi menggunakan bakteri, yaitu
Lactobacillus delbucki.
Kecap selain mengandung protein, vitamin, dan mineral, kecap berfungsi juga sebagai
penyedap makanan. Karena dapat memberikan rasa dan aroma yang khas pada makanan atau
masakan, masyarakat menjadikan kecap sebagai bagian dari menu harian. Dengan kata lain,
kecap dapat meningkatkan selera makan. Kecap bisa dikonsumsi dengan makanan pokok nasi,
sayuran, daging unggas, dan ikan. Kecap merupakan kreasi makanan indonesia berbahan dasar
kedelai. Selain tahu dan tempe, kecap merupakan makanan yang mempunyai prospek bisnis yang
bagus.
Bahan baku utama kecap pada umumnya adalah kedelai. Hal ini memiliki keunggulan
tersendiri karena kedelai memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi,terutama protein dan
karbohidrat.
Asam amino yang terdapat pada kedelai adalah leusin dan lisin. Keduanya merupakan
asam amino yang sangat diperlukan oleh enzim pemecah kedelai untuk menghasilkan kecap
dengan cita rasa yang enak, lezat, dan khas.
Kepopuleran kacang kedelai didasarkan pada nilai gizinya yang tinggi. Mutu protein
kedelai termasuk paling unggul dibandingkan dengan jenis tanaman lain, bahkan hampir
mendekati protein hewani. Hal ini disebabkan oleh banyaknya asam amino essensial yang
terkandung dalam kedelai.
http://www.akusehatku.com/2013/05/inilah-proses-pembuatan-kecap-kedelai.html

2. Industri Bahan Kimia


a). Industry Asam Asetat
Asam asetat disebut juga dengan asam cuka, merupakan cairan yang berwarna putih
dengan bau asam yang sangat tajam. Asam asetar dalam industri digunakan sebagai pelarut,
peresksi, katalis, dan pestisida. Asam asetat dapat juga digunakan sebagai penyusunan cat, pernis,
dan dalam perawatan medis seperti misalnya dalam pengobatan sengatan ubur-ubur. Proses
pembuatan asam asetat secara fermentasi dilakukan dalam dua tahap yaitu fermentasi alkohol dan
fermentasi asam asetat oleh bakteri asam asetat pada larutan yang mengandung alkohol.
Istilah fermentasi diturunkan dari “Fervere” istilah latin yang berarti mendidih, dan ini
digunakan untuk menyebut adanya aktivitas yeast pada ekstrak buah dan larutan malt serta biji-
bijian. Peristiwa pendidihan tersebut terjadi akibat terbentuknya 𝑂2 oleh proses gula dalam
ekstrak. Secara biokimia fermentasi diartikan sebagai pembentukan energi melalui senyawa
organik, sedangkan aplikasinya dalam dunia industri fermentasi diartikan sebagai suatu proses
untuk mengubah bahan dasar menjadi suatu produk oleh massa sel mikroba. Di dalam pengertian
ini termasuk juga proses anabolisme pembentukan komponen sel secara aerob.
Fermentasi asam asetat adalah fermentasi aerobik atau respirasi oksidatif, yaitu respirasi
senyawa organik seperti asam asetat. Proses ini dilakukan oleh bakteri dari genus Acetobacter
dan Glucobacter. Kondisi respirasi oksidatif ini dapat dilakukan dengan kultur murni, tetapi
kondisinya tidak selalu aseptis oleh karena pH yang rendah serta adanya alkohol dalam media
merupakan faktor penghambat bagi mikroorganisme lain selain Acetobacter acetii. Mekanisme
fermentasi asam asetat ada 2 yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Pada
fermentasi alkohol mula-mula gula yang terdapat pada bahan baku akan dibongkar oleh khamir
menjadi alkohol dan gas O2 yang berlangsung secara anaerobik. Setelah alkohol dihasilkan maka
dilakukan fermentasi asam asetat, dimana bakteri asam asetat akan mengubah alkohol menjadi
asam asetat. Setelah terbentuk asam asetat fermentasi harus segera dihentikan supaya tidak terjadi
fermentasi lebih lanjut oleh bakteri pembusuk yang dapat menimbullkan kerusakan.

