Mikrobiologi Industri
Dosen Pengampu :
Panca Nugrahini F, S.T., M.T.
1615041023
1615041041
1615041042
1655041001
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah mikribiologi industri ini adalah :
industri.
Mengetahui syarat, karakteristik dan sifat mikroorganisme dalam mikrobiologi industri.
Memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam industri.
Mengetahui peranan dan jenis mikroorganisme yang dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri.
BAB II
PEMBAHASAN
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar berupa satu sel
yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata telanjang. Mikroba berukuran sekitar
seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5
mikrometer. Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop.
Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia sebagai komponen untuk
industri atau mengikutsertakan mikrobia dalam proses. Mikrobiologi industri terkait dengan eksploitasi
komersial mikroorganisme untuk menghasilkan produk-produk bidang pangan, ekonomi, lingkungan dan
kebutuhan masyarakat di seluruh dunia yang melibatkan mikroorganisme dalam proses pembuatan
produk.
Terdapat dua aspek utama dari mikrobiologi industri, yang pertama berkaitan dengan produksi
produk mikroba yang bernilai tinggi melalui proses fermentasi yang telah diproduksi selama ribuan tahun
seperti roti, keju, yoghurt dan lain-lain. Selain itu, selama seratus tahun terakhir atau lebih,
mikroorganisme telah digunakan dalam produksi berbagai bahan baku kimia, sumber energi, enzim,
bahan makanan dan obat-obatan. Aspek kedua adalah peran mikroorganisme dalam memberikan
pelayanan, khususnya untuk pengolahan limbah dan pengendalian pencemaran, yang memanfaatkan
kemampuan mereka untuk mendegradasi produk alami dan buatan. Namun, kegiatan pengolahan limbah
dan pengendalian pencemaran harus dikontrol, jika tidak konsekuen biodeterioration 1 menyebabkan
kerugian ekonomi.
1. Alat-alat yang digunakan pada industri berskala besar termasuk mahal, hal tersebut tidak
menjadi masalah (secara ekonomi) jika produk dapat dihasilkan dengan cepat;
2. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, kontaminasi fermentor akan berkurang;
3. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, akan lebih mudah mengendalikan berbagai faktor
lingkungan dalam fermentor.
memiliki sifat-sifat genetik yang stabil,
mampu menghasilkan substansi yang menarik,
dapat dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium.
Beberapa mikroba penting yang berperan terhadap mikrobiologi industri :
No
.
Jenis mikroba
1.
Bakteri
2.
Jamur
3.
Yis (kapang)
4.
Virus
5.
Alga
Nama mikroba
Acetobacter aceti,
Acetobacter xylinum,
Bacillus sp,
Bividobacterium sp,
Lactobacillus sp, dll
Aspergillus niger
Rhyzopus oryzae
Neurospora sitophila
Monascus purpureus
Penicillium sp, dll
Saccharomyces
cereviceae
Saccharomyces
Roxii
Virus polio
Virus rabies
Chlorella
b. Medium
Karakteristik substrat (medium) yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru, yaitu :
mudah diperoleh,
relatif murah,
tersedia dalam jumlah yang banyak.
Medium bisa memanfaatkan berbagai limbah yang banyak mengandung nutrisi, misalnya limbah dari
industri persusuan, industri kertas, dan pertanian seperti jerami, tongkol jagung, serbuk gergaji, bagas,
onggok dan sebagainya, untuk menghasilkan bahan-bahan yang bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat mencapai 200.000
liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran heterogen yang terdiri dari sel-sel
mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak, komponen-komponen medium yang tidak
terpakai, dan produk-produk metabolisme yang tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan
metode-metode yang mudah dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan
produk akhir yang diinginkan.
Karakteristik produk yang dihasilkan, yaitu harus mudah dipasarkan, dihasilkan dalam jumlah besar
dan nilai ekonomi. Karakteristik limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan produk harus mudah
di daur ulang, dan tidak mencemari lingkungan.
Dalam bioteknologi
mikroorganisme tradisional peningkatan hasil diperoleh melalui mutasi dan seleksi. Mutasi akan
lebih efektif untuk mikroorganisme dalam bentuk vegetatif dan haploid, dan bersel satu. Pada
organisme diploid dan bersel banyak mutasi salah satu genom tidak akan menghasilkan mutan yang
mudah diisolasi. Untuk fungi berfilamen, lebih disukai yang menghasilkan spora, karena filamen
tidak mampu mempermudah rekayasa genetika. Organisme juga diharapkan dapat direkombinasi
secara genetik, juga dengan proses seksual dan beberapa jenis proses paraseksual.
Rekombinasi genetik memungkinkan penggabungan genom tunggal sifat genetik dari beberapa
organisme. Teknik yang sering digunakan untuk menciptakan hibrid, bahkan tanpa siklus seksual
adalah fusi atau penggabungan protoplasma, menyertai regenasi sel vegetatif dan seleksi progeni
hibrid. Bagaimanapun, beberapa strain industri sudah diperbaiki secara genetik tanpa menggunakan
rekombinasi genetika. (Kusnadi, tanpa tahun)
e. Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah dipindahkan dari biakan
dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri
berfilamen, lebih disukai. Bakteri unisel berukuran kecil sehingga, sulit dipisahkan dari biakan cair.
dan suhu maksimum antara 45 OC 55 OC. Mikroba ini biasa hidup pada tanah dan perairan.
Mikroba termofil mempunyai suhu pertumbuhan antara 40 OC 75 OC, dengan suhu optimum 55
O
C 60 OC.
b. Kelembaban
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri
membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Banyak mikroba yang tahan tahan
hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya, mikroba yang membentuk spora dan
membentuk krista.
c. pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil dan alkalifil.
Mikroba asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0 5,0.
Mikroba neutrofil adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kisaran pH 5,5 8,0.
Mikroba alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4 9,5.
Bakteri memerlukan pH 6,5 7,5, khamir memerlukan pH 4,0 4,5, sedangkan jamur mempunyai
kisaran pH yang luas.
d. Ion-ion Logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapat bersifat
toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Ion-ion logam dapat
mengganggu sistem enzim sel. Misalnya, Hg ++ akan bergabung dengan gugus sulfidril (-SH) dalam
enzim sehingga aktivitas enzim dengan gugus aktif sulfidril akan terhambat aktivitasnya. Ion-ion Li ++
dan Zn++ bersifat toksik bagi Lactobacillus dan Leuconostoc, namun demikian jika pH diturunkan
maka peracunan Li++ dan Zn++ dapat dikurangi.
e. Iradiasi
Radiasi peng-ion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang besar,
demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi peng-ion terutama pada bidang farmasi, kedokteran,
proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar ultraviolet
dan sinar gamma.
Sinar Ultraviolet
Sinar UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki
panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar
dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah diserap oleh oksigen
atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm umumnya disebut UV gelombang
panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi flourisensi, misalnya untuk menunjukkan
adanya pigmen pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada ruang pendingin
yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk menunda pertumbuhan
mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas 2 mW/cm2 terhadap pseudomonas
pada daging dapat mengurangi kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan
dengan kontrol, dan akan menjadi 75% bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm 2.
Sinar Gamma
Iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam pengawetan pangan di beberapa
negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan Belanda. Di Indonesia sendiri baru dilakukan dalam
skala laboratorium. Proses dilakukan dengan penyinaran pangan dengan menggunakan kobalt
radioisotope (60oC). Iradiasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme dan fragmentasi DNA yang
dapat mengakibatkan kematian sel mikroba sehingga memperbaiki kualitas mikrobiologis pangan
dengan mengurangi jumlah jasad perusak dan pathogen.
Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam jarang dijumpai mikroba
yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad lain. Interaksi antar
mikroba dapat terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel bakteri, dua sel protozoa)
atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan sel protozoa). Dua sel yang ukurannya
sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih sama, sebab susunan molekul suatu sel pada
umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika ukuran sel berbeda, kebutuhan ruang berbeda. Protozoa
membutuhkan ruang ribuan kali lebih besar daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya.
Contohnya interaksi antar Pseudomonas synoyanea dengan Sterptococcus lactis yang menyebabkan
terjadinya warna biru pada susu.
B. Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder dihasilkan untuk pertahanan tubuh mikroba.
Karakteristik metabolit sekunder, yaitu :
Setiap metabolit sekunder yang dihasilkan relatif sedikit, hanya oleh sebagian kecil organisme.
Metabolit sekunder kelihatannya tidak penting untuk pertumbuhan dan reproduksi sel.
Pembentukan metabolit sekunder sangat ekstrim bergantung pada kondisi pertumbuhan,
khususnya komposisi medium. Sering terjadi tekanan pembentukan metabolit sekunder.
Metabolit sekunder sering dihasilkan sebagai kelompok struktur yang berhubungan erat. Sebagai
contoh, strain tunggal spesies Streptomyces ditemukan dapat menghasilkan 32 Antibiotika
antrasiklin yang berbeda tetapi berhubungan.
Sering terjadi produksi metabolit sekunder secara berlebihan, sedangkan metabolit primer terikat
pada metabolisme primernya, biasanya tidak mengalami kelebihan produksi seperti hal tersebut.
Substrat Pertumbuhan
Pertumbuhan
Sel dan metabolit dihasilkan
kurang atau lebih simultan
Metabolit
Primer
Sel
Substrat Pertumbuhan
Pertumbuhan
Metabolit
Primer
Sel
Metabolit sekunder
Substrat Pertumbuhan
Pertumbuhan
Sel
Metabolit sekunder
Metabolit
Primer
Fermentasi Alkohol
Hasil produk fermentasi alkoholik, yaitu : tape, cider, anggur (wine), beer, sake, whiskey dan
lain-lain.
o Tape
Tape adalah produk fermentasi alkoholik yang memanfaatkan mikroorganisme
Endomycopsis fibuligera, Chlamydomucor, Saccharomyces cerevisiae, R. oryzae, dan
o
Mucor. Bahan baku pembuatan tape adalah beras ketan dan singkong.
Cider
Cider adalah produk fermentasi alkoholik yang memanfaatkan mikroorganisme
Saccharomyces cerevisiae. Bahan baku pembuatan cider adalah sari buah-buahan.
Minuman Beralkohol
Alkohol juga merupakan salah satu hasil dari proses fermentasi. Contoh mikroba
yang berperan dalam pembuatan alkohol adalah jenis khamir yaitu Saccharomyces
cerevisiae. Ada beberapa produk makanan yang merupakan hasil dari fermentasi alkohol.
Yeast atau ragi merupakan faktor utama dalam menghasilkan alkohol. Dibawah ini akan
dijelaskan contoh proses pembuatan alkohol dalam produksi wine dan beer.
Proses Pembuatan Wine
Wine merupakan produk fermentasi alkohol oleh ragi pada jus buah atau bahan
lain yang mengandung gula tinggi. Sebagian besar wine dibuat dari anggur,
kecuali kalau dikhususkan untuk produk lain, wine dunia mengarah pada produk
yang dihasilkan dari fermentasi jus anggur. Wine pertamakali dibuat di Mesir dan
Mesopotamia sebelum tahun 2000 S.M. dan menyebar luas ke daerah Mediterania.
Khamir adalah mikrooorganisme yang melakukan fementasi juice buah menjadi
wine. Khamir yang umum digunakan dalam fermentasi adalah Saccharomyces sp.
Khamir ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan CO2. Dalam perombakan ini
diperlukan pula nutrien yang mendukung pertumbuhan khamir, jika tidak tersedia
pada bahan baku. Bahan yang umum dtambahkan adalah amonium fosfat sebagai
sumber nitrogen.
Kandungan karbon dioksida merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih
wine, peningkatan langsung pada fermentasi akhir oleh ragi dalam botol. Terdapat
dua tipe fermentasi wine yang melibatkan ragi : pertama, yang disebut wild yeasts,
ragi yang terdapat pada buah anggur yang diambil dari alam dan dipindahkan ke
dalam juice, dan kedua, ragi wine yang dibiakkan, Saccharomyces ellipsoides, yang
ditambahkan ke dalam juice untuk memulai fermentasi. Salah satu perbedaan
terpenting di antara dua ragi ini adalah toleransinya terhadap alkohol. Sebagian besar
ragi hanya toleran terhadap kadar alkohol sekitar 4%, dan ketika kadar alkohol
melebihi kadar tersebut maka fermentasi berhenti. Ragi wine memiliki toleransi
lebih dari 12-14% alkohol sebelum menghentikan pertumbuhannya. Pada
unfortified wine, kandungan akhir alkohol ditentukan oleh toleransi ragi terhadap
alkohol dan oleh jumlah gula yang terdapat dalam juice. Pada sebagian besar
unfortified wine, kandungan alkoholnya berkisar 8-14%. Pada fortified wine,
misalnya sherry memiliki kandungan alkohol sebanyak 20%, tetapi hal ini dapat
dicapai melalui penambahan waktu distilasi minuman keras, misalnya brandy.
Distilasi malt brews (minuman hasil fermentasi ragi dari gandum) menghasilkan
whiskey. Pada produksi minuman berkadar alkohol rendah, wild yeasts tidak
menghasilkan sejumlah komponen rasa yang diharapkan pada produk akhir, dan
peningkatan pertumbuhanwild yeasts tidak dibutuhkan selama fermentasi.
Cara membunuh wild yeasts dalam must dilakukan dengan penambahan sulfur
dioksida sebanyak 100 ppm. Sedangkan ragi wine biakkan bersifat resisten terhadap
kadar sulfur dioksida tersebut dan ditambahkan sebagai kutur pemula dari
pertumbuhan biakan murni pada sterilisasi dan pasteurisasi jus anggur. Selama tahap
awal, terdapat udara dalam cairan dan terjadi pertumbuhan ragi dengan cepat;
selanjutnya udara tersebut digunakan, berkembang keadaan anaerobik dan mulai
terjadi produksi alkohol (Ristiati, 2008).
Proses Pembuatan Beer
2. NON-ALKOHOLIK
Hasil produk fermentasi non-alkoholik, yaitu : tempe, yoghurt, kimchi, saurkrauet, kefir,
keju, kecap dan lain-lain.
o
Yoghurt
Yoghurt adalah produk fermentasi asam laktat oleh bakteri asam laktat, yaitu :
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bahan baku pembuatan
yoghurt adalah susu.
Kefir
Kefir adalah produk fermentasi asam laktat oleh bakteri asam laktat, yaitu
Streptococcus lactis, L. bulgaricus dan Candida sp.. Bahan baku pembuatan kefir adalah
susu.
Tempe
Tempe
adalah
produk
memiliki
kandungan
merupakan
kedelai
hasil
dengan
Hasseltine
(1965),
berperan
dalam
oligosporus,
R.oryzae,
R.stoloniferus, R. formosaensis
dan sebagainya.
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang
mempunyai pengaruh menguntungkan bagi kesehatan manusia dengan memperbaiki
keseimbangan mikroflora intestinal. Salah satu produk probiotik yang populer di
masyarakat adalah yakult.
Menguntungkan
Merugikan
Menghasilkan toksin.
Contoh :
botulisme pada botulinin (neurotoksin) Clostridium botulinum
asam bongkrek dan toksoflavion pada tempe bongkrek mengganggu
metabolisme glikogen Pseudomonas cocovenenant
Intoksikasi tempe bongkrek :
Lemak asam lemak + gliserol
C28 H 38 O7 )
Gliserol toksoplavin (
C7 H 7 N 5 O2 )
toksin yang dihasilkan oleh beberapa jenis jamur (mikotoksikosis)
seperti : aflatoksin (hepatotoksin dan karsinogenik) Aspergillus
flavus , ergotoksin (halusinasi) Claviceps purpurea .
oleh bakteri kelompok Actinomycetes. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan
keberadaan Antibiotika, sehingga dikenal famili Antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan
berdasarkan struktur kimianya. Sebagian besar Antibiotika digunakan secara medis untuk
mengobati penyakit bakteri, meskipun sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi.
Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton Antibiotika per tahun, dengan nilai penjualan
hampir mendekati $ 5 milyar.
Suatu Antibiotika yang dihasilkan secara komersial, pada awalnya harus berhasil diproduksi
pada fermentor industri berskala-besar. Salah satu gugus-tugas penting adalah pengembangan
efisiensi metode pemurnian. Metode elaborasi (yang terperinci) sangat penting dalam ekstraksi
dan pemunian Antibiotika, karena jumlah Antibiotika yang terdapat dalam cairan fermentasi
hanya sedikit (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Seluruh proses ekstraksi dan pemurnian Antibiotik
Contoh
- Gula murni
Nojirimisin
- Aminoglikosida
Streptomisin
- Ortosomisin
Everninomisin
- N-glikosida
Streptotrisin
- C-glikosida
Vankomisin
- Glikolipid
Moenomisin
2. Lakton makrosiklik
- Antibiotik makrolida
Eritromisin
- Antibiotik polien
Kandisidin
- Ansamisin
Rifamisin
- Makrotetrolida
Tetranaktin
Tetrasiklin
- Antrasiklin
Adriamisin
- Naftoquinon
Aktinorodin
- Benzoquinon
Mitomisin
Sikloserin
- Antibiotik b-laktam
Penisilin
- Antibiotik peptida
Basitrasin
- Kromopeptida
Aktinomisin
- Depsipeptida
Valinomisin
- Peptida pembentuk-selat
Bleomisin
Polioksin
Monensin
7. Turunan alisiklik
- Turunan sikloalkan
Sikloheksimida
- Antibiotika steroid
Asam fusidat
8. Antibiotik aromatik
- Turunan benzen
Kloramfenikol
Griseofulvin
- Eter aromatik
Novobiosin
9. Antibiotika alifatik
- Senyawa mengandung fosfor
Fosfomisin
Streptococcus.
Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.
Normalnya sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein)
yang akan berikatan dengan D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan
peptidoglikan. Namun keberadaan Antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya
negatif.
Methicillin dan Oxacillin merupakan Antibiotik bakterisidal yang digunakan untuk
menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin dan Oxacillin
biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan (resistansi)
spesies Mycobacterum.
Nalidixic acid merupakan Antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang
sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit
demam tipus.
Lincosamides merupakan Antibiotik yang berikatan pada subunit 50S dan banyak
digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari
negatif.
Tetracycline merupakan Antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit
ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada
ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun
Antibiotik jenis ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna
2. Vitamin
Vitamin sering digunakan dalam farmasi serta tambahan pada makanan manusia dan ternak.
Produksi vitamin, berada kedua setelah Antibiotika dalam hal penjualan total produk farmasi
dengan nilai lebih dari $ 700 juta per tahun. Sebagian besar vitamin dibuat secara komersial
melalui sintesis bahan kimia. Sejumlah vitamin sulit disintesis dengan biaya murah, tapi
keuntungannya vitamin dapat dibuat dengan fermentasi mikrobial. Vitamin B12 dan riboflavin
yang terpenting dalam kelompok vitamin.
Sianokobalamin (Vitamin B12), disintesis secara khusus di alam oleh mikroorganisme.
Kebutuhan vitamin ini pada hewan dipenuhi melalui ambilan makanan atau melalui absorpsi
vitamin yang dihasilkan mikroorganisme dalam usus hewan. Tetapi pada manusia vitamin B12
diperoleh melalui makanan atau sebagai tambahan vitamin, karena seandainya vitamin ini
disintesis oleh mikroorganisme dalam jumlah yang besar di dalam usus besar, tetapi tidak masuk
ke dalam saluran darah. Strain mikroorganisme dipilih dan digunakan untuk menghasilkan
banyak vitamin. Anggota bakteri dari genus Propionibacterium menghasilkan vitamin mulai dari
19-23 mg/liter pada proses dua-tahap, sedangkan bakteri lain, Pseudomonas denitrificans
menghasilkan 60 mg/liter pada proses satu-tahap yang menggunakan molase gula-bit sebagai
sumber karbon. Vitamin B12 mngandung kobalt sebagai bagian esensial strukturnya, dan untuk
meningkatkan produksi vitamin, dilakukan dengan menambahkan kobalt pada medium biakan.
Riboflavin (B2) disintesis oleh beberapa mikroorganisme, termasuk bakteri, fungi, dan ragi.
Fungi Ashbya gossypii menghasilkan sejumlah besar riboflavin (> 7 gram/liter) dan oleh karena
itu sering digunakan dalam proses produksi mikrobiologi. Hasil perolehan yang sangat banyak ini
menyebabkan persaingan ekonomi tinggi di antara proses mikrobiologi dengan proses sintesis
secara kimia.
3. Asam amino
Asam amino digunakan secara luas dalam industri makanan, tambahan pakan, dalam obat,
dan sebagai bahan pemula pada industri kimia. Sebagian besar asam amino yang penting secara
komersial adalah asam glutamat, yang digunakan untuk meningkatkan rasa. Dua asam amino
yang juga penting, asam aspartat dan fenilalanin, yang menyusun bahan pemanis buatan, aspartat,
merupakan unsur penting dalam minuman ringan diet dan makanan lain yang dijual sebagai
produk bebas-gula. Lisin, merupakan asam amino esensial untuk manusia, dihasilkan oleh
Brevibacterium flavum, juga digunakan sebagai tambahan makanan. Meskipun sebagian besar
asam amino dapat dibuat secara kimia, sintesis bahan kimia menyebabkan pembentukan bentuk
DL inaktif. Jika secara biokimia bentuk L dibutuhkan, maka diperlukan metode enzimatik atau
metode mikrobiologi pada pembuatannya. Produksi asam amino secara mikrobiologi juga dapat
melalui fermentasi langsung, dimana mikroorganisme menghasilkan asam amino dalam suatu
proses fermentasi standar, atau melalui proses enzimatik, dimana mikroorganisme sebagai sumber
enzim dan enzim tersebut digunakan dalam proses produksi.
4. Enzim
Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar dihasilkan dalam jumlah
yang kecil dan dilibatkan dalam proses seluler. Bagaimanapun, enzim tertentu dihasilkan dalam
jumlah yang besar oleh beberapa organisme, dan dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke dalam
medium. Enzim ekstraseluler biasanya dapat menguraikan bahan nutrien yang tak-larut misalnya
selulosa, protein, pati, dan hasil pencernaan selanjutnya diangkut ke dalam sel, dimana enzim
digunakan sebagai nutrien untuk pertumbuhan. Beberapa enzim ekstraseluler digunakan dalam
makanan, perusahaan susu, pabrik obat, dan industri tekstil dan dihasilkan dalam jumlah yang
besar melalui sintesis mikrobiologi. Enzim tersebut sering digunakan karena spesifisitas dan
efisiensi pada reaksi katalisis yang dibutuhkan, pada suhu dan pH yang wajar. Reaksi yang sama
dapat dicapai dengan bahan kimia yang umumnya membutuhkan kondisi suhu dan pH ekstrim,
dan kurang efisien dan kurang spesifik.
Secara komersial enzim dihasilkan dari fungi dan bakteri. Proses produksi biasanya aerobik,
dan medium biakan sama dengan yang digunakan pada fermentasi Antibiotik. Enzim itu sendiri
umumnya hanya sedikit dibentuk selama fase pertumbuhan aktif tetapi akumulasi dalam jumlah
besar terjadi selama fase stasioner pertumbuhan.
Enzim mikroorganisme dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak pada suatu industri
dasar adalah protease bakteri, digunakan sebagai tambahan dalam deterjen pencuci. Sejak tahun
1969, 80% deterjen pencuci mengandung enzim, khususnya protease, juga amilase, lipase,
reduktase, dan enzim lain. Tetapi mulai tahun 1971, penggunaannya menurun setelah terjadi
alergi pada pemakai dan konsumen, sehingga dikembangkan teknik pemrosesan khusus misalnya
microencapsulation untuk menjamin pengolahan bebas-debu.
Enzim penting lain yang dibuat secara komersial adalah amilase dan glukoamilase, yang
digunakan dalam produksi glukosa dari pati. Setelah dihasilkan glukosa, selanjutnya dengan
bantuan glukosa isomerase akan diubah menjadi fruktosa (yang lebih manis dari glukosa dan
sukrosa) dan menghasilkan produk akhir pemanis fruktosa-tinggi dari pati jagung, gandum, atau
kentang. Penggunaan proses tersebut dalam industri makanan mengalami peningkatan, khususnya
dalam produksi minuman ringan.
Tiga reaksi yang terjadi dalam perubahan pati jagung menjadi produk yang disebut sirup
jagung fruktosa-tinggi, masing-masing reaksi dikatalisis oleh enzim mikroba secara terpisah :
o Enzim a-amilase menyerbu polisakarida pati, memecah rantai, dan mengurangi viskositas
o
menjadi
fruktosa,
prosesnya
isomerization.
Tabel Enzim yang dihasilkan mikroorganisme dan penggunaannya
Enzim
Amilase
Protease
Sumber
Fungi
Penggunaan
Roti
Industri
Pembakaran
Bakteri
Pati pelapis
Kertas
Fungi
Makanan
Bakteri
Pati
Fungi
Membantu pencernaan
Farmasi
Bakteri
Tekstil
ukuran)
Fungi
Roti
Pembakaran
Bakteri
Membuang noda
Dry cleaning
Bakteri
Mengempukkan daging
Daging
Bakteri
Membersihkan luka
Obat
Bakteri
Tekstil
ukuran)
Bakteri
Deterjen rumah-tangga
Laundry
Invertase
Ragi
Permen soft-center
Permen
Glukosa oksidase
Fungi
Makanan
Farmasi
Glukosa isomerase
Bakteri
Minuman ringan
Pektinase
Fungi
Memeras, menguraikan
disebut
Rennin
Fungi
Koagulasi susu
Streotokinase
Bakteri
Laboratorium
serangan jantung
Makanan,
deterjen
DNA plymerase
Bakteri
Lipase
Fungi
Meningkatkan rasa,
menghilangkan noda
c. Produksi Vaksin
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dimatikan atau dimodifikasi atau bagian
spesifik yang diisolasi dan mikroorganisme yang ketika disuntikkan ke dalam hewan makan hewan
tersebut akan menghasilkan imunitas terhadap penyakit tertentu. Sebagian besar merupakan vaksin
virus. Kepentingan vaksin rekombinan, pada kenyataannya untuk menggantikan suspensi virus yang
dimatikan atau diinaktifkan. Protein virus terpenting, umumnya komponen yang sangat imunogen
pada kapsid virus, dapat digunakan dalam dosis tinggi untuk mendatangkan imunitas tingkat tinggi
dan cepat tanpa kemungkinan penularan infeksi. Saat ini sudah tersedia suatu rekombinan vaksin
hepatitis B, juga sedang dilakukan pengujian pada vaksin untuk herpes manusia, cytomegalovirus,
virus campak, dan rabies. Vaksin lain yang dikembangkan adalah beberapa vaksin untuk bakteri
patogen, seperti kolera, clamydia, dan gonorrhe (Campbell, 2000).
Proses Pembuatan Vaksin
a. Benih Virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus
harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang
sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah
virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas
kecil atau wadah plastik. Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 sentimeter kubik, mengandung
ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin. Freezer
dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat secara terus menerus
suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang
akan menyala jika suhu freezer berada di luar suhu yang seharusnya.
b. Pertumbuhan Virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati
(misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke
dalam pabrik sel, sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang
tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk berkembang biak.
Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya
mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi.
Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel
virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang
telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran keasaman
atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus harus disimpan pada pH yang
tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun
wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat
sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung dengannya. Sensor memantau pH dan
suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen
untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan
pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk
setengah jadi ketika siap.
c. Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manikmanik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter
dengan bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup
kecil untuk mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini sentrifugasi beberapa kali
untuk memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat
dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain
sehingga mencuci manik-manik dari virus.
d. Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan
satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang
dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap
varian baru virus penyebab, biasanya berupa virus yang dilemahkan. Virulensi virus bisa
menentukan pilihan; vaksin rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses
produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di
berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini
jelas tidak dapat digunakan untuk vaksin attenuated. Strain lainnya menjadi terlalu lemah
karena dibudidayakan berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan
vaksin.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh. Vaksin yang
berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum
pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil
dibandingkan dengan jumlah medium yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan
mengenai apakah akan menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin,
misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.
e. Pengontrolan Kualitas
Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan
mengemas vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur. Semua
transfer virus dan media dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan
disterilisasi dalam autoklaf sebelum dan sesudah digunakan.
d. Produksi Mikroorganisme Untuk Digunakan sebagai Insektisida (Biosida)
Mikroorganisme berasosiasi dengan serangga dengan berbagai macam cara, mulai dari asosiasi
mutualistik (simbiose) sampai yang bersifat parasitik. Mikroorganisme parasit ini dapat
menyebabkan penyakit bagi serangga, dan dikenal sebagai patogen serangga (entomopatogen). Telah
diketahui bahwa ada sekitar 1500 spesies mikroba menyebabkan penyakit pada antropoda, termasuk
serangga. Berbagai patogen serangga yang telah dimanfaatkan sebagai insektisida mikrobiologi
ditampilkan di bawah ini. Banyak diantaranya telah diproduksi secara komersial (Anonim, 2011).
Insektisida dari Jamur
Tidak seperti patogen serangga lainnya (misalnya bakteri dan virus) yang umumnya harus di
makan dan dicerna agar dapat menginfeksi inangnya, jamur dapat menginfeksi inangnya (dalam
hal ini serangga hama) dengan cara penetrasi langsung. Apabila spora jamur menempel pada kulit
serangga, dan apabila kondisi mendukung, maka spora akan berkecambah, menembus kutikula
serangga dan masuk kedalam tubuh serangga. Dalam tubuh serangga jamur akan berkembang
membentuk hifa dan miselium hingga memenuhi bagian dalam tubuh serangga, hingga serangga
akhirnya mati. Jamur kemudian hidup sebagai saprofit dan menyerap hara dari tubuh serangga
yang sudah mati. Tubuh buah jamur kemudian muncul dari bangkai serangga inang,
menghasilkan spora, dan siap disebarkan untuk menginfeksi serangga lainnya.
Tanaka dan Kaya (1993) telah mendata jamur penyebab penyakit serangga (entomopatogen)
yang terdapat dalam 8 kelas, 13 ordo dan 57 genus. Banyak diantaranya yang bersifat sangat
spesifik (hanya menginfeksi serangga tertentu).
a. Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin
Jamur ini dahulu dikenal dengan nama Botrytis bassiana. Jamur entomopatogen (penyebab
penyakit serangga) menginvasi tubuh serangga sasaran. Spora (konidia) jamur akan
menempel pada kutikula serangga, dan saat berkecambah, benang jamur (hifa) akan
menembus kutikula dan berkembang didalam tubuh serangga.
Diaplikasikan dengan
disemprotkan pada kanopi tanaman. Dapat diaplikasikan bersama insektisida lain, dengan
tambahan ajuvant dan sebagainya.
b. Beauveria bassiana isolat BB 147
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek tongkol jagung (Ostrinia nubilalis,
european corn borer dan Ostrinia furnacalis, asian corn borer), pada tanaman jagung dan
padi.
c. Beauveria bassiana isolat stanes
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek buah kopi, lundi (uret), penngerek buah
kapas, ulat potong (cutworm), wereng batang coklat dan ulat kubis, pada tanaman teh, kopi,
kapas, tomat, okra, dan terung.
j.
Bakteri yang dimanfaatkan untuk mengendalikan semacam lundi (uret) dari kumbang
Costelytra zealandica) pada padang rumput (turf) di New Zealand.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia sebagai komponen untuk
industri atau mengikutsertakan mikrobia dalam proses. Mikrobiologi industri terkait dengan eksploitasi
komersial mikroorganisme untuk menghasilkan produk-produk bidang pangan, ekonomi, lingkungan dan
kebutuhan masyarakat di seluruh dunia yang melibatkan mikroorganisme dalam proses pembuatan
produk.
Kelebihan mikroorganisme sebagai sumber industri :
1.
Mikroba memiliki daya reproduksi yang sangat cepat bila dibandingkan dengan organisme lain
(dimana dalam waktu 20 30 menit mikroba sudah dapat berkembang biak).
2.
Ukurannya miroskopis, sehingga tidak memerlukan lahan yang luas. Ratio antara luas permukaan
dan volume menjadi tinggi memungkinkan kontak dengan substrat maksimum.
3.
4.
Secara genetik mikroba memiliki genom sederhana, sehingga mudah direkayasa atau
dimodifikasi sesuai dengan kehendak.
5.
Mikroorganisme dapat tumbuh pada berbagai limbah yang memiliki nilai ekonomi rendah untuk
diubah menjadi bahan dengan nilai ekonomi tinggi.
6.
Dalam suatu reaksi, memang mesti harus menggunakan mikroba (tidak dapat digantikan oleh zat
kimia).
7.
8.
Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo, 2005) :
a. Organisme
Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme industri, yaitu :
harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat,
karena alasan sebagai berikut:
1. Alat-alat yang digunakan pada industri berskala besar termasuk mahal, hal tersebut tidak
menjadi masalah (secara ekonomi) jika produk dapat dihasilkan dengan cepat;
2. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, kontaminasi fermentor akan berkurang;
3. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, akan lebih mudah mengendalikan berbagai faktor
lingkungan dalam fermentor.
memiliki sifat-sifat genetik yang stabil,
mampu menghasilkan substansi yang menarik,
dapat dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium,
Beberapa mikroba penting yang berperan terhadap mikrobiologi industri :
No
.
Jenis mikroba
1.
Bakteri
2.
Jamur
3.
Yis (kapang)
4.
Virus
5.
Alga
Nama mikroba
Acetobacter aceti,
Acetobacter xylinum,
Bacillus sp,
Bividobacterium sp,
Lactobacillus sp, dll
Aspergillus niger
Rhyzopus oryzae
Neurospora sitophila
Monascus purpureus
Penicillium sp, dll
Saccharomyces
cereviceae
Saccharomyces
roxii
Virus polio
Virus rabies
Chlorella
b. Medium
Karakteristik substrat (medium) yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru, yaitu :
mudah diperoleh,
relatif murah,
tersedia dalam jumlah yang banyak.
c. Hasil
Karakteristik produk yang dihasilkan, yaitu harus mudah dipasarkan, dihasilkan dalam jumlah besar
dan nilai ekonomi. Karakteristik limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan produk harus mudah
di daur ulang, dan tidak mencemari lingkungan.
Penggolongan suhu pertumbuhan mikroorganisme yaitu suhu minimum, maksimum dan optimum.
Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu psikofil,
mesofil dan termofil.
b. Kelembaban
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu.
c. pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil dan alkalifil.
d. Ion-ion Logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapat bersifat
toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Ion-ion logam dapat
mengganggu sistem enzim sel.
e. Iradiasi
Radiasi peng-ion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang besar,
demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi peng-ion terutama pada bidang farmasi, kedokteran,
proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar ultraviolet
dan sinar gamma.
Hasil produk fermentasi alkoholik, yaitu : tape, cider, anggur (wine), beer, sake, whiskey dan lainlain. Hasil produk fermentasi non-alkoholik, yaitu : tempe, yoghurt, kimchi, saurkrauet, kefir, keju,
kecap dan lain-lain.
Tabel peranan mikroorganisme pada bidang industri makanan
Menguntungkan
Merugikan
Menghasilkan toksin.
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dimatikan atau dimodifikasi atau bagian spesifik
yang diisolasi dan mikroorganisme yang ketika disuntikkan ke dalam hewan makan hewan tersebut
akan menghasilkan imunitas terhadap penyakit tertentu. Sebagian besar merupakan vaksin virus.
D. Produksi Mikroorganisme Untuk Digunakan sebagai Insektisida (Biosida)
Mikroorganisme berasosiasi dengan serangga dengan berbagai macam cara, mulai dari asosiasi
mutualistik (simbiose) sampai yang bersifat parasitik. Mikroorganisme parasit ini dapat menyebabkan
penyakit bagi serangga, dan dikenal sebagai patogen serangga (entomopatogen).
DAFTAR PUSTAKA
Kusnadi. Mikrobiologi Pangan Dan Industri. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._
BIOLOGI/196805091994031-KUSNADI/KULIAH,MIKROBIOLOGI_PANGAN_DAN_
INDUSTRI.pdf. Diakses tanggal 10 September 2016.
Oxford English Dictionary. 2008. 4 ed. Oxford: Oxford University Press.
Waites, Michael J. Neil L. Morgan. John S. Rockey & Gary Higton. 2001. Industrial Microbiology: An
Introduction. London. Blackwell Science, Ltd.