Anda di halaman 1dari 7

In〔CB /{(CB0/CA0)CA}〕= (CBO- CAO).k.

In 〔(CBO . CAO.) / CBO. CAO)〕 = (CBO- CAO).k.t

Jika M= 1, persamaan di atas tidak bisa digunakan secara langsung karena akan diperoleh data setiap
saat.

CBO/ CAO = (CBO/ CAO) sehingga In 〔(CBO . CAO.) / CBO. CAO)〕= In 1 = 0

Untuk penyelesaiannya, harus kembali ke persamaan semula yaitu:

-rA = -(dcA/dt) = k. CA.CB

Jika CAO = CBO, maka setiap saat akan berlaku CA = CB , sehingga :

-rA = -(dcA/dt) = k. CA2

-(dcA/CA2 ) = k.dt

Hasil integrasi

1/ CA -1/ CAO = k.t atau

1/ CA -1/ CAO = XA/(CAO( 1-XA)) = k.t ..........(6.5)

Contoh 1

Reaksi zat A dan zat B dengan persamaan reaksi A + B → C, dijalankan disebuah reaktor batch
isothermal. Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan data sebagai berikut :

Run Kosentrasi awal Kosentrasi awal Awal reaksi Kosentrasi A pada


(grmol/L) A (grmol/L) A (jam) akhir reaksi
1. 0,1 1,0 0,5 0,095
2. 0,1 2,0 0,5 0,080
3. 0,1 0,1 1000 0,050
4. 0,1 0,2 500 0,10
a. Bagaimana persamaan laju reaksinya
b. Hitung tetapan laju reaksi

Penyelesaian :

Misalkan persamaan laju reaksi r = k. . CAa.CBb

Jika kosentrasi awal A dan B sama ( untuk run 3 dan 4), maka . CA= CB

Asumsi reaksi orde 2, maka digunakan persamaan :

1/ CA -1/ CAO = k.t

K = 1/t (1/ CA -1/ CAO)

Untuk run 3 dan 4

Run 3 → k = 1/1000 (1/0,05 – 1/0,1 ) = 0,010 L/gmol(jam)


Run 4 → k = 1/500 (1/0,1 – 1/0,2 ) = 0,010 L/gmol(jam)

Ternyata harga k pada run 3 dan run 4 sama, jadi asumsi n = 2 adalah benar (a+b=2) jika
dibandingkan run 1 dan run 2,kosentrasi A pada run 1 dan run 2 sama. Waktu reaksi sama, tetapi baik
mol A maupun mol B yang bereaksi pada run 1 dan 2 tidak sama. Sehingga C BO= 2CAO , jadi
kosentrasi A tidak mempengaruhi laju reaksi (a=0, b=2)

a. Persamaan laju reaksi rA = k. CA0.CB2= k. CB2


b. Menentukan tetapan laju reaksi
K = 1/t (1/ CA -1/ CAO)

Run 1 = A yang bereaksi = B yang bereaksi = 0,1 – 0,095 = 0,005

B yang tertinggal = 1-0,005 = 0,995

K = 1/t (1/ CB -1/ CBO)

=1/0,5(1/0,995 – 1/1 )

= 0,01005 l/gmol.jam

Run 2 = A yang bereaksi = B yang bereaksi

=0,1 – 0,008 = 0,02

B yang tinggal = 2 – 0,002 = 1,98

K = 1/t (1/ CB -1/ CBO)

=1/0,5(1/1.98 – ½ )

=0,0101 l/grmol.jam

6.3 Neraca Massa untuk Reaktor Kontinyu

Reaktor kontinyu ada dua macam yaitu :

1. CSTR ( continous stirred tank rector )


2. PFR ( plug flow reactor )

6.3.1 CSTR

Reaktor ini biasanya terdiri dari satu atau lebih tangk berpengaduk. Biasanya tangki-tangki ini
dipasang vertikal dengan pengaduk sempurna. Pengadukan pada masing-masing tangki dilakukan
secara kontinyu, sehingga diperoleh suatu keadaan dimana komposisi campuran didalam reaktor
benar-benar seragam. Reaktor tangki biasanya digunakan untuk reaksi-reaksi dalam fase cair, reaksi
heterogen cair-padat, cair-cair dan sebagainya.
Biasanya berupa tangki berpengaduk dengan asumsi pengadukan sempurna, konsentrasi tiap
komponen dalam reactor seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model ini
biasanya digunakan pada reaksi homogen di mana semua bahan baku dan katalisnya berfasa cair, atau
reaksi antara cair dan gas dengan katalis cair.
Reaktor CSTR dapat disusun secara seri maupun paralel seperti yang terlihat pada gambar berikut:

 Kelebihan:
Kontrol temperature yang baik dapat mudah dijaga
Realtif murah dalam instalasi
Reaktor memiliki kapasitas panas yang besar
Bagian dalam reaktor dapat mudah diakses saat perawatan

 Kekurangan:
Konversi reaktan menjadi produk per volume reaktor relatif kecil bila dibandingkan dengan jenis
reaktor kontinyu lainnya.

CSTR umum digunakan pada industri proses, terutama dengan reaksi homogen fasa cair,
dimana diperlukan pengadukan yang konstan.CSTR juga banyak digunakan pada proses biologi di
industri dan dikenal dengan sebutan Fermentor.
Contohnya pada industri antibiotik, dan waste water treatment. Fermentor Mendegradasi atau
menghancurkan molekul berukuran besar menjadi berukuran lebih kecil dengan hasil samping pada
umumnya adalah alkohol.
Neraca Massa

Di dalam reaktor tangki ideal, kosentrasi di setiap titik di dalam reaktor adalah sama,
sehingga kecepatan reaksi r\tidak dipengaruhi oleh posisi campuran di dalam reaktor. Dengan
demiakian, perhitungan neraca massanya dapat dilakukan secara makro, yaitu dengan meninjau
reaktor tersebut sebagai suatu unit yang utuh.

Laju reaktan masuk = laju reaktan keluar + laju reaktan yang bereaksi + laju reaktan terakumulasi

Dalam keadaan steady state tidak terjadi akumulasi sehingga neraca massa komponen A :

FA0 = FA + (-rA) V ..........(6.6)

FA = FA0 - FA0 .XA

= FA0 ( 1- XA)

Sehingga

FA0 = FA0 ( 1- XA) + (-rA.V)

FA0 .XA = (-rA) V

V/ FA0 = XA / (-rA) ...........(6.7)

Dimana : F = laju alir molar (mol/waktu)

Q= laju alir volum (volume/waktu)

Bila Q adalah volumetric rate = unit volume/satuan waktu,maka pers (6.7) dapat ditulis :

V/Q.CA0 = XA / -rA

V/Q.CA0 = XA / -rA = µ ..........(6.8)

Dimana µ = space time / waktu tinggal

Kebalikan space time adalah speace velocity (sv)

Sv = 1/µ

µ = (CAO. XA) / -rA)


µ = (CAO. CA) / -rA) ..........(6.9)

untuk reaksi orde pertama : -rA = k. CA

k.µ = (CAO. XA) / CA) = (CAO. CA) / CA) ..........(6.10)

k.µ = (CAO. CA) – 1

CA/CAO = 1/ (1 + k. µ)

Bila terjadi perubahan volume selama reaksi berlasung, maka :

V = V0 (1 + εA . XA )

εA = ratio bilang stoikiometri produk dan reaktan

CA= CAO(1- XA)/ (1 + εA . XA) ..........(6.11)

CA/CAO = (1- XA)/ (1 + εA . XA) ...........(6.12)

Untuk reaksi orde pertama pers. (6.11) dapat dieliminasi ke dalam pers. (6.10),sehimgga didapat : k.µ
= XA {(1+ εA. XA)/(1-XA)}

CSTR yang disusun seri

Pemasangan secara seri akan meningkatkan kemampuan konversi reaktor CSTR, semakin
banyak jumlah yang dipasang seri maka konversinya akan semakin mendekati reaktor PFR denganh
volume yang sama. Sementara pemasangan secara paralel umumnya bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas produsi dengan konversi yang sama.

Dua buah reaktor tangki yang disusun seri.

Kita tinjau dari reaksi orde pertama

A → produk

Neraca massa komponen A pada tangki 1

FA0 – FA1 – (-rA) V1 = 0 ..........(6.13)


Q(CAO - CA1) = (-rA) V

Untuk reaksi orde pertama :

Q(CAO - CA1) = (k1 . CA1) V1

V1 / Q = CAO - CA1 / k . CA1 = t1 ..........(6.14)

k1 . t = CAO - CA1 / CA1 = CAO / CA1 – 1

CAO / CA1 = 1 + k1 . t1

CA1 / CAO = 1 / (1 + k1 . t1) ..........(6.15)

Neraca massa komponen A pada tangki II

FA1 – FA2 – (-rA2) V2 = 0 ..........(6.16)

Q(CA1 - CA2) = (-rA2) V2

Untuk reaksi orde pertama :

Q (CA1 - CA2) = (k2 . CA2) V2

V2 / Q = CA1 - CA2 / k2 . CA2 = t2 ..........(6.17)

k2 . t2 = CA1 - CA2 / CA2 = CA1 / CA2 - 1

CA2 / CA1 = 1 / (1 + k2 . t2)

Bila temperature di setiap reactor sama, maka k1 = k2, sehingga

CA2 / CA1 = 1 / (1 + k2 . t2) ..........(6.18)

Contoh 2

Hidrolisis metal asetat adalah tingkat 2 reversibel, dimana :

k1 = 1,482 x 10-4 L/mol.menit pada 25°C

k2 = 6,77 x 10-4 L/mol.menit pada 25°C

Dimaksudkan untuk merencanakan sebuah reactor alir berbentuk tangki berpengaduk untuk
melaksanakan hidrolisis tersebut. Konsentrasi awal metil asetat 1,15 mol/L. Kecepatan aliran
pemasukkan 2 L/menit. Konsentrasi awal air 48 mol/L. Hitung volume reactor yang dibutuhkan bila
diinginkan konversi metil asetat 30 % pada waktu keluar reactor.

Penyelesaian :

Reaksi : A + B C+D

Diketahui : CAo = 1,15 mol/L

CBo = 48 mol/L
Q = 2 L/menit

Komposisi larutan keluar reactor

CA = CAO (1 - XA)

= 1,15 (1 – 0,3) = 0,805 mol/L

CB = CBO - CAO . XA = 48 - 1,15 (0,3) = 47,655 mol/L

CC = CD = CAO . XA = 1,15 (0,3) = 0,345 mol/L

Anda mungkin juga menyukai