Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

Mikrobiologi Industri

Dosen Pengampu :
Panca Nugrahini F, S.T., M.T.

Disusun oleh : Kelompok 3


Ulfa Islamia

1615041023

Lutfia Rahma Riyadi

1615041041

Anniza Hasna Purnama

1615041042

Tiara Cahya Putri

1655041001

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Mikrobiologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil yang


hanya kelihatan dengan mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil, bios = hidup, logos = kata atau ilmu).
Makhluk-makhluk kecil itu disebut dengan mikroorganisme, mikroba, protista, atau jasad renik.
(Dwidjoseputro, 1998)
Sejarah mikrobiologi dimulai tahun 1674 ketika Anton van Leewenhoek (16321723)
menemukan adanya kehidupan dalam setetes air danau yang diamati dengan menggunakan lensa gelas.
Benda-benda yang diamati tersebut disebut dengan animalculs terlihat dalam berbagai bentuk, ukuran dan
warna. Leweenhoek kemudian mengamati adanya makhluk hidup pada berbagai lainnya menggunakan
mikroskop sederhana yang diciptakannya, dan menyimpulkan bahwa sel-sel hidup selalu berasal dari
benih (germ).
Pada saat ini dengan kemajuan yang pesat dalam ilmu dan teknologi, terutama dalam era laju
pengetahuan bioteknologi, mikrobiologi yang bersifat dasar sangat diperlukan sebagai ilmu penunjang.
Ilmu pengetahuan tentang mikroorganisme dapat diamalkan guna menambah kesejahteraan hidup
manusia. Sesuai dengan itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mikrobiologi industri yang
merupakan salah satu dari cabang ilmu mikrobiologi.
Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia sebagai komponen untuk
industri atau mengikutsertakan mikrobia dalam proses. Mikrobia dalam industri menghasilkan bermacam
produk, diantaranya adalah antibiotic dan pakan ternak. (Hidayat, 2006)
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mikrobiologi
industri yang meliputi mikrobia penghasil Antibiotika, pakan ternak dan mekanisme produksinya.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah mikribiologi industri ini adalah :

Memahami keberadaan mikroorganisme di alam, hubungan mikroorganisme dengan produksi


biomassa, protein dan bahan pangan esensial lainnya serta keterkaitannya dengan pemanfaatan untuk

industri.
Mengetahui syarat, karakteristik dan sifat mikroorganisme dalam mikrobiologi industri.
Memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam industri.
Mengetahui peranan dan jenis mikroorganisme yang dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri.

BAB II
PEMBAHASAN
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar berupa satu sel
yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata telanjang. Mikroba berukuran sekitar
seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5
mikrometer. Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop.
Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia sebagai komponen untuk
industri atau mengikutsertakan mikrobia dalam proses. Mikrobiologi industri terkait dengan eksploitasi
komersial mikroorganisme untuk menghasilkan produk-produk bidang pangan, ekonomi, lingkungan dan
kebutuhan masyarakat di seluruh dunia yang melibatkan mikroorganisme dalam proses pembuatan
produk.
Terdapat dua aspek utama dari mikrobiologi industri, yang pertama berkaitan dengan produksi
produk mikroba yang bernilai tinggi melalui proses fermentasi yang telah diproduksi selama ribuan tahun
seperti roti, keju, yoghurt dan lain-lain. Selain itu, selama seratus tahun terakhir atau lebih,
mikroorganisme telah digunakan dalam produksi berbagai bahan baku kimia, sumber energi, enzim,
bahan makanan dan obat-obatan. Aspek kedua adalah peran mikroorganisme dalam memberikan
pelayanan, khususnya untuk pengolahan limbah dan pengendalian pencemaran, yang memanfaatkan
kemampuan mereka untuk mendegradasi produk alami dan buatan. Namun, kegiatan pengolahan limbah
dan pengendalian pencemaran harus dikontrol, jika tidak konsekuen biodeterioration 1 menyebabkan
kerugian ekonomi.

Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri


Dari segi perindustrian, mikroba merupakan pabrik zat kimia yang mampu melakukan perubahan
yang dikehendaki. Mikroba merombak bahan mentah dan mengubah bahan mentah menjadi suatu produk
baru. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo,
2005) :
a. Organisme
Organisme yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup banyak.
Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme industri, yaitu :
harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat,
karena alasan sebagai berikut:
1 Kerusakan zat atau material yang disebabkan oleh kemampuan organisme hidup, dalam hal ini yang
dimaksud adalah mikroorganisme.

1. Alat-alat yang digunakan pada industri berskala besar termasuk mahal, hal tersebut tidak
menjadi masalah (secara ekonomi) jika produk dapat dihasilkan dengan cepat;
2. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, kontaminasi fermentor akan berkurang;
3. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, akan lebih mudah mengendalikan berbagai faktor
lingkungan dalam fermentor.
memiliki sifat-sifat genetik yang stabil,
mampu menghasilkan substansi yang menarik,
dapat dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium.
Beberapa mikroba penting yang berperan terhadap mikrobiologi industri :
No
.

Jenis mikroba

1.

Bakteri

2.

Jamur

3.

Yis (kapang)

4.

Virus

5.

Alga

Nama mikroba
Acetobacter aceti,
Acetobacter xylinum,
Bacillus sp,
Bividobacterium sp,
Lactobacillus sp, dll
Aspergillus niger
Rhyzopus oryzae
Neurospora sitophila
Monascus purpureus
Penicillium sp, dll
Saccharomyces
cereviceae
Saccharomyces
Roxii
Virus polio
Virus rabies
Chlorella

Produk yang dihasilkan


Asam cuka,
Nata de pina, nata de coco,
Rekayasa genetic (lingkungan),
Probiotik,
Yogurt, dll
Asam sitrat
Pembuatan tempe (perbaikan nilai gizi)
Pembuatan oncom (beta karoten)
Pewarna alami dan angkak (membantu kesehatan)
Antibiotic, dll
Alkohol, wine, bir, pengembang roti
Pembuatan kecap (pembentukan aroma), dll
Vaksin polio
Vaksin rabies, dll
Makanan kesehatan dll

b. Medium
Karakteristik substrat (medium) yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru, yaitu :
mudah diperoleh,
relatif murah,
tersedia dalam jumlah yang banyak.
Medium bisa memanfaatkan berbagai limbah yang banyak mengandung nutrisi, misalnya limbah dari
industri persusuan, industri kertas, dan pertanian seperti jerami, tongkol jagung, serbuk gergaji, bagas,
onggok dan sebagainya, untuk menghasilkan bahan-bahan yang bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat mencapai 200.000
liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran heterogen yang terdiri dari sel-sel
mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak, komponen-komponen medium yang tidak
terpakai, dan produk-produk metabolisme yang tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan

metode-metode yang mudah dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan
produk akhir yang diinginkan.
Karakteristik produk yang dihasilkan, yaitu harus mudah dipasarkan, dihasilkan dalam jumlah besar
dan nilai ekonomi. Karakteristik limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan produk harus mudah
di daur ulang, dan tidak mencemari lingkungan.

Sifat yang Harus Dimiliki Mikroorganisme dalam Industri


Suatu mikroorganisme dianggap layak digunakan dalam industri, bukan saja mampu
menghasilkan substansi yang menarik, tetapi harus lebih dari itu. Mikroorganisme harus tersedia sebagai
biakan murni, sifat genetiknya harus stabil, dan tumbuh dalam biakan berskala-besar. Biakan juga harus
dapat dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium dan dalam plant industri.
Biakan tersebut lebih disukai jika dapat menghasilkan spora dan bentuk sel reproduktif lain sehingga
mikroba mudah diinokulasikan ke dalam fermentor besar.
Sifat yang harus dimiliki mikroorganisme industri, antara lain :
a. Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik produknya penting bagi hewan dan tumbuhan.
b. Harus non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin, harus cepat di-inaktifkan.
Karena, ukuran populasi besar dalam fermentor industri, sebenarnya tidak memungkinkan
menghindari kontaminasi dari lingkungan luar fermentor, suatu patogen yang ada akan mampu
mendatangkan masalah.
c. Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel mikroorganisme pertamakali
dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat sulit dan mahal untuk industri skalabesar.
d. Mikroorganisme industri harus dapat di rekayasa secara genetik.