Asam asetat yang terbentuk dalam proses diatas memiliki sifat antara lain:
a) Berat molekul : 60,05
b) mempunyai titik didih : 118,1 oC
c) mempunyai titik beku : 16,7 oC
d) Spesific grafity : 1,049
e) berupa cairan jernih (tidak berwarna)
f) berbau khas
g) mudah larut dalam air, alkohol, dan eter
h) larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah(korosif)

Golongan bakteri yang mengoksidasi etanol menjadi asam asetat diklasifikasikan menjadi 2
genera, yaitu:
1.Gluconobacter
Mengoksidasi etanol menjadi asam asetat
2.Acetobacter
Mengoksidasi asam asetat lebih lanjut menjadi O2 dan H2O.

Bakteri asam asetat mempunyai kemampuan membentuk asam dari alkohol secara
oksidasi diekspresikan ke dalam medium.Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif yang bergerak
lambat dengan flagella peritrik,memiliki toleransi terhadap asam yang tinggi,dan aktivitas
peptolitik yang rendah. Fermentasi asam asetat dilakukan oleh bakteri asam asetat terhadap
larutan yamg mengandung alkohol. Bakteri asam asetat tersebut termasuk dalam famili
Pseudomonadaceae yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
● Sel berbentuk batang pendek atau bola
● Bakteri gram negatif
● Sel bergerak dan tidak bergerak
● Tidak mempunyai endospora
● Tidak bersifat patogen
● Bersifat aerob
● Energi diperoleh dari oksidasi etanol menjadi asam asetat
● Mampu hidup dalam air, padatan, daun, buah, dan lain-lain.
Contoh peroksidan dalam proses diatas adalah: Acetobacter acetii dan Acetobacter pasterinum
Acetobacter acetii merupakan bakteri gram negatif yang bergerak menggunakan peritrich
flagella,merupakan bakteri aerob obligat, tidak membentuk endospora dan dapat tumbuh dimana-
mana. Beberapa negara di benua Amerika dan Eropa menggunakan sari buah dari berbagai jenis
buah-buahan sebagai bahan bakunya. Di Jepang, cuka diproduksi dengan menggunakan bahan
baku beras yang telah mengalami sakarifikasi. Di Indonesia, nira aren sering digunakan oleh
masyarakat pedesaan untuk membuat cuka lahang, yaitu sejenis cuka yang dibuat secara
tradisional melalui proses fermentasi spontan.

b) Industri Asam Laktat


Asam laktat (lactic acid) adalah salah satu asam organik yang penting di industri,
terutama di industri makanan. Di samping itu, penggunaannya sekarang lebih luas karena bisa
dipakai sebagai bahan baku pembuatan polylactic acid, biodegradable plastics yang merupakan
polimer dari asam laktat (Datta et al. 1995; Hofvendahl and Hahn-Hagerdal 2000). Asam laktat
merupakan bahan kimia serba guna yang dapat digunakan sebagai:
a. Asidulan (bahan pengasam)
b. aroma dan pengawet dalam industry makanan dan obat-obatan, kulit dan tekstil
c. Untuk produksi bahan kimia dasar
d. Untuk polimerisasi bahan yang mudah dirombak poly lactic acid (PLA)

Produksi asam laktat dunia mencapai 80.000 ton dan sekitar 90% diantaranya dihasilkan oleh
bakteri asam laktat melalui fermentasi dan sisanya dihasilkan secara sintetis dengan menghidrolisis
laktonitril.
Produksi asam laktat mayoritas dilakukan dengan fermentasi gula (glucose) oleh lactic
acid bacteria, seperti Lactobacillus, yang memiliki high acid tolerance dan bisa direkayasa
genetika untuk menghasilkan D-(-) atau L-(+) optical isomers dari asam ini secara selektif
(Benthin and Villadsen 1995; Kyla-Nikkila et al. 2000; Zhou et al. 2003a). Namun bakteri jenis
ini memerlukan medium kompleks yang bisa membuat proses pemurnian (downstream
processing) sulit dan mahal. Ditambah, bakteri ini juga tidak mampu mengfermentasi gula
pentosa dengan efektif. Solusinya adalah penggunaan bakteri lain jenis Escherichia coli yang
telah direkayasa genetika guna produksi asam laktat secara optimum.
Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan E. coli. Produksi optically
pure D-lactic acid di mineral media bisa dilakukan hingga mencapai produktivitas 10.8 mM/hour
dengan bahan baku glucose 50 g/l(Zhou et al. 2003a). Selain itu, L-lactic acid diproduksi dengan
mengganti gen ldhA E. coli dengan ldhL dari Pediococcus acidilactici yang mampu menghasilkan
optically pure L-lactic acid dengan laju 7.18 mM/hour (Zhou et al. 2003b). Sucrose dan mollases
juga bisa dipakai dan menghasilkan D-lactic acid dengan yield sampai 97 % (Shukla et al. 2004;
Zhou et al. 2005). Di samping itu, aplikasi growth-based selection technique sukses menghasilkan
jenis E. coli yang memproduksi 28.6 mM/hour froD-lactic acid dari 100 g/l sucrose dalam LB
medium (Zhou et al. 2005). Perlu juga diketahui jika genetically modified yeast S. cerevisiae
yang membawa enam copy gen bovine L-LDH bisa memproduksi > 1 M L-lactic acid dengan
kemurnian 99.9 % optical purity (Saitoh et al. 2005).

