Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MIKROBIOLOGI

BACILLUS ANTHRACIS

Di susun oleh:
Ani Shinta
Mituhu Saputra
M. Bararoh

AKADEMI KEPERAWATAN
YAYASAN PERGURUAN DJUBLEG RANUATMADJA
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa,atas berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul BACILLUS ANTHRACIS dalam
rangka untuk memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah Mikrobiologi.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kata
kesulitan, tetapi berkat bantuan, bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti dalam
proses pembuatan makalah untuk generasi berikutnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diri para pembaca sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 28 Mei 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................ 1
C. Metodologi Penulisan.................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian...................................................................................... 2
B. Morfologi....................................................................................... 2
C. Fisiologi......................................................................................... 4
D. Anthrax.......................................................................................... 5
E. Ekologi.......................................................................................... 6
F. Penyakit Yang Ditimbulkan.......................................................... 7
G. Gejala............................................................................................. 8
H. Peranan Dalam Lingkungan.......................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tak terlihat bukan berarti tak ada. Di sekitar kita sangat banyak bakteri. Bahkan
sebenarnya kita sepenuhnya hidup di tengah-tengah lautan bakteri yang tidak
tampak. Bakteri berasal dari kata bakterion (yunani = batang kecil). Bakteri
adalah organisme bersel satu yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata
telanjang. Ukurannya dalam satuan micron (1/1000 mm). Untuk melihatnya kita
perlu mikroskop. Di bawah lensa mikroskop kita akan tahu betapa banyak bakteri
menempel di setiap benda. Bentuknya pun bermacam-macam. Ada bakteri
batang, ada bakteri bulat dan ada pula bakteri bentuknya menggerombol seperti
anggur (disebut bakteri anggur).
Sarjana lain yang dikenal berjasa dalam membuktikan penyebab penyakit yang
disebabkan kuman-kuman ialah Robert Koch.Dia adalah orang Jerman yang pada
tahun 1867 membuktikan dan menemukan penyakit anthrax yang disebabkan
oleh Bacillus Anthracis, dapat menimbulkan sakit pada binatang dan juga
manusia. Demikian pula Robert Koch menemukan pula terjadinya keracunan
darah (septicaemia) karena adanya serangan bakteri terhadap tubuh manusia.
Banyak metode teknis yang pada saat ini dilakukan merupakan hasil penemuan
dari sarjana tersebut.

B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Bacillus Anthracis
2. Menerangkan penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus Anthracis
3. Menjelaskan Ekologi dari Bacillus Anthracis

C. Metodologi Penulisan
Dalam makalah ini, metode yang digunakan penulis adalah metode studi literatur,
yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang diambil dari berbagai buku
referensi dan internet terkait bahasan, sebagai penunjang makalah ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Bacillus Anthracis yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit anthrax
merupakan penyakit yang bersifat zoonotik, disebabkan oleh Bacillus anthracis.
Anthrax berasal dari bahasa Yunani yang berarti batu bara. Pemberian nama tersebut
erat kaitannya dengan anthrax bentuk kulit dengan manifestasi klinis berupa luka
yang berwarna kehitaman. Beberapa nama lain penyakit tersebut antara lain:
Milzband (German); Charbon (Perancis); Malignant pustula; Malignant carbuncle;
Splenic fever; Woolsorter’s disease; dan Radang llimfa.
Beberapa alasan yang mendasari penyakit anthrax menjadi penting dan
strategis karena kemampuan menular yang tersifat zoonotik, bakteri mampu
membentuk spora yang mempunyai ketahanan tinggi di lingkungan, sehingga sulit
dieradikasi. Pandangan umum anthrax identik dengan kematian menyebabkan
kepanikan tersendiri. Dewasa ini penyakit anthrax semakin populer karena dapat
digunakan sebagai senjata biologis.
Bacillus anthracis ditemukan tahun 1849 oleh Davaine dan Bayer, dan pada
tahun 1855 diidentifikasi oleh Pollender. Braver pada tahun 1857, mampu
mendemonstrasikan pemindahan penyakit anthrax dengan melakukan inokulasi
darah hewan yang terinfeksi anthrax. Pada tahun 1877, Robert Koch mampu
membuat biak murni Bacillus anthracis, membuktikan kemampuan bakteri tersebut
membentuk endospora dan mengenali lebih lanjut sifat-siat bakteri anthrax tersebut.

