Anda di halaman 1dari 18

Elektromagnetik I 1

Ir.Fachrudin, MT
ELEKTROMAGNETIK I
Ir. Fachrudin, MT

HUKUM COULOMB
Gaya antara dua benda yang sangat kecil dalam ruang hampa terpisah pada jarak yang
besar dibandingkan dengan ukurannya, berbanding lurus dengan muatan masing-masing
benda tersebut serta berbanding terbalik dengan jarak kwuadrat.

Q1Q2
F k
R2
dimana: Q1 dan Q2 adalah besar muatan (+ atau -) (C = Coulomb)
R adalah jarak (m = meter)
F adalah gaya (N = Newton)
1
k adalah tetapan pembanding, k 
4 0
1
 0  8.854  1012  10 9 F/m
36
F2
QQ
F  1 22 R12 = r1 – r2
4 0 R R12 Q2
a12
r2
Q1
r1
Origin
Q1Q2
F2  a
2 12 a12 merupakan vector satuan dalam arah R12
4 0 R12
R12 r r
a12   2 1
R12 r2  r1
Contoh: dalam vakum
Q1 = 3 x 10-4 C pada titik P (1, 2, 3)
-4
Q2 = -10 C pada titik P (2, 0, 5)
Tentukan F2

Jawab:
R12 = r2 – r1 = (2-1)ax + (0-2)ay + (5-3)az = ax - 2ay + 2az
R12  12  22  22  9 3
ax - 2ay  2az
a12 
3
3  104 ( 104 ) ax - 2ay  2az  ax - 2ay  2az 
F2  atau F2  30 N
4 (1 36 )10 9  9 3  3 
Besarnya gaya adalah 30 N dan arahnya ditentukan oleh vektor satuan yang dibiarkan
dalam tanda kurung untuk menunjukkan besar vektor tersebut.
Gaya pada Q2 juga dapat dipandang sebagai gaya dengan tiga komponen
F2  10ax  20ay  20az N

Gaya yang dinyatakan dalam hukum Coulomb merupakan gaya timbal balik, karena
masing-masing muatan tersebut mengalami gaya yang besarnya sama, tetapi arahnya
berlawanan
Q2Q1 Q1Q2
F2   F1  a 
2 21
a
2 12
4 0 R21 4 0 R12
Elektromagnetik I 2
Ir.Fachrudin, MT
INTENSITAS MEDAN LISTRIK
Gaya vektor yang bertumpu pada suatu satuan muatan uji yang positif
Q1Qt
Ft  a
2 1t
4 0 R1t
Ft Q1
 a1t N m/C
Qt 4 0 R1t 2
F Q1
E t  a1t V/m
Qt 4 0 R1t 2
Q Q
E aR  a R V/m
4 0 R 2
4 0 r 2 E
Q
Er  V/m
4 0 R 2 R = r – r’ P(x,y,z)
r
Q(x’,y’,z’)
r’
Origin
Q Q r  r' Q (r  r ' )
Er  aR  
4 0 R
2
4 0 r  r '
2
r  r ' 4 0 r  r ' 3

Er 

Q ( x  x' ) a x  ( y  y ' ) a y  ( z  z ' ) a z 

4 0 ( x  x' ) 2  ( y  y ' ) 2  ( z  z ' ) 2  3
2

INTENSITAS MEDAN LISTRIK DARI n MUATAUN TITIK


Q1 Q2 Qn
Er  2
a1  2
a 2  ...  2
an
4 0 r  r1 4 0 r  r2 4 0 r  rn
Elektromagnetik I 3
Ir.Fachrudin, MT
MEDAN DISTRIBUSI MUATAN VOLUME
Kerapatan muatan volume diukur dalam Coulomb per meter kubik (C/m3)
Sejumlah kecil muatan Q dalam volume kecil v ialah : Q = v v
Q
Maka  v  lim
v  0 v
Muatan total di dalam tabung lingkaran didapatkan dengan menghitung
Q  dQ   
vol vol
v dv

