Kelompok 1
Raikhantyas Suhaila/180405102
Kamla Sabila Nasution/190405043
Devy Reyhan Almira/190405044
Naufal Baihaqi/190405045
Bagus Wahyu Saputra/190405047
ISU 1
Karakteristik CSTR
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) merupakan reaktor tangki berpengaduk yang
beroperasi secara kontinyu. Reaktor CSTR dapat dalam bentuk tunggal yang terdiri atas satu
tangki dan dapat dalam bentuk rangkaian dengan beberapa tangki yang disusun seri dan paralel.
Reaktor CSTR juga sering disebut sebagai mixed flow reactor. Sifat idealnya memiliki karakter
penting yang berkaitan dengan pengadukan yang dapat memberikan kondisi campuran yang
sempurna (well mixed), sehingga CSTR pada umumnya akan digunakan untuk memproses
campuran yang membutuhkan pengadukan sempurna.
Dimana :
V = volume reaktor,
𝑋𝐴= konversi komponen A setelah keluar reaktor,
𝐹𝐴0 = laju alir molar komponen A,
𝐹𝐴 = laju alir molar komponen A keluar reaktor.
Dimana 𝑋𝐴 dan 𝑟𝐴 diukur pada kondisi aliran keluar, yang sama dengan kondisi di dalam reaktor.
Selanjutnya :
𝑉 ∆X𝐴 XAf−XAi
= =
𝐹𝐴O (−rA)f (−rA)f
Untuk kasus dengan asumsi densitas campuran tidak berubah 𝑋𝐴 = 1 − 𝐶𝐴/𝐶𝐴0, dalam kasus ini
persamaan untuk mixed reactor juga bisa ditulis dalam persamaan konsentrasi atau sebagai
berikut :
𝑉 ∆X𝐴 CAO−CA
= (−Ra)f =
𝐹𝐴O CAO(−rA)
Dari persamaan diatas dapat mendefinisikan penentuan space time atau waktu tinggal.
1.1. Space Time CSTR
Space time (τ) adalah waktu tinggal yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses reaksi
kimia didalam volume reaktor yang digunakan pada kondisi tertentu.
CAO.V CAO.XA
ꞇ= =
FAO −rA
CAO.XA CAO−CA
ꞇ= =
−rA CAO(−rA)
Dimana
CA0= konsentrasi A dalam umpan masuk reaktor,
FA0= laju alir molar komponen A dlm umpan masuk, dan
V = volume reaktor.
1.2. RTD
Setiap elemen dari fluida yang mengalir dalam reaktor memiliki lintasan yang berbeda dan
memiliki waktu yang berbeda untuk keluar dari reaktor. Distribusi dari berbagai waktu fluida
yang keluar melewati reaktor disebut RTD dengan satuan waktu (Levenspiel, 1999).
RTD digunakan untuk mengkarakterisasi pencampuran dan aliran dalam reaktor untuk
membandingkan perilaku reaktor nyata atau non ideal reactor dengan reaktor ideal. Hal ini tidak
hanya bermanfaat untuk menyelesaikan masalah yang ada tetapi juga untuk memperkirakan
konversi atau konsentrasi keluaran reaktor dari reaksi yang diinginkan dan untuk merancang
reactor.
Asumsi pencampuran sempurna secara langsung mengarah ke bentuk RTD eksponensial
khas dari CSTR ideal dengan waktu tinggal rata-rata τ diberikan oleh:
Dimana:
Da adalah diameter impeller (agitator) dengan satuan meter,
N adalah kecepatan pemutaran dengan satuan rev/s,
ρcampuran adalah kerapatan fluida dengan satuan kg/m3, dan
µ adalah viskositas dengan satuan kg/m.s.
NRe < 10 maka alirannya laminar, jika NRe > 10000 maka alirannya turbulen dan untuk nilai
NRe yang berada diantara 10 dan 10000 maka alirannya adalah transisi (Geankoplis, 2003).
1.4. Dispersion Number
Dispersion number adalah bilangan tak berdimensi yang digunakan untuk mengkarakterisasi
proses penyebaran suatu komponen dalam reaktor (Levenspiel, 1999)[2]. Dispersion number
dilambangkan dengan D/μ.L. Persamaan yang digunakan untuk menghitung dispersion number
adalah
Nilai τ digunakan pada persamaan tersebut diambil dari kurva penentuan RTD menggunakan
metode pulse. Nilai τ yang digunakan merupakan nilai ratarata area kurva.
Parameter-parameter dari dispersion number yang menunjukkan sifat karakteristik dari suatu
reaktor (Levenspiel,1999)
ISU 2
Mengidentifikasi variable input dan output pada system
Variabel yang berhubungan dengan proses kimia :
1) Input Variables adalah variabel yang masuk ke proses.
• Manipulated Variables adalah variabel yang nilainya dapat diatur.
• Disturbances adalah variabel yang nilainya bukan hasil pengaturan.
2) Output Variables adalah variabel yang keluar dari proses.
• Measured Output Variables adalah variabel yang nilainya diketahui dengan mengukur
secara langsung.
• Unmeasured Output Variables adalah variabel yang nilainya tidak dapat dihitung secara
langsung.
Identifikasi Variabel Input dan Output
Variable Input -> F1, C1, F0, C0
Variable Output -> F2, C2, CA
ISU 3
Dinamik Sistem CSTR
• Neraca Massa Total
[Input] – [Output] = [Acc]
(ρv)
(F1.ρ1 + F0.ρ0) – F2.ρ2 =
t
Asumsi : ρ = konstan, maka :
𝑑𝑣
= 𝐹0 + 𝐹1 − 𝐹2 ….. (1)
𝑑𝑡
• Tinjau Neraca Massa Komponen A
[Input A] – [Output A] = [Acc A]
𝑑𝑣 𝑑𝐶𝐴
(C . F ) – (F .C ) = (CA.v) = C . + v. …. (2)
A0 0 2 A2 A
t 𝑑𝑡 𝑑𝑡
ISU 4
Perbedaan Sistem Kendali Dinamik Linear dan Non- Linear
Sistem Kendali Dinamik Linear :
• Suatu sistem yang sifatnya memiliki suatu "ketetapan" atau bisa dibilang sebagai sistem
yang fixed.
• Setiap input dalam sebuah proses tersebut memiliki output masing-masing sesuai dengan
macam input yang ada dalam suatu proses. Sistem ini memiliki sifat yang fixed.
Sistem Kendali Dinamik Non- Linear :
• Suatu sistem yang sifatnya tidak tetap, mudah berubah, sulit dikontrol, dan sulit diprediksi.
• Sistem yang memiliki tingkat kesensitivitasan yang sangat tinggi.
ISU 5
Menghitung konsentrasi keluaran A dari reaktor pada keadaan steady state.
Asumsi :
Penyelesaian :
1. Perhitungan secara umum :
Reaksi yang terjadi :
2A → B , dengan rA = - kCA2
▪ Perhitungan neraca massa total :
Input – Output = Akumulasi (asumsi 𝞺 konstan)
𝑑(ρ . V)
F1 𝞺1 + F0 𝞺0 – F2 𝞺2 = 𝑑𝑡
𝑑V
Sehingga, = F1 + F0 - F2 (1)
𝑑𝑡
ISU 6
Isu 6 :
Linearisasikan sistem kendali pada keadaan steady state dalam bentuk deviasi dan hitung fungsi
transfer yang berkaitan dengan konsentrasi molar pada hasil keluaran reaktor C2, laju alir masuk
F0, laju alir keluar F2 (dalam bentuk deviasi)
Persamaan yang didapatkan dari sebelumnya :
𝑉. 𝑑𝐶𝐴
F0C0 – kCA2.V = 𝑑𝑡 + CA F1 + CAF0 (6)
Bagi seluruh (6) dengan V, sehingga menjadi :
𝑑𝐶𝐴 𝐹𝑜 𝐶𝑜 𝐹1 𝐶𝐴 𝐹𝑜 𝐶𝐴
= 𝑉 - 𝑉 - 𝑉 - kCA2
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴 𝐹𝑜 𝐹1 𝐶𝐴
= (C0 – CA) - - kCA2
𝑑𝑡 𝑉 𝑉
𝑑𝐶𝐴 𝐹𝑜,𝑠 𝐹1,𝑠 𝐶𝐴,𝑠
= 𝑉𝑠 (C0,s – CA,s) - 𝑉𝑠 - kCA,s2 (7)
𝑑𝑡
Linearisasi dilakuka dengan menggunakan variable deviasi pada C2, F0, dan V :
Persamaan yang digunakan untuk melinierisasi (7) diambil dari persamaan 6.22 buku Chemical
Process Control : An Introduction to Theory and Practice oleh George Stephanopoulos sebagai berikut
:
𝑑(𝑥1−𝑥1,𝑠) 𝜕𝑓1 𝜕𝑓1
= f(x1,s , x2,s) + 𝜕𝑥1 (x1-x1,s) + 𝜕𝑥2 (x2-x2,s) + ……….
𝑑𝑡 (𝑥1,𝑠−𝑥2,𝑠) (𝑥1,𝑠−𝑥2,𝑠)
Berdasarkan persamaan (7.1a) dan persamaan (7.14) transformasi laplace pada buku buku
Chemical Process Control : An Introduction to Theory and Practice oleh George Stephanopoulos
sebagai berikut :
̅ (7.1a)
L(f(t)) = 𝑓 (s)
𝑑𝑓(𝑡)
̅ – f(0) (7.14)
L( 𝑑𝑡 ) = s𝑓 (s)
ISU 7
Analisis Derajat Kesetimbangan (DK)
• Persamaan-persamaan yang diperoleh :
= 𝐹0 + 𝐹1 − 𝐹2 …. (1)
𝑑𝑣 𝑑z
=𝐴
𝑑𝑡 𝑑𝑡
ISU 8
Identifikasi perbedaan proses pengendalian pada sistem CSTR dengan reaksi seperti soal diatas
dengan sistem CSTR tanpa reaksi
Pada dasarnya proses pengendalian adalah sama menggunakan controller dan sensor (dengan
pengendalian) atau menggunakan manipulasi pompa (tanpa pengendalian). Hanya saja pada
perhitungan neraca massa komponen, dilibatkan massa komponen yang terbentu karena reaksi
(selama reaksi) dengan mempertimbangkan k (tetapan laju reaksi), walau dengan asumsi hanya
konsentrasi keluaran A yang ada sedangkan konsentrasi B berada di dalam tangki saja. Dimana
ketentuan seperti dibawah ini berlaku untuk sistem tanpa pengendalian/manipulasi pompa (a) dan
untuk sistem dengan pengendalian (menggunakan controller dan sensor) :
(a) Sistem tanpa pengendalian (manipulasi pompa)
CA dikontrol oleh Fo :
Fo = CA . R
V dikontrol oleh F2 :
𝑉
F2 = 𝑅
(b) Sistem tanpa pengendalian (menggunakan controller dan sensor)
Mengontrol CA oleh Fo :
F2 = Kc (V-Vs) + Fob
Mengontrol CA oleh Fo :
CA = Kc (Fo-Fo,s) + Fob
ISU 9
Mengapa digunakan sensor pada konsentrasi C2 di reactor CSTR tersebut?
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) merupakan salah satu unit operasi yang paling
penting di industri kimia yang memiliki perilaku nonlinear. CSTR berupa suatu tangki yang
umumnya berbentuk silinder dengan diameter tertentu, dimana sekeliling reaktor bisa dibiarkan
terbuka (terjadi konveksi bebas antar reaktor dengan udara sekelilingnya), atau juga diisolasi
dengan bahan (isolator) tertentu. Sebagai salah satu reaktor kimia, didalam CSTR terjadi reaksi
kimia pembentukan atau penguraian, dimana aliran masa masuk/keluar berlangsung secara terus-
menerus. Penggunaan CSTR paling banyak memproduksi polimer, seperti polimerisasi styrene.
Selain itu CSTR juga digunakan dalam pembentukan barium sulfat (BaSO4), asam asetat, asam
formiat dan penanganan limbah.
Dalam reaktor berpengaduk secara kontinyu (CSTR) memiliki beberapa jenis sensor dan
memiliki masing-masing fungsi, contohnya yaitu sensor pH yang memiliki fungsi membaca
bahwa cairan dalam tabung terlalu asam, maka pengendali akan mengirimkan sinyal control,
sensor suhu yang memiliki fungsi agar pembacaan suhu dalam tangki sudah tercampur merata
disetiap sisinya antara suhu yang dipanaskan oleh elemen pemanas di bagian bawah tangki dan
suhu air yang masuk di bagian atas tangka, dll. Dan pada studi kasus kali ini pada reaktor
berpengaduk secara kontinyu (CSTR) menggunakan sensor pada konsentrasi C2 itu bisa
diasumsikan berfungsi untuk mengukur konsentrasi molar keluaran C2, volume V dalam tangki,
pembacaan suhu dalam tangki sudah tercampur merata. Jika sensor pada reaktor terjadi
kesalahan atau kerusakan maka akan berpengaruh pada proses yang terjadi pada reactor yaitu
dapat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan seperti berhentinya proses/shutdown dari suatu
plant, dapat menyebabkan error steady state sistem yang cukup besar diluar range kerja suhu
tangki sehingga dapat menyebabkan produk gagal. Dan juga dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran konsentrasi molar keluaran C2, volume V dalam tangki, pembacaan suhu dalam
tangki.
R2 . Borang Rubrik Penilaian Presentasi Tugas Kelompok
Kelompok : 2 (Dua) Problem/Topik : Studi Kasus Analisis Kelakuan Dinamik Proses Sistem Orde Pertama atau Lebih Tinggi
Nilailah presentasi teman dengan menulis angka 0-100 yang sesuai dengan keterangan pada setiap kriteria.
Catatan: Cobalah untuk tidak memberikan nilai yang sama (maksimum 2 orang bernilai sama). (bersifat rahasia)
*) Keterangan Kriteria yang dinilai
Penggunaan waktu yang tepat Berbicara dengan jelas dan intonasi yang sesuai Penampilan keseluruhan dan gerak tubuh/ekspresi wajah
Rentang Nilai Keterangan Rentang Nilai Keterangan Rentang Nilai Keterangan
< 50 ± 20 detik < 50 Sama sekali tidak < 50 Kurang rapi dan tak ada ekspresi wajah
50 – 59,99 ± 40 detik 50 – 59,99 Kadang-kadang saja jelas 50 – 59,99 Rapi tapi ekspresi wajah tak sesuai
60 – 69,99 ± 1 menit 60 – 69,99 Hampir selalu jelas dengan intonasi sesuai 60 – 69,99 Rapi, ekspresi wajah sedikit berlebihan/kurang
Kelompok : 3 (Tiga) Problem/Topik : Studi Kasus Analisis Kelakuan Dinamik Proses Sistem Orde Pertama atau Lebih Tinggi
Nilailah presentasi teman dengan menulis angka 0-100 yang sesuai dengan keterangan pada setiap kriteria.
Catatan: Cobalah untuk tidak memberikan nilai yang sama (maksimum 2 orang bernilai sama). (bersifat rahasia)
*) Keterangan Kriteria yang dinilai
Penggunaan waktu yang tepat Berbicara dengan jelas dan intonasi yang sesuai Penampilan keseluruhan dan gerak tubuh/ekspresi wajah
Rentang Nilai Keterangan Rentang Nilai Keterangan Rentang Nilai Keterangan
< 50 ± 20 detik < 50 Sama sekali tidak < 50 Kurang rapi dan tak ada ekspresi wajah
50 – 59,99 ± 40 detik 50 – 59,99 Kadang-kadang saja jelas 50 – 59,99 Rapi tapi ekspresi wajah tak sesuai
60 – 69,99 ± 1 menit 60 – 69,99 Hampir selalu jelas dengan intonasi sesuai 60 – 69,99 Rapi, ekspresi wajah sedikit berlebihan/kurang
70 – 84,99 ± 1,5 menit 70 – 84,99 Jelas dengan intonasi sesuai 70 – 84,99 Rapi, ekspresi wajah yang pas, kurang percaya diri
≥ 85 > 2 menit ≥ 85 Sangat jelas dengan intonasi sangat baik ≥ 85 Rapi, ekspresi wajah yang pas, tampak percaya diri