c) Industri Alkohol
Secara garis besar proses pembuatan alkohol (ethanol) merupakan proses pengubahan
karbohidrat dari berbagai tanaman dengan bantuan mikroba yis Saccharomyces cereviceae
menjadi alkohol. Karbohidrat sebagai substrat dapat digunakan dari berbagai sumber seperti pati
ubi, nira kelapa, nira nipah, sagu maupun limbah sagu, air kalapa, jagung, gandum, limbah
bahan organik dsb.

3. Industri Enzim
Enzim hanya terbentuk di dalam sel makhluk hidup. Enzim berfungsi sebagai katalisator
beberapa reaksi kimia yang tidak dapat digantikan oleh bahan kimia sintetik. Teknologi enzim tidak
diragukan lagi dapat menyumbangkan kepada penyelesaian terhadap sebagian masalah. Perkiraan
produksi enzim dunia per tahun sbb:

NO Enzim Presentase jamur

1 Enzim murni (ton) 500


2 Protease Bacillus 300
3 Amilo-glukosidase 300
4 Amylase Bacillus 50
5 Isomerase glucose 20
6 Rennet microbial 20
7 Amylase jamur 20
8 Pektinase 20

4. Industri Protein Sel Tunggal (SCP= single cell protein)

Proteinn sel tuggal merupakan mikroba kering seperti ganggang, bakteri, ragi, kapang,
dan jamur tinggi yang ditumbuhan dalamjuktur skala besar. Protein ini dipakai untuk konsumsi
manusia atau hewan, produksi ini juga berisi bahan nutreisi lain, seperti karbihidrat, lemak,
vitamin, dan lemak. Teknologi modern untuk membuat protein sel tunggsal berasal dari tahun
1879 di Inggris, dengan memperkenalkan adoanan yang dianginkan untuk membuat roti.
Kemajuan ilmu pengertahuan dalam bidang fisisologi, nutrisi, dan genetika mikroba telah banyak
banyak memperbaiki metode untuk menghasilkan protein sel tunggal dari berbagai macam
mikroba dan bahan mentah, dan mikrobanya berupa ragi yang dibiakan dalam media yang kadar
selnya tinggi sekali, sehingga ini dapat mengurangi biaya energi untuk pengeringan.
FAO telah memprediksi terjadinya gap antara negara maju dengan negara berkembang
dalam penyediaan pangan termasuk protein. Ketersediaan pangan yang mencukupi dan
berkualitas bagi penduduk dunia telah mendapat perhatian negara seluruh dunia. CSP merupakan
pangan harapan di masa depan, dimana protein akan dihasilkan dalam jumlah yang besar dari
proses produksi sel mikroba. Disebut SCP karena kebanyakan mikroorganisme yang digunakan
sebagai penghasil merupakan mikroorganisme sel tunggal, bukannya organisme multi sel seperti
hewan dan tumbuhan.

Secara teori, dalam kondisi yang optimal mikroorganisme dapat menghasilkan 25 ton per
hari protein. Hal ini jauh lebih efisien bila dibanding dengan protein yang dihasilkan oleh hewan
dalam waktu yang sama.

