Anda di halaman 1dari 23

3/7/2021

Perancangan Reaktor
(121 032 3)

PERANCANGAN REAKTOR BATCH


Dosen Pengampu:
Siti Diyar Kholisoh, Endang Sulistyawati, Adi Ilcham

Program Studi Teknik Kimia S-1/ Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY
Semester Genap Tahun Akademik 2020-2021

PUSTAKA:
 Missen, R.W. (1999)/ Chapter 12: Batch
Reactor (BR), halaman 294-316.
 Fogler (2004)/ subbab 1.3, 2.2.1, 3.3, 3.4,
4.1, 4.2.1, 4.6.1, 9.1, 9.2
 Froment-Bischoff (2011)/ Bab 8, subbab 8.1,
8.2
 Hill, Charles G. (2014)/ Chapter 8, Chapter 10
 dsb.

Perancangan Reaktor Batch 1


3/7/2021

OUTLINE:
 Gambaran umum dan penggunaan reaktor
batch (RB)
 Perbandingan dengan reaktor kontinyu (alir)
 Perancangan reaktor batch: Persamaan
perancangan (design equation) dari neraca
massa, waktu reaksi, laju produksi (pada
basis operasi kontinyu), neraca energi
 Operasi isotermal
 Operasi non-isotermal: adiabatik, non-
adiabatik
 Aspek perancangan: batch scheduling

Gambaran Umum dan Penggunaan


Reaktor Batch (RB)
 Biasa digunakan dalam reaksi fasa cair.
 Biasanya berbentuk tangki berpengaduk, untuk
menjamin tercapainya pencampuran
sempurna, sehingga sifat-sifat fluida dalam
reaktor dapat dianggap seragam.
 Untuk menjaga kondisi reaktor, biasanya
dilengkapi dengan pemanas atau pendingin
Uniformly (dengan sistem jaket/ koil/ penukar panas
mixed eksternal).
 Biasanya lebih baik untuk produksi volume
kecil, serta fleksibel untuk operasi multi-produk
(multi-proses).

Perancangan Reaktor Batch 2


3/7/2021

Persamaan Perancangan
Pertimbangan umum:
 t merupakan waktu reaksi yang diperlukan
untuk mencapai konversi XA1 sampai XA2
 A merupakan limiting reactant
 Besaran yang diketahui: nA0, XA1, dan XA2
 Besaran yang tidak diketahui: t, (-rA), V, dan T
 Pertimbangkan reaksi: A + …  C C + …

X A2
Dijabarkan dari neraca dX A
massa/ mol (disajikan pada t  n A0 
X A1 (  rA ) V
slide berikutnya)

Penjabaran Persamaan A

Perancangan untuk A
Reaktor Batch
A
(bentuk
diferensial)
Dari neraca mol (terhadap
komponen A): A

Racc = Rin – Rout + Rgen A

(bentuk A
A
integral)

Perancangan Reaktor Batch 3


3/7/2021

 Laju reaksi: - rA = f (XA,T)


 Neraca energi memberikan: T = f (XA,V)
 Persamaan keadaan: V = f (nA,T,P)

Interpretasi nilai t/nA0 dapat ditentukan melalui grafik:

1/(-rA)V

Area = t/nA0
XA
XA1 XA2

Laju Produksi (Pembentukan) C


pada Basis Kontinyu
Waktu siklus (tc) merupakan total waktu per batch:
tc = t + td, t = waktu reaksi
td = down time [waktu yang diperlukan untuk
pengisian, pengeluaran, dan pencucian]
mol C terbentuk batch
Pr C  
Laju batch waktu
produksi C: n C 2  n C1 n C ν C n A
Pr C    
tc tc t  td
Dalam konversi XA:
ν C n A 0 X A 2  X A 1  Dalam banyak kasus:
Pr C  
t  td XA1 = 0 dan XA2 = XA

Perancangan Reaktor Batch 4


3/7/2021

NERACA ENERGI; sUhU BERUBAh


 Bentuk umum:
Rin – Rout + Rgen = Racc
 Untuk Reaktor Batch: panas masuk
dapat dari pemanas koil/ jaket, panas
keluar dapat dari pendingin koil/
jaket, dan panas generasi merupakan
panas yang dihasilkan atau diperlukan
oleh reaksi.

Transfer panas: Rin/ Rout ditunjukkan dengan


persamaan:
Q = UAc (Tc – T)m
Keterangan:
U = koefisien transfer panas keseluruhan, J m-2s-1K-1
atau W m-2 K-1  ditentukan dengan
percobaan atau korelasi empirik
Ac = luas pemanas/ pendingin koil
Tc = suhu koil
(Tc – T)m = beda suhu rata2 Tm untuk transfer panas

Jika: Q > 0 (Tc > T)  panas masuk


Q < 0 (Tc < T)  panas keluar

Perancangan Reaktor Batch 5


3/7/2021

Panas generasi:
Rgen = (-HRA)(-rA)V
atau: Rgen = (-URA)(-rA)V
Jika: HRA > 0 (reaksi endotermis)
HRA < 0 (reaksi eksotermis)

Panas akumulasi:
dH dT dT
R acc   n t Cp  m t cp
dt dt dt
N
Mol total: n t   n i (termasuk inert)
i 1

Kapasitas panas sistem pada P tetap:


N
Cp   x i Cp i
i 1
dengan: xi = fraksi mol komponen i
N
Massa total sistem: m t   m i
i 1
Kapasitas panas spesifik sistem:
N
cp   w i cp i
i 1
dengan: wi = fraksi massa komponen i

Perancangan Reaktor Batch 6


3/7/2021

 Neraca energi untuk reaktor batch secara


umum (non-isotermal dan non-adiabatik):
dT
UA c Tc  T m   H RA  rA  V  n t Cp
dt

dT
Isotermal n t Cp 0
dt

Adiabatik UA c Tc  T m  Q  0

Operasi Isotermal

 Densitas Sistem: Tetap


X A2
dX A
Waktu reaksi: t  C A 0 
X A1  rA

Laju produksi C:
ν C C A 0 V X A 2  X A1 
Pr C  
t  td

Perancangan Reaktor Batch 7


3/7/2021

Reaksi fasa cair:


A + B  P dilangsungkan
dalam reaktor batch
isotermal. Hasil pengukuran
–rA dan CA adalah:

Berapakah waktu yang


diperlukan untuk
mereaksikan A dari
CA = 1,8 hingga CA = 0,7
(kmol/m3)?

Contoh Ilustrasi:

Maka:
t = …… menit

Perancangan Reaktor Batch 8


3/7/2021

Contoh 12-1
(Missen, 1999):
Untuk reaksi: A  produk
tentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai
80% konversi A, jika 7,5 mol A direaksikan dalam
15-L constant-volume batch reactor yang beroperasi
secara isotermal pada suhu 300 K. Reaksi ini
berorde-satu terhadap A, dengan: kA = 0,05 min-1
pada 300 K.

Contoh 12-2
(Missen, 1999):
Reaksi fasa-cair antara cyclopentadiene (A) dan
benzoquinone (B) yang menghasilkan produk C:
A + B  C dilangsungkan dalam reaktor batch
isotermal. Reaksi ini berorde-satu terhadap
masing-masing reaktan, dengan: kA = 9,92 X 10-3
L mol-1s-1 pada 25°C. Tentukan volume reaktor
yang diperlukan untuk memproduksi 175 mol C
jam-1, jika XA = 0,90; CA0 = CB0 = 0,15 mol L-1, dan
down-time (td) antar batch adalah 30 menit.

Perancangan Reaktor Batch 9


3/7/2021

Contoh 4-1
(Smith, 1981):
Reaksi fasa cair pembentukan butil asetat:
asam asetat + butanol  ester + H2O
A+BC+D
dilangsungkan pada 100oC dalam reaktor batch yang well-
mixed. Mula-mula hanya terdapat reaktan, dengan: mol B/
mol A = 4,97. Laju reaksi pada kondisi ini: rA = - k CA2,
dengan: k = 17,4 cm3/(gmol.menit). Densitas campuran
dianggap tetap, yaitu 0,75 g/cm3.
a) Berapa waktu untuk mencapai XA = 50%?
b) Untuk laju produksi ester 100 lb/jam, berapa volume
reaktor yang diperlukan, jika down-time = 30 menit.
BM: ester = 116; butanol = 74; asam asetat = 60 g/gmol

Problem 8.4:
Froment-
Bischoff (2011)

Perancangan Reaktor Batch 10


3/7/2021

 Densitas Sistem: Berubah


 Berimplikasi pada volume reaktor atau sistem
reaksi yang tidak konstan (berubah).
 Untuk RB: dapat ditinjau pada reaktor vessel
yang dilengkapi dengan piston.
 Densitas berubah biasanya pada fasa gas.
 Densitas dapat berubah jika setidaknya salah
satu T, P, atau nt (mol total) berubah.

Contoh Ilustratif (Fogler):

Reaksi fasa gas: A  B + C


dilangsungkan dalam sistem
batch isotermal dan tekanan
tetap.
Mula-mula: T0 = 300 oF (422,2 K);
P0 = 10 atm (1013 kPa); terdapat
campuran ekuimolar antara A dan
inert.
Berapakah waktu yang diperlukan
untuk mereaksikan dari konversi:
0,5 hingga 0,85?

Perancangan Reaktor Batch 11


3/7/2021

Contoh 12-3
(Missen, 1999):
Reaksi fasa gas: A  B + C dilangsungkan
dalam reaktor batch 10 L (mula-mula),
secara isotermal pada 25 oC dan tekanan
tetap. Reaksi berorder 2 terhadap A dengan
kA = 0,023 L mol-1s-1. Tentukan waktu yang
diperlukan untuk mencapai konversi 75%
dari 5 mol A.
Asumsi: Campuran mula-mula hanya berisi A.

Pengendalian Transfer Panas untuk


Menjaga Kondisi Isotermal:

 Jika reaksi eksotermis atau endotermis,


maka diperlukan pengendalian suhu (T)
untuk menjaga kondisi isotermal dengan
memberikan pendingin atau pemanas ke
dalam sistem reaktor.
 Tinjau reaksi: A + …  Produk
 Operasi isotermal  dT/dt = 0, sehingga:

Q  UA c Tc  T m    H RA   rA  V

Perancangan Reaktor Batch 12


3/7/2021

Dari neraca mol reaktor batch:


 rA   n A0 dX A
V dt
Substitusikan ke persamaan neraca energi,
sehingga diperoleh:
dX A
Q  UA c Tc  T m    H RA  n A 0
dt
Jika dianggap bahwa suhu koil (Tc)
konstan, maka:
Tc  T 
 H RA  n A 0 dX A
UA c dt

Contoh 12-4
(Missen, 1999):
Tentukan Q dan Tc (sebagai fungsi
waktu) yang diperlukan untuk menjaga
kondisi reaktor isotermal dalam Contoh
12-1, jika HRA = -47500 J mol-1, dan
UAc = 25,0 WK-1. Apakah Q mewakili
kecepatan penambahan panas atau
pengambilan panas?

Perancangan Reaktor Batch 13


3/7/2021

Operasi Non-Isotermal
Ada 2 kategori:
1. Adiabatik (Q = 0)
2. Non-adiabatik (Q ≠ 0)

Operasi Adiabatik:
Suhu akan naik dalam reaksi eksotermis, dan suhu
akan turun dalam reaksi endotermis.
Persamaan neraca energi sistem adiabatik, Q = 0:
 H RA   rA  V  n t Cp dT
dt

Substitusi (-rA)V dari neraca massa dalam term


XA:
 H RA  n A0 dX A  n t Cp dT
dt dt
Karena hubungan dXA/dt dengan dT/dt adalah
implisit terhadap t, sehingga persamaan
tersebut di atas dapat diubah menjadi:
 H RA  n A0 dX A  n t Cp dT
dan diintegralkan menjadi:

T  T0  n A 0
XA  H RA  dX
 A
X A0 n t Cp

Perancangan Reaktor Batch 14


3/7/2021

Jika (-HRA), Cp, dan nt bernilai konstan,


maka:

T  T0 
 H RA  n A0 X  X A0 
A
n t Cp

Dengan demikian, waktu yang diperlukan


untuk mencapai konversi XA, dari persa-
maan neraca massa:
XA
dX A
t  n A0 
X A 0 (  rA ) V

Algoritma Menghitung t:
untuk Reaktor Batch Adiabatik

1. Pilih harga XA: XA0  XA  XA (ditentukan)


2. Hitung T pada XA dari pers. neraca energi
3. Hitung (-rA) dari persamaan laju reaksi
4. Hitung volume dari persamaan keadaan
5. Ulangi langkah 1 s.d. 4 untuk beberapa nilai XA
6. Hitung t dari pers. neraca massa

Perancangan Reaktor Batch 15


3/7/2021

Contoh 12-5
(Missen, 1999):
Dekomposisi fasa gas: A  R + S
dilangsungkan dalam reaktor batch dengan kondisi
awal: T0 = 300 K, V0 = 0,5 m3, dan tekanan total
konstan 500 kPa. Harga Cp untuk A, R, dan S
adalah 185,6; 104,7; dan 80,9 J mol-1 K-1. Entalpi
reaksi = -6280 J mol-1 dan reaksi berorder satu
terhadap A dengan: kA = 1014 e-10000/T h-1.
Tentukan XA dan T sebagai fungsi t, bila Q = 0, XA
= 0,99.

Contoh 10-1 (Hill, 1977):


Reaksi fasa cair: A  B mengikuti kinetika berorder-
satu. Tentukan volume reaktor yang diperlukan untuk
menghasilkan 2 juta lb B dalam 7000 jam operasi, jika
reaktor beroperasi:
a) Isotermal pada 163 oC
b) Adiabatik dengan suhu awal = 163 oC
pada tingkat konversi A sebesar 97%.
Data dan asumsi: Tetapan laju reaksi (163 oC) = 0,8 jam-1;
energi aktivasi reaksi = 28960 kal/gmol; panas reaksi = -83
kal/g; molecular weight = 250; Cp A = Cp B = 0,5 kal/g.oC;
densitas campuran = 0,9 g/cm3; waktu untuk pengisian,
pengosongan, dan pemanasan = 10; 12; dan 14 menit
(masing–masing).

Perancangan Reaktor Batch 16


3/7/2021

Aspek Perancangan

Goal:
 Volume reaktor (standar)
 Jumlah reaktor yang
diperlukan (minimum)

Perancangan Reaktor Batch 17


3/7/2021

Sumber: Silla, 2003,


“Chemical Process
Engineering: Design
and Economics”

Sumber: Silla, 2003,


“Chemical Process
Engineering: Design and
Economics”

Perancangan Reaktor Batch 18


3/7/2021

Sumber: Silla, 2003,


“Chemical Process
Engineering: Design
and Economics”

Tools dalam Menyelesaikan Soal

Perancangan Reaktor Batch 19


3/7/2021

Tools dalam Menyelesaikan Soal:


1. Persamaan perancangan: dari neraca massa (mol)
dalam bentuk  (1) diferensial, atau (2) integral.
2. Rate law (persamaan laju reaksi)
3. Stoikiometri: tabel stoikiometri, konversi, konsentrasi
zat, sistem constant density atau variable density
4. Neraca energi: sistem isotermal, sistem non-isotermal
5. Persamaan2 pendukung: persamaan gas ideal,
persamaan Arrhenius (k sebagai fungsi T),
persamaan kesetimbangan, dsb.
6. Combining  penyelesaian matematika.

Beberapa Latihan Soal

Perancangan Reaktor Batch 20


3/7/2021

Problem 12-9
(Missen, 1999):

Problem 12-1 & 12-10


(Missen, 1999):

Perancangan Reaktor Batch 21


3/7/2021

Problem 8.11
(Froment-Bischoff):

Ulangi jika proses


Asumsi: Reaksi isotermal pada
pada fasa cairan 400 oC, dan
berikan komentar
Anda!

Problem 12-8 (Missen, 1999):

Perancangan Reaktor Batch 22


3/7/2021

Problem 12-15 (Missen, 1999)


Selesaikan dengan pendekatan/ bentuk:
a) Diferensial
b) Integral: (i) cara analitik, dan
(ii) cara numerik

Silakan mengecek kunci jawaban pada lampiran.

Selamat Belajar dengan Baik!

Perancangan Reaktor Batch 23

Anda mungkin juga menyukai