B. Morfologi
Ciri-ciri :
1. Berbentuk batang lurus
2. Ukuran 1,6µm
3. Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob
4. Tidak tahan terhadap suhu tinggi
5. Bersifat Patogen
6. Mempunyai kemampuan membentuk spora
7. Tidak mempunyai alat gerak (motil)

2
8. Berkapsul dan tahan asam
9. Dinding sel bakteri merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-
asetilglukosamin dan D-galaktosa
10. eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective Ag (PA), Lethal Factor (LF),
dan Edema Factor (EF)

Bacillus anthracis tersifat sebagai gram positif, non motil, bentuk batang
yang berukuran besar 1-1,3 X 3-10 mikron meter, dengan ke-empat sudutnya
membentuk siku-siku. Bakteri anthrax mampu membentuk spora, bentuk oval, yang
berukuran 0,75 X 1,0 mikron meter. Adanya spora tersebut tidak menyebabkan
pembengkaan sel. Sel vegetatif bakteri dilengkapi kapsula yang erat kaitannya
dengan virulensi bakteri anthrax.
Bakteri gram positif ini mempunyai ukuran 3-5 m x 1-1.2 m. Berbentuk
batang lurus dengan susunan dua dua atau seperti rantai. Dinding sel dari bakteri ini
merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan D-
galaktosa. Selanjutnya, dalam sel bakteri antraks ini juga terdapat eksotoksin
kompleks yang terdiri atas protective Ag (PA), lethal factor (LF), dan oedema factor
(EF). Peran ketigannya itu terlihat sekali dalam menimbulkan gejala penyakit
antraks. Tepatnya, ketiga komponen dari eksotoksin itu berperan bersama-sama.
Potective Ag berfungsi untuk mengikat reseptor dan selanjutnya lethal factor.
Sedangkan oedema factor akan memasuki sistem sel dari bakteri. Oedema factor
merupakan adenilsiklase yang mampu meningkatkan cAMP sitoplasma sel,
sedangkan fungsi spesifik dari lethal factor masih belum diketahui.

3
C. Fisiologi
Dalam mempertahankan siklus hidupnya, Bacillus anthracis membentuk dua
system pertahanan, yaitu kapsul dan spora. Dua bentuk inilah, terutama spora yang
menyebabkan Bacillus anthracis dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun
lamanya.
Sedangkan kapsul merupakan suatu lapisan tipis yang menyelubungi dinding luar
dari bakteri. Kapsul ini terdiri atas polipeptida berbobot molekul tinggi yang
mengandung asam D-glutamat dan merupakan suatu hapten. Bacillus anthracis dapat
membentuk kapsul pada rantai yang berderet. Pada media biasa, kapsul Bacillus
anthracis tidak terbentuk kecuali pada galur Bacillus anthracis yang ganas.
Lebih jauh, bakteri ini akan membentuk kapsul dengan baik jika terdapat
pada jaringan hewan yang mati atau pada media khusus yang mengandung natrium
bikarbonat dengan konsentrasi karbondioksida (CO2) 5 persen. Kapsul inilah yang
berperan dalam penghambatan fagositosis oleh sistem imun tubuh, dan juga dapat
menentukan derajat keganasan atau virulensi bakteri.
Selain itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting
cells. Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak
memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora
berbentuk elips atau oval, letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari diameter
bakteri itu sendiri. Spora Bacillus anthracis ini tidak terbentuk pada jaringan atau
darah binatang yang hidup, spora tersebut tumbuh dengan baik di tanah maupun
pada eksudat atau jaringan hewan yang mati karena antraks.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar
menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah
kembali menjadi bentuk bakteri. Spora ini dapat terus bertahan hidup selama
puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia
tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
Bacillus antrachis termasuk dalam spesies Bacillus yang merupakan bakteri jenis
Gram positif. Bakteri jenis ini penting untuk industri, lingkungan dan kesehatan.
Misalnya, Bacillus subtilis adalah produsen enzim amylase dan protease untuk
tekstil dan makanan. Bacillus subtilis (natto) dipakai untuk fermentasi jenis tempe
bernama natto yang digemari masyarakat Jepang Bacillus juga model makhluk
hidup paling sederhana yang melakukan metamorfosa (proses perubahan badan
seperti ulat menjadi kupu-kupu) dari bakteri menjadi spora. Sehingga aspek

