Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“PENGARUH EKOLOGI MIKROBA DALAM INDUSTRI FARMASI”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. ANISA G 701 15 222


2. TITIN SETYAWATI G 701 16 223
3. IDRIS G 701 17 018
4. NURHIKMAH S G 701 17 082
5. NOVIA WIDYASARI G701 17 207

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Mikrobiologi didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang organism mikroskopis.
Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, mikros=kecil, bios=hidup dan logos=ilmu.
Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisma muncul kurang lebih 4 juta tahun yang lalu
dari senyawa organik kompleks di lautan, atau mungkin dari gumpalan awan yang sangat
besar yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup pertama di bumi, mikroorganisma
diduga merupakan nenk moyang dari semua makhluk hidup.

Selanjutnya ilmuwan menunjukkan bahwa mikroorganisma bukan berasal dari proses


fermentasi tetapi merupakan penyebab proses fermentasi buah anggur menjadi anggur dapat
berubah. Ilmuwan juga menemukan bahwa mikroba tertentu menyebabkan penyakit tertentu.
Pengetahuan ini merupakan awal pengenalan dan pemahaman akan pentingnya
mikroorganisma bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Selama awal abad 20 ahli
mikrobiologi telah meneliti bahwa mikroorganima mampu menyebabkan berbagai macam
perubahan kimia baik melalui penguraian maupun sintesis senyawa organik yang baru. Hal
inilah yang disebut dengan ‘biochemical diversity’ atau keaneka ragaman biokimia yang
menjadi ciri khas mikroorganisma. Disamping itu, yang penting lainnya adalah bahwa
mekanisma perubahan kimia oleh mikroorganisma sangat mirip dengan yang terjadi pada
organisma tingkat tinggi. Konsep ini dikenal dengan ‘unity in biochemistry’ yang artinya
bahwa proses biokimia pada mikroorganisma adalah sama dengan proses biokimia pada
semua makhluk hidup termasuk manusia.

Mikroorganisma juga muncul sebagai sumber produk dan proses yang menguntungkan
masyarakat, misalnya: alkohol yang dihasilkan melalui proses fermentasi dapat digunakan
sebagai sumber energi (gasohol). Strain-strain baru dari mikroorganima yang dihasilkan
melalui proses rekayasa genetika dapat menghasilkan bahan yang penting bagi kesehatan
manusia seperti insulin. Sebelumnya hanya insulin yang diekstrak dari pancreas lembu yang
dapat menerimanya. Sekarang, insulin manusia dapat diproduksi dalam jumlah yang tak
terhingga oleh bakteri yang telah direkayasa.

I.2 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh ekologi mikroba dalam industry farmasi
2. Untuk mengetahui pengaruh atmosfer dan air terhadap industry farmasi
3. Untuk mengetahui perpindahan mikroorganisme
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Mikrobiologi industry


Mikrobiologi Industri adalah ilmu yang mempelajari proses industri dengan mengikut
sertakan mikrobia dalam memproduksi produk-produk yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Produk yang dibuat dipilih senyawa yang sulit diperoleh melalui cara kimiawi. Aspek
yang dipelajari dalam mikrobiologi industry adalah dinamika fermentasi alat untuk
fermentasi, kinetika pertumbuhan, pengunduhan produk serta penanganan limbah industry,
produksi metabolit, protein sel tunggal.

Perkembangan fermentasi umumnya menuju pada bahan kompleks dan sukar dibuat secara
sintetis, contohnya: asam nukleat, alkoloid, polipeptida, protein, dan asam polihidroksi.
Untuk memenuhi obat-obatan, makanan, ensim, detergen dan sebagainya perlu dicari
mikrobia yang bersifat unggul. Penyediaan bahan untuk industrifermentasi sangat
dibutuhkan dalam jumlah besar.

a. Peranan mikrobiologi dalam industry bagi manusia


1. Mikroba dapat digunakan dalam industry untuk menghasilkan produk seperti
enzim, polisakarida, asam amino, hormone dan anti bodi monoclonal.
2. Mikroba dapat digunakan untuk degradasi senyawa toksik, mengakumulasi lapisan
minyak , berperanan sebagai peptisida dan tujuan untuk penambangan.
3. Enzim digunakan untuk penyamakan kulit penghasil detergen dan pembuatan
mentega pengempukan daging
4. Polisakarida digunakan untuk menstabilkan dan memberi pengental makanan
sebagai bahan kosmetik, agensia pengikat (perekat) obat-obatan, untuk menyaring
senyawa dan sebagainya.
5. Hormone seperti insulin dan hormone pertumbuhan digunakan untuk diberikan
kepada manusia yang memang sifat genetic tak mampu memproduksi vitamin dan
hormone.
b. Kelebihan mikroorganisme sebagai bahan baku industry
1. Mikroba tumbuh dengan cepat (dimana dalam waktu 20 – 30 menit mikroba sudah
dapat berkembang biak).
2. Tidak memerlukan lahan yang luas
3. Tidak dipengaruhi iklim, mudah dikendalikan
4. Secara genetic mikroba mudah dimodifikasi sesuai dengan kehendak
5. Mikroorganisme dapat tumbuh pada berbagai limbah yang memiliki nilai ekonomi
rendah untuk diubah menjadi bahan dengan nilai ekonomi tinggi
6. Dalam suatu reaksi memang mesti harus menggunakan mikroba (tidak dapat
digantikan oleh zat kimia).

c. Syarat mikroba sebagai bahan baku industry


1. Mempunyai produktifitas yang tinggi
2. Berupa biakan murni yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan
tetap murni dalam proses, maka kondisi lingkungan harus dijaga steril
3. Unggul. Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba harus mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dengan produksi
yang tinggi.
4. Stabil. Tidak mudah mengalami perubahan atau mutasi akibat perubahan
lingkungan.
5. Tidak pathogen, bagi manusia maupun binatang. Jika digunakan, mikroba pathogen
harus dijaga agar tidak menimbulkan akibat samping pada lingkungan.
Beberapa mikroba penting yang berperan terhadap mikrobiologi industry.
II.2 Mikroorganisme dalam industry pangan
Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak yang merugikan bagi
kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misalnya pada bidang mikrobiologi kedokteran
dan fitopatologi banyak aditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan
penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Meskipun demikian, masih banyak
manfaat yang dapat diambil dari mikroorganisme-mikroorganisme tersebut. salah satunya
adalah dengan memanfaatkan mikroba sebagai bahan industri pangan.

Beberapa bahan makanan yang sampai saat ini dibuat dengan menggunakan mikroorganisme
sebagai bahan utama prosesnya, misalnya pembuatan bir dan minuman anggur dengan
menggunakan ragi, pembuatan roti dan produk air susu dengan bantuan bakteri asam laktat,
dan pembuatan cuka dengan bantuan bakteri cuka. Pengolahan kacang kedelai di beberapa
negara banyak yang menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri-bakteri asam laktat.
Bahkan asam laktat dan asam sitrat yang dalam jumlah besar diperlukan oleh industri bahan
makanan masing-masing dibuat dengan bantuan asam laktat dan Aspergillus niger. Beberapa
kelompok mikroorganisme dapat digunakan sebagai indikator kualitas makanan.
Mikroorganisme ini merupakan kelompok bakteri yang keberadaannya di makanan di atas
batasan jumlah tertentu, yang dapat menjadi indikator suatu kondisi yang terekspos yang
dapat mengintroduksi organisme berbahaya dan menyebabkan proliferasi spesies patogen
ataupun toksigen. Misalnya E. coli tipe I, coliform dan fekal streptococci digunakan sebagai
indikator penanganan pangan secara tidak higienis, termasuk keberadaan pathogen tertentu.
Mikroorganisme indikator ini sering digunakan sebagai indaktor kualitas mikrobiologi pada
pangan dan air. Berikut adalah beberapa produk pangan yang memanfaatkan
mikroorganisme dalam proses
pembuatannya.

a. Wine

Wine merupakan minuman beralkohol yang biasanya terbuat dari jus anggur yang
difermentasi. Keseimbangan sifat alami yang terkandung pada buah anggur,
menyebabkan buah tersebut dapat difermentasi tanpa penambahan gula, asam, enzyme,
ataupun nutrisi lain. Wine dibuat dengan cara memfermentasi jus buah anggur
menggunakan khamir dari type tertentu. Yeast tersebut akan mengkonsumsi kandungan
gula yang ada pada buah anggur dan mengubahnya menjadi alcohol. Perbedaan varietas
anggur dan strain khamir yang digunakan, tergantung pada type dari wine yang akan
diproduksi. Pembuatan Fruity Wine Fruity Wine (anggur buah) adalah minuman
beralkohol hasil fermentasi sari buah dengan atau tanpa Bahan Tambahan Makanan
yang diizinkan. Sari buah yang biasa digunakan oleh winemaker dalam pembuatan wine
adalah buah anggur, karena memiliki kandungan glukosa yang tinggi yaitu 75 – 150
mg/ml. Berdasarkan jenis anggur yang digunakan wine dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu red wine dan white wine. Perbedaan keduanya dapat terletak pada bahan
baku, red wine menggunakan anggur anggur merah sedangkan white wine
menggunakan anggur hijau atau anggur merah yang dikupas kulitnya (Effendi, 2004).
Selain itu lama dan suhu fermentasi dari kedua jenis ini berbeda, red wine membutuhkan
waktu fermentasi selama 3 – 5 hari pada 24 – 270C sedangkan white wine membutuhkan
waktu selama 7 – 14 hari pada 10 – 210C.

Pada dasarnya hampir semua buah dapat dibuat menjadi wine terutama yang
mengandung gula (15 –18%). Bila kandungan gula pada buah kurang atau tidak
mencukupi, maka sering ditambahkan gula pada saat proses fermentasi wine. Syarat
medium yang baik untuk pembuatan wine atau anggur,
yaitu :
1. Harus mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi
2. Mempunyai keasaman yang tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroba yang tidak diinginkan
3. Kandungan gula cukup tinggi
4. Mempunyai aroma yang sedap.
Varietas anggur yang digunakan dalam pembuatan wine (anggur), yaitu Vitis Vinifera
dan Vitis labrusca. Berikut ini ciri-ciri dari kedua jenis anggur, yaitu :
1. Vitis Vinifera Kulit tipis, rasa manis, dan segar Kemampuan tumbuh dari dataran
rendah hingga 300 m dari permukaan laut beriklim kering Termasuk jenis ini adalah
dari Eropa (Pinot Noir, Chardonnay, Cabernet Sauvignon, Gamay and Merlot) dan
dari Indonesia (Gros Colman, Probolinggo biru dan putih, Situbondo Kuning,
Alphonso lavalle, dan Golden Camphion).
2. Vitis Labrusca Kulit tebal, rasa asam, dan kurang segar Kemampuan tumbuh dari
dataran rendah hingga 900 m dpl Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware,
Carman, Beacon, dan Isabella.
Jenis mikroba yang digunakan dalam pembuatan wine ini adalah mikroorganisme
golongan khamir dari genus Saccharomyces, Candida, Hansenula pichia. Dari genus
Saccharomyces yang dapat digunakan dalam pembuatan anggur buah antara lain
Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces ovifformes, dan Saccharomyces fermentati.
Yang biasa dan banyak digunakan untuk fermentasi buah anggur adalah Sacharomyces
cerevisiae. dari varietas ellipsoideus. Saccharomyces cerevisiae varietas ellipsoideus
biasa digunakan untuk fermentasi buah anggur karena khamir jenis ini mempunyai sifat
yang dapat mengadakan fermentasi pada suhu yang agak tinggi yaitu 30C. Selain itu
dapat menghasilkan alkohol cukup tinggi yaitu 18 – 20 % (v/v). Khamir jenis ini juga
mampu memfermentasi beberapa macam gula diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa, manosa, maltosa dan maltotriosa (Fardiaz, 1989). Fermentasi etanol oleh
Saccharomyces cerevisiae dapat dilakukan pada pH 4 – 5 dengan temperatur 27 – 35
C, proses ini dapat berlangsung 35 – 60 jam.

Dalam industry alcohol atau pembuatan anggur digunakan khamir permukaan yang
disebut top yeast, yaitu khamir yang bersifat fermentative kuat dan tumbuh dengan cepat
pada suhu 200C. Khamir permukaan tumbuh secara menggerombol dan melepaskan
karbon dioksida dengan cepat mengakibatkan sel terapung pada permukaan. Contohnya
adalah Sacharomyces cerevisiae var.ellipsoideus merupakan galur yang dapat
memproduksi alkohol dalam jumlah tinggi, sehingga digunakan dalam industry
pembuatan alcohol atau anggur .

b. Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman hasil kerjasama dengan mikroorganisme. Tidak
sembarangan mikroorganisme yang dapat membantu proses pembuatan yogurt, terdapat
dua bakteri utama yang membantu proses fermentasi yogurt diantaranya adalan
Streptococcus thermophilus dan Lactobicillus bulgaricus. Pada dasarnya kerja kedua
bakteri ini yaitu menghasilkan asam laktat sehingga rasa dari yogurt tersebut menjadi
asam. Asam laktat ini dapat membantu menjaga keseimbangan mikroflora pada usus.
Tingkat keasaman yang dihasilkan mampu menghambat bakteri penyebab penyakit yang
pada umumnya tidak tahan terhadap asam. Streptococcus thermophilus merupakan
bakteri gram-positif yang bersifat anaerob. S.thermophilus merupakan bakteri yang
paling komersial dari semua bakteri yang penghasil asam laktat. S.thermophilus banyak
digunakan pada pembuatan keju, fermentasi makanan. S.thermophilus memiliki peran
sebagai probiotik, mengurangi gejala intoleransi laktosa dan gangguan gastrointestinal
lainnya. Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri yang membantu dalam proses
fermentasi yoghurt. Bakteri ini pertamakali diidentifikasi oleh seorang dokter yang
bernama Stamen grigorov pada tahun 1905 asal Bulgaria. Bakteri ini mengubah laktosa
menjadi asam laktat. Asam ini sekaligus dapat mengawetkan susu dan mendegradasi
laktosa sehingga orang yang toleran terhadap susu murni dapat mengkonsumsi yogurt
tanpa mendapat masalah kesehatan.
 Fermentasi yoghurt
Fermentasi adalah proses yang berlangsung dalam keadaan anaerob, dimana dalam
proses ini tidak melibatkan serangkaian transfer elektron yang dikatalisis oleh enzim
yang terdapat dalam membran sel. Yoghurt berasal susu yang kemudian ditambahkan
dengan bakteri yang akan membentuk asam laktat. Bakteri yang biasa digunakan
dalam proses pembuatan yogurt adalah bakteri Bifidobacterium sp.,Lactobacillus sp.
atau bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bakteri-
bakteri ini yang akan memicu proses fermentasi dari susu, mengubah laktosa pada
susu menjadi asam laktat. Efek lain dari proses fermentasi adalah pecahnya protein
pada susu yang menyebabkan susu menjadi kental. Hasil akhirnya susu akan terasa
asam dan kental, inilah bentuk yoghurt dasar yang telah jadi.

c. Keju
Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga menjadi
berbagai jenis keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada ratusan jenis
keju yang diproduksi di seluruh dunia.Keju memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda,
tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang dipakai dalam
fermentasi, lama proses fermentasi maupun penyimpanan (“pematangan”).Faktor lain
misalnya jenis makanan yang dikonsumsi oleh mamalia penghasil susu dan proses
pemanasan susu. Ada lima tahapan utama dalam pembuatan keju.

d. Mentega
Mentega atau disebut juga buttermilk dihasilkan dari susu skim atau susu rendah lemak
dengan bantuan bakteri asam laktat. Buttermilk mempunyai karakteristik pada tekstur,
rasa asam dan aroma. Tekstur dihasilkan dari pemecahan dadih. Aroma dan rasa
disebabkan oleh diasetil, asetildehid dan produk metabolik lain dilepaskan oleh bakteri
fermentasi. Kultur yang digunakan untuk membuat buttermilk merupakan kultur asam
laktat yang terdiri dari Streptococcus cremoris ,S.diacetylactis, dan Leuconostoc
cremoris. Jenis biakan bakteri pemula (starter culture) berbeda diantara pabrikan
(manufaktur) dan beberapa menggunakan Lactobacillus bulgaricus untuk membuat
butter milk Bulgaria. Produksi asam dan pembentukan dadih dihasilkan oleh
Streptococcus cremoris sedangkan aroma dan rasa dihasilkan dari metabolisme dan
multifikasi oleh dua jenis bakteri yang lain yaitu : S.diacetylactis, dan Leuconostoc
cremoris.

Mentega dapat dibuat dari lemak hewani, yakni salah satunya diproduksi dari lemak beef
yang disebut oleo-margarine. Mentega sedikitnya mengandung 80% lemak dari total
beratnya. Sisanya (kurang lebih 17-18%) terdiri dari turunan susu skim, air, atau protein
kedelai cair. Dan sisanya 1-3% merupakan garam, yang ditambahkan sebagai flavor.
e. Nata de coco
Nata de Coco merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Coco adalah
makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang
bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah
pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata de Coco sebagai
makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang tinggi,
penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar. Dengan penampilan
tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi
ekonomi produksi nata de coco menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang
diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.

Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang
mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk
bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak
dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus
Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob, berbentuk
batang pendek atau kokus. Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa
merupakan cara mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup
baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat
berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang
terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineralcyang
beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan
(growthcpromoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan
pertumbuhan bakteri penghasilcnata (Acetobacter xylinum). Adanya gula sukrosa dalam
air kelapa akan dimanfaatkan olehcAcetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun
sumber karbon untuk membentuk senyawacmetabolit diantaranya adalah selulosa yang
membentuk Nata de Coco. Senyawa peningkatcpertumbuhan mikroba (growth
promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba,csedangkan adanya mineral
dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas enzim kinasecdalam metabolisme
di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
II.3 Mikroorganisme dalam industry obat-obatan
Produk alami yang disintesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting. Produk anti
koagulan, antidepresan, vasodilator, herbisida ,insektisida, hormon tanaman , enzim dan
inhibitor enzim telah diisolasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme lebih sering
digunakan untuk menghasilkan enzim seperti enzim amylase yang digunakan untuk
membuat bir, roti, dan memproduksi tekstil. serta enzim protease yang digunakan untuk
mengempukan daging, melunakan kulit, membuat detergen dan keju.

Mikrobiologi farmasi modern berkembang setelah perang dunia ke-II dengan dimulainya
produksi antibiotic. Suplai produk farmasi dunia termasuk antibiotic, steroid, vitamin,
vaksin, asam amino, enzim, dan hormone manusia diproduksi dalam jumlah besar oleh
mikroorganisme. Streptomyces hydroscopius memiliki strain yang berbeda untuk membuat
hamper 200 antibiotik yang berbeda. Antibiotik pada dasarnya dibuat dalam skala industri
dengan cara menginokulasikan spora dari kapang dalam suatu media pertumbuhan dan
menginkubasinya dalam aerasi yang baik.setelah mencapai konsentrasi yang cukup, larutan
diekstraksi, dipresitipasi dan diperlakukan dengan prosedur standar industry lainnya.

Vaksin diproduksi oleh industry mikrobiologi. Banyak vaksin anti virus yag diproduksi
besarbesaran dari pemanfaatan telur ayam dan kultur sel. Produksi vaksin untuk penyakit
infeksi bakteri umumnya memerlukan pertumbuhan bakteri dalam jumlah besar.

Steroid merupakan kelompok bahan kimia yang meliputi kortison yang digunakan sebagai
obat anti-inflamasi dan estrogen sebagai progeseron yang digunakan sebagai kontrasepsi
oral. Mendapatkan steroid dari hewan atau mensintesisnya secara kimiawi merupakan proses
yang sulit, namaun mikroorganisme seperti streptomyces dapat mensintesis steroid dari
strerol.

1. Produk antibiotic mikroorganisme


Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan
pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga
digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja
seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya
saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara
kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak
wajar bagi kuman untuk hidup. Ditemukan Penisilin dihasilkan oleh jamur Penicillium
notatum. Penisilin merupakan antibiotik pertama yang ditemukan oleh Alexander
Fleming tahun 1928, dan kemudian dikembangkan oleh Harold Florey pada tahun 1938.
Penisilin telah diproduksi dan dipasarkan pada tahun 1944.
Antibiotik sepalosporin C dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Sepalosporin C
merupakan antibiotik menguntungkan yang dapat membunuh bakteri yang tahan
terhadap penisilin. Antibiotik Streptomisin dihasilkan oleh jamur Streptomyces griseus
yang dapat membunuh bakteri pathogen yang tahan terhadap penisilin atau
sepalosporin. Streptomisin telah digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis.
Produksi antibiotik melalui pemanfaatan mikro organisme dilakukan melalui
fermentasi.

2. Pencarian antibiotic baru


Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000 , dan beberapa ratus antibiotika
ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai
antibiotic baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap kelompok
mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus. Sekali diketahui urutan
struktur gen mikroorganisme penghasil-antibiotika, dengan teknik rekayasa genetika
memungkinkan pembuatan antibiotika baru. Cara utama dalam menemukan antibiotika
baru yaitu melalui „screening‟. Dengan pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang
kemungkinan mikroorganisme penghasil-antibiotika yang diperoleh dari alam dalam
kultur murni, selanjutnya isolat tersebut diuji untuk produksi antibiotika dengan bahan
yang “diffusible” , yang menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan
untuk pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan mewakili atau berhubungan dengan
bakteri patogen. Prosedur pengujian mikroorganisme untuk produksi antibiotika adalah
metode goressilang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan program pemisahan
arus, ahli mikrobiologi dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah antibiotika yang
dihasilkan termasuk baru atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil antibiotika
baru, antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan diuji toksisitas dan
aktivitas terapeutiknya kepada hewan yang terinfeksi. Sebagian besar antibiotika baru
gagal menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah kecil dapat berhasil dengan baik.
Akhirnya, sejumlah antibiotika baru ini sering digunakan dalam pengobatan dan
dihasilkan secara komersial.
3. Proses menggunaka mikroba
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi
menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak
ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan
rendemen tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan
dikembangkan proses baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino,
nukleotida, dan senyawabiokimia lain dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga
diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam rangkaian
sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan rendemen lebih
tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada
pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang
digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme.

Produksi antibiotik dilakukan dalam skala besar pada tangki fernentasi dengan ukuran
besar. Sebagai contoh Penicillium chrysogenum ditumbuhkan dalam 100.000 liter
fermentor selama kurang lebih 200 jam. Mula-mula suspensi spora P.
chrysogenumditumbuhkan dalam larutan media bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24
jam pada temperatur 24 °C dan selanjutnya ditransfer ke tangki inokulum. Tangki
inokulum digojlok teratur untuk mendapatkan aerasi yang baik selama satu hingga dua
hari.

4. Produksi vaksin
Vaksin (dari kata vaccinia, penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan kepada
manusia, akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar, adalah bahan antigenik
yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga
dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau
“liar”.Penggunaan vaksin sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit.
Pengembangan dan produksi vaksin merupakan salah satu tugas penting industri farmasi.
Produksi vaksin meliputi pengkulturan mikroorganisme yang memiliki properti
antigenik yang diperlukan untuk meluncurkan respons imun primer.
Vaksin diproduksi oleh strain mutan patogen virulen tanpa menghilangkan antigen yang
diperlukan untuk menimbulkan respons imun. Perkembangan bidang bioteknologi
memungkinkan produksi seluruh seluruh vaksin baru. Beberapa vaksin baru ini ditujukan
bagi target baru, dan beberapa lagi lebih efektif dan memiliki efek samping lebih sedikit
dibandingkan vaksin tradisional yang ada saat ini.

Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, strain virus
ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam tertunas. Individu yang memiliki alergi
terhadap telur ayam tidak dapat diberi vaksin yang dibuat dengan cara seperti ini. Vaksin
virus juga dapat diproduksi melalui kultur jaringan. Misalnya, vaksin rabies tradisional
diproduksi pada telur bebek tertunas dan memiliki efek samping yang sangat
menyakitkan. Vaksin ini digantikan oleh produksi vaksin melalui kultur jaringan
fibroblas manusia yang memiliki efek samping yang lebih sedikit

a. Proses pembuatan vaksi


Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah
tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari
produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon
vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur
laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala
produksi Dengan adanya masalah-masalah di atas maka pembuatan vaksin secara
konvensional diubah dengan cara rekayasa genetika untuk membantu mengurangi
resiko yang tidak diinginkan.

Dari beberapa penerapan kultur sel hewan, produksi vaksin virus adalah yang tertua.
Prosesnya adalah virus ditumbuhkan dalam kultur sel, misalnya sel dari embrio
ayam, ginjal monyet dan lama-kelamaan sel manusia. Setelah ditumbuhkan, lalu
dipanen dan virus-virus tersebut diekstraksi dengan penyaringan. Hasilnya lalu
dipakai intik membunuh virus-virus itu juga atau jika vaksin tersebut dilemahkan,
maka disimpan dalam suhu rendah hingga siap digunakan. Contoh vaksin yang
dibuat dengan cara ini adalah poliomielistis, gondong, cacar air, rubella dan rabies.
Adanya vaksin memungkinkan tubuh membangun kekebalan, misalnya membentuk
antibody yang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan suatu sel penting yang
akan tumbuh dan menghasilkan antibody, jika penyakit timbul dalam suatu bentuk
virulen.

Pembuatan vaksin dengan virus hidup yang telah dilemahkan telah dicoba
perusahaan Aviron di AS. Keuntungan vaksin virus hidup adalah tidak hanya
menstimulasi produksi protein antibody yang mengenali patogen, tapi juga membuat
sejenis sel darah putih, yaitu sel T limfosit yang punya kelebihan mengenali dan
membunuh sel yang terinfeksi, tak hanya satu tipe virus flu tapi juga tipe yang serupa.
Akibatnya, daya tahan vaksin ini lebih lama daripada vaksin dengan virus yang
dimatikan. Namun, karena virus flunya masih hidup, risiko terinfeksi pun tak hilang
100 persen. Selain itu, produksi vaksin ini butuh waktu lebih lama sehingga sulit
mengantisipasi wabah yang mendadak.

Untuk mengatasi kebutuhan telur SPF yang banyak, waktu yang cepat, dan
penyediaan vaksin virus hidup, usaha yang dilakukan adalah membuat vaksin tidak
dengan virus flu tapi virus baculo. Virus ini menginfeksi serangga dan dapat tumbuh
sangat cepat dalam sel serangga yang media pertumbuhannya lebih murah ketimbang
sel hewan. Gen HA dan NA disisipkan dalam virus baculo, sehingga virus
rekombinan yang diperoleh memiliki karakter antigen mirip virus flu. Vaksin virus
hidup dengan teknik ini bisa diproduksi dalam 2-3 bulan saja, tapi efektivitasnya
sedang dievaluasi.

Cara tercanggih yang tidak membutuhkan semua hal di atas–virus inang, media
pertumbuhan–adalah pembuatan vaksin DNA. Pada teknik ini, gen penyandi protein
HA dan NA dimasukkan ke dalam vektor atau DNA yang berfungsi seperti “kargo”
yang membawa ke tempat lain. Vektor ini bisa berbentuk cincin atau linier, umumnya
berasal dari virus yang sudah dimodifikasi untuk tidak bersifat patogen.
 Gen HA dan NA dalam vektor itu dimasukkan ke dalam sel kulit atau otot
sehingga sel tersebut memproduksi protein HA dan NA dari virus flu.
 Dengan munculnya protein asing dari gen HA dan NA, sistem kekebalan tubuh
akan diaktifkan dengan memproduksi protein antibodi dan sel T limfosit.
 Vaksin yang telah dibuat dengan DNA flu telah dibuat dan diuji cobakan pada
hewan. Tapi belum diuji pada manusia karena memerlukan persiapan lebih
matang.

5. Produksi protein manusia


Adanya proses rekayasa genetic dengan pemanfaatan mikroorganisme meningkatkan
peran industry farmasi da memproduksi protein manusia. Melalui teknik rekombinasi
DNA dan sekuens DNA manusia yang mengkode berbagai protein dapat digabungkan
dengan genom bakteri. Dan dapat amenumbuhkan bakteri rekombinan dalam fermentor,
maka protein manusia dapat dikonsumsi secara komersial. Insulin mutlak diperlukan
oleh manusia. Insulin merupakan hormone polopeptida yang dihasilkan oleh pulau-pulau
langgerhans di pancreas yang berfungsi mengatur metabolism karbohidrat.Karbohidrat
dalam makanan dikonversi menjadi glukosa monosakarida, karbohidrat pokok dalam
darah.Beberapa karbohidrat seperti fruktosa dan selulosa dapat digunakan sebagai
energy sel namun tidak dikonversi menjadi glukosa dan tidak berpartisipasi dalam
pengaturan metabolism glukosa.
Insulin diperlukan bagi penderita diabetes mellitus, suat penyakit gangguan metabolism
karbohidrat. Khususnya penderita diabetes mellitus tipe 1 yang memerlukan asupan
insulin eksogen.Pada mulanya sumber insulin untuk penggunaan klinis pada manusia
diperoleh dari pancreas sapi,kuda,babi maupun ikan.Insulin yang diperoleh dari sumber-
sumber tersebut efektif bagi manusia karena identik pada insulin manusia.Hanya terdapat
perbedaan tiga asam amino antara insulin sapi dan manusia.

6. Produksi enzim
Enzim yang disolasi dari mikroorganisme dapat diaplikasikan pada berbagai macam
industri. Misalnya, enzim proteose yang diisolasi dari bahan pembersih. Protease
merusak dan melarutkan protein yang mengotori pakaian. Enzim yang dihasilkan untuk
proses-proses industri meliputi protease , amilase, glikosa isomerase, glukosa oksidase,
renin, pektinase, dan lipase.empat macam enzim yang secara luas diproduksi oleh
mikroganisme adalah protease, glukamilase,α-amilase, dan glukosa isomerase.

Protease adalah enzim yang menyerang ikatan peptida molekul protein dan membentuk
fragmen-fragmen kecil peptida. Strain rekombinan Basillus sp. GX6644 mensekresikan
alkalin protease yang sangat aktif terhadap protein kasein susu. Dengan aktivitas
tertinggi pada pH 11 dan temperatur 40-55°C. Strain rekombinan yang lain yaitu Basillus
sp. GX6638 mensekresi beberapa alkalin protease yang aktif pada kisaran pH yang
cukup luas (8-12). Fungi yang mempreduksi protease adalah spesies Aspergillus.
Protease yang dihasilkan oleh fungi memiliki kisaran pH yang lebih luas dibandingkan
protease yang diperoduksioleh bakteri.

Amilase digunakan dalam detergen dan dalam industri pembuatan bir. Ada beberapa tipe
amilase, termasuk α-amilase yang digunakan untuk mengubah pati menjadi maltosa dan
dekstrin, glukamilase yang mengubah pati menjadi glukosa. Ketiga enzim diatas
digunakan untuk memproduksi sirup dan dekstrosa dari pati. Produksi amilase
menggunakan fungi Aspergillus sp. Aspergillus oryzae yang digunakan untuk
memproduksi amilase dari gandum pada kultur stasioner. Bacillus subtilis dan bacillus
diastaticus digunakan untuk memproduksi amilase bakteri.

Glukosa isomerase mengubah glukosa menjadi friktosa yang dua kali lebih manis
dibandingkan sukrosa dan 1,5 kali lebih manis dibandingkan glukosa, sehingga fruktosa
merupakan bahan pemanis yang sangat penting pada industri makanan dan minuman.
Enzim ini diproduksi oleh Bacillus coagulan, streptomyces sp. Dan Nocardia sp. Renin
merupakan enzim penggumpal susu yang mengkatalisis koagulasi susu dalam industri
pembuatan keju. Enzim ini diproduksi oleh Mucor pussilus. Enzim mikroorganisme
juga digunakan dalan produksi polimer sintetik. Misalnya, industry plastik saat ini
menggunakan metode kimia untuk mereduksi alkene oxidan yang digunakan untuk
memproduksi plastik. Produksi alkene oxidan dari mikroorganisme melibatkan aksi tiga
enzim yaitu piranose-2-oksidase dari fungi oudmansiella mucida, enzim
haloperoksidase dari fungiCaldariomyces sp. dan enzim epoxidase dari falvobacterium
sp.

II.4 Pengertian Ekologi Mikroorganisme


Mikroorganisme atau mikroba (jasad renik) terdapat dimana-mana dan disekitar kita.
Mereka menghuni tanah, air dan atmosfer planet kita. Adanya mikroorganisme di planet lain
diluar bumi telah kita selidiki, namun ssejauh ini diluar angkasa-dalam (deep-space probes)
belum menampakkan adanya mikroorganisme luar bumi. Studi tentang mikroorganisme
dilingkungan alamiahnya disebut juga ekologi mikroba. Ekologi merupakan bagian dari
biologi yang berhubungan dengan studi mengenai hubungan organisme dengan
lingkungannya.Penghuni suatu lingkungan tertentu dipandang sebagai bagian suatu system
ekologi atau ekosistem. Ekosistem yang paling besar ialah planet bumi atau disebut juga
dengan biosfer.

Ekosistem merupakan sistem yang dinamis suatu kenyataan yang menjadi jelas bila kita
mengenali adanya populasi yang sedemikian besar dengan keanekaragaman organism yang
juga besar. Adanya keprihatinan yang besar di antara masyarakat akan kualitas lingkungan
telah membantu dicurahkannya minat yang kian besar untuk mempelajari mengenai ekologi
mikroba. Sebagai contoh, mikroorganisme memegang peranan yang menentukan dalam
menguraikan sampah yang berasal dari manusia dan industry yang dibuang kedalam air atau
tanah , mereka mampu melaksanakan daur ulang terhadap banyak macam bahan. Kualitas
produktivitas perairan alamiah saling berkaitan, terutama dengan populasi mikrobanya.
Udara yang bersih serta bebas debu mengandung relatif sedikit mikroorganisme. Dengan
demikian nyatalah bagi kita bahwa penilaiaan terhadap kualitas suatu lingkungan
mempunyai kaitan yang rumit dengan flora mikroba yang ada.Beberapa ciri ekosistem
mikroba:

a. Keaneka Ragaman Spesies Mikroba


Mikroorganisme dalam lingkungan alamiahnya jarang terdapat sebgai biakan murni.
Berbagai specimen tanah atau air boleh jadi mengandung berbagai macam spesies
cendawan, protozoa, alaga, bakteri dan virus. Karena itu konsep kultur murni harus
dinilai kembali dalam penelaan ekosistem mikroba. Teknik-teknik biakan
murnidiperlukan untuk dapat mengidentifikasi berbagai spesies dalam suatu habitat
tertentu. Namun transformasi kimiawi yang diwujudkan oleh mikroorganisme ini tidak
dapat ditentukan hanya dengan semata-mata menghimpun sifat-sifat biokimiawi setiap
spesies sebagaimana ditentukan dalam biakan murni. Dipandang dari segi ekositem
mikroba alamiah , biakan murni merupakan suatu keadaan artificial (bukan wujud atau
bentuk alami).

b. Dinamika Populasi
Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik didalam lingkungannya hanya
selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan untuk mempertahankan
dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimiawi, seperti misalnya habisnya nutrient
atau terjadinya perubahan radikal dalam hal suhu atau pH, yang membuat kondisi bagi
pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organism yang telah
teradaptasidengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan
tempatnya kepada organisme yang telah teradaptasi dengan baik didalam kondisi yang
baru itu. Dengan demikian faktor-faktor lingkungan memiliki pengaruh selektif , artinya
memilih-populasi mikroba.

c. Adaptasi dan Mutasi


Bertahan hidupnya suatu spesies dan kelangsungan pertumbuhannya di dalam komunitas
biologis membutuhkan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
keadaan lingkungan. . adaptasi fenotipik merupakan respons mikroorganisme terhadap
perubahan terbatas yang bersifat sementara. Misalnya banyak spesies mikroorganisme
dapat tumbuh dalam selang waktu yang luas. Namun aktivitas metaboliknya tidak selalu
sama pada suhu-suhu ekstrim di dalam selang tersebut. Kemampuan adaptasi ini terletak
di dalam batas-batas genotip mikroorganisme yang bersangkutan. Perubahan genotipik
mengakibatkan mutasi. Mutan yang dihasilkan merupakan organism yang telah berubah
secara permanen. Apabila mutan tersebut mampu hidup dengan baik di dalam
lingkungan maka akan berkembang biak.
d. Hubungan Antar-Mikroba dalam Ekosistem
Mikroorganisme yang menghuni suatu ekosistem memperlihatkan berbagai macam tipe
asosiasi dan interaksi di antara spesies. Beberapa diantaranya bersifat netral (artinya
spesies-spesies yang bersangkutanr tidak terpengaruh). Beberapa bersifat
menguntungkan atau positif bagi satu anggota atau lebih., yang lainnya bersifat
merugikan.

II.5 Pengaruh Atmosfir dan Air Terhadap Industri Farmasi


a. Mikroorganisme Atmosfir
Atmosfer atau udara sebenarnya bukan merupakan lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme kalau tidak mengandung sejumlah air dan
zat-zat nutrisi yang dibutuhkan untuk suatu mikroorganisme tumbuh. Walaupun setiap
contoh udara tetap mengandung sejumlah mikroorganisme seperti bakteri , tetapi untuk
mempertahankan hidupnya , mereka harus bertahan dalam keadaan kering.

Jenis mikroorganisme yang umum terdapat dalam udara adalah bentuk-bentuk spora dan
bakteri. Jumlah mikroorganisme pada pada atmosfir atau udara tergantung pada aktivitas
sekitar dan debu yang terdapat dalam udara tersebut. Pada tempat-tempat dimana mesin-
mesin sedang bekerja dan para pekerja sedang bekerja akan mempunyai total
mikroorganisme yang tinggi disbanding tempat-tempat yang tidak ada kegiatan.
Disamping itu jumlah udara dalam udara pada suatu tempat juga dipengaruhi oleh
kelembapan. Atmosfir yang basah atau beruap biasanya mengandung mikroorganisme
yang sedikit dibandingkan dengan atmosfir yang kering, salah satu alasannya karena
kontaminan tersebut terbawa turun oleh titik uap air. Maka penyimpanan pada keadaan
dingin biasanya jumlah mikroorganismenya sedikit dan pada umumnya pada musim
dingin yang basah udara tidak terkontaminasi dibandingkan dengan udara pada keadaan
panas dan kering.

Mikroorganisme yang terbawa dalam suspensi udara menempati partikel debu , bahan
pakaian, titik air, air liur yang memercik pada saat berbicara, batuk atau bersin. Ukuran
partikel-partikel dimana mikroorganisme terikat dan kelembaban udara yang sangat
menentukan kecepatan turunnya dari udara . kecepatan penurunannya tergantung pada
aliran udara yang disebabkan oleh ventilasi udara, system penyaringan udara, kebiasaan
aliran diatas sumber panas dan tingkat aktivitas didalam ruangan tersebut. Kadar
mikroorganisme dalam udara dapat bertambah selama pengolahan bahan seperti
pembagian, pencampuran dan saat penambahan dalam pembuatan dalam suatu produk.
Penggunaan bahan seperti pati dan gula pada keadaan kering dapat meningkatkan jumlah
fungi (kapang dan khamir) atau jamur. Beberapa bagian dari pengemasan misalnya
karton-karton dan kardus-kardus dapat mengandung bakteri.

 Penurunan Jumlah Mikroorganisme


Jumlah mikroorganisme dalam udara dapat diturunkan dengan berbagai cara antara
lain : dengan cara filtrasi, desinfeksi kimia dan dengan penyinaran ultra violet.
Filtrasi adalah metode yang paling sering digunakan dan filter-filter dapat dibuat
dalam suatu jenis bahan berupa selulosa, glass wool, campuran, fibre glass, atau
bahan pengikat akrilat. Penyaringan uara dapat digunakan untuk membersihkan suatu
ruangan secara sempurana atu dapat membatasi suatu areal atau daerah yang khusus
dan dalam hal ini dapat digabungkan dengan prinsip laminar, yang memungkinkan
pekerjaan untuk mengeluarkannya dalam arus lemah dari udara steril. Arah aliran
dapat horizontal atau vertical, tergantung dari jenis peralatan yang digunakan, jenis
pengoperasiannya dan jenis bahan yang ditangani. Mengukur alirn udara sangat
penting untuk memonitor kecepatan aliran yang baik dari unit-unit aliran laminar dan
dalam jajaran yang lengkap untuk menjamin bahwa tekanan positif dari daerah yang
bersih kedaerah yang kurang bersih selalu terjaga. Keutuhan sistem penyaringan
udara harus selalu diperiksa secara rutin . salah satu metode yang sering digunaka
adalah menghitung jumlah partikulat baik. Untuk system yang mempunyai saluran
yang kompleks atau pada saringan-saringan yang telah dilepas , pengujian asap dari
bahan kimia seperti Droctylphtalate (DOP) menggunakan kipas angin dan dimonotor
terhadap tiap autelet. Uji tersebut berfungsi ganda, karena dapat digunakan untuk
memeriksa pusat saringan juga kebocoran-kebocoran yang terjadi pada saluran
penyaring . Desinfektan (bahan kimia) penggunaannya sangat terbatas dalam
sterilisasi udara, hal ini disebabkan karena dapat menyebabkan iritasi pada saat
disemprotkan, meskipun demikian , masih banyak memberikan hasil yang
memuaskan
 Udara Bertekanan
Udara yang bertekanan banyak digunakan dalam memproduksi produk-produk
industry farmasi, beberapa contoh penggunaannya adalah dalam produk serbuk dan
suspensi , dimana udara bertekanan dilengkapi dengan aerasi dan sebagai salah satu
cara untuk mereduksi ukuran partikel melalui tumbukan-tumbukan. Apabila tidak
dibebas hamakan,dengan cara panas dan filtrasi, maka mikroorganisme dapat tumbuh
dalam produk. Kandungan mikroorganisme dari sterilisasi dengan udara bertekanan
dapat digunakan dengan cara sebagai berikut: Sejumlah dilewatkan pada medium
Nutrien Broth, kemudian disaring dengan melalui membran dan diinokulasi pada
Medium Nutrien Agar, kemudian setelah diinkubasi jumlah mikroorganisme yang
tumbuh dapat dihitung.

b. Mikroorganisme Air (Akuatik)


Ekologi mikroorganisme air merupakan hal yang paling utama yang mempengaruhi
industry farmasi. Hal ini disebabkan karena penggunaan air itu sendiri mulai dari proses
pencucian dan seterusnya sampai pendinginan. Hal-hal yang berhubungan dengan
kualitas air dalam industry farmasi tersebut adalah sebagai bahan mentah. Beberapa
proses menggunakan air dan system distribusi.
Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air adalah Pseudomonas sp, Alculigenes sp

dan Serratia sp. Beberapa bakteri tidak membutuhkan nutrisi dan relative tumbuh pada
suhu rendah. Bakteri-bakteri yang berasal dari tanah erosi lumpur dan sampah tanaman
dapat mencemari air , seperti Bacillus subtilis, Bacillus megaterium, Klebstella
aerogenes, dan Enterobacter cloacae. Kontaminan dari air buangan dengan adanya
bakteri Proteus sp. E. coli dan beberapa Enterobacter, Streptococcus faecalis dan
Clostridium sp. Bakteri-bakteri yang diperoleh dari sisa tanaman dan binatang yang telah
mati dapat menhasilkan kondisi yang buruk

Uji terhadap bahan industry yang mengandung air menunjukkan bahwa 98% telah
terkontaminasi oleh bakteri gram negative. Beberapa mikroorganisme yang diisolasi dari
hasil pengujian tersebut adalah Micrococcuc, Yeast, Kapang, dan Actinomyces.
Mikroorganisme air dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan, mereka
menempati posisi kunci dalam rantai makanan dengan cara menyediakan makanan bagi
kehidupan akuatik berikutnya yang bertaraf lebih tinggi. Mikroorganisme ini dapat
membantu berlangsungnya rantai reaksi biokimia yng mengatur daur ulang unsur-unsur,
seperti yang terjadi dalam tanah. Mikrobiologi akuatik menjadi makin penting dengan
adanya urbanisasi yang disertai makin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air,
pentingnya perairan alamiah sebagai reservoir makanan utama, penyelidikan lepas pantai
untuk mendapatkan minyakdan mineral, didirikannya badan perlindungan keadaan
lingkungan , serta perkembangan-perkembangaan lainnya.

1. Perairan alamiah
Kelembapan bumi berada dalam sirkulasi yang sinambung yaitu suatu proses yang
dikenal sebagai daur air atau daur hiddrologis. Istilah ini mengacu pada sirkulasi
air dari lautan dan air-akar pemukaan lain menuju atmosfir melalui evaporasi dan
traspirasi diikuti dengan presipitasi kembali ke bumi sebagai hujan batu es. Perairan
alamiah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Air atmosfer, air yang terkandung didala awan dan dipresipitasikan sebagai
hujan, salju, atau hujan batu es.
 Air permukaan, kumpulan air seperti danau, sungai, kali, dan laut.
 Air di bawah permukaan tanah: air di bawah permukaan tanah di daerah yang
semula yang pori tanahnya serta ruang di dalam dan di antara batu-baatuannya
jenuh dengan air
2. Mikroorganisme Di Perairan Alamiah
Mengingat bahwa berbagai lingkungan perairan alamiah itu begitu berbedanya, maka
tidaklah mengherankan bila flira mikrobanya juga amat berbeda-beda. Flora mikroba
di perairan atmosfer banyak berasal dari udara. Sebenarnya udara dapat dikatakan”
tercuci” hujan sehingga partikel-partikel debu tempat melekatnya mikroorganisme
terakumulasikan di dalam perairan atmosfir.Flora mikroba perairan di bawah
permukaan tanah dipengaruhi oleh proses penyaringan . mikroorganisme tertahan
oleh bahan partikulat dalam tanah yang berfungsi sebagai saringan (filter). Dengan
demikian besar kemungkinan perairan yang berada jauh di bawah permukaan tanah
bebas dari mikroorganisme. Mata air terdiri dari air tanah yang mencapai permukaan
melalui bagian bebatuan yang retak atau pori tanah; sumber-sumber air semacam ini
dapat mempunyai kualitas mikrobiologis yang baik.

Perairan permukaan , seperti danau, sungai, muara dan lautan, merupakan suatu
ekosistem mikrobiologis yang amat rumit. Peraian demikian lebih rentan tercemar
terhadap pencemaran berkala oleh mikroorganisme dari atmosfir, aliran air pada
permukaan tanah dan limbah domestic ataupun industry yang dibuang ke dalamnya.
Perairan permukaan amat bervariasi dalam hal kandungan nutrient yang tersedia bagi
mikroba yang terdapat di dalamnya.
Mikroorganisme merupakan komponen ekosistem yang teramat penting.

3. Penyebaran Mikroorganisme dalam Lingkungan Akuatik


Mikroorganisme dalam suatu lingkungan akuatik mungkin terdapat pada semua
kedalaman, berkisaran dari permukaan sampai ke dasar parit-parit yng paling dalam
di dasar lautan. Populasi tersebar mikroorganisme menghuni lapisan teratas dan
sedimen dasar , terutama di perairan dalam.

a. Plankton (Fitoplankton dan Zooplankton)


Kumpulan organisme hidup yang sebagian besar terdiri dari mikroorganisme,
yang terapung dan hanyut pada permukaan ekosistem akuatik dinamakan
plankton. Populasi plankton terdiri dari alga(fitoplankton), protozoa,hewan
kecil(zooplankton), dan mikroorganime lain. Mikroorganisme fototrofik
dianggap sebagai plankton yang paling penting karena merupakan produsen
primer bahan organik; artinya pelaku fotosintesis. Sebagian besar organisme
planktonik dapat bergerak atau mengandung tetesan minyak, atau memiliki
struktur khusus yang memungkinkan mereka mengapung, kesemua cirri ini
membantu mikroorganisme tersebut untuk mempertahankan lakasinya di zone
fotosintetik yang berada di lapisan air paling atas.
b. Mikroorganisme Bentik
Mikroorganisme bentik merupakan penghuni suatu dasar perairan (lumpur tanah)
dinamakan organism bentik . daerah terkaya akan jumlah dan macam organisme
pada sistem muara-laut ialah daerah bentik, yang terbentuk dari pasang naik
sampai suatu kedalaman di tempat tanaman sudah jarang tumbuh. daerah dasar
laut mengandung berjuta-juta bakteri per gram.
Keadaan fisik dan komponen-komponen kimiawi yang mencirikan daerah
perairan di antara zone planktonik dan bentik bervariasi sehingga tidak ada
gunanya untuk mencoba membuat gambaran umum.

4. Peranan Mikroorganisme dalam Lingkungan Akuatik


Kehidupan akuatik mempertunjukkan adanya interaksi yang amat rumit di antara
mikroorganisme, dan antara mikroorganisme dengan mikroorganisme lainnya, baik
tumbuhan maupun hewan. Mikroorganisme terutama alga memegang peranan
penting dalam rantai makanan lingkungan akuatik.

Produsen primer dalam lingkungan akuatik adalah alga yang didominasi oleh
fitoplankton. Dengan fotosintesis, alga mampu mengubah energy cahaya menjadi
energy kimiawi(persenyawaan organik). Plankton terutama fitoplankton dianggap
sebagai “padang rumput di laut”. Ikan, ikan paus dan cumi-cumi secara langsung
memakan plangton atau hewan yang lebih besar pemakan plankton. Istilah kesuburan
laut dipakai untuk menyatakan kemampuan organisme-organisme yang terdapat
didalamnya untuk menghasilkan bahan organic. Lingkungan darat menghasilkan 1-
10 gram bahan organic kering per meter persegi per hari, sedangkan daerah-daerah
lautan yang dalam, menghasilkan 0,5 gram. Bagaimanapun juga, daerah laut jauh
lebih luas daripada lahan yang produktif sehingga perbedaan tersebut tidak penting
karena pada akhirnya produktivitas total lautan jauh melebihi produktivitas total
lahan. Kesuburan ini terutama bergantung pada produksi fitoplankton.

II.6 Perpindahan Mikroorganisme


a. Melalui Pekerja
Mikroorganisme dapat berpindah kedalam preparat farmasi pada proses pengerjaan oleh
para pekerja. Hal tersebut tidak diinginkan pada sediaan tablet dan serbuk-serbuk pada
pembuatan larutan larutan dan suspense. Lebih-lebih pada sediaan parental. Sebagai
contoh adalah flora kulit seperti Staphylococcus aureus yang pada umumnya terdapat
pada tangan dan wajah, tiak keluar atau tercuci pada saat dilakukan pencucian.
Disamping itu juga terdapat bakteri lain seperti Sarcina Sp. dipteroid kadang-kadang
juga ditemukan bakteri gram negative berbentuk batang seperti Mina Sp. Penghuni
tempat-tempat lembab. Keadaan yang lembab pada kulit yang beminyak dan
mengandung lapisan seperti lilin sering terdapat khamir lipofilik.

Bahaya pemindahan mikroorganisme dari manusia ke sediaan farmasi, dapat dikurangi


dengan latihan yang kontinyu dari personalianya, serta dilakukan pengecekan kesehatan
yang teratur untuk mencegah adanya bakteri yang berasal dari kontak dengan beberapa
hasil jadi dari obat-obatan.

b. Peralatan
Tiap bagian peralatan yang digunakan dalam pabrik atau pengemasan suatu sediaan
farmasi, pasti mempunyai sudut-sudut tertentu dimana mikroorganisme dapat
berkembang biak dan secara berkala dilakukan pengujian. Hal-hal yang perlu dilakukan
yang berhubungan dengan peralatan di pabrik sesuai petunjuk umum untuk mengurangi
resiko pembentukan koloni mikroorganisme antara lain:
1. Seluruh peralatan harus mudah dibuka dan dibersihkan
2. Seluruh permukaan yang berhubungan langsung dengan sediaan harus licin atau rata
dan sambungan-sambungan yang mengelilinginya atau terletak miring, harus selalu
dibersihkan dengan zat anti mikroba yang cocok untuk menghindari terjadinya
pertumbuhan organism.
3. Semua system alat harus dapat menunjag dari produk terhindar dari pencemaran dan
kerusakan.

c. Bahan Yang Digunakan


Pengemasan bahan mempunyai peran ganda, keduanya mempunyai tujuan untuk
mengisi hasil olahan dan melindungi masuknya mikroorgaisme atau air yang dapat
merusak produk tersebut, oleh karena itu sumber pencemaran tersebut diusahakan jangan
ikut dalam kemasan . mikroflora pada pengemasan bahan-bahan adalah tergantung dari
komposisi dan kondisi penyimpanan. Hal ini perlu mendapat pertimbangan perlu
tidaknya tindakan sterilisasi. Baik gelas maupun plastic sebagai bahan pengemasan
masih dapat membawa berbagai jenismikroflora, hanya saja bahwa kemasan plastik
jumlah mikrofloranya lebih sedikit,tetapi kemungkinannya masih mengandung sejumlah
spora mikroorganisme. Bahan-bahan pengemasan yang halus, kedap air, bebas dari
retakan dan celah seperti selulosa aseta, polytetraethylen, polyprophylen, kertas perak
dan pelapis, semuanya memiliki jumlah mikroorganisme yang rendah pada
permukaannya. Pengemasan sediaan injeksi dan obat mata yang dibuat dengan cara
aseptis yaitu tidak dilakukan sterilisasi akhir, perlu dijaga selama proses pembuatannya.
Sterilisasi udara kering dengan menggunakan suhu 160-170 0 C digunakan untuk vial-
vial dan ampul-ampul. Pengisian penutupan juga dapat dibebas hamakan dengan
menggunakan uap panas.
d. Perlindungan Bahan
Ruangan untuk pembuatan sediaan-sediaan injeksi dan sediaan mata dan telinga
biasanya dirancang khusus yang memiliki fasilitas pembersihan dengan kran-kran untuk
mencuci kaki atau anggota badan lainnya, dan pekerja, sabun-sabun antiseptik dan
pengering tangan dengan udara panas yang dilakukan sebelum memasuki ruangan oleh
para pekerja pada setiap proses pengerjaan. Dalam pabrikasi terhadap beberapa
produk harus menggunakan pakaian pelindung steril termasuk gowns, celana panjang,
sepatu, penutup kepala, masker wajah serta sarung tangan. Untuk memproduksi sediaan
oral dan topikal, para pekerja atau staf harus membersihkan tangannya sebelum
memasuki ruangan produksi. Keperluan akan pakaian pelindung biasanya dibuat dari
bahan yang lembut dan bersih termasuk penutup kepala, sarung tangan dan
masker wajah.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ekologi mikroorganime merupakan studi
tentang mikroorganisme dilingkungan alamiahnya. Kualitas mikrobiologi dari suatu produk-
produk farmasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana produk-produk farmasi tersebut
dibuat dan juga bahan-bahan yang digunakan dalam pembutannya, keculai sediaan yang
telah disterilkan pada pengisian terakhir. Cara perpindahan mikroorganisme di dalam
industry farmasi dapat melalui pekerja, peralata, bahan yang digunakan, dan perlindungan
pakaian
.
III.2 Saran
Sebagai seorang farmasis sebaiknya kita lebih memperhatikan produk-produk yang di olah
oleh industry farmasi itu sendiri, untuk meminimalisirkan infeksi yang akan terjadi di
masyarakat dan lebih mendalami mengenai peranan mikroorganisme di dalam industry
farmasi.
DAFTAR PUSTAKA

Agriyani, 2003/2004, Mikrobiologi Farmasi.


Edi Atmawinata, Drh. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Yrama
Natsir, M. Djide. dan Sartini.,2007, Dasar-Dasar Mikrobiologi. UNHAS. Makassar
Natsir, M. Djide. dan Sartini., 2010, Mikrobiologi Klinik. UNHAS. Makassar
Pelczar, M.J., 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, (tejemahan oleh Hadioetomo, R.S., dkk). Mc
Graw-Hill Book Compani
Siti Laila dan Bagod Sudjadi,2007. Biologi SMA.Penerbit Yudhistira. Bandung

Anda mungkin juga menyukai