Contoh: z

Z = 4 cm
5
 v  5e 10 z C / m3
Z = 2 cm

x
Muatan total dalam berkas elektron yang panjangnya 2 cm seperti pada gambar di atas
5
  5  10 6 e 10 z C/m3
0.04 2 0.01

    5  10
5
z
Q 6
e 10  dddz
0.02 0 0

integrasi pertama terhadap  (karena lebih mudah dilakukan lebih dahulu)


0.04 0.01

   10
5
z
Q 5
e 10  ddz
0.02 0

Kemudian terhadap z
z  0.04
0.01
  10 5  10 5 z 
Q 
0

  10 
5
e d 
 z  0.02
0.01

  10  (e  4000  e  2000 )d


10
Q
0

Akhirnya
0.01
 e 4000  e 2000  
Q  10 10    
  4000  2000 0
atau
 1 1  
Q  1010     pC
  4000  2000  40
Elektromagnetik I 4
Ir.Fachrudin, MT
MEDAN MUATAN GARIS
z
dQ=LdL
aR

L R

P dE
y
dEz
x L dE

 L dL
dE  aR atau
4 0 R 2
 dL  dL y  dL
dE  L 2 sin   L 2  L 3
4 0 R 4 0 R R 4 0 R

dengan mengganti R2 dengan L2 + 2



 L dL
E  
  4 0 ( L   )
2 2 3/ 2

Pengintegralan dengan tabel integral atau perubahan perubah L =  cot , menghasilkan



L  1 L 
E  2 
4 0   L2   2 
  
L
E 
2 0 
Elektromagnetik I 5
Ir.Fachrudin, MT
MEDAN MUATAN GARIS
(Kasus Lain: dalam koordinat kartesian)

z
Titik 1
dQ=LdL
aR
R
Titik 2
P(x,y,z)

y
x
y

Misal: Titik 1 = (x1,y1,z1)


Titik 2 (P) = (x2,y2,z2)

maka Vektor R = (x2-x1)ax + (y2-y1)ay + (z2-z1)az


R = Xax + Yay + Zaz
Besar R  X 2
 Y 2
 Z 2

Xa x  Ya y  Za z
aR 
X 2 Y2  Z2
dL = dz

 L dL  L dz
dE  aR atau E aR
4 0 R 2 4 0 R 2

 L dz  Xa  Ya  Za    dz Xa  Ya  Za  

 4  X   X  Y  Z   4  X  Y  Z 
x y z L x y z
E 1 3
 0
2
Y2  Z2 2 2 2 2

0
2 2 2 2

 L   Xa x dz 
Ya y dz  
Za z dz
E      3 
 
4 0  X 2  Y 2  Z 2  3
2  X 2
Y2  Z2  3
2   X 2  Y 2  Z 2 2  
  
dz

dz

Zdz 
E L  Xa x   Ya y   az  3 
4 0  
 X  Y  Z
2 2 2
 3
2  X 2
Y2  Z2  3
2   X 2  Y 2  Z 2 2  
 

    

 Xa 1 Z 1 Z
   Ya   
 x ( X 2  Y 2 )  2 2 2   y ( X 2  Y 2 )  2 2 2  
   X  Y  Z     X  Y  Z   
E L  
4 0  


 1
a z   
  X 2  Y 2  Z 2  
   
L 
 1   1  

E  Xa x 1  1   Ya y  1  1    a z  0  0   
4 0 

2 2
(X Y )  
2 2
(X Y )  

 L  2 Xa x   2Ya y  
E   
4 0  ( X 2  Y 2 )   ( X 2  Y 2 )  
 L 2 Xa x  2Ya y  2( Xa x  Ya y )
E  L
4 0 ( X  Y )
2 2
4 0 ( X 2  Y 2 )
 L ( Xa x  Ya y )
E
2 0 ( X 2  Y 2 )
Elektromagnetik I 6
Ir.Fachrudin, MT
MEDAN MUATAN GARIS
(Kasus Lain: konversi koordinat kartesian menjadi koordinat silender)

z
Titik 1
dQ=LdL
L-z aR
R
L
Titik 2
P(,,z)

y
x  

Misal: Titik 1 (,,z) = (x,y,z) = (0,0,0) merupakan titik acuan.