Perbandingan organism dalam melipatgandakan beratnya


NO Organisme Waktu
1 Bakteri dan yis 20 – 120 menit
2 Jamur dan alga 2 - 6 jam
3 Rumput dan tumbuhan 1 – 2 minggu
4 Ayam 2 – 4 minggu
5 Babi 4 – 6 minggu
6 Lembu (muda) 1 – 2 bulan
7 Manusia (muda) 3 – 6 bulan

Terdapat perhatian yang lebih terhadap penggunaan alga sebagai sumber SCP walaupun
pertumbuhannya sedikit lambat dibandingkan bakteri dan yis. Kelebihan alga sebagai
mikroorganisme sebagai sumber SCP adalah dapat hidup subur pada kondisi terbuka dan hanya
memerlukan CO2 sebagai sumber karbon untuk proses fotosintesis. Alga seperti Chlorella dan
Sensdemus telah lama dijadikan makanan di Jepang, sedangkan Spirulina digunakan secara
meluas di Mexico dan Afrika.

5. Industri Produk-produk Kesehatan

a. Vaksin merupakan sediaan mikroorganisme mati atau yang dilemahkan yang dapat
diberikan kepada manusia atau hewan guna merangsang kekebalan tubuh. Dalam
penyakit yang disebabkan oleh virus, vaksin telah berkembang oleh teknologi DNA
rekombinan untuk melawan virus polio, hepatitis, herpes, influenza, dll.

Antibiotic adalah senyawa anti mikrob yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup.
Antibiotic telah digunakan secara meluas sejak perang dunia kedua dengan penemuan penicillin.
Selanjutnya dalam perkembangannya, anti biotic digunakan secara meluas bagi obat-obatan
manusia dan hewan ternak. Beberapa antibiotic telah digunakan untuk meningkatkan berat ternak.
Antibiotic dalam dosis terbatas dapat digunakan untuk mengatasi penyakit taaman yang
disebabkan oleh mikroba.

Beberapa antibiotic penting yang telah dihasilkan oleh mikroba :

NO Senyawa Anti Biotik Mikroorganisme penghasil Spectrum Aktivitas Antibiotik

1 Aktinomisin D Streptomyces sp Antitumor


2 Asparaginase Erwinia sp Antileukomia
3 Basitrasin Bacillus sp Antibakteria
4 Bleomisin Streptomyces sp Anti kanker
5 Sefalosporin Acremonium sp Anti bacteria
6 Kloramfenikol Cephalosporium sp Anti bakteri
7 Daunorubisin Streptomycessp Anti protozoa
8 Fumagilin Aspergillus sp Amoebisidal
9 Griseofulvin Penicillin sp Anti fungus
10 Mitomisin Streptomyces sp Anti tumor
11 Natamisin Streptomyces sp Pengawetan makanan
12 Nisin Streptomyces sp Pengawetan makanan
13 Penicillin G Penicillin sp Anti bakteri
14 Rifamisin Nocardia sp Antituberculosis
15 Streptomisin Streptomyces sp Anti bakteria

Salah satu kebutuhan vaksin yang saat ini banyak manfaatnya adalah vaksin Insulin. Saat ini, kebutuhan
insulin bagi penderita diabetes disediakan dari ekstrak insulin babi atau lembu. Penyelidikan DNA
rekombinan telah berhasil memproduksi insulin yang didapat dari proses fermentasi bakteri.
Produksi darah melalui teknik DNA rekombinan telah berhasil memenuhi kebutuhan
darah, di mana konsumsi terbesar produk darah adalah jepang dan Amerika Utara sebesar 25%
dari kebutuhan dunia.