4
biokimia, genetika dan fisiologinya menjadi pusat perhatian sejak 40 tahun yang
lalu. Melalui kerjasama 46 lembaga di Eropa. Jepang dan Amerika, genom Bacillus
subtilis berhasil disekuen tahun 1997.
Masuk ke dalam tubuh dalam bentuk spora, spora kemudian diserang oleh
sistem kekebalan tubuh, dalam sistem kekebalan tubuh, spora aktif dan mulai
berkembang biak dan menghasilkan dua buah racun, yaitu : Edema Toxin meupakan
racun yang menyebabkan makrofag tidak dapat melakukan fagositosis pada bakteri
dan Lethal Toxin merupakan racun yang memaksa makrofag mensekresikan TNF-
alpha dan interleukin-1-beta yang menyebabkan septic shock dan akhirnya kematian,
selain itu racun ini dapat menyebabkan bocornya pembuluh darah. Racun yang
dihasilkan oleh Bacillus anthracis mengandung 3 macam protein, yaitu : antigen
pelindung, faktor edema, dan faktor mematikan. Racun memasuki sel tubuh saat
antigen pelindung berikatan dengan faktor edema dan faktor mematikan membentuk
kompleks, kompleks lalu berikatan dengan reseptor dan diendositosis. Di dalam sel
faktor edema dan faktor mematikan lepas dari endositosis.

D. Anthrax
Setelah mengenal racun dan vaksin B. antrachis, dalam bagian terakhir
tulisan ini akan dibahas mengenai anthrax itu sendiri. Dari perbedaan tempat infeksi
di tubuh, antrax dapat dibagi menjadi tiga jenis.

5
Yang pertama adalah "cutaneous anthrax" yang disebabkan oleh infeksi
melalui luka di kulit. Jenis ini meliputi >95% kasus yang dilaporkan di seluruh
dunia, termasuk kasus di Bogor, Januari tahun ini. Spora dari binatang yang
terinfeksi, misal di tempat penjagalan, masuk ke kulit korban melalui lubang luka.
Dalam waktu 1-2 hari kemudian, muncul benjolan yang gatal, disusul dengan
gelembung cairan kemudian borok hitam. Apabila cepat diobati, >99% dapat
sembuh total. Tapi seperti yang terjadi di Indonesia, biasaya hal ini kurang
diperhatikan sehingga infeksi lebih lanjut ke jaringan lain melalui aliran darah bisa
menimbulkan kondisi yang lebih parah dan mematikan. Jenis kedua yang terbanyak
berikutnya adalah "gastro intestinal anthrax" yang disebabkan oleh infeksi melalui
makanan/daging yang sudah tertular. Spora B. antrachis sangat stabil, sehingga lebih
baik dihindari memakan daging dari ternak yang mati karena anthrax. Contoh di
Indonesia adalah peristiwa di Purwakarta, Jabar awal tahun 2000 akibat
mengkonsumsi daging burung unta terinfeksi yang dijual murah. Gejalanya adalah
sakit perut yang mendadak, disertai rasa mual, muntah-muntah dan mencret berat.
Bila sudah parah, akan sampai kepada pendarahan dalam perut. Kalau tidak segera
diobati, resiko kematiannya mencapai 25-60%. Yang terakhir adalah "inhaled
anthrax". Jenis ini disebabkan oleh spora yang terhirup oleh korban. Jadi hanya
mungkin disebabkan oleh ulah manusia yang menyebarkan spora tersebut dalam
tindakan terorisme atau perang. Contohnya kasus di Amerika baru-baru ini dan
kecelakaan pabrik pembuat senjata biologis Rusia tahun 1979 di kota Sverdlovsk
(sekarang disebut kota Yekaterinburg). Dalam kasus ini, anthrax sangat mematikan
(90% kemungkinan tewas). Ini disebabkan karena spora B