Medan Listrik pada muatan garis tidak berubah terhadap  (sudut) dan koordinat yang
sejajar terhadap muatan garis tersebut dalam hal ini sumbu z.
Bila Titik 2 (P) diketahui dalam koordinat kartesian (x,y,z)
Maka koordinat kartesian (x,y,z) yang perlu dikonversi dalam Koordinat Silender/Tabung
(,,z) hanya pada jari-jari () sehingga:
 2  x2  y 2
  x2  y 2
posisi sudut 2 dianggap berada pada sudut 00 yang berarti sefasa/sejajar dengan posisi 1
sehingga selisih sudut (2 - 1) = 0 dan vektor satuan a sama dengan nol atau diabaikan.
maka Vektor R =  a - (L-z)az
vektor satuan dalam arah az masih muncul dalam vektor R karena untuk menunjukkan
posisi titik P terhadap titik acuan (titik 1).
Besar R   2  ( L  z ) 2
a  ( L  z ) a z
aR 
 2  ( L  z )2

 L dL  L dL
dE  aR atau E aR
4 0 R 2 4 0 R 2

E 

 a  ( L  z)a    dL a  ( L  z)a 
 L dL 


 z L  z

4    ( L  z )     ( L  z )  4    ( L  z ) 
2 2 1 3
2 2 2 2 2 2
 0 
0
dimana dL = dz = d(L%z)
 L   dLa 
( L  z )az dL 
E    3 
 
4 0    2  ( L  z ) 2  3
2
    ( L  z ) 
2 2 2

 L   dL 
( L  z )dL 
E a   2  az  3 
 
4 0      ( L  z ) 2  3
2
  
 2  ( L  z ) 2 2 
  

 

L  1 (L  z) 1 
E  a  2   az  
4 0      ( L  z )    
2 2
  ( L  z )    
2 2
 
L  2  L
E a   az (0)  2  a
4 0   0
Elektromagnetik I 7
Ir.Fachrudin, MT
MEDAN MUATAN BIDANG
z

dy

y
S


R  x2  y2
P(x,0,0)
x

 S dy S xdy
dE x  cos  
2 0 x  y 2 2 2 0 x  y 2
2


S xdy S y 
Ex 
2 0 x

2
y 2

2 0
tan 1
x 

S S
Ex  jika titik P dipilih pada sumbu x yang negatif, maka E x  
2 0 2 0

karena arah medan selalu menjauhi muatan positif, kesukaran dalam tanda ini biasasanya
diatasi dengan memakai vektor satuan aN yang arahnya keluar dari batang normal pada
bidang tersebut. Jadi

Ex  S aN
2 0

Jika satu lembaran kedua tak berhingga dari muatan yang kedua bermuatan negatif dengan
kerapatan -s ditempatkan pada bidang x = a, didapatkan medan total dengan
menjumlahkan sumbangan dari masing-masing lembaran muatan tersebut.
Pada daerah x > a;
 
E  s a x E   s a x E  E  E  0
2 0 2 0
dan untuk x < 0
 
E   s a x E   s a x E  E  E  0
2 0 2 0
dan jika 0 < x < a
  
E  s a x E  s a x E  E  E  s a x
2 0 2 0 0
Elektromagnetik I 8
Ir.Fachrudin, MT
KERAPATAN FLUKS LISTRIK
Eksreimen Michael Faraday
Sepasang bola logam sepusat (konsentris), bola luar terdiri dari dua belahan yang dapat
digabungkan dengan erat, bahan isolator (dielektrik) yang diisikan pada seluruh volume
antara kedua bola sepusat tersebut.
Langkah-langkah eksperimen:
1. Dengan membuka bagian luar, bola bagian dalam diisi dengan muatan positif yang
diketahui besarnya.
2. Kedua belahan bola luar digabungkan dengan erat setelah ruang diantara kedua bola
tersebut yang tebalnya kira-kira 2 cm diisi dengan bahan dielektrik.
3. Bola luar dihilangkan muatan listriknya dengan menghubungkannya sebentar pada
bumi.
4. Bola luar tersebut dipisahkan kembali dengan hati-hati dengan menggunakan alat
yang terbuat dari isolator supaya tidak mengganggu muatan induksinya dan muatan
induksi negatif yang terdapat pada kedua belahan bola kemudian diukur.
Faraday menemukan bahwa muatan total pada bola luar sama besarnya dengan muatan
semula yang ditempatkan pada bola dalam dan hal ini selalu berlaku tak tergantung dari
bahan dielektrik yang terdapat diantara kedua bola tersebut.
Kesimpulannya bahwa terdapat semacam ”perpindahan” dari bola dalam ke bola luar yang
tidak tergantung dari mediumnya dan dinamakan perpindahan, pergeseran, fluks
perpindahan atau fluks listrik.
Eksperimen Faraday juga menunjukkan bahwa jika muatan positif yang terdapat pada bola
dalam makin banyak maka muatan tersebut akan menginduksi muatan negatif yang harga
mutlaknya makin besar pula dan menghasilkan perbandingan yang lurus antara fluks listrik
dengan muatan yang terdapat pada bola dalam tersebut.
Jika fluks listrik dinyatakan dengan  dan muatan total bola dalam dengan Q maka:
=Q

Insulating or
Metal Dielectric
-Q
Conducting Material
Spheres +Q
r=a
r=b

Dengan memperhatikan gambar di atas, kerapatan fluks listrik mempunyai arah radial dan
besarnya adalah:
Q
D r a  ar (bola dalam)
4a 2
Q
D r b  ar (bola luar)
4b 2
dan pada jarak radial r, dengan a ≤ r ≤ b
Q
D ar
4r 2

Dengan mengingat intensitas medan listrik radial dari sebuah muatan titik dalam ruang
hampa yaitu:
Q Q
E aR  a R V/m
4 0 R 2
4 0 r 2

maka dalam ruang hampa:


D  0E
Elektromagnetik I 9
Ir.Fachrudin, MT
Untuk distribusi ruang yang umum dalam ruang hampa:
dv
E  aR
vol 4 0 R
2

Hubungan ini diturunkan dari muatan titik, dengan cara yang sama didapatkan:
dv
D  aR
vol 4R
2

Generalisasi dari eksperimen Faraday mengarah pada pernyataan yang terkenal dengan
Hukum Gauss:
Fluks Listrik yang menembus setiap permukaan tertutup sama dengan muatan total yang
dilingkupi oleh permukaan tersebut:
   Ds  dS  muatan yang dilingkupi  Q
s

Muatan yang dilingkupi dapat terdiri dari beberapa muatan titik:


Q Q n

atau muatan garis:


Q  L dL
atau muatan permukaan:
Q 
S
s dS

atau distribusi muatan ruang:


Q
vol
 v dv
Elektromagnetik I 10
Ir.Fachrudin, MT
PEMAKAIAN HUKUM GAUSS
Sebagai contoh pada muatan garis serbasama yang mempunyai distribusi L pada sumbu z.

L L
Line charge

Komponen radial D yang ada hanya:


D  D  a  dan komponen ini hanya fungsi 

dengan memakai Hukum Gauss:


Q  D  dS  D
tab
S  dS  0  dS  0  dS
pinggir atas bawah

L 2
Q  DS   ddz  D
z 0  0
S 2L

dan diperoleh:
Q
DS  D  
2L

Jika dinyatakan dalam kerapatan muatan garis L muatan total yang terlingkupi adalah:
Q  LL

menghasilkan:
L
D
2

atau

L
E 
2 0 
Elektromagnetik I 11
Ir.Fachrudin, MT
Contoh lain : Pada kabel sesumbu (koaksial)

Conducting
=a Cylinders

=b
Pertimbangan yang berdasarkan kesimetrian menunjukkan bahwa hanya komponen D
yang ada dan komponen tersebut hanya merupakan fungsi dari .
Tabung lingkaran yang panjangnya L dan berjejari  dimana a <  < b dipilih sebagai
permukaan gauss dan didapatkan:
Q  DS 2L
Muatan total pada konduktor dalam yang panjangnya L ialah:
L 2
Q  
z 0  0
S addz  2aL S

maka diperoleh:
a S a S
DS  D a (a <  < b)
 
Hasil ini dapat dinyatakan dalam muatan per satuan panjang, karena konduktor dalam
bermuatan 2  a S Coulomb jika panjangnya 1 m, jadi dengan menuliskan L = 2  a S
atau S = L / 2  a
didapatkan :
L
D a
2
Hasil ini mempunyai bentuk yang sama dengan muatan garis takberhinga.
Hasil yang diperoleh juga berguna untuk kabel sesumbu yang panjangnya berhingga yang
kedua ujungnya terbuka, asal panjang L jauh lebih besar dari jejari b sehingga
ketaksimetrian kedua ujung tersebut tidak begitu mempengaruhi pemecahan soal. Alat
semacam ini disebut juga kapasitor sesumbu.
Maka muatan total pada permukaan tersebut adalah:
Qtab.luar  2aL S ,tab.dalam
dan muatan permukaan pada tabung luar adalah:
a
2bL S ,tab.luar  2aL S ,tab.dalam atau  S ,tab.luar    S ,tab.dalam
b
Pada  > b , muatan total yang dilingkupinya menjadi nol, karena terdapat muatan yang
besarnya sama tetapi tandanya berlawanan pada masing-masing tabung konduktor.
0  DS 2L ( > b)
DS  0 ( > b)

Hasil yang sama akan diperoleh untuk  < a. Jadi kabel sesumbu atau kapasitor sesumbu
tidak mempunyai medan luar (telah dibuktikan bahwa konduktor luar terlindung), dan tidak
ada medan pada bagian dalam dari tabung pusat (dalam).
Elektromagnetik I 12
Ir.Fachrudin, MT
ENERGI DAN POTENSIAL
Intensitas medan listrik didefinisikan sebagai gaya yang bertumpu pada muatan uji satuan
pada titik yang ingin didapatkan harga medan vektornya. Jika dicoba menggerakkan
muatan uji tersebut melawan medan listrik berarti harus mengerjakan gaya yang sama besar
tetapi arahnya berlawanan dengan gaya yang dikerjakan oleh medan; ini berarti
memerlukan energi atau harus melakukan kerja. Jika diinginkan memindahkan muatan
tersebut dalam arah medan maka energi yang diperlukan menjadi negatif atau tidak
melakukan kerja, medanlah yang melakukan kerja.
Misalnya diinginkan memindahkan muatan Q sejarak dL dalam medan listrik E.
Gaya pada Q yang ditimbulkan oleh medan listrik adalah:

FE = QE

Dimana subskripnya mengingatkan bahwa gaya tersebut ditimbulkan oleh medan.


Komponen gaya ini dalam arah dL yang harus diatasi adalah:

FEL = FE  aL = QE  aL
dengan aL menyatakan vektor satuan dalam arah dL

Gaya yang harus diterapkan adalah sama besar dan berlawanan arah dengan gaya yang
ditimbulkan oleh medan

Fpakai = -QE  aL

Dan energi yang harus disediakan besarnya sama dengan perkalian gaya dengan jaraknya.
Kerja differensial oleh sumber luar untuk menggerakkan Q adalah:
-QE  aL  dL = -QE  dL
atau
dW = -QE  dL

Jumlah kerja differensial yang diperlukan dapat menjadi nol dalam beberapa kondisi jika E,
Q atau dL sama dengan nol tetapi yang lebih penting adalah jika E dan dL saling tegak
lurus.
akhir

Maka: W  Q  E  dL
awal

A final position

EL6 ΔL6

E6
EL5 ΔL5

EL4 E5
ΔL4

EL3 E4
ΔL3

E3
EL2 ΔL2

E2
ΔL1
EL1

E1
B
Initial position

Kedudukan awal B ke kedudukan akhir A


Lintasan dibagi menjadi 6 segmen (ΔL1, ΔL2, ΔL3, ...., ΔL6)
EL adalah komponen E sepanjang tiap segmen dL (EL1, EL2, ..., EL6)
Elektromagnetik I 13
Ir.Fachrudin, MT
Besarnya kerja yang diperlukan untuk memindahkan muatan Q dari B ke A pendekatannya
adalah:
W  Q( E L1 L1  E L 2 L2  ...  E L 6 L6 )
atau dengan memakai notasi vektor
W  Q( E1  L1  E 2  L2  ...  E 6  L6 )

karena medan serba sama: E1 = E2 = E3 = ... = E6 = E


W  QE  (L1  L2  ...  L6 )

padahal vektor dari titik awal B ke titik akhir A adalah LBA


jadi : W  QE  LBA (E serbasama)

dalam bentuk integral:


A A
W  Q  E  dL untuk medan serbasama W  QE   dL
B B
hasil integral terakhir menjadi LBA, jadi:
W  QE  LBA

dL  dxa x  dya y  dza z (Koordinat Kartesian)


dL  da   da  dza z (Koordinat Tabung)
dL  drar  rd a  r sin da (Koordinat Bola)

contoh:
Medan takserbasama : E = y ax + x ay + 2 az
Posisi B (1,0,1)
Posisi A (0.8, 0.6, 1)

Kerja yang diperlukan untuk membawa muatan 2 C sepanjang busur lingkaran yang pendek
dari lingkaran adalah:
Dengan memakai koordinat kartesian, lintasan differensial dL adalah:
dL = dx ax + dy ay + dz az

dan integralnya menjadi:


A
W  Q  E  dL
B
A
W  2  ( ya x  xa y  2az )  (dxa x  dya y  dza z )
B
0.8 0.6 1
W  2  ydx  2  xdy  4  dz
1 0 1

dengan memakai persamaan lingkaran:


x2 + y2 =1
y  1 x2 dan x  1 y2
maka diperoleh:
0 .8 0 .6
W  2  1  x dx  2  1  y 2 dy  0
2

1 0


W   x 1  x  sin 2 1
 
.08
x 1  y 1  y 2  sin 1 y 
.06

W  (0.48  0.927  0  1.571)  (0.48  0.644  0  0)  0.96 J


Elektromagnetik I 14
Ir.Fachrudin, MT
Bila dipilih garis lurus dari B ke A maka harus ditentukan lebih dulu persamaan garis lurus.
Dua dari tiga persamaan bidang di bawah ini yang menyatakan persamaan bidang yang
melalui garis lurus.
Cukup untuk mendefinisikan garis tersebut:
y  yB z  zB x  xB
y  yB  A (x  xB ) ; z  z B  A ( y  yB ) ; x  xB  A (z  zB )
x A  xB y A  yB z A  zB
dari persamaan pertama didapat
y  3( x  1)
dan dari persamaan kedua didapat
z=1
0.8 0.6 1

jadi: W  2  ydx  2  xdy  4  dz


1 0 1
0.8 0.6
 y
W  6  ( x  1) dx  2  1  dy  0.96 J
1 0
3

Kasus lain: Z z

Infinite line
L
charge L
1

1 2
dL=1 da dL=da

(a) (b)
Kerja yang diperlukan untuk membawa muatan positif Q melintasi lingkaran dengan jejari
1, yang berpusat pada muatan garis tersebut seperti pada gambar (a) adalah sama dengan
nol, karena lintasannya selalu tegak lurus pada intensitas medan listrik.
Unsur differensial dL dipilih dalam koordinat tabung dan lingkaran yang dipilih
mengharuskan d dan dz sama dengan nol, jadi dL = 1da
Kerja yang diperlukan menjadi:
akhir
L
W  Q  a   1 da
awal
2 0 1

akhir
L
W  Q 
awal
2 0
d (a   a )  0

Kerja yang diperlukan untuk membawa muatan dari 1 ke 2 sepanjang lintasan radial pada
gambar (b), dalam hal ini dL = d a
2
akhir
L  d
W  Q  a   da    Q  L
awal
2 0  1
2 0 
Q L 
W  ln 2
2 0 1
karena 2 lebih besar dari 1 maka ln (2/1) positif dan dapat dilihat bahwa kerja menjadi
negatif, hal ini menunjukkan bahwa sumber luar yang menimbulkan muatan tersebut
menerima energi.
Sebaliknya untuk untuk membawa muatan dari 2 ke 1
1
 d Q L  2
W  Q  L  ln
2
2 0  2 0 1
Elektromagnetik I 15
Ir.Fachrudin, MT
BEDA POTENSIAL
Serupa dengan pendefinisian intensitas medan listrik sebagai gaya persatuan uji maka
definisi beda potensial V sebagai kerja (oleh sumber luar) untuk memindahkan satu satuan
muatan positif dari suatu titik ke titik lain dalam medan listrik.
akhir
V   E  dL
awal
joule per coulomb

atau

A
V AB    E  dL Volt
B

VAB positif jika kerja diperlukan untuk membawa muatan positif dari B ke A
Jadi beda potensial antara titik 1 ke 2 adalah:
W  
V12   L ln 2
Q 2 0 1

Jika dicoba memakai definisi ini dengan mencari beda potensial antara titik A dan titik B
pada jarak radial rA dan rB dari muatan titik Q.
Dengan mamelih titik asal pada kedudukan muatan Q

Q
E  Er ar  ar
4 0 r 2
dan

dL  dra r

maka diperoleh:
rA
A
Q 1 1
V AB    E  dL      
B rB
4 0  rA rB 

Jika rB > rA beda potensial VAB menjadi positif yang menunjukkan bahwa diperlukan energi
oleh sumber luar untuk membawa muatan positif dari rB ke rA. Hal ini sesuai dengan
gambaran fisis yang menyatakan dua muatan sejenis selalu tolak-menolak.
rA
Q 1 1
A
VAB    E  dL        VA  VB
B rB
4 0  rA rB 
Elektromagnetik I 16
Ir.Fachrudin, MT
ARUS DAN KERAPATAN ARUS
Muatan listrik yang bergerak membentuk arus, Satuan arus adalah ampere (A) yang
didefinisikan sebagai laju aliran muatan yang melalui titik acuan (atau menembus suatu
bidang acuan) sebesar satu coulomb per detik.
Arus diberi lambang I, maka
dQ
I 
dt
Pertambahan arus I yang melalui pertambahan permukaan S yang normal pada
kerapatan arus adalah:
I  J n S dimana J adalah kerapatan arus (A/m2)
dan dalam hal kerapatan arusnya tidak tegak lurus pada permukaan
I  J  S
Arus total diperoleh dengan mengintegrasi
I  J S
S

Kerapatan arus dapat dihubungkan dengan kecepatan kerapatan muatan ruang pada suatu
titik.
Tinjauan unsur muatan: Q  v  SL

Q=v

x

S L

Q SL x
I    S I  Svx
t t t
di sini vx menyatakan komponen kecepatan.
Jika dinyatakan dalam kerapatan arus didapatkan
J  vx dan umumnya J  v
Dalam ruang hampa elektron akan dipercepat dan kecepatannya (energinya) akan terus
bertambah, dalam bahan kristal kelajuan gerak elektron dihalangi oleh tumbukan yang
terjadi terus-menerus dengan struktur kisi kristal yang tereksitasi termal, sehingga pada
akhirnya tercapai kecepatan rata-rata yang tetap. Kecepatan ini vd disebut kerapatan rimban
(drift velocity), dan berkaitan secara linier dengan mobilitas elektron dalam bahan tersebut.
Mobilitas dinyatakan dengan 
vd   e E
dengan e menyatakan mobolitas elektron dan menurut definisinya berharga positif.
Mobilitas diukur dalam satuan meter kuadrat per volt-detik; biasanya berharga:
0.0012 untuk aluminium
0.0032 untuk tembaga
0.0056 untuk perak

Jadi J    e e E
Dengan e menyatakan kerapatan muatan elektron-bebas dan berharga negatif.
Kerapatan muatan total  adalah nol karena dalam bahan yang netral muatan positif dan
muatan negatif terdapat sama banyak.
Elektromagnetik I 17
Ir.Fachrudin, MT
Hubungan antara J dan E dalm konduktor logam juga ditentukan oleh konduktivitas 
J  E

Dengan  diukur dalam mho per meter. Mho ialah 1 ampere per volt.
Konduktivitas dari beberapa logam, harga yang biasa dipakai dalam mho per meter.
3.82 x 107 untuk aluminium
5.80 x 107 untuk tembaga
6.17 x 107 untuk perak
maka konduktivitas dapat dinyatakan:     e e
I=JS
V 
S E
L
La a
I   J  dS  JS dan Vab    E  dL   E   dL   E  Lba  E  Lba
s
b b
I V L
atau V  EL jadi J   E   atau V  I
S L S

Rasio beda potensial antara antara ujung-ujung tabung dengan arus yang masuk dari ujung
yang lebih positif, dikenal dalam teori rangkaian pendahuluan sebagai resistansi (hambatan)
dari tabung tersebut, jadi
L
V  IR dengan R
S

KAPASITANSI

- S
M1

E d

M2
+ S

Bila beda potensial antara M1 dan M2 disebut V0 maka definisi kapasitansi sistem kedua
konduktor sebagai rasio dari besar muatan total dalam konduktor terhadap beda potensial
antara konduktor tersebut.
Q
C farad (F)
V0
s
dimana: Q   s S dan V0  d

Q S
jadi C  
V0 d
dimana :
 = 0 R
 = permitivitas
0 = permitivitas ruang hampa = 8.854187818 x 10 -12 F/m
R = permitivitas relatif atau tetapan dielektrik bahan (misal; R udara = 1)

Reference:
Engineering Electromagnetics, William H. Hyat, JR., 4th Edition, Mc Graw Hill Inc. New
York City.
Terjemahan; The Houw Liong, Ph.D, Elektromagnetika Teknologi, Jilid 1, Erlangga
Jakarta.
Elektromagnetik I 18
Ir.Fachrudin, MT
VEKTOR
Vektor B

az
ay
ax

Titik B : B(x, y, z)
Vektor B : B = Bx ax + By ay + Bz az
Besar B : B  Bx 2  By 2  Bz 2
B Bxax  Bya y  Bza z
Vektor satuan (aB)= aB  B 
Bx 2  By 2  Bz 2

PERKALIAN TITIK (DOT) B


A  B  A B cos AB
A B  B  A AB
A

a x  a x  a y  a y  az  az  1 B. A=[B][A]cos
ax  a y  a y  a x  a x  a z  a z  a x  a y  az  a z  a y  0
A  B  Ax Bx  Ay By  Az Bz
2
A  A  A2  A

PERKALIAN SILANG (CROSS)


A  B  a N A B sin  AB A

A = Ax ax + Ay ay + Az az B
B = Bx ax + By ay + Bz az
AxB
A x B = Ax Bx ax x ax + Ax By ax x ay + Ax Bz ax x az
+ Ay Bx ay x ax + Ay By ay x ay + Ay Bz ay x az
+ Az Bx az x ax + Az By az x ay + Az Bz az x az

dimana: ax x ay =az ay x ax =-az


ay x az =ax az x ay =-ax
az x ax =az ax x az =-ay
ax  ax  ay  ay  az  az  0
jadi
A x B = (Ay Bz - Az By) ax + (Az Bx – Ax Bz) ay + (Ax By – Ay Bx) az
Atau
ax ay az
A  B  Ax Ay Az
Bx By Bz

Anda mungkin juga menyukai