Dalam bioteknologi

mikroorganisme tradisional peningkatan hasil diperoleh melalui mutasi dan seleksi. Mutasi akan
lebih efektif untuk mikroorganisme dalam bentuk vegetatif dan haploid, dan bersel satu. Pada
organisme diploid dan bersel banyak mutasi salah satu genom tidak akan menghasilkan mutan yang
mudah diisolasi. Untuk fungi berfilamen, lebih disukai yang menghasilkan spora, karena filamen
tidak mampu mempermudah rekayasa genetika. Organisme juga diharapkan dapat direkombinasi
secara genetik, juga dengan proses seksual dan beberapa jenis proses paraseksual.
Rekombinasi genetik memungkinkan penggabungan genom tunggal sifat genetik dari beberapa
organisme. Teknik yang sering digunakan untuk menciptakan hibrid, bahkan tanpa siklus seksual
adalah fusi atau penggabungan protoplasma, menyertai regenasi sel vegetatif dan seleksi progeni
hibrid. Bagaimanapun, beberapa strain industri sudah diperbaiki secara genetik tanpa menggunakan
rekombinasi genetika. (Kusnadi, tanpa tahun)
e. Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah dipindahkan dari biakan
dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri
berfilamen, lebih disukai. Bakteri unisel berukuran kecil sehingga, sulit dipisahkan dari biakan cair.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme dalam Industri


Perubahan di lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi
mikroorganisme. Beberapa golongan mikroorganisme resisten terhadap perubahan lingkungan karena
dengan cepat melakukan adaptasi dengan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sering
mempengaruhi pertumbuhan mikroba antara lain (Anonim, 2010):
a. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba mampu
hidup dalam kisaran suhu yang luas. Terkait dengan suhu pertumbuhan maka dikenal suhu minimum,
maksimum dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan mikroba
masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan mikroba.
Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi
pada tingkat kegiatan fisiologi yang paling rendah.
Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu psikofil,
mesofil dan termofil.
Mikroba psikofil/kriofil dapat tumbuh pada suhu antara 0 OC 30 OC, dengan suhu optimum

15OC. Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di daratan maupun dilautan.


Mikroba mesofil mempunyai suhu optimum antara 25 OC 37 OC, dengan suhu minimum 15 OC

dan suhu maksimum antara 45 OC 55 OC. Mikroba ini biasa hidup pada tanah dan perairan.
Mikroba termofil mempunyai suhu pertumbuhan antara 40 OC 75 OC, dengan suhu optimum 55
O

C 60 OC.

b. Kelembaban
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri
membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Banyak mikroba yang tahan tahan
hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya, mikroba yang membentuk spora dan
membentuk krista.
c. pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil dan alkalifil.
Mikroba asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0 5,0.
Mikroba neutrofil adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kisaran pH 5,5 8,0.
Mikroba alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4 9,5.
Bakteri memerlukan pH 6,5 7,5, khamir memerlukan pH 4,0 4,5, sedangkan jamur mempunyai
kisaran pH yang luas.
d. Ion-ion Logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapat bersifat
toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Ion-ion logam dapat
mengganggu sistem enzim sel. Misalnya, Hg ++ akan bergabung dengan gugus sulfidril (-SH) dalam
enzim sehingga aktivitas enzim dengan gugus aktif sulfidril akan terhambat aktivitasnya. Ion-ion Li ++
dan Zn++ bersifat toksik bagi Lactobacillus dan Leuconostoc, namun demikian jika pH diturunkan
maka peracunan Li++ dan Zn++ dapat dikurangi.
e. Iradiasi

Radiasi peng-ion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang besar,
demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi peng-ion terutama pada bidang farmasi, kedokteran,
proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar ultraviolet
dan sinar gamma.
Sinar Ultraviolet
Sinar UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki
panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar
dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah diserap oleh oksigen
atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm umumnya disebut UV gelombang
panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi flourisensi, misalnya untuk menunjukkan
adanya pigmen pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada ruang pendingin
yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk menunda pertumbuhan
mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas 2 mW/cm2 terhadap pseudomonas
pada daging dapat mengurangi kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan
dengan kontrol, dan akan menjadi 75% bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm 2.

Sinar Gamma
Iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam pengawetan pangan di beberapa
negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan Belanda. Di Indonesia sendiri baru dilakukan dalam
skala laboratorium. Proses dilakukan dengan penyinaran pangan dengan menggunakan kobalt
radioisotope (60oC). Iradiasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme dan fragmentasi DNA yang
dapat mengakibatkan kematian sel mikroba sehingga memperbaiki kualitas mikrobiologis pangan
dengan mengurangi jumlah jasad perusak dan pathogen.
Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam jarang dijumpai mikroba

yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad lain. Interaksi antar
mikroba dapat terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel bakteri, dua sel protozoa)
atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan sel protozoa). Dua sel yang ukurannya
sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih sama, sebab susunan molekul suatu sel pada
umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika ukuran sel berbeda, kebutuhan ruang berbeda. Protozoa
membutuhkan ruang ribuan kali lebih besar daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya.
Contohnya interaksi antar Pseudomonas synoyanea dengan Sterptococcus lactis yang menyebabkan
terjadinya warna biru pada susu.

Produk Mikrobiologi Industri


A. Metabolit Primer
Metabolit primer adalah metabolit yang dihasilkan oleh mikrorganisme yang penting untuk
pertumbuhan mikroba tersebut.

B. Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder dihasilkan untuk pertahanan tubuh mikroba.
Karakteristik metabolit sekunder, yaitu :
Setiap metabolit sekunder yang dihasilkan relatif sedikit, hanya oleh sebagian kecil organisme.
Metabolit sekunder kelihatannya tidak penting untuk pertumbuhan dan reproduksi sel.
Pembentukan metabolit sekunder sangat ekstrim bergantung pada kondisi pertumbuhan,
khususnya komposisi medium. Sering terjadi tekanan pembentukan metabolit sekunder.
Metabolit sekunder sering dihasilkan sebagai kelompok struktur yang berhubungan erat. Sebagai
contoh, strain tunggal spesies Streptomyces ditemukan dapat menghasilkan 32 Antibiotika
antrasiklin yang berbeda tetapi berhubungan.
Sering terjadi produksi metabolit sekunder secara berlebihan, sedangkan metabolit primer terikat
pada metabolisme primernya, biasanya tidak mengalami kelebihan produksi seperti hal tersebut.

Substrat Pertumbuhan
Pertumbuhan
Sel dan metabolit dihasilkan
kurang atau lebih simultan
Metabolit
Primer

Sel

Substrat Pertumbuhan
Pertumbuhan

Metabolit
Primer

Sel

Setelah sel dan metabolit primer


dihasilkan, sel merubah metabolit
primer menjadi sekunder

Metabolit sekunder

Substrat Pertumbuhan
Pertumbuhan

Sel
Metabolit sekunder

Metabolit
Primer

Setelah sel dihasilkan, selanjutnya


substrat pertumbuhan dirubah
menjadi metabolit sekunder

Peranan Mikroorganisme dalam Mikrobiologi Industri


c. Produksi Makanan dan Minuman Hasil Fermentasi oleh Mikroorganisme
Fermentasi berasal dari kata fervere artinya mendidih, pertama kali dicetuskan oleh Louis
Pasteur saat mengamati buah anggur yang berubah menjadi anggur (wine). Fermentasi adalah proses
perombakan senyawa organik dalam kondisi anaerob, menghasilkan produk berupa asam-asam
organik, alkohol dan gas.

Fermentasi berdasarkan produk :


1. ALKOHOLIK

Fermentasi Alkohol

Hasil produk fermentasi alkoholik, yaitu : tape, cider, anggur (wine), beer, sake, whiskey dan
lain-lain.

o Tape
Tape adalah produk fermentasi alkoholik yang memanfaatkan mikroorganisme
Endomycopsis fibuligera, Chlamydomucor, Saccharomyces cerevisiae, R. oryzae, dan
o

Mucor. Bahan baku pembuatan tape adalah beras ketan dan singkong.
Cider
Cider adalah produk fermentasi alkoholik yang memanfaatkan mikroorganisme
Saccharomyces cerevisiae. Bahan baku pembuatan cider adalah sari buah-buahan.

Minuman Beralkohol
Alkohol juga merupakan salah satu hasil dari proses fermentasi. Contoh mikroba
yang berperan dalam pembuatan alkohol adalah jenis khamir yaitu Saccharomyces
cerevisiae. Ada beberapa produk makanan yang merupakan hasil dari fermentasi alkohol.

Yeast atau ragi merupakan faktor utama dalam menghasilkan alkohol. Dibawah ini akan
dijelaskan contoh proses pembuatan alkohol dalam produksi wine dan beer.
Proses Pembuatan Wine
Wine merupakan produk fermentasi alkohol oleh ragi pada jus buah atau bahan
lain yang mengandung gula tinggi. Sebagian besar wine dibuat dari anggur,
kecuali kalau dikhususkan untuk produk lain, wine dunia mengarah pada produk
yang dihasilkan dari fermentasi jus anggur. Wine pertamakali dibuat di Mesir dan
Mesopotamia sebelum tahun 2000 S.M. dan menyebar luas ke daerah Mediterania.
Khamir adalah mikrooorganisme yang melakukan fementasi juice buah menjadi
wine. Khamir yang umum digunakan dalam fermentasi adalah Saccharomyces sp.
Khamir ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan CO2. Dalam perombakan ini
diperlukan pula nutrien yang mendukung pertumbuhan khamir, jika tidak tersedia
pada bahan baku. Bahan yang umum dtambahkan adalah amonium fosfat sebagai
sumber nitrogen.
Kandungan karbon dioksida merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih
wine, peningkatan langsung pada fermentasi akhir oleh ragi dalam botol. Terdapat
dua tipe fermentasi wine yang melibatkan ragi : pertama, yang disebut wild yeasts,
ragi yang terdapat pada buah anggur yang diambil dari alam dan dipindahkan ke
dalam juice, dan kedua, ragi wine yang dibiakkan, Saccharomyces ellipsoides, yang
ditambahkan ke dalam juice untuk memulai fermentasi. Salah satu perbedaan
terpenting di antara dua ragi ini adalah toleransinya terhadap alkohol. Sebagian besar
ragi hanya toleran terhadap kadar alkohol sekitar 4%, dan ketika kadar alkohol
melebihi kadar tersebut maka fermentasi berhenti. Ragi wine memiliki toleransi
lebih dari 12-14% alkohol sebelum menghentikan pertumbuhannya. Pada
unfortified wine, kandungan akhir alkohol ditentukan oleh toleransi ragi terhadap
alkohol dan oleh jumlah gula yang terdapat dalam juice. Pada sebagian besar
unfortified wine, kandungan alkoholnya berkisar 8-14%. Pada fortified wine,
misalnya sherry memiliki kandungan alkohol sebanyak 20%, tetapi hal ini dapat
dicapai melalui penambahan waktu distilasi minuman keras, misalnya brandy.
Distilasi malt brews (minuman hasil fermentasi ragi dari gandum) menghasilkan
whiskey. Pada produksi minuman berkadar alkohol rendah, wild yeasts tidak
menghasilkan sejumlah komponen rasa yang diharapkan pada produk akhir, dan
peningkatan pertumbuhanwild yeasts tidak dibutuhkan selama fermentasi.
Cara membunuh wild yeasts dalam must dilakukan dengan penambahan sulfur
dioksida sebanyak 100 ppm. Sedangkan ragi wine biakkan bersifat resisten terhadap
kadar sulfur dioksida tersebut dan ditambahkan sebagai kutur pemula dari

pertumbuhan biakan murni pada sterilisasi dan pasteurisasi jus anggur. Selama tahap
awal, terdapat udara dalam cairan dan terjadi pertumbuhan ragi dengan cepat;
selanjutnya udara tersebut digunakan, berkembang keadaan anaerobik dan mulai
terjadi produksi alkohol (Ristiati, 2008).
Proses Pembuatan Beer

2. NON-ALKOHOLIK

Fermentasi Asam Laktat

Hasil produk fermentasi non-alkoholik, yaitu : tempe, yoghurt, kimchi, saurkrauet, kefir,
keju, kecap dan lain-lain.
o

Yoghurt
Yoghurt adalah produk fermentasi asam laktat oleh bakteri asam laktat, yaitu :
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bahan baku pembuatan
yoghurt adalah susu.

Kefir
Kefir adalah produk fermentasi asam laktat oleh bakteri asam laktat, yaitu
Streptococcus lactis, L. bulgaricus dan Candida sp.. Bahan baku pembuatan kefir adalah
susu.

Tempe
Tempe

adalah

produk

fermentasi tradisional Indonesia


yang memiliki kandungan gizi
dan daya cerna yang tinggi,
serta

memiliki

kandungan

isoflavon sebagai antioksidan.


Tempe
fermentasi

merupakan
kedelai

hasil
dengan

kapang Rhizopus sp.. Menurut


penelitian

Hasseltine

(1965),

terdapat 40 strain dari 6 spesies


Rhizopus

berperan

dalam

pembuatan tempe diantaranya


Rhizopus
R.arrhizus,

oligosporus,
R.oryzae,

R.stoloniferus, R. formosaensis
dan sebagainya.

Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang
mempunyai pengaruh menguntungkan bagi kesehatan manusia dengan memperbaiki
keseimbangan mikroflora intestinal. Salah satu produk probiotik yang populer di
masyarakat adalah yakult.

Tabel peranan mikroorganisme pada bidang industri makanan


Mikroorganisme berperan dalam proses-proses perombakan dan penyusunan
senyawa organik (makanan) sehingga menghasilkan berbagai produk yang
bermanfaat bagi manusia.

Berperan dalam proses fermentasi bahan baku makanan dan minuman


hasil fermentasi.
Contoh : anggur (wine), keju, tape.

Menguntungkan

Berperan dalam pengadaan bau dan rasa.


Contoh : susu dan yoghurt.

Berperan sebagai sumber protein.


Contoh : jamur konsumsi (jamur tiram, jamur merang, jamur shitake).

Berperan dalam meningkatkan nilai gizi makanan.


Contoh : proses pembuatan tempe bernilai gizi tinggi dari bahan baku

Merugikan

kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp.


Mikroorganisme berperan sebagai agen pengkontaminasi dan pembusukan
pada makanan sehingga menyebabkan kerugian pada produksi pangan.

Merubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki.

Menurunkan berat atau volume.

Menurunkan nilai gizi dan nutrisi.

Merubah bentuk dan susunan senyawa.

Menghasilkan toksin.
Contoh :
botulisme pada botulinin (neurotoksin) Clostridium botulinum
asam bongkrek dan toksoflavion pada tempe bongkrek mengganggu
metabolisme glikogen Pseudomonas cocovenenant
Intoksikasi tempe bongkrek :
Lemak asam lemak + gliserol

Asam lemak asam bongkrek (

C28 H 38 O7 )

Gliserol toksoplavin (

C7 H 7 N 5 O2 )
toksin yang dihasilkan oleh beberapa jenis jamur (mikotoksikosis)
seperti : aflatoksin (hepatotoksin dan karsinogenik) Aspergillus
flavus , ergotoksin (halusinasi) Claviceps purpurea .

Penularan penyakit melalui makanan (foodborne infection).


Contoh : disentri, demam tifoid.

Prinsip metode pengawetan makanan


a. Mencegah dan menghindari kontaminasi.
b. Menghambat pertumbuhan mikroba (mikrobistatis).
c. Membunuh mikroba (mikrobisida).
Metode Pengawetan makanan
a. Penanganan secara aseptik.
b. Suhu tinggi : pendidihan, uap bertekanan (sterilisasi) dan pasteurisasi.
c. Suhu rendah : lemari es dan freezer.
d. Dehidrasi.
e. Menaikan tekanan osmotik : manisan dan penggaraman.
f. Radiasi : ultraviolet dan sinar gamma.
d. Produksi Bahan Kimia Farmasi yang Bernilai Komersil
1. ANTIBIOTIK
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat
menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Antibiotika di dunia kedokteran digunakan
sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Banyak
Antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya
Antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikroba yang menyebabkan infeksi pada
manusia, harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, Antibiotika
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia.
Yang harus selalu diingat, Antibiotika hanya ampuh dan efektif membunuh bakteri tetapi tidak
dapat membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat diobati dengan Antibiotika adalah
penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Cara kerja obat Antibiotik ini dapat dibedakan menjadi tiga:
- bakteri akan dicegah tingkat pertumbuhannya
- bakteri dimusnahkan, tetapi secara materi atau fisik masih ada

- bakteri dimusnahkan dan selnya dihancurkan (Setyaningsih, 2011)


Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder. Meskipun hasilnya relatif rendah
dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi karena aktivitas terapeutiknya tinggi maka
menjadi memiliki nilai ekonomik tinggi, oleh karena itu Antibiotika dibuat secara komersial
melalui fermentasi mikroba. Beberapa Antibiotika dapat disintesis secara kimia, tetapi karena
kompleksitas bahan kimia Antibiotika dan cenderung menjadi mahal, maka tidak memungkinkan
sintesis secara kimia dapat bersaing dengan fermentasi mikroorganisme.
Dalam beberapa hal mekanisme kegiatan Antibiotik sukar diterangkan, karena alasan berikut :
Kesulitan menetapkan gangguan tersebut sebagai pengaruh sekunder atau primer.
Kebanyakan Antibiotik merupakan substansi kimia yang rumit dan sering tidak mungkin

disintesis secara kimia, se-hingga sulit membuat Antibiotik bertanda radioaktif.


Reaksi esensiil yang diblokir, mungkin belum diketahui dengan jelas.
Metabolisme organisme berbeda satu sama lain walaupun pada prinsipnya sama, sehingga
mekanisme kegiatan pada satu organisme, mungkin bukan cara Antibiotik tersebut
menghambat pertumbuhan organisme lainnya (Usman,1992).
Penggunaan Antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi berfilamen dan

oleh bakteri kelompok Actinomycetes. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan
keberadaan Antibiotika, sehingga dikenal famili Antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan
berdasarkan struktur kimianya. Sebagian besar Antibiotika digunakan secara medis untuk
mengobati penyakit bakteri, meskipun sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi.
Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton Antibiotika per tahun, dengan nilai penjualan
hampir mendekati $ 5 milyar.

Tabel Antibiotika yang dihasilkan secara komersial

(Sumber:Brock & Madigan,1991 dalam Kusnadi (tanpa tahun))


Tahap-tahap menuju produk komersial

Suatu Antibiotika yang dihasilkan secara komersial, pada awalnya harus berhasil diproduksi
pada fermentor industri berskala-besar. Salah satu gugus-tugas penting adalah pengembangan
efisiensi metode pemurnian. Metode elaborasi (yang terperinci) sangat penting dalam ekstraksi
dan pemunian Antibiotika, karena jumlah Antibiotika yang terdapat dalam cairan fermentasi
hanya sedikit (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Seluruh proses ekstraksi dan pemurnian Antibiotik

(Sumber : Brock & Madigan,1991 dalam Kusnadi (tanpa tahun))


Jika Antibiotika larut dalam pelarut organik yang tidak dapat bercampur dengan air, maka
pemurniannya relatif lebih mudah, karena memungkinkan untuk mengekstraksi Antibiotika ke
dalam suatu pelarut bervolume kecil, sehingga lebih mudah mengumpulkan Antibiotika tersebut.
Jika Antibiotika tidak larut dalam pelarut, selanjutnya harus dipindahkan dari cairan fermentasi
melalui adsorpsi, pertukaran ion, atau presipitasi secara kimia. Pada semua kasus, tujuannya
untuk memperoleh produk kristalin yang sangat murni, meskipun sejumlah Antibiotika tidak
mudah terkristalisasi dan sulit dimurnikan.
Masalah yang berhubungan adalah kultur sering menghasilkan produk akhir lain, termasuk
Antibiotika lain, dalam hal ini penting mengakhiri proses dengan suatu produk yang hanya terdiri
dari Antibiotik tunggal. Pemurnian secara kimia mungkin dibutuhkan untuk mengembangkan
metode dalam rangka menghilangkan produk sampingan yang tidak diharapkan, tetapi dalam
beberapa kasus hal tersebut penting untuk ahli mikrobiologi untuk menemukan strain yang tidak
menghasilkan senyawa kimia dan tidak diharapkan.
Pencarian Antibiotika Baru
Sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai Antibiotika baru dapat ditemukan jika
penelitian dilakukan terhadap kelompok mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan

Bacillus. Apabila diketahui urutan struktur gen mikroorganisme penghasil-Antibiotika, dengan


teknik rekayasa genetika memungkinkan pembuatan Antibiotika baru.
Cara utama dalam menemukan Antibiotika baru yaitu screening. Sejumlah isolat yang
kemungkinan mikroorganisme penghasil-Antibiotika, diperoleh dari alam dalam kultur murni,
selanjutnya isolat tersebut diuji untuk produksi Antibiotika dengan bahan yang diffusible, yang
menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk pengujian dipilih dari
berbagai tipe dan mewakili atau berhubungan dengan bakteri patogen.
Metode gores silang, pertamakali digunakan oleh Fleming, merupakan prosedur pengujian
mikroorganisme untuk produksi Antibiotika. Dengan program pemisahan arus, ahli mikrobiologi
dapat mengidentifikasi dengan cepat Antibiotika yang dihasilkan termasuk baru atau tidak.
Antibiotika yang dihasilkan oleh organisme penghasil Antibiotika baru, akan diproduksi dalam
sejumlah besar, dimurnikan dan diuji toksisitas dan aktivitas terapeutiknya kepada hewan yang
terinfeksi. Sebagian besar Antibiotika baru gagal menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah kecil
dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah Antibiotika baru ini sering digunakan dalam
pengobatan dan dihasilkan secara komersial.
Klasifikasi Antibiotik
a) Klasifikasi Antibiotika sesuai dengan struktur kimianya
Antibiotika
1. Antibiotika mengandung-karbohidrat

Contoh

- Gula murni

Nojirimisin

- Aminoglikosida

Streptomisin

- Ortosomisin

Everninomisin

- N-glikosida

Streptotrisin

- C-glikosida

Vankomisin

- Glikolipid

Moenomisin

2. Lakton makrosiklik
- Antibiotik makrolida

Eritromisin

- Antibiotik polien

Kandisidin

- Ansamisin

Rifamisin

- Makrotetrolida

Tetranaktin

3. Quinon dan Antibiotika yang berhubungan


- Tetrasiklin

Tetrasiklin

- Antrasiklin

Adriamisin

- Naftoquinon

Aktinorodin

- Benzoquinon

Mitomisin

4. Antibiotika peptida dan asam amino


- Turunan asam amino

Sikloserin

- Antibiotik b-laktam

Penisilin

- Antibiotik peptida

Basitrasin

- Kromopeptida

Aktinomisin

- Depsipeptida

Valinomisin

- Peptida pembentuk-selat

Bleomisin

5. Antibiotika heterosiklik mengandung nitrogen


- Antibiotika nukleosida

Polioksin

6. Antibiotika heterosiklik mengandung oksigen


- Antibiotika polieter

Monensin

7. Turunan alisiklik
- Turunan sikloalkan

Sikloheksimida

- Antibiotika steroid

Asam fusidat

8. Antibiotik aromatik
- Turunan benzen

Kloramfenikol

- Antibiotika aromatik terkondensasi

Griseofulvin

- Eter aromatik

Novobiosin

9. Antibiotika alifatik
- Senyawa mengandung fosfor

Fosfomisin

b) Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerja Antibiotik dalam menghambat proses


biokimia perkembangan bakteri
1) Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah :
Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim DDtranspeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan
demikian akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis karena
ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang
mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Namun Beta-laktam
(dan Penicillin) hanya efektif terhadap bakteri gram positif, sebab keberadaan membran
terluar (outer membran) yang terdapat pada bakteri gram negatif membuatnya tak

mampu menembus dinding peptidoglikan.


Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan
Antibiotik bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk
penyakit-penyakit seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram positif Staphilococcus
atau Streptococcus. Namun Penicillin yang merupakan jenis Antibiotik pertama telah

membawa dampak resistansi bakteri terhadap Antibiotik ini.


Polypeptida bersifat bakterisidal meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin.
Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, Polymixin B digunakan untuk bakteri

gram negatif, sedangkan Vancomycin digunakan untuk bakteri Staphilococcus dan

Streptococcus.
Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.
Normalnya sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein)
yang akan berikatan dengan D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan
peptidoglikan. Namun keberadaan Antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya

sehingga sintesis dinding peptidoglikan menjadi terhambat.


Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding peptidoglikan,
hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan gram
negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga
membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri gram

negatif.
Methicillin dan Oxacillin merupakan Antibiotik bakterisidal yang digunakan untuk
menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin dan Oxacillin
biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan (resistansi)

terhadap Antibiotik dari golongan Beta-laktam.


Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang lebih

luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat bakterisidal.


2) Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah :
Quinolone merupakan Antibiotik bakterisidal yang menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara masuk melalui porins dan menyerang DNA girase dan topoisomerase
sehingga dengan demikian akan menghambat replikasi dan transkripsi DNA.

Quinolone lazim digunakan untuk infeksi traktus urinarius.


Rifampicin (Rifampin) merupakan Antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara
berikatan dengan -subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat transkripsi
RNA dan pada akhirnya sintesis protein. Rifampicin umumnya menyerang bakteri

spesies Mycobacterum.
Nalidixic acid merupakan Antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang
sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit

demam tipus.
Lincosamides merupakan Antibiotik yang berikatan pada subunit 50S dan banyak
digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari

golongan Lincosamides adalah Clindamycin.


Metronidazole merupakan Antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan berefek

menghambat sintesis DNA.


3) Antibiotik yang menghambat sintesis protein
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah :

Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri


dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan
menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa
ini bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat
bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke
tempat terjadinya infeksi. Macrolide biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella

mycoplasma, dan Haemophilus.


Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan
Antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat
sintesis protein. Namun Antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram

negatif.
Tetracycline merupakan Antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit
ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada
ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun
Antibiotik jenis ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna

dan dampaknya terhadap ginjal dan hati.


Chloramphenicol merupakan Antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein

dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.


4) Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel
Contohnya antara lain Ionimycin dan Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan
meningkatkan kadar kalsium intrasel sehingga mengganggu kesetimbangan osmosis dan
menyebabkan kebocoran sel.
5) Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah :
Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap enzim
dihidropteroate sintetase (DHPS) pada bakteri. Dengan dihambatnya enzim DHPS ini
menyebabkan tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri. Tetrahidrofolat
merupakan bentuk aktif asam folat, di mana fungsinya adalah untuk berbagai peran
biologis di antaranya dalam produksi dan pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan

protein. Biasanya Sulfonamide digunakan untuk penyakit Neiserriameningitis.


Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui penghambatan
metabolisme, hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide. Trimetophrim akan
menghambat enzim dihidrofolate reduktase yang seyogyanya dibutuhkan untuk

mengubah dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF).


Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan Antibiotik yang dikenal sebagai purinantagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu jalannya metabolisme bakteri
dengan cara berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin, sehingga
mengganggu pembentukan glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam
protein.

2. Vitamin
Vitamin sering digunakan dalam farmasi serta tambahan pada makanan manusia dan ternak.
Produksi vitamin, berada kedua setelah Antibiotika dalam hal penjualan total produk farmasi
dengan nilai lebih dari $ 700 juta per tahun. Sebagian besar vitamin dibuat secara komersial
melalui sintesis bahan kimia. Sejumlah vitamin sulit disintesis dengan biaya murah, tapi
keuntungannya vitamin dapat dibuat dengan fermentasi mikrobial. Vitamin B12 dan riboflavin
yang terpenting dalam kelompok vitamin.
Sianokobalamin (Vitamin B12), disintesis secara khusus di alam oleh mikroorganisme.
Kebutuhan vitamin ini pada hewan dipenuhi melalui ambilan makanan atau melalui absorpsi
vitamin yang dihasilkan mikroorganisme dalam usus hewan. Tetapi pada manusia vitamin B12
diperoleh melalui makanan atau sebagai tambahan vitamin, karena seandainya vitamin ini
disintesis oleh mikroorganisme dalam jumlah yang besar di dalam usus besar, tetapi tidak masuk
ke dalam saluran darah. Strain mikroorganisme dipilih dan digunakan untuk menghasilkan
banyak vitamin. Anggota bakteri dari genus Propionibacterium menghasilkan vitamin mulai dari
19-23 mg/liter pada proses dua-tahap, sedangkan bakteri lain, Pseudomonas denitrificans
menghasilkan 60 mg/liter pada proses satu-tahap yang menggunakan molase gula-bit sebagai
sumber karbon. Vitamin B12 mngandung kobalt sebagai bagian esensial strukturnya, dan untuk
meningkatkan produksi vitamin, dilakukan dengan menambahkan kobalt pada medium biakan.
Riboflavin (B2) disintesis oleh beberapa mikroorganisme, termasuk bakteri, fungi, dan ragi.
Fungi Ashbya gossypii menghasilkan sejumlah besar riboflavin (> 7 gram/liter) dan oleh karena
itu sering digunakan dalam proses produksi mikrobiologi. Hasil perolehan yang sangat banyak ini
menyebabkan persaingan ekonomi tinggi di antara proses mikrobiologi dengan proses sintesis
secara kimia.
3. Asam amino
Asam amino digunakan secara luas dalam industri makanan, tambahan pakan, dalam obat,
dan sebagai bahan pemula pada industri kimia. Sebagian besar asam amino yang penting secara
komersial adalah asam glutamat, yang digunakan untuk meningkatkan rasa. Dua asam amino
yang juga penting, asam aspartat dan fenilalanin, yang menyusun bahan pemanis buatan, aspartat,
merupakan unsur penting dalam minuman ringan diet dan makanan lain yang dijual sebagai
produk bebas-gula. Lisin, merupakan asam amino esensial untuk manusia, dihasilkan oleh
Brevibacterium flavum, juga digunakan sebagai tambahan makanan. Meskipun sebagian besar
asam amino dapat dibuat secara kimia, sintesis bahan kimia menyebabkan pembentukan bentuk
DL inaktif. Jika secara biokimia bentuk L dibutuhkan, maka diperlukan metode enzimatik atau
metode mikrobiologi pada pembuatannya. Produksi asam amino secara mikrobiologi juga dapat
melalui fermentasi langsung, dimana mikroorganisme menghasilkan asam amino dalam suatu
proses fermentasi standar, atau melalui proses enzimatik, dimana mikroorganisme sebagai sumber
enzim dan enzim tersebut digunakan dalam proses produksi.

Tabel asam amino yang digunakan pada industri makanan

4. Enzim
Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar dihasilkan dalam jumlah
yang kecil dan dilibatkan dalam proses seluler. Bagaimanapun, enzim tertentu dihasilkan dalam
jumlah yang besar oleh beberapa organisme, dan dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke dalam
medium. Enzim ekstraseluler biasanya dapat menguraikan bahan nutrien yang tak-larut misalnya
selulosa, protein, pati, dan hasil pencernaan selanjutnya diangkut ke dalam sel, dimana enzim
digunakan sebagai nutrien untuk pertumbuhan. Beberapa enzim ekstraseluler digunakan dalam
makanan, perusahaan susu, pabrik obat, dan industri tekstil dan dihasilkan dalam jumlah yang
besar melalui sintesis mikrobiologi. Enzim tersebut sering digunakan karena spesifisitas dan
efisiensi pada reaksi katalisis yang dibutuhkan, pada suhu dan pH yang wajar. Reaksi yang sama
dapat dicapai dengan bahan kimia yang umumnya membutuhkan kondisi suhu dan pH ekstrim,
dan kurang efisien dan kurang spesifik.
Secara komersial enzim dihasilkan dari fungi dan bakteri. Proses produksi biasanya aerobik,
dan medium biakan sama dengan yang digunakan pada fermentasi Antibiotik. Enzim itu sendiri
umumnya hanya sedikit dibentuk selama fase pertumbuhan aktif tetapi akumulasi dalam jumlah
besar terjadi selama fase stasioner pertumbuhan.
Enzim mikroorganisme dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak pada suatu industri
dasar adalah protease bakteri, digunakan sebagai tambahan dalam deterjen pencuci. Sejak tahun
1969, 80% deterjen pencuci mengandung enzim, khususnya protease, juga amilase, lipase,
reduktase, dan enzim lain. Tetapi mulai tahun 1971, penggunaannya menurun setelah terjadi
alergi pada pemakai dan konsumen, sehingga dikembangkan teknik pemrosesan khusus misalnya
microencapsulation untuk menjamin pengolahan bebas-debu.

Enzim penting lain yang dibuat secara komersial adalah amilase dan glukoamilase, yang
digunakan dalam produksi glukosa dari pati. Setelah dihasilkan glukosa, selanjutnya dengan
bantuan glukosa isomerase akan diubah menjadi fruktosa (yang lebih manis dari glukosa dan
sukrosa) dan menghasilkan produk akhir pemanis fruktosa-tinggi dari pati jagung, gandum, atau
kentang. Penggunaan proses tersebut dalam industri makanan mengalami peningkatan, khususnya
dalam produksi minuman ringan.
Tiga reaksi yang terjadi dalam perubahan pati jagung menjadi produk yang disebut sirup
jagung fruktosa-tinggi, masing-masing reaksi dikatalisis oleh enzim mikroba secara terpisah :
o Enzim a-amilase menyerbu polisakarida pati, memecah rantai, dan mengurangi viskositas
o

polimer. Reaksi ini disebut thinning reaction.


Enzim glukoamilase memecah polisakarida rantai pendek menghasilkan monomer glukosa,

proses tersebut dinamakan saccharification.


Enzim glukosa isomerase merubah glukosa

menjadi

fruktosa,

prosesnya

isomerization.
Tabel Enzim yang dihasilkan mikroorganisme dan penggunaannya
Enzim
Amilase

Protease

Sumber
Fungi

Penggunaan
Roti

Industri
Pembakaran

Bakteri

Pati pelapis

Kertas

Fungi

Pembuatan sirup dan glukosa

Makanan

Bakteri

Pati cold-swelling laundry

Pati

Fungi

Membantu pencernaan

Farmasi

Bakteri

Membuang lapisan (mengurangi

Tekstil

ukuran)
Fungi

Roti

Pembakaran

Bakteri

Membuang noda

Dry cleaning

Bakteri

Mengempukkan daging

Daging

Bakteri

Membersihkan luka

Obat

Bakteri

Membuang lapisan (mengurangi

Tekstil

ukuran)
Bakteri

Deterjen rumah-tangga

Laundry

Invertase

Ragi

Permen soft-center

Permen

Glukosa oksidase

Fungi

Membuang glukosa, oksigen.

Makanan

Kertas uji untuk diabeter

Farmasi

Glukosa isomerase

Bakteri

Sirup jagung fruktosa-tinggi

Minuman ringan

Pektinase

Fungi

Memeras, menguraikan

Wine, juice buah.


Keju.
Farmasi.

disebut

Rennin

Fungi

Koagulasi susu

Streotokinase

Bakteri

Mengobati pasien karena

Laboratorium

serangan jantung

Makanan,
deterjen

DNA plymerase

Bakteri

PCR/polymerase chain reaction

Lipase

Fungi

Meningkatkan rasa,
menghilangkan noda

c. Produksi Vaksin
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dimatikan atau dimodifikasi atau bagian
spesifik yang diisolasi dan mikroorganisme yang ketika disuntikkan ke dalam hewan makan hewan
tersebut akan menghasilkan imunitas terhadap penyakit tertentu. Sebagian besar merupakan vaksin
virus. Kepentingan vaksin rekombinan, pada kenyataannya untuk menggantikan suspensi virus yang
dimatikan atau diinaktifkan. Protein virus terpenting, umumnya komponen yang sangat imunogen
pada kapsid virus, dapat digunakan dalam dosis tinggi untuk mendatangkan imunitas tingkat tinggi
dan cepat tanpa kemungkinan penularan infeksi. Saat ini sudah tersedia suatu rekombinan vaksin
hepatitis B, juga sedang dilakukan pengujian pada vaksin untuk herpes manusia, cytomegalovirus,
virus campak, dan rabies. Vaksin lain yang dikembangkan adalah beberapa vaksin untuk bakteri
patogen, seperti kolera, clamydia, dan gonorrhe (Campbell, 2000).
Proses Pembuatan Vaksin
a. Benih Virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus
harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang
sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah
virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas
kecil atau wadah plastik. Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 sentimeter kubik, mengandung
ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin. Freezer
dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat secara terus menerus
suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang
akan menyala jika suhu freezer berada di luar suhu yang seharusnya.
b. Pertumbuhan Virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati
(misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke
dalam pabrik sel, sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang
tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk berkembang biak.
Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya
mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi.
Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel

virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang
telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran keasaman
atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus harus disimpan pada pH yang
tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun
wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat
sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung dengannya. Sensor memantau pH dan
suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen
untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan
pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk
setengah jadi ketika siap.
c. Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manikmanik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter
dengan bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup
kecil untuk mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini sentrifugasi beberapa kali
untuk memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat
dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain
sehingga mencuci manik-manik dari virus.
d. Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan
satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang
dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap
varian baru virus penyebab, biasanya berupa virus yang dilemahkan. Virulensi virus bisa
menentukan pilihan; vaksin rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses
produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di
berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini
jelas tidak dapat digunakan untuk vaksin attenuated. Strain lainnya menjadi terlalu lemah
karena dibudidayakan berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan
vaksin.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh. Vaksin yang
berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum
pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil
dibandingkan dengan jumlah medium yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan
mengenai apakah akan menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin,
misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.
e. Pengontrolan Kualitas

Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan
mengemas vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur. Semua
transfer virus dan media dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan
disterilisasi dalam autoklaf sebelum dan sesudah digunakan.
d. Produksi Mikroorganisme Untuk Digunakan sebagai Insektisida (Biosida)
Mikroorganisme berasosiasi dengan serangga dengan berbagai macam cara, mulai dari asosiasi
mutualistik (simbiose) sampai yang bersifat parasitik. Mikroorganisme parasit ini dapat
menyebabkan penyakit bagi serangga, dan dikenal sebagai patogen serangga (entomopatogen). Telah
diketahui bahwa ada sekitar 1500 spesies mikroba menyebabkan penyakit pada antropoda, termasuk
serangga. Berbagai patogen serangga yang telah dimanfaatkan sebagai insektisida mikrobiologi
ditampilkan di bawah ini. Banyak diantaranya telah diproduksi secara komersial (Anonim, 2011).
Insektisida dari Jamur
Tidak seperti patogen serangga lainnya (misalnya bakteri dan virus) yang umumnya harus di
makan dan dicerna agar dapat menginfeksi inangnya, jamur dapat menginfeksi inangnya (dalam
hal ini serangga hama) dengan cara penetrasi langsung. Apabila spora jamur menempel pada kulit
serangga, dan apabila kondisi mendukung, maka spora akan berkecambah, menembus kutikula
serangga dan masuk kedalam tubuh serangga. Dalam tubuh serangga jamur akan berkembang
membentuk hifa dan miselium hingga memenuhi bagian dalam tubuh serangga, hingga serangga
akhirnya mati. Jamur kemudian hidup sebagai saprofit dan menyerap hara dari tubuh serangga
yang sudah mati. Tubuh buah jamur kemudian muncul dari bangkai serangga inang,
menghasilkan spora, dan siap disebarkan untuk menginfeksi serangga lainnya.
Tanaka dan Kaya (1993) telah mendata jamur penyebab penyakit serangga (entomopatogen)
yang terdapat dalam 8 kelas, 13 ordo dan 57 genus. Banyak diantaranya yang bersifat sangat
spesifik (hanya menginfeksi serangga tertentu).
a. Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin
Jamur ini dahulu dikenal dengan nama Botrytis bassiana. Jamur entomopatogen (penyebab
penyakit serangga) menginvasi tubuh serangga sasaran. Spora (konidia) jamur akan
menempel pada kutikula serangga, dan saat berkecambah, benang jamur (hifa) akan
menembus kutikula dan berkembang didalam tubuh serangga.

Diaplikasikan dengan

disemprotkan pada kanopi tanaman. Dapat diaplikasikan bersama insektisida lain, dengan
tambahan ajuvant dan sebagainya.
b. Beauveria bassiana isolat BB 147
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek tongkol jagung (Ostrinia nubilalis,
european corn borer dan Ostrinia furnacalis, asian corn borer), pada tanaman jagung dan
padi.
c. Beauveria bassiana isolat stanes
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek buah kopi, lundi (uret), penngerek buah
kapas, ulat potong (cutworm), wereng batang coklat dan ulat kubis, pada tanaman teh, kopi,
kapas, tomat, okra, dan terung.

d. Beauveria bassiana isolat GHA


Isolat GHA terutama efektif untuk mengendalikan kutu kebul (whitefly), thrips, aphids, serta
kutu dompolan, pada tanaman sayuran dan tanaman hias.
e. Beauveria bassiana isolat ATCC 74040
B. bassiana isolat ATCC 74040 efektif untuk mengendalikan Coleoptera dan Hemiptera pada
f.

lapangan rumput dan tanaman hias.


Beauveria brongniartii (Saccardo) Petch
Jamur yang dimanfaatkan sebagai insektisida ini pernah dikenal dengan nama Beauveria
tenella. Dewasa ini ada 3 isolat yang dikomersialkan, yakni isolat Bb96 (isolat Swiss) dan
IMBST 95.031 serta 95.041 (isolat Austria). Seperti jamur entomopatogen lainnya, jamur ini
juga menyerang tubuh serangga sasaran. Spora (konidia) jamur akan menempel pada
kutikula serangga, dan saat berkecambah, benang jamur (hifa) akan menembus kutikula dan

berkembang didalam tubuh serangga.


g. Hirsutella thompsonii Fisher
Akarisida biologis komersial berisi jamur Hirsutella thompsonii isolat MF(Ag)S (ITCC
4962; IMI 385470), digunakan untuk mengendalikan tungau dari famili Eriophyidae,
terutama tungau kelapa Aceria guerreronis. Pertama kali diisolasi dari tungau Eriophyidae di
Tamil Nadu, India.
h. Lagenidium giganteum Couch
Lagenidium giganteum digunakan untuk mengendalikan larva nyamuk, yang meluputi
genus-genus Aedes, Anopheles, Coquillettidea, Culex, dan sebagainya. L. giganteum adalah
i.

parasit dari larva nyamuk.


Lecanicillium lecanii (Zimmerman) Gams & Zare
Dahulu dikenal dengan nama lama Cephalosporium lecanii atau Verticillium lecanii. Jamur
L. lecanii adalah entomopatogen yang bertindak dengan mendegradasi kutikula serangga
sasaran. Spora yang menempel pada kutikula serangga, saat berkecambah akan masuk
kedalam tubuh serangga dengan menembus kutikula, baik dengan kekuatan fisik maupun
bantuan enzym. Hifa jamur kemudian akan berkembang dalam tubuh serangga yang

j.

menyebabkan serangga sakit dan akhirnya mati.


Metarhizium anisopliae Sorok
Insektisida biologi Metarhizium anisopliae dahulu dikenal dengan nama Penicillium
anisopliae dan Entomophthora anisopliae. Jamur yang umum terdapat pada serangga yang
mati, dan produk komersial diisolasi dai wereng batang padi (Nilaparvata lugens). Ada
produk yang khusus untuk mengendalikan rayap, ada pula yang diregistrasi untuk wereng
padi (Nilaparvata lugens) dan hama lain dari ordo Coleoptera dan Lepidoptera, ada pula

yang khusus untuk mengendalikan kecoa.


k. Metarhizium anisopliae var. Acridium
Jamur ini khusus digunakan untuk mengendalikan belalang. Produk komersial terdiri atas
isolat IMI 330189 dan FI-985.
l. Metarhizium anisopliae var. Anisopliae
m. Varitas khusus untuk mengendalikan larva kumbang (uret, lundi) Dermolepida albohirtum
pada perkebunan tebu.

n. Metarhizium anisopliae isolat ICIPE 30


Isolat jamur M. anisopliae khusus untuk mengendalikan rayap dari genus Macrotermes,
Microtermes dan Odontotermes, pada pertanaman jagung, ubi kayu, jeruk, kopi,
agroforestry, dan sayuran yang diserang rayap. Juga digunakan untuk melindungi bangunan,
dsb. dari serangan rayap.
o. Metarhizium anisopliae isolat ICIPE 69
Produk ini khusus untuk mengenalikan hama thrips (Megalurothrips sjostedti, Thrips tabaci
dan Frankliniella occidentalis), pada tanaman sayuran dan tanaman hias.
p. Metarhizium flavoviridae var. flavoviridae Gams & Rozsypal
Metarhizium flavoviridae var. flavoviridae isolat F001, digunakan untuk mengendalikan
Adoryphorus coulani pada lapangan rumput (turf).
q. Paecilomyces fumosoroseus (Wiize) AHS Brown & G. Smith
Paecilomyces furosomoseus merupakan insektisida dan akarisida berbasis jamur yang
dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga, seprti kutu kebul (Trialeuroes
vapororiorum dan Bemisia tabaci). Juga memiliki efikasi terhadap aphids, thrips dan tungau
(spider mites). Isolat Apopka 97 (PFR 97) dari jamur ini telah diproduksi secara komersial,
dan direkomendasikan untuk digunakan pada tanaman hias serta tanaman pangan, baik di
dalam rumah kaca atau di lapangan.

Insektisida dari Bakteri


a) Bacillus sphaericus Neide
Bakteri ini terutama digunakan sebagai insektisida biologi di bidang kesehatan masyarakat
untuk mengendalikan nyamuk, terutama efektif untuk Culex spp. Bacillus sphaericus isolat
2362 dipilih untuk dikomersialkan karena isolat ini efektif untuk mengendalikan larva Culex
spp. B. sphaericus bertindak sebagai racun perut, dan saat sporulasi bakteri menghasilkan
kristal protein. Setelah termakan, dalam usus serangga kristal protein yang merupakan protoksin ini akan dirubah menjadi racun (toksin) oleh enzym protease. Toksin ini selanjutnya
akan terikat pada sel-sel usus tengah (midgut) pada lokasi spesifik dimana mereka aktif
sebagai racun, dan akhirnya mematikan serangga dengan menghancurkan selaput usus.
b) Bacillus thuringiensis Berliner
B. thuringiensis (Bt) mungkin merupakan insektisida mikrobiologi yang paling luas dikenal.
Bakteri gram positif ini dideteksi pertama kali pada tahun 1902 pada larva ulat sutera
(Bombyx mori) yang mati. Di Eropa, Bt diketemukan juga diketemukan sebagai penyakit
pada bubuk tepung di Thuringen (Jerman). Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan patogen
(penyebab penyakit) bagi berbagai jenis serangga yang sangat spesifik. Bt merupakan
insektisida racun perut.
c) Paenibacillus popilliae Newman
d) Sebelumnya dikenal dengan nama Bacillus popilliae diketemukan oleh pegawai Deptan
Amerika. Bakteri ini diisolasi dari Popillia japonica, dan digunakan untuk mengendalikan
kumbang ini.
e) Serratia entomophila Grimont

Bakteri yang dimanfaatkan untuk mengendalikan semacam lundi (uret) dari kumbang
Costelytra zealandica) pada padang rumput (turf) di New Zealand.

Insektisida dari Virus


Berbagai virus secara alami diketahui merupakan patogen (penyebab penyakit) yang dapat
menyebabkan kematian serangga. Virus patogen ini umumnya bersifat sangat spesifik, hanya
mengendalikan satu jenis serangga hama saja. Tentu selalu ada kekecualian, misalnya Anagrapha
falfifera nucleopolyhedrovirus (AfNPV) mampu mengendalikan lebih dari 30 spesies larva
Lepidoptera yang berbeda.
Insektisida berbasis virus umumnya merupakan larvisida (hanya membunuh larva serangga)
racun lambung. Virus harus dimakan terlebih dahulu oleh serangga hama, dan didalam sistim
pencernaan serangga virus mulai berkembang dan menyebabkan penyakit serta membunuh
serangga hama. Kematian karena virus patogen ini umumnya cukup lama, antara beberapa hari
hingga dua minggu sesudah aplikasi. Efikasi insektisida virus juga dipengaruhi oleh kondisi alam,
seperti suhu udara dan perkembangan larva serangga.
A. Granulosis Virus
Insektisida berbahan aktif granulosis virus bersifat sebagai racun lambung. Serangga harus
memakan virus agar virus efektif membunuhnya. Sesudah termakan, dinding pembungkus
protein virus akan terlarutkan dalam usus serangga yang bersifat alkalis, dan partikel virus
akan dilepaskan kedalam usus serangga. Virus kemudian akan menginvasi inti sel (nukleus)
dan berkembang biak di dalamnya, menyebabkan serangga yang terpapar sakit, dan berakhir
dengan kematian.
a. Adoxophyes orana granulosis virus (AoGV)
Adoxophyaes orana granulosis virus (AoGV) adalah virus yang terdapat luas secara
alami sebagai penyakit (patogen) pada fruit tortrix moth (Adoxophyes orana). Produk
insektisida biologi komersial diisolasi dari A. orana yang terinfeksi. AoGV digunakan
hanya untuk mengendalikan fruit tortrix moth (Adoxopyes orana) pada beberapa
tanaman buah.
b. Cydia pomonella granulosis virus (CpGV)
Virus ini merupakan penyakit alami dari codling moth (Cydia pomonella), semacam
hama yang umum menyerang buah apel dan pir.
c. Plodia interpunctella granulosis virus (IMMGV)
Virus ini merupakan penyaki sejenis hama gudang yang merusak buah-buahan kering
dan kacang-kacangan. Virus ini dibiakkan dan diproduksi secara komersial sebagai
insektisida biologi untuk mengendalikan hama ini.
d. Autographa californica nucleopolyhedrovirus (AcNVP)
Virus ini diisolasi dari Autographa californica yang terinfeksi. AcNVP sebagai
insektisida biologi memiliki spektrum pengendaliannya cukup luas (lebih dari 30
spesies Lepidoptera) untuk mengendalikan larva Lepidoptera, pada jagung, sayuran,
tanaman buah-buahan, dan tanaman hias.
e. Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV)

Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV) merupakan penyakit alami dari


ngengat kubis (Mamestra brassicae). Diiolasi pertama kali dari larva yang terinfeksi di
Prancis oleh peneliti dari INRA, dan dikembangkan sebagai insektisida biologi oleh
NPP (Natural Plant Protection). MbNPV digunakan untuk mengendalikan Mamestra
brassicae, Helicoverpa armigera, Phthorimaea operculella dan Plutella xylostella pada
tanaman sayuran, kentang, Cruciferae dan tanaman hias. Diaplikasikan dengan cara
f.

disemprotkan pada kanopi daun.


Spodoptera exigua nucleopolyhedro virus (SeNPV)
Virus ini merupakan penyakit bagi Spodoptera exigua yang luas terdapat di alam (juga
di Indonesia). Sebagai insektisida biologi, SeNPV khusus digunakan untuk
mengendalikan larva Spodoptera exigua (ulat bawang) pada berbagai tanaman, seperti
sayuran, kapas, tanaman hias, anggur dsb.

Insektisida dari Protozoa


Beberapa spesies protozoa (dari kelompok Mikrosporidium) ternyata juga menyebabkan penyakit
pada serangga, yang bisa mengakibatkan kematian serangga sasaran. Sejauh ini 2 spesies telah
diproduksi secara komersial :
a. Nosema locustae Canning
Nosema locustae diproduksi sebagai insektisida biologi dari rearing in vivo pada tubuh
belalang, dan digunakan terutama untuk mengendalikan belalang.
b. Vairimorpha necatrix (Kramer) Piley
Pertama kali dilaporkan sebagai penyakit pada ulat Pseudaletia unipuncta (semacam ulat
grayak) di Hawaii. Insektisida biologi digunakan untuk mengendalikan serangga hama dari
ordo Lepidoptera, seperti Helicoverpa, Ostrinia, Spodoptera dan Tricliplusia, pada berbagai
tanaman, termasuk jagung, kedelai, kapas, dan tanaman sayuran.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia sebagai komponen untuk
industri atau mengikutsertakan mikrobia dalam proses. Mikrobiologi industri terkait dengan eksploitasi
komersial mikroorganisme untuk menghasilkan produk-produk bidang pangan, ekonomi, lingkungan dan
kebutuhan masyarakat di seluruh dunia yang melibatkan mikroorganisme dalam proses pembuatan
produk.
Kelebihan mikroorganisme sebagai sumber industri :
1.

Mikroba memiliki daya reproduksi yang sangat cepat bila dibandingkan dengan organisme lain
(dimana dalam waktu 20 30 menit mikroba sudah dapat berkembang biak).

2.

Ukurannya miroskopis, sehingga tidak memerlukan lahan yang luas. Ratio antara luas permukaan
dan volume menjadi tinggi memungkinkan kontak dengan substrat maksimum.

3.

Tidak dipengaruhi iklim, mudah dikendalikan.

4.

Secara genetik mikroba memiliki genom sederhana, sehingga mudah direkayasa atau
dimodifikasi sesuai dengan kehendak.

5.

Mikroorganisme dapat tumbuh pada berbagai limbah yang memiliki nilai ekonomi rendah untuk
diubah menjadi bahan dengan nilai ekonomi tinggi.

6.

Dalam suatu reaksi, memang mesti harus menggunakan mikroba (tidak dapat digantikan oleh zat
kimia).

7.

Tidak menghasilkan senyawa toksik bagi lingkungan.

8.

Mudah dikembangbiakan di laboratorium dengan substrat yang sederhana.

Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo, 2005) :
a. Organisme
Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme industri, yaitu :
harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat,
karena alasan sebagai berikut:

1. Alat-alat yang digunakan pada industri berskala besar termasuk mahal, hal tersebut tidak
menjadi masalah (secara ekonomi) jika produk dapat dihasilkan dengan cepat;
2. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, kontaminasi fermentor akan berkurang;
3. Jika mikroorganisme tumbuh dengan cepat, akan lebih mudah mengendalikan berbagai faktor
lingkungan dalam fermentor.
memiliki sifat-sifat genetik yang stabil,
mampu menghasilkan substansi yang menarik,
dapat dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium,
Beberapa mikroba penting yang berperan terhadap mikrobiologi industri :
No
.

Jenis mikroba

1.

Bakteri

2.

Jamur

3.

Yis (kapang)

4.

Virus

5.

Alga

Nama mikroba
Acetobacter aceti,
Acetobacter xylinum,
Bacillus sp,
Bividobacterium sp,
Lactobacillus sp, dll
Aspergillus niger
Rhyzopus oryzae
Neurospora sitophila
Monascus purpureus
Penicillium sp, dll
Saccharomyces
cereviceae
Saccharomyces
roxii
Virus polio
Virus rabies
Chlorella

Produk yang dihasilkan


Asam cuka,
Nata de pina, nata de coco,
Rekayasa genetic (lingkungan),
Probiotik,
Yogurt, dll
Asam sitrat
Pembuatan tempe (perbaikan nilai gizi)
Pembuatan oncom (beta karoten)
Pewarna alami dan angkak (membantu kesehatan)
Antibiotic, dll
Alkohol, wine, bir, pengembang roti
Pembuatan kecap (pembentukan aroma), dll
Vaksin polio
Vaksin rabies, dll
Makanan kesehatan dll

b. Medium
Karakteristik substrat (medium) yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru, yaitu :
mudah diperoleh,
relatif murah,
tersedia dalam jumlah yang banyak.
c. Hasil
Karakteristik produk yang dihasilkan, yaitu harus mudah dipasarkan, dihasilkan dalam jumlah besar
dan nilai ekonomi. Karakteristik limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan produk harus mudah
di daur ulang, dan tidak mencemari lingkungan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme dalam Industri


Faktor-faktor lingkungan yang sering mempengaruhi pertumbuhan mikroba antara lain (Anonim, 2010):
a. Suhu

Penggolongan suhu pertumbuhan mikroorganisme yaitu suhu minimum, maksimum dan optimum.
Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu psikofil,
mesofil dan termofil.
b. Kelembaban
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu.
c. pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil dan alkalifil.
d. Ion-ion Logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapat bersifat
toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Ion-ion logam dapat
mengganggu sistem enzim sel.
e. Iradiasi
Radiasi peng-ion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang besar,
demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi peng-ion terutama pada bidang farmasi, kedokteran,
proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar ultraviolet
dan sinar gamma.

Peranan Mikroorganisme dalam Mikrobiologi Industri


A. Produksi Makanan dan Minuman Hasil Fermentasi oleh Mikroorganisme
Fermentasi adalah proses perombakan senyawa organik dalam kondisi anaerob, menghasilkan
produk berupa asam-asam organik, alkohol dan gas.

Hasil produk fermentasi alkoholik, yaitu : tape, cider, anggur (wine), beer, sake, whiskey dan lainlain. Hasil produk fermentasi non-alkoholik, yaitu : tempe, yoghurt, kimchi, saurkrauet, kefir, keju,
kecap dan lain-lain.
Tabel peranan mikroorganisme pada bidang industri makanan
Menguntungkan

Mikroorganisme berperan dalam proses-proses perombakan dan penyusunan


senyawa organik (makanan) sehingga menghasilkan berbagai produk yang
bermanfaat bagi manusia.

Berperan dalam proses fermentasi bahan baku makanan dan minuman


hasil fermentasi.

Berperan dalam pengadaan bau dan rasa.

Berperan sebagai sumber protein.

Berperan dalam meningkatkan nilai gizi makanan.

Mikroorganisme berperan sebagai agen pengkontaminasi dan pembusukan


pada makanan sehingga menyebabkan kerugian pada produksi pangan.

Merugikan

Merubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki.

Menurunkan berat atau volume.

Menurunkan nilai gizi dan nutrisi.

Merubah bentuk dan susunan senyawa.

Menghasilkan toksin.

Penularan penyakit melalui makanan (foodborne infection).

B. Produksi Bahan Kimia Farmasi yang Bernilai Komersil


1. Antibiotik
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat
menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.
Tabel Antibiotika yang dihasilkan secara komersial

(Sumber:Brock & Madigan,1991 dalam Kusnadi (tanpa tahun))


2. Vitamin
Vitamin sering digunakan dalam farmasi serta tambahan pada makanan manusia dan ternak.
Sebagian besar vitamin dibuat secara komersial melalui sintesis bahan kimia.
3. Asam amino
Asam amino digunakan secara luas dalam industri makanan, tambahan pakan, dalam obat, dan
sebagai bahan pemula pada industri kimia. Sebagian besar asam amino yang penting secara
komersial adalah asam glutamat, yang digunakan untuk meningkatkan rasa.
4. Enzim
Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar dihasilkan dalam jumlah yang
kecil dan dilibatkan dalam proses seluler. Enzim tertentu dihasilkan dalam jumlah yang besar
oleh beberapa organisme, dan dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke dalam medium.
C. Produksi Vaksin

Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dimatikan atau dimodifikasi atau bagian spesifik
yang diisolasi dan mikroorganisme yang ketika disuntikkan ke dalam hewan makan hewan tersebut
akan menghasilkan imunitas terhadap penyakit tertentu. Sebagian besar merupakan vaksin virus.
D. Produksi Mikroorganisme Untuk Digunakan sebagai Insektisida (Biosida)
Mikroorganisme berasosiasi dengan serangga dengan berbagai macam cara, mulai dari asosiasi
mutualistik (simbiose) sampai yang bersifat parasitik. Mikroorganisme parasit ini dapat menyebabkan
penyakit bagi serangga, dan dikenal sebagai patogen serangga (entomopatogen).

DAFTAR PUSTAKA
Kusnadi. Mikrobiologi Pangan Dan Industri. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._
BIOLOGI/196805091994031-KUSNADI/KULIAH,MIKROBIOLOGI_PANGAN_DAN_
INDUSTRI.pdf. Diakses tanggal 10 September 2016.
Oxford English Dictionary. 2008. 4 ed. Oxford: Oxford University Press.
Waites, Michael J. Neil L. Morgan. John S. Rockey & Gary Higton. 2001. Industrial Microbiology: An
Introduction. London. Blackwell Science, Ltd.

Anda mungkin juga menyukai