b. Insulin.
Insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh para ahli fisiologi
asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles Hebert Best serta ahli fisiologi asal Inggris John
James Richard Macleod. Seorang ahli boikimia James Betram Collip kemudian memproduksi dengan
tingkat kemurnian yang cukup baik untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Pada tahun 1965 insulin
manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis
secara kimia.
Pada proses pembuatan insulin ini, langkah pertama adalah mengisolasi plasmid dari E. coli. Plasmid
adalah salah satu bahan genetik bakteri yang berupa untaian DNA berbentuk lingkaran kecil. Selain
plasmid, bakteri juga memiliki kromosom. Keunikan plasmid ini adalah: ia bisa keluar-masuk ‘tubuh’
bakteri, dan bahkan sering dipertukarkan antar bakteri.
Pada langkah kedua ini plasmid yang telah diisolir dipotong pada segmen tertentu menggunakan enzim
restriksi endonuklease. Sementara itu DNA yang di isolasi dari sel pankreas dipotong pada suatu segmen
untuk mengambil segmen pengkode insulin. Pemotongan dilakukan dengan enzim yang sama.
DNA kode insulin tersebut disambungkan pada plasmid menggunakan bantuan enzim DNA ligase.
Hasilnya adalah kombinasi DNA kode insulin dengan plasmid bakteri yang disebut DNA rekombinan.
DNA rekombinan yang terbentuk disisipkan kembali ke sel bakteri.
Bila bakteri E. coli berbiak, maka akan dihasilkan koloni bakteri yang memiliki DNA rekombinan.
Membuat strain murni DNA rekombinan

Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA rekombinan diidentifikasi
menggunakan probe. Probe adalah rantai RNA atau rantai tunggal DNA yang diberi label bahan
radioaktif atau bahan fluorescent dan dapat berpasangan dengan basa nitrogen tertentu dari DNA
rekombinan. Pada langkah pembuatan insulin ini probe yang digunakan adalah ARNd dari gen pengkode
insulin pankreas manusia.

Untuk memilih koloni bakteri mana yang mengandung DNA rekombinan, caranya adalah menempatkan
bakteri pada kertas filter lalu disinari dengan ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA rekombinan dan
telah diberi probe akan tampak bersinar. Nah, bakteri yang bersinar inilah yang kemudian diisolasi untuk
membuat strain murni DNA rekombinan. Dalam metabolismenya, bakteri ini akan memproduksi hormon
insulin.

Saat ini, kebutuhan insulin bagi penderita diabetes disediakan dari ekstrak insulin babi atau lembu.
Penyelidikan DNA rekombinan telah berhasil memproduksi insulin yang didapat dari proses fermentasi
bakteri.
c. Produk darah
Produksi darah melalui teknik DNA rekombinan telah berhasil memenuhi kebutuhan darah, di
mana konsumsi terbesar produk darah adalah jepang dan Amerika Utara sebesar 25% dari kebutuhan
dunia.
(merantikepulauanku.Wikipedia.co.id/2013/06/mikrobiologi-industri-bio-industri.html)

6. Industry Pertania

a. Biofertilizer

Pertanian organik semakin berkembang dengan sejalan dengan timbulnya kesadaran akan
petingnya menjaga kelestarian lingkungan dan kebutuhan bahan makanan yang relatif lebih sehat.dalam
pertanian organik yang tidak meggunakan bahan kimia buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida,
biofertilizer atau pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan. Beberapa
mikroba tanah seperti Rhizobium, Azaosprillium, Azotobacter mikoriza perombak sellulosa dan efektif
mikroorgnisme dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer pada pertanian organik, biofertilizer tersebut
fungsinya antara lain membantu penyediaan hara pada tanaman, mempermudah penyediaan hara bagi
tanaman membantu dekomposisi bahan organik, meyediakan lingkungn rhizosfer sehingga pada akhirnya
akan mendukung pertumbuhan dan produksi peningkatan tanaman.

Pemanfaatan Bakteri Rhizobium leguminosarum. sebagai biofertilizer

Klasifikasi ilmiah Rhizobium leguminosarum

Kingdom : Monera

Kelas : Psilopsida

Ordo : Psilotales

Family : Psilotaceae

Genus : Rhizobium

Species : Rhizobium leguminosarum


Bakteri Rhizobium bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini akan
menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Akar tanaman tersebut menyediakan
karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika
bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat
mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah
tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah
kesuburan tanah.

Pemanfaatan Rhizobium dalam Produksi Pertanian Dilakukan Melalui:

1. Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan memanfaatkan mikrobia yang berperan
dalam siklus Nitrogen (mikrobia penambat nitrogen, mikrobia amonifikasi, nitrifikasi, dan
denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut fosfat), Sulfur (Mikrobia pengoksidasi sulfur), dan
Logam-logam (Fe, Cu, Mn, dan Al),
2. Pemeliharaan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia penekan organisma pengganggu
tanaman (OPT),
3. Pemulihan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia pendekomposisi / penyerap senyawa-
senyawa toksik terhadap mahluk hidup (Bioremediasi),
4. Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan mikrobia penghasil fitohormon.

Skema Bakteri Rhizobium leguminasarum. dalam mengikat nitrogen


b. Biopeptisida pada pertanian organik

Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus
dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi
(mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur).
Jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi belum
banyak dipakai.

Beberapa bakteri sekarang telah dikembangkan menjadi biopestisida. Secara ekologi, penggunaan
biopestisida ini sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Hal ini
dikarenakan adanya efek residu pestisida terhadap lingkungan termasuk manusia. Bakteri-bakteri tertentu
dapat menghasilkan endotoksin yang dapat meracuni serangga hama tanaman tertentu. Sebagai contoh, di
Amerika telah dikembangkan bakteri yang potensial menjadi biopestisida pada skala komersial, antara
lain adalah Bacillus popilliae dengan merk dagang Doom or Japidemik, Bacillus thuringiensis dengan
merk dagang Dipel, Thuricide, dan Agritol. Di Canada, pada tahun 1980 penggunaan Bacillus
thuringiensis sebagai biopestisida mencapai 4%, dan meningkat menjadi 63 % pada tahun 1990.
Endotoksin yang dihasilkan oleh Bacillus thuringiensis aktif mematikan sebagian besar serangga yang
termasuk dalam kelas Lepidoptera, Diptera, dan Coleoptera.

Pemanfaatan Bakteri Bacillus thuringiensis sebagai biopeptisida

Klasifikasi ilmiah Bacillus thuringiensis

Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus thuringiensis
B. thuringiensis adalah bakteri yang menghasilkan kristal protein yang bersifat membunuh
serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasinya. Kristal protein yang bersifat insektisidal
ini sering disebut dengan σ- endotoksin. Kristal ini sebenarnya hanya merupakan protoksin yang jika larut
dalam usus serangga akan berubah menjadi poli-peptida yang lebih pendek (27- 149 kd) serta
mempunyai sifat insektisi-dal. Pada umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin, karena ada-nya
aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan serangga dapat mengubah Bt-protoksin menjadi polipeptida
yang lebih pendek dan bersifat toksin. Toksin yang telah aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium di
midgut serangga. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa toksin Bt ini menyebabkan terbentuknya pori-
pori (lubang yang sangat kecil) di sel membrane di saluran pencernaan dan mengganggu keseimbangan
osmotik dari sel –sel tersebut. Karena keseimbangan osmotik terganggu, sel menjadi bengkak dan pecah
dan menyebabkan matinya serangga.

Pemanfaatan Bacillus thuringiensis dalam Pertanian:

1. Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang kentang colorado dan larva
kumbang daun.
2. Bacillus thuringiensis varietas kurstaki menyerang berbagai jenis ulat tanaman pertanian.n
3. Bacillus thuringiensis varietas israelensis menyerang nyamuk dan lalat hitam.
4. Bacillus thuringiensis varietas aizawai menyerang larva ngengat dan berbagai ulat, terutama ulat
ngengat diamondback.

Skema Bt dalam membunuh serangga


Agen Biokontrol Pada pertanian Organik

Agen biokontrol ialah suatu mikroorganisme yang digunakan untuk menekan populasi serangga
hama serendah mungkin hingga dapat mencegah kerugian yang di timbulkan tanpa mengganggu
keseimbangan ekologis yang ada. Biokontrol dapat bersifat antagonis atau bahkan sebagai parasit.

Ditemukannya penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. merupakan salah satu
kendala yang dihadapi oleh para petani saat ini, jamur ini banyak menyerang tanaman kentang, pisang,
tomat, ubi jalar, strawberry dan bawang daun. Penyakit layu fusarium adalah penyakit sistemik yang
menyerang tanaman mulai dari perakaran sampai titik tumbuh. Salah satu alternatif untuk menanggulangi
hal tersebut yaitu dengan pengendalian untuk menekan populasi jamur Fusarium dengan
mengembangkan pengendalian secara hayati.

Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens Sebagai Agen Biokontrol Pada Pertanian Organik

Klasifikasi ilmiah Pseudomonas fluorescens

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas

Species : P. fluorescens

Pemanfaatan rhizobakteria di Jawa Barat dikembangkan sebagai biofungisida khususnya antara lain:
Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus thuringiensis, Bacillus pantotkenticus , Burkholderia
cepacia dan Pseudomonas fluorescens.

Bakteri Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri gram negative yang berbentuk batang yang
menghuni tanah, tanaman dan air, bakteri ini dapat mengeluarkan senyawa antibiotik (antifungal),
siderofor, dan metabolit sekunder lainnya yang sifatnya dapat menghambat aktivitas jamur Fusarium
oxysporum. Senyawa siderofor, seperti pyoverdin atau pseudobacin diproduksi pada kondisi lingkungan
tumbuh yang miskin ion Fe. Senyawa ini menghelat ion Fe sehingga tidak tersedia bagi mikroorganisme
lain. Ion Fe sangat diperlukan oleh spora F. oxysporum untuk berkecambah. Dengan tidak tersedianya ion
Fe maka infeksi F. oxysporum ke tanaman berkurang. Sementara senyawa antibiotik yang dihasilkan
antara lain : phenazine-1-carboxylate, pyoluteorin, pyrrolnitrin, 2,4-diacetylphloroglucinol, phenazine-1-
carboxyamide, pyocyanine, hidrogen cyanide dan viscosinamide. Produk yang telah dikomersialkan dari
biofungisida antara lain: Bio-FOB, Bio-TRIBA, Mitol 20 EC dan Organo-TRIBA.

Gambar 1. Produk FOB


Gambar 2. Produk TRIBA

c. Transgenik

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies
tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk
mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu
tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan
kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman
dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga
permasalahan kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari
pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat dunia karena
sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan lingkungan
(ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.

Pembuatan tanaman transgenik

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang
akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman
lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan
gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke
dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer
gen). Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak
seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam
jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal
dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium
tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering digunakan pada spesies
jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil
berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk
masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun
ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.
Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens. Bakteri Agrobacterium
tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa
DNA) untuk menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi
untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman
dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan
gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA
tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus
mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya
sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga
DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.
Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.

Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang berhasil
disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi)
hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat
dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik)
Daftar Pustaka

(https://id.wikipedia.org/wiki/Mikrobiologi-industri)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik)
http://www.akusehatku.com/2013/05/inilah-proses-pembuatan-kecap-kedelai.html

https://bagasvanirawan.wordpress.com/2010/07/20/pembuatan-asam-asetat/
Kesimpulan :
Mikrobiologi Industri merupakan suatu proses produksi mikroorganisme dalam jumlah besar dalam
kondisi terkendali dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan
bermanfaat. . Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain
organisme, medium, hasil, Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan
tumbuhan, Bersifat non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat di-
inaktifkan, Mudah dipindahkan dari medium biakan, Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar,
Mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara genetik.
Kelebihan Mikroorganisme sebagai Bahan dari Mikrobiologi Industri: Mikroba tumbuh dengan cepat
(dimana dalam waktu 20 – 30 menit mikroba sudah dapat berkembangbiak)
Tidak memerlukan lahan yang luas Tidak dipengaruhi iklim
mudah dikendalikan Secara genetic mikroba mudah dimodifikasi sesuai dengan kehendak
Mikroorganisme dapat tumbuh pada berbagai limbah yang memiliki nilai ekonomi
rendah untuk diubah menjadi bahan dengan nilai ekonomi tinggi Dalam suatu reaksi, memang mesti
harus menggunakan mikroba (tidak dapat digantikan oleh zat kimia)
Syarat Mikroorganisme sebagai Bahan dari Mikrobiologi Industri: Mempunyai produktifitas yang tinggi.
Berupa biakan murni yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan, tetap murni dalam
proses, maka kondisi lingkungan harus dijaga steril Unggul Pada kondisi fermentasi yang diberikan,
mikroba harus mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dengan
produksi yang tinggiTidak mudah mengalami perubahan atau mutasi akibat perubahan lingkungan. Tidak
pathogen, bagi manusia maupun binatang Jika digunakan, mikroba pathogen harus dijaga agar tidak
menimbulkan akibat samping pada lingkungan. Mikrobiologi industri dapat diterapkan pada bidang
pertanian, bahan kimia, pangan, enzim, protein sel tunggal dan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai