Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

REAKTOR RANGKAI

4.1. Pendahuluan

Terdapat berbagai pilihan terhadap reaktor untuk pengolahan bahan yaitu:


- Reaktor tunggal  dengan sistem batch atau dengan sistem kontinu
- Rangkaian reaktor  dipasang secara seri dipasang secara paralel

Reaktor dalam bentuk rangkaian dapat digunakan reaktor dengan jenis dan ukuran
sama ataupun berbeda

Pemilihan ditentukan pula oleh faktor ekonomi untuk seluruh proses yang ada
seperti faktor ekonomi dengan memperhatikan:
Ukuran reaktor, sehingga besar ukuran yang diperlukan untuk memproses reaktan
untuk setiap reaktor harus diperhatikan secara cermat misalnya dengan
memperbandingkan. Distribusi produk merupakam perbandingan produk-produk
yang terbentuk pada reaksi komplek.

4.2. Perbandingan Ukuran Antar Reaktor-reaktor Tunggal

- Perbandingan Ukuran Reaktor Batch - PFR


Pada kasus dengan  = 0  komponen yang bereaksi baik dalam batch atau
PFR adalah sama pada t tertentu, sehingga dapat dipilih batch atau PFR namun
tetap ditinjau faktor-faktor lainnya.

- Perbandingan Ukuran Reaktor CSTR - PFR


Perbandingan ukuran reaktor CSTR dan reaktor PFR akan bergantung pada:
1) Perkembangan reaksi
2) Stokiometri
3) Bentuk persamaan laju reaksi

- Secara umum volume atau ukuran kedua reaktor tersebut adalah:


F .X
1. CSTR  VT = A0 A
( rA )
XA
dXA
2. PFR  VS = FA0  (rA )
0
dimana:

(-rA) = k CAn
n bervariasi dari nol sampai 3

Teknik Reaktor 36
Space Time:
CA0 .XA
Reaktor CSTR  T =
( rA )
1 (1  εA XA ) n
= XA
kCA0 n 1 (1  XA ) n
dXA
Reaktor PFR  S = CA0 
( rA )
1 (1  εA XA ) n
=
kCA0 n 1
 (1  XA ) n
dXA

Perbandingan terhadap kedua persamaan Space Time untuk CSTR dan PFR
adalah seperti berikut:
 1  εA XA n 
 X 
ζ C
T A0
n 1

T

 1  XA 
n A
 T
y
ζ C 
n 1
(4-1)
S A0 S
XA 1  εA XA n 
 dXA 
 0 1  XA 
n
 S

Dalam bentuk kurva, dengan Y sebagai ordinat dan 1 - XA sebagai absis dengan
parameter orde reaksi dan harga A maka perbandingan ukuran reaktor CSTR dan
PFR dapat ditemukan seperti dapat dilihat pada gambar di bawah

ζCA0 T

C A0
2
V FA0 T

C 
y=
ζCA0 S A0
2
V FA0 S
100
N=1
orde 3
kCA0  = 1000
reaksi orde 2
y orde 2 dengan
500
200
berbagai harga N=2
10 100

N=3 50
N=4 20
N=6 10
5
orde 1 dengan 2
1
berbagai harga N=0
1

0.01 0.1 1 1 0.01
CA
1 - XA (1 - XA) =
C A0
Dengan komposisi umpan yang identik (CA0, EA0 sama), ordinat y secara
langsung dapat memberikan perbandingan volume kedua reaktor untuk suatu
konversi tertentu.

Teknik Reaktor 37
Dari kurva di atas dapat diketahui bahwa:
1) Untuk suatu tugas tertentu, reaktor tangki selalu memerlukan ukuran/volume
reaktor yang lebih besar dari ukuran reaktor PFR.
2) Perbandingan ukuran kedua reaktor akan menaik dengan besarnya orde reaksi.
3) Khususnya untuk reaksi orde nol, ukuran reaktor tidak bergantung dengan
jenis aliran.
4) Harga y akan menaik dengan cepat pada derajat konversi XA yang tinggi.
5) Perubahan  selama reaksi akan mempengaruhi design reaktor.
6) Pengembangan yang terjadi selama reaksi ( mengecil), akan menurunkan
perbandingan volume/ukuran reaktor CSTR/PFR
7) Penyusutan yang terjadi selama reaksi ( membesar), akan menaikkan
perbandingan volume/ukuran CSTR/PFR

Contoh Soal ( penggunaan kurva di atas)  metoda grafis



V 
dimana: ordinat y dapat menjadi perbandingan volume T atau space time T
VS S
apabila digunakan umpan dan jumlah yang sama .
Dengan kurva-kurva di atas dapat dibandingkan jenis & ukuran reaktor yang
berbeda pada derajat konversi XA tertentu.

1. Reaksi dalam fasa cair yang mempunyai persamaan reaksi A + B  produk,


500 l
dan laju reaksi (-rA) = CA CB, dilangsungkan di dalam reaktor pipa
mol.menit
(dalam tingkat percobaan dan dianggap sebagai plug flow), di bawah kondisi
sebagai berikut:
- volume reaktor V = 0.1 L
- laju alir volume QV = 0.05 l/menit
- CA0 = CB0 = 0.01 mol/l

Pertanyaan:
1) Konversi reaktor yang dapat diharapkan
2) Untuk konversi seperti yang dicapai no. 1, berapa ukuran reaktor CSTR
yang diperlukan
3) Berapa konversi yang dapat diharapkan apabila digunakan reaktor CSTR
dengan ukuran yang sama dengan ukuran PFR

Penyelesaian:
Dalam umpan CA0 = CB0  (-rA) = kCA2
1) Konversi reaktan yang dapat diharapkan di dalam PFR
V 0.1 l
 space time = S =  = 2 menit
QV0 0.05 l/menit

Teknik Reaktor 38
500 l mol
 untuk reaksi orde 2, harga kCA0S = .0.01 .2 menit = 10
mol.menit l
Dengan digunakan grafik untuk reaksi orde 2, maka pada kedudukan nilai
kCA0S = 10, akan diperoleh (1-XA) = 0.09 (mengikuti garis putus-putus)
 XA = 1 - 0.09 = 0.91

 Derajat konversi yang dapat diterapkan untuk tercapai = 91%

2) Dalam kasus yang sama dengan no. 1, apabila digunakan reaktor CSTR,
maka diperlukan CSTR dengan ukuran yang dapat ditemukan dengan ccara
sbb.:
 Kasus adalah sama berarti (CA0 & FA0)T identik dengan (CA0 & FA0)S,,
V
 Sehingga: ordinat kemudian menjadi perbandingan langsung dari T
VS
untuk harga XA sama yaitu = 0.91
V
 T = 11 (dari titik (1-XA) = 0.09, ditarik garis 11 ordinat hingga memotong
VS
garis N = 1)
 VT = 11V3 = 11 x 0.1
= 1 .1 

3) Apabila digunakan ukuran CSTR sama dengan ukuran PFR, derajat konversi
yang dapat diharapkan dicari dengan cara sbb:
Di sini Kasus sama & volume sama maka, [k & CA0 & ]T = [k & CA0 & ]S
 [k CA0 ]T = [k CA0 ]S = 10
 k CA0 T =10, dari grafik (1 - XA) = 0.27
(dari titik k CA0  = 10, ditarik garis ordinat hingga memotong garis N = 10)
 XA = 1 - 0.27 = 0.73
Jadi Derajat konversi yang diharapkan dapat dicapai bila digunakan reaktor CSTR
dengan ukuran = 0.1  adalah 73%.

4.3. Sistem Multiple Reaktor

4.3.1. Reactor PFR


Pada berbagai proses pengolahan bahan menjadi produk, banyak digunakan
multiple reactor yang dapat dipasang secara seri atau paralel.
Untuk reaktor PFR, pemasangan secara seri akan diperoleh derajat konversi XA
untuk setiap reaktor yaitu: XA1, XA2, XA3 …….. XAn, merupakan konversi
komponen A yang meninggalkan reaktor PFR1, PFR2, PFR3, …… PFRn.
Dari neraca material komponen A untuk reaktor PFR:

Teknik Reaktor 39
XA
V dXA
FA0
  (rA )
0

tinjau untuk setiap reaktor PFR
Xi
Vi dXA
   dimana: i adalah nomor reaktor PFR
FA0 X ( rA )
i 1

Sehingga untuk N reaktor dalam rangkaian seri diperoleh persamaan:


V n
V V  V2  V3  .......Vn
 i  1 (4-2)
FA0 i1 FA0 FA0
X1 X X X
dXA 2
dXA 3
dXA N
dXA
=   
( rA ) X ( rA ) X ( rA )
 ........... 
( rA )
X0  0 1 2 X
N 1
XA
dXA
  (rA )
0

Berarti:
N reaktor PFR dalam seri akan mempunyai volume total sebesar V dan derajat
konversi sebesar XN, dimana seolah-olah sistem rangkaian reaktor-reaktor PFR
tadi adalah reaktor tunggal PFR dengan volume V.
Untuk reaktor-reaktor PFR yang dipasang secara paralel atau secara paralel-seri,
dianggap pula sebagai sistem reaktor tunggal PFR dengan volume V sebagai
volume total dari seluruh reaktor yang dirangkaikan.
Dalam operasinya, feed (umpan) didistribusikan sedemikian rupa sehingga
nantinya apabila aliran-aliran fluida saling bertemu harus dalam kondisi
mempunyai komposisi yang sama.
V
 Dengan demikian untuk reaktor dengan rangkaian paralel maka atau  nya
FA
harus sama untuk setiap garis paralel.
Contoh Soal
Sistem rangkaian reaktor dipasang secara seri-paralel, terdiri dari 3 reaktor PFR,
dalam cabang 2 paralel seperti gambar berikut:

FAD Cabang D

FAD
Produk
FAE
Cabang E

Gambar 4.1. Skematik Reaktor Rangkai PFR-Seri Paralel

Teknik Reaktor 40
Cabang D mempunyai reaktor dengan volume 50  , diikuti reaktor dengan
volume 30  .
Cabang E mempunyai reaktor dengan volume 40 

Pertanyaan:
banyak umpan yang sebaiknya dialirkan ke cabang D

Penyelesaian:
Dari gambar, cabang D terdiri dari dua reaktor dalam seri, dapat dianggap single
reactor dengan volume: VD = 50  + 30  = 80 
V
Kemudian, untuk reaktor-reaktor dalam rangkaian paralel, harus identik, bila
FA
konversi untuk setiap cabang diharuskan sama.
V  V 
Sehingga:   harus sama dengan  
 FA  D  FA  E
V  V 
   =  
 FA  D  FA  E
F V 80
 AD  D  2
FAE VE 40
 FAD = 2 FAE
 Berarti: 2 total umpan harus diumpankan ke cabang D.
3
4.3.2. Reaktor CSTR
Apabila dalam reaktor PFR, konsentrasi reaktor akan menurun secara bertahap
sepanjang sistem PFR., maka untuk reaktor CSTR, konsentrasi reaktor akan
menurun dengan segera ke suatu harga yang rendah. Pada sistem dengan N
reaktor CSTR, yang dirangkaikan secara seri, maka penurunan konsentrasi di
dalam sistem reaktor ini dapat dijelaskan sbb:

CA0 sistem reaktor CSTR, dengan N > 30  identik dengan flug flow

1
sistem reaktor CSTR, dengan N = 5
2
CS
3
sistem reaktor CSTR tunggal atau N = 1
4

5
CA
volume sistem reaktor

Gambar 4.2. Profil Konsentrasi Reaktan dalam CSTR Rangkai Seri

Teknik Reaktor 41
Profil konsentrasi komponen melewati N tahap dari sistem reaktor CSTR,
dibandingkan dengan aliran pada reaktor tunggal.
Di sini setiap reaktor CSTR mempunyai volume sama, dan dianggap konsentrasi
adalah uniform di dalam setiap reaktor. Pada gambar ditunjukkan bahwa
penurunan konsentrasi terjadi secara bertahap dari reaktor ke reaktor berikutnya.
Sehingga untuk kondisi sistem rangkaian CSTR secara seri dengan sejumlah
besar unit reaktor CSTR yang saling berdekatan, maka karakter sistem akan
mendekati karakter reaktor PFR.

Contoh sistem rangkaian CSTR berukuran sama dengan rangkaian seri:

CA1, XA1 CA2, XA2 CAi-1, XAi-1 CAi, XAi CAN-1, XAN-1
CA0, XA0 = 0
FA0, QV0

AP
6 C1, 1 CN, N
C2, 2 Ci, i CAN
k
XAN
QV
Gambar 4.3. Skematik Reaktor CSTR Rangkai-Seri

Contoh untuk Reaksi Orde Satu


Dari persamaan neraca material untuk CSTR:
C .V V
 = A0 
FA0 QV
C .V
 ζi  A0 i
FA0
V
= i
QV
C .X  XA0
 = A0 A
( rA )
C (X  Xi1 )
 ζi  A0 i
( rA )
Pada kondisi  sistem konstan penulisan persamaan Space Time ini dapat dalam
bentuk konsentrasi seperti berikut:
 C   C  1 
CA0  1  Ai    1  Ai 
 CA0   CA0 
 i =
kCi
 C  CAi CA0  CAi  1 
 kCi i = CA0  A0  
 C A0 CA0 
 kCi i = CAi-1 - CAi
 CAi-1 = kCAi i + CAi

Teknik Reaktor 42
CAi-1 = CAi (ki + 1)
C berlaku untuk setiap sistem reaksi
 Ai1 = ki + 1 pada reaktor ke i
CAi
CAi1
= 1 + kI (4-3)
CAi

Apabila space time  berharga sama pada semua reaktor berukuran yang sama
(=Vi) maka:
CA0 CA1 CA2 C C
. . ............. N 1  (1  kζi ) N  A0
CA1 CA2 CA3 CN CAN
C
 A0  (1  kζi ) N akan menghasilkan CAN minimum
CAN
1
 CA0  N
   1  kζi
 CAN 
1
 CA0 N
   1
 CAN 
 i =
k
 1 
N  CA0  N 
  total = Ni =    1 (4-4)
k  CAn 
 

Contoh soal:
Suatu proses reaksi orde dua, 90% reaktor A terkonversi menjadi produk
di dalam reaktor CSTR. Kemudian direncanakan untuk menempatkan
reaktor kedua yang sejenis untuk dirangkaikan secara seri dengan
reaktor pertama
Pertanyaan:
1) Pada proses yang sama, apakah penambahan reaktor tadi akan
mempengaruhi terhadap konversi reakton
2) Pada hasil konversi yang sama (90%), berapa laju alir volume yang
harus diberikan.
Penyelesaian:
1) Dengan bantuan grafik, untuk single reaktor pada XA = 90%
sehingga 1 - XA = 0.1, diperoleh kCA0 = 90
Dengan penambahan reaktor sejenis  N = 2,  space time akan
menjadi 2 kali lebih besar,  kCA0 = 2 x 90 = 180
Pada N = 2, diperoleh 1 - XA = 0.027
 XA = 0,973 (97,3%)

Teknik Reaktor 43
2) Apabila konversi dikehendaki sama (90%), dengan jumlah reaktor
N-2, berarti 1 - XA = 0.1. Dari grafik diperoleh harga kCA0 = 27.5
kCA0 ζ N 2 ζN 2
 
kCA0 ζ N 1 ζN 1
,
= = = 0.305

VN=2 = 2.VN=1
 2 VN 1 
 Q 
 V  N 2
  0.305
 VN 1 
 QV  N 1

2 
 Q 
 V  N 2
  0.305
1 
 Q 
 V  N 1
2QV N 2
  0.305
QV N 1
QV N 2
  6.6
QV N 1
Sehingga laju alir volume yang harus diberikan apabila tangki berjumlah 2 namun
harga XA tetap sebesar 90% adalah sebesar 6.6 kali QV semula (apabila tangki
hanya 1)

Penyelesaian secara analitis

a) Apabila reaktor berjumlah 1

Dari neraca material, FA0 = FA1 + (-rAV)


FA0 = FA1 + kCA12V
QVCA0 = QVCA1 + kCA12V
CA0 = CA1 + kCA12
CA0 - CA1 = kCA12
CA0XA1 = kCA02 (1-XA1)2
XA1
= kCA0
1  XA1 2
0.9
 kCA0 =  90
1  0.92
b) Apabila reaktor berjumlah 2
Dari persamaan neraca material pada reaktor II:

Teknik Reaktor 44
FA1 = FA2 + k2CA22V
QVCA1 = QVCA2 + k2CA22V
CA1 = CA2 + k2CA02 (1-XA2)22
CA1 - CA2 = k2CA02 (1-XA2)22
CA0(1-XA1) - CA0 (1-XA2) = k2CA02 (1-XA2)22
CA0 (1-XA1 - 1 + XA2) = k2CA02 (1-XA2)22
XA2 - XA1 = k2CA0 (1-XA2)22
X  XA1
 kCA02 = A2
1  XA2 2
X  0.9
90 = A2
1  XA2 2
 XA2 = 0.973

4.3.3. Penentuan Sistem Reaktor Terbaik untuk XA yg Telah Ditentukan

Penentuan Sistem reaktor terbaik dapat berkaitan dengan faktor ekonomi yang
dapat ditentukan melalui ukuran reaktor dan kapasitas produksi per satuan waktu.
Apabila ingin menentukan ukuran minimum dari dua reaktor CSTR yang
dirangkaikan secara seri untuk diperoleh suatu harga konversi tertentu
Misal rangkaian sebagai berikut:

X=0 XA1 XA2 XA1


atau
CA0 CA0
FA0 FA0
1, V1 2, V2 XA0 1, V1 2, V2

Dari persamaan neraca untuk CSTR

FAV = FA1 + (-rAV) misal untuk orde 2


 QV0.CA0 = QVCA1 + k2CA12.V
QV0 .CA0  QV .CA1
 V1 = 2
k1 CA1
QV (CA0  CA1 )
= 2
k1 CA0 (1  XA1 ) 2
QV CA0 XA1 )
= 2
k1 CA0 (1  XA1 ) 2
QV .XA1 )
V1 =
k1 CA2 (1  XA1 ) 2
Q C  QV2 CA2
 V2 = V1 A1 2
k2 CA2

Teknik Reaktor 45
QV (CA1  CA2 )
= 2
k2 CA2
QV (CA0 (1  XA1 )  CA0 (1  XA2 ))
= 2
k2 CA0 (1  XA2 ) 2
QV CA0 1  XA1   (1  XA2 )
= 2
k2 CA0 (1  XA2 ) 2
QV (XA2  XA1 )
V2 =
k2 CA0 (1  XA2 ) 2
QV .XA1
V1 k.CA0 (1  XA1 ) 2
 
V2 QV (XA2  XA1 )
k2 CA0 (1  XA2 ) 2

*Sedang sebagai V total kedua reaktor:


Vtot = V1 + V2
QV XA1 QV (XA2  XA1 )
= 
k.CA0 (1  XA1 ) 2 k2 CA0 (1  XA2 ) 2
QV  XA1 XA2  XA1 
=   
CA0  k1 (1  XA1 ) 2
k2 (1  XA2 ) 2 

Volume total ini digunakan untuk memperoleh harga Vtot minimum, dengan cara
membuat turunan pertama dari Vtot terhadap XA kemudian disama dengankan nol
maka akan diperoleh hubungan:
(1-XA2)2 < k1/k2 < (1 + XA2)/(1 – XA2), sebagai syarat batas untuk
mendapatkan suatu harga di mana 0 < XA1 < XA2 dengan Vtot mempunyai harga
terkecil.
Syarat tersebut di atas dapat dicapai apabila:
k1 (1  XA2 ) 2 (1  XA2 )
1)  (4-5)
k2 (1  XA1 ) 3
2) Besar konversi di tangki I tidak akan pernah melebihi konversi di tangki II

Tabel di bawah ini merupakan hasil penerapan dari perumusan di atas untuk
membuat rangkaian reaktor secara seri dengan berbagai variasi perbandingan k1
dan k2 pada nilai XA2 yang dikehendaki = 0.9, yang kemudian secara matematis
diperoleh perbandingan V1 dan V2 dalam jumlah V total minimum.

Tabel 4.1 Volume tot minimum dua CSTR yang dipasang Seri untuk XA2 = 0.9
pada harga k1 antara 0.10 -1
k2

Teknik Reaktor 46
k1/k2 XA1 V1 + V2 V1/V2
0.1 0.472 6.0 0.4
0.2 0.572 9.7 0.47
0.5 0.677 17.6 0.59
0.75 0.716 22.7 0.64
1.0 0.741 26.9 0.69 XA2 = 90%
1.33 0.764 31.9 0.75
2.0 0.792 39.9 0.85
5.0 0.845 62.7 1.30
10 0.877 81.0 2.47

Tabel 4.2 volume tot. minimum dua CSTR yang dipasang seri untuk XA2 =
0.5 pada harga k1 antara 0.5 -2
k2
k1/k2 XA1 V1 + V2 V1/V2
0.5 0.165 0.9 0.35
0.75 0.253 1.2 0.61
1.00 0.311 1.4 0.86 XA2 = 50%
1.33 0.365 1.6 1.26
2.0 0.436 1.9 2.67

4.3.4. Reaktor Dengan Sistem Daur Ulang

Operasi reaktor dengan melakukan daur ulang dilakukan bila output dari reaktor
masih banyak mengandung reaktan yang belum terkonversi. Besar daur ulang
dinyatakan dengan notasi R = recycle ratio merupakan perbandingan antara
volume campuran yang dikembalikan dan volume campuran output dari reaktor.
Di sini akan ditinjau terhadap reaktor PFR.

Harga R dapat bervariasi dari 0 hingga ~


QV0 = (R+1)QVf
1
FA0 0 1 FA0 2 XA2 QVf
QV0 FA1 = FA01 QV2 XAf = XA-2
XA0 = 0 QV1 FA2
XA1 3 QV3 = R.QVf
FA3
3 FA3 3
Gambar 4.4. Skematik ReaktorQdengan
V3 = RQdaur
Vf Ulang

dimana:
QV0 = laju alir volume umpan awal, sebelum penambahan 'recycle'
FA0 = laju alir molar komponen A awal, sebelum penambahan/ penggabungan
dengan recycle
KA0 = derajat konversi A dalam umpan awal
FA1 = laju alir molar komponen A masuk ke dalam reaktor setelah ada
penambahan recycle

Teknik Reaktor 47
FA0 = laju alir molar komponen A masuk ke dalam reaktor setelah ada
penambahan recycle, bila seandainya tidak terjadi konversi di dalam
reaktor
FA3 = laju alir molar komponen A yang di recycle
QV3 = laju alir volume recycle sistem
QVf = laju alir volume output dari sistem reaktor
XA1 = derajat konversi A pada aliran masuk ke dalam reaktor
XA2 = derajat konversi A output dari reaktor
R = recycle ratio
Q
= V3
QV7

Persamaan dasar PFR:


XA
dXA
V  FA0 
0
( rA )

Dalam kasus ini, apabila ditinjau terhadap kondisi: seandainya di dalam reaktor
tidak/belum ada komponen A yang terkonversi, maka persamaan dasar menjadi:
XAf
1 dXA
V  FA0  ( rA )
XA1

Dimana:

FA01 = molar A yang terkandung dalam umpan awal + molar A yang bisa ada
dalam recycle pada kondisi tidak terkonversi
= FA0 + R FA0
Q F
= (1 + R) FA0  R = VS  A3
QVf FAf
Besar konversi XA1, konversi A yang masuk ke dalam reaktor dicari melalui
F
CA1 = A1
QV1
F F F F FA0  RFA0 (1  XAf )
= A0 A3  A0 A3 
QV0  QV3 QV0  QVf QV0  RQV0 (1  εA XAf )
FA0  1  R 1  XAf 

QV0 1  R 1  εA XAf 
CA0  1  R1  XAf 
CA1 
1  R1  εA XAf 

CA0 (1  XA )
* Dari persamaan umum CA =  bila  = 1
(1  εA XA )

Teknik Reaktor 48
CA (1  XA )  R 
   XA1 =  XAf
CA0 (1  εA XA )  R 1 
CA1 (1  XA1 )

CA0 (1  εA XA1 )
Sehingga:
XAf
1 dXA
V  FA0  ( rA )
XA1
Menjadi:
XAf
dXA
V  (R  1)FA0  ( rA )
 R 
  XAf
 R 1 

* Untuk kondisi volume tetap dapat dinyatakan dalam bentuk konsentrasi:


V V
=  .CA0
QV0 FA0

CAf
dCA
= - (R + 1)
CA0

 XC ( rA )
Af
R 1
Untuk R = 0
XAf
dXA
V = FA0  ( rA )
 bentuk/performansi seperti PFR
0
Untuk R = ~
XAf
V = FA0  bentuk/performansi seperti CSTR
 rAf

Untuk reaksi orde 1 dimana  = 0


kζ  CA0  RCAf 
 n  
R 1  (R  1)CAf 

Untuk reaksi orde 2 dimana  = 0


kCA0 ζ CA0 (CA0  CAf )
 (4-6)
R 1 CAf (CA0  RCAf )

4.4. Penutup

Reaktor rangkai akan memberikan karakter-karakter yang menarik untuk setiap


corak rangkaian baik secara seri maupun parallel untuk reactor2 sejenis atau tidak
sejenis ataupun reactor2 dengan ukuran sama ataupun beda. Hasil perhitungan
dari hubungan antara waktu reaksi dan kualitas produk seperti tertera pada

Teknik Reaktor 49
formulasi dapat memberikan informasi sebagai dasar corak rangkaian mana yang
akan digunakan, disamping pertimbangan2 yang lain.

REFFERENSI:
1. Denbigh, K.G., & Turner J.C.R., 1984, “Chemical Reactor Theory”,
Cambridge University Press, New York
2. Fogler H.,S., 2005 “Elements of Chemical Reaction Engineering”, Prentice
Hall International
3. Levenspiel, O., 1998 “Chemical Reaction Engineering”, John Willey & Sons

Teknik Reaktor 50

Anda mungkin juga menyukai