Anda di halaman 1dari 44

Pertemuan ke-5,6, dan 7

BATCH AND SEMIBATCH


REACTOR
Pengantar
Jenis reaktor (batch & semibatch) ini memiliki tingkat fleksibilitas
tertentu dalam hal pengaturan jadwal operasi (schedulling), pengaturan
suhu, dan pengaturan waktu reaksi.
Sesuai untuk proses-proses yang melibatkan spesifikasi produk yang
beragam, produk dengan jangka waktu penggunaan yang singkat, dan
produk yang memerlukan spesifikasi khusus serta memerlukan tes
subjektif untuk memastikan kualitas produk (seperti misalnya produk-
produk makanan).
Jenis reaktor ini juga sesuai untuk kapasitas kecil.
Ukuran reaktor jenis ini bervariasi mulai dari 5 gal (19 L) pada suatu
industri skala kecil sampai dengan 10000-20000 gal (38000-76000 L)
pada industri skala besar. Jenis industri yang banyak menggunakan jenis
reaktor ini antara lain adalah industri farmasi, biokimia, dan industri
dengan produk yang beragam. Disamping kelebihan-kelebihan yang
telah disebutkan, jenis reaktor ini memiliki kelemahan yaitu biaya
operasional yang tinggi terutama pada biaya pekerja (labor cost).
Design Procedures
Reaktor batch dan semibatch umumnya digunakan untuk reaksi yang
melibatkan fasa cair (cair homogen, gas-cair, cair-cair, padat-cair, atau
gas-cair-padat) dan dijalankan pada suatu tangki berpengaduk.
Sebelum suatu reaksi akan dibawa ke skala industri menggunakan jenis
reaktor ini, percobaan pendahuluan di laboratorium perlu dilakukan
untuk mendapatkan data kinetika. Waktu reaksi dapat ditentukan dari
data kinetika atau dengan pengukuran langsung pada skala kecil.
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya dilakukan scale-up dengan
mempertimbangkan over-design. Saat perancangan dilakukan, standar
ukuran reaktor perlu diperhatikan.
Design Procedures
Berikut adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan saat
perancangan:
 Kemungkinan terjadinya korosi pada reaktor karena sistem reaksi
yang korosif
 Perpindahan panas di dalam reaktor, perlu atau tidaknya tambahan
luas permukaan di dalam reaktor
 Kemungkinan laju transfer massa menjadi pengendali laju
keseluruhan (untuk reaksi heterogen yang melibatkan dua fasa atau
lebih)
Stoikiometri: Sistem Batch
Reaksi kimia:

aA  bB  cC  dD
NAo; NBo; NCo; NDo; NIo Misal reaktan A digunakan sebagai
basis perhitungan (limiting reactant)

b c d
A B C  D
a a a

batch
BATCH System
Senyawa Mula-mula Bereaksi Sisa
(mol) (mol) (mol)
A NAo NAo.X NA=NAo- NAo.X

B NBo (b/a).NAo.X NB=NBo- (b/a).NAo.X

C NCo (c/a).NAo.X NC=NCo+ (c/a).NAo.X

D NDo (d/a).NAo.X ND=NDo+ (d/a).NAo.X

I (Inert) NIo NI=NIo

TOTALs NTo NT=NTo+[d/a+c/a-b/a-1]NAoX


Koefisien stoikiometri [d/a+c/a–b/a-1] menunjukkan
kenaikan jumlah total mol A yang bereaksi. Karena term
tersebut sering muncul dalam perhitungan, maka untuk
mempermudah dibuat simbol baru yaitu δ:

δ= [d/a+c/a-b/a-1]

Sehingga dari tabel stoikiometri, jumlah mol total dapat


ditulis:

NT=NTo+ δNAoX
Dari tabel stoikiometri, konsentrasi masing-masing komponen
dapat ditulis dalam persamaan yang melibatkan konversi (X):

NA N A0 1  X 
CA  
V V
NB N B0   b / a  N A0 X
CB  
V V
NC N C0   c / a  N A0 X
CC  
V V
ND N D0   d / a  N A0 X
CD  
V V
N B0   b / a  N A0 X
CB 
V
 N B0  b  
N A0    X 
 N A0  a  
CB 
V N B0
B 
N A0  B   b / a  X  N A0
CB 
V N C0
C 
N A0 C   c / a  X  N A0
CC 
V N D0
N A0  D   d / a  X  D 
N A0
CD 
V
Soal:

Reaksi penyabunan antara soda kaustik dengan tristearin


berlangsung secara batch dan volume konstan:

3NaOH(aq) + (C17H35COO)3C3H5  3C17H35COONa + C3H5(OH)3

a. Jika konversi tristearin dinyatakan dalam X, buatlah tabel


stoikiometri untuk menyatakan perubahan mol selama reaksi
dan konsentrasi masing-masing komponen setelah reaksi.
b. Diketahui umpan masuk reaktor berupa NaOH dan tristearin
dengan konsentrasi masing-masing sebesar 8 mol/L dan 2
mol/L. Berapakah konsentrasi setiap komponen setelah reaksi
jika konversi tristearin 90%?
Design Equation Reaktor Batch Isotermal
Design equation atau persamaan perancangan adalah persamaan yang
digunakan untuk mendapatkan spesifikasi reaktor. Persamaan
perancangan diperoleh dari neraca massa.

Untuk reaktor batch, semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak
reaktan yang terkonversi menjadi produk sampai keseimbangan
tercapai atau sampai seluruh reaktan habis bereaksi. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa pada reaktor batch, konversi adalah fungsi dari
waktu tinggal reaktan di dalam reaktor.
Misal reaksi:
A  B + C
Konversi dinyatakan dalam mol A yang bereaksi dibandingkan dengan
mol A mula-mula.
Neraca massa A di dalam reaktor batch:
 rate of mass A   rate of mass A   rate of   rate of 
          
 input   output   reaction   accumulati on 

0  0  -rA V 
dN A
dt
-rA V   dN A
dt
-rA V   dN A
dt
N A  C AV
dN A  C A dV  VdCA
Jika V tetap dV  0 , sehingga
dN A  VdCA
-rA V  V dCA
dt
-rA    dCA
dt
Jika konversi dinyatakan dalam XA, maka C A  C A0 1  X A 

dCA  C A0 dX A
-rA   C A0 dX A
dt
-rA   C A0 dX A
dt N A0
C A0 
V

-rA V  N A0 dX A
dt
Jadi, design equation untuk reaktor batch dapat dituliskan dalam
beberapa kemungkinan:

-rA    dCA atau


-rA   C A0 dX A atau
-rA V  N A0 dX A
dt dt dt
Persamaan inilah yang disebut bentuk diferensial dari persamaan
perancangan.
Untuk keperluan perancangan, bentuk diferensial tersebut perlu
diintegralkan sehingga parameter perancangan bisa dihitung:
Diferensial Integral
CA
dCA
-rA    dCA
t 
dt C A0
-rA 
XA
dX A
-rA   C A0 dX A t  C A0  -rA 
dt 0

XA
-rA V  N A0 dX A
t  N A0 
dX A
dt 0
-rA V
Perancangan Reaktor Batch Isothermal
Jika reaksi dijalankan pada kondisi isotermal, maka waktu reaksi (t)
dapat diperoleh dengan mengintegralkan persamaan perancangan.
Untuk dapat mengintegralkan, persamaan laju reaksi (rate law) harus
tersedia. Hasil integrasi akan sangat tergantung dari bentuk
persamaan laju reaksi.
Misal untuk reaksi
A B+C
Persamaan laju reaksi order 1
 rA   kCA
Kombinasi antara design equation dengan rate law:
CA
dCA 1 1 CA
t    l nCA C   ln
CA

C A0
kC A k A0
k C A0
1 CA
t   ln
k C A0
Jika dibuat dalam term konversi C A  C A0 1  X A 
1 C A0 1  X A 
t   ln
k C A0
1 1
t  ln
k 1  X A 
Persamaan untuk menghitung
waktu reaksi pada reaktor batch
jika reaksi order satu

Bagaimana jika reaksi order dua?


Untuk reaksi order dua unimolekular
 rA   kC 2
A

Persamaan untuk menghitung waktu reaksi pada reaktor batch jika


reaksi order dua unimolekular:
XA
t
kC A0 1  X A 

Data konstanta laju reaksi (k) tidak selalu tersedia, kadang data
yang diberikan adalah dalam bentuk persamaan Arrhenius.
E
k  Ar exp 
 RT 
Latihan:
Reaksi A menjadi B
A B
Dijalankan pada suatu reaktor bacth pada suhu 50 C dan tekanan 1
atm. Hitung waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mencapai
konversi 90% jika
1. Reaksi order satu dengan k = 10-4 s-1
2. Reaksi order dua dengan kCA0 = 10-3 s-1
3. Reaksi oder satu dengan k mengikuti persamaan Arrhenius
sebagai berikut
  45300 
k  9130 exp 
 RT 
E dalam joule/mol, dan T dalam K
Bagaimana jika reaksi order dua bimolekular?

Misal reaksi A + B  C

Dengan A sebagai limiting reaktan, perbandingan umpan reaktan


dapat dinyatakan sebagai R, dengan:
𝐶𝐵0
𝑅= ,𝑅 > 1
𝐶𝐴0
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 1 − 𝑋𝐴
𝐶𝐵 = 𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
(−𝑟𝐴 ) = 𝑘𝐶𝐴0 1 − 𝑋𝐴 𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
2
−𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴0 1 − 𝑋𝐴 𝑅 − 𝑋𝐴

Waktu reaksi, t=?


Bagaimana jika reaksi order dua bimolekular?

Misal reaksi A + B  C

Dengan A sebagai limiting reaktan, perbandingan umpan reaktan


dapat dinyatakan sebagai R, dengan:
𝐶𝐵0
𝑅= ,𝑅 > 1
𝐶𝐴0
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 1 − 𝑋𝐴
𝐶𝐵 = 𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
(−𝑟𝐴 ) = 𝑘𝐶𝐴0 1 − 𝑋𝐴 𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
2
−𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴0 1 − 𝑋𝐴 𝑅 − 𝑋𝐴

Waktu reaksi, t=?


1 𝑅 − 𝑋𝐴
𝑡= 𝑙𝑛
𝑅 − 1 𝑘𝐶𝐴0 𝑅 1 − 𝑋𝐴
Waktu yang terhitung tersebut adalah waktu reaksi. Dalam
perancangan proses-proses batch, dikenal istilah cycle time atau
waktu siklus. Waktu siklus adalah waktu keseluruhan yang
dibutuhkan untuk sekali produksi (tt) pada reaktor batch meliputi
waktu pengisian(tf), waktu reaksi (t), waktu pengosongan(te), dan
waktu pembersihan (tc).

tt  t f  t  t e  t c
Jika diinginkan untuk memproduksi suatu produk dengan kapasitas
tertentu, maka perlu dilakukan penjadwalan proses batch.
Reaktor Semibatch
“One of the best reasons to use semibatch reactors is to enhance selectivity
in liquid-phase reactions. “

Untuk reaktor semibatch, design equation atau persamaan perancangan


sangat tergantung dari sistem semibatch yang digunakan. Pada prinsipnya,
terdapat dua kemungkinan konfigurasi dari reaktor semibatch yang umum
digunakan:
1. Terdapat dua reaktan (A dan B), salah satu reaktan dijaga tetap berada
di dalam reaktor (misal reaktan A), sementara reaktan yang lain
diumpankan secara perlahan ke dalam reaktor (misal reaktan B). Jenis
reaktor ini biasanya dipilih ketika terjadi reaksi samping yang
disebabkan oleh tingginya konsentrasi B atau jika reaksi sangat
eksotermis. Pada beberapa kasus, reaktan B berupa gas yang
digelembungkan ke dalam reaktan A yang cairan. Contoh reaksi yang
biasanya menggunakan jenis reaktor ini antara lain adalah reaksi-reaksi
amonolisis, klorinasi, dan hidrolisis.
2. Reaktan A dan B diumpankan bersamaan ke dalam reaktor hanya pada
awal reaksi, dan salah satu komponen dari produk yang terbentuk
(misalnya komponen C) diuapkan dan diambil secara kontinyu. Hal ini
biasanya dilakukan untuk menggeser keseimbangan ke kanan. Jenis ini
disebut reactive distillation.
Design Equation Reaktor Semibatch Isotermal
Untuk reaktor semibatch jenis pertama, misal reaksi
A +B C

Persamaan neraca massa A:


rate  rate  rate of   rate of 
input   output   reaction    accumulati on 
       

0  0   rA Vt  
dN A
dt
d VCA   dCA dV 
 rA V    V  CA 
dt  dt dt 
Karena V berubah terhadap waktu (B
diumpankan secara kontinyu ke dalam
reaktor), maka diperlukan neraca massa
overal di dalam reaktor:
rate  rate  rate of   rate of 
input   output   reaction    accumulati on 
       

d V 
00  0  0 
dt
Dengan  0 adalah volumetric flowrate.
Jika densitas konstan  0  

dV
 0 Dengan kondisi batas pada t=0; V=V0, sehingga
dt
V  V0  0t
dV
Substitusi persamaan  0
dt
ke persamaan:
 dCA dV 
 rA V  V  CA 
 dt dt 
 dCA 
 rA V  V  C A0 
 dt 

  rA V  C A0
dCA
V
dt
0
  rA   C A
dCA
dt V
Persamaan neraca massa B:
rate  rate  rate of   rate of 
input   output   reaction    accumulati on 
       

FB 0  0   rB V 
dNB
dt
 FB 0   rB V
dNB
dt
d VCB 
 FB 0   rB V
dt
 FB 0   rB V
dCB dV
V  CB
dt dt
dCB 0 CB 0  CB 
   rB 
dt V
Persamaan neraca massa C:
rate  rate  rate of   rate of 
input   output   reaction    accumulati on 
       

0  0  rC V 
dNC
dt
 rC V
dNC
dt
d VCC 
 rC V
dt
 rC V
dCC dV
V  CC
dt dt
0
 rC   CC
dCC
dt V
Konversi dapat dinyatakan:
N A0  N A
XA 
N A0
C A0V0  C AV
XA 
C A0V0
Misal asumsi reaksi elementer, sehingga
rate law:
 rA  kC ACB
Laju relatif

 rA  rB  rC
Ringkasan persamaan perancangan reaktor semibatch isotermal
untuk reaksi A + B  C
0
  rA   C A
dCA
• Neraca massa A
dt V
dCB 0 CB 0  CB 
• Neraca massa B    rB 
dt V
0
 rC   CC
dCC
• Neraca massa C
dt V
• Perubahan volum terhadap waktu V  V0   0t
C A0V0  C AV
• Konversi X A 
C A0V0

• Rate law  rA  kC ACB dengan  rA  rB  rC


Kondisi batas (boundary conditions)

Pada t=0 ; CA=CA0; CB=CC=0

Persamaan-persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial


ordiner simultan yang dapat diselesaikan dengan metode numeris,
misalnya dengan menggunakan metode Runge-Kutta
Contoh
Isothermal Semibatch Reactor with second order Reaction
Produksi metil bromida adalah reaksi irreversible fase cair yang
mengikuti hukum kecepatan reaksi elementer dengan
persamaan reaksi:
CNBr + CH3NH2 → CH3Br + NCNH2
Reaksi dilaksanakan pada reaktor semibatch isotermal. Larutan
metamina dengan konsentrasi 0,025 mol/dm3 diumpankan ke
dalam reaktor dengan kecepatan 0,05 dm3/s, dimana reaktor
telah berisi brominsianida dengan volume 5 dm3 dan konsentrasi
mula-mula 0,05 mol/dm3. Diketahui konstanta kecepatan reaksi
spesifik adalah 2,2 dm3/s.mol.
Tuliskan persamaan perancangan reaktor tersebut di atas!
Mechanical Design Reaktor Batch dan Semibatch
Mechanical design reaktor bacth dan semibatch meliputi:
1. Spesifikasi tangki (vessel) meliputi ukuran, material konstruksi, tebal
dinding, jenis head, isolasi, dsb.
2. Spesifikasi impeller (tipe, jumlah, posisi, ukuran, kecepatan putaran)
3. Power requirement untuk pengaduk.
4. Baffle (tipe, jumlah, posisi)
5. Prosedur pengumpanan (akan menentukan posisi dan ukuran
nozel)
6. Heat transfer equipment meliputi tipe (jaket, koil, atau eksternal),
beban panas (heat load), jenis pendingin/pemanas, luas transfer
panas, dsb.
7. Untuk reaktor semibacth, jika terdiri dari dua fasa gas-cair, maka
perlu spesifikasi sparger atau spesifikasi orifice tergantung dari
desain.
Rule of Thumbs
Rule of Thumbs
Berikut adalah beberapa referensi untuk mechanical design reaktor
batch dan semibatch:
1. Rase, M.F., 1977, Chemical Reactor Design for Process Plant, Vol. 1.
2. Couper J.R., Penney, W.R., Fair, J.R., and Walas, S.M., 2005, Chemical
Process Equipment : Selection and Design , 2nd edition.
3. Coulson&Richardson’s Chemical Engineering vol.1, 6th edition.
4. Brownel&Young, Process Equipment Design,

dll...

Anda mungkin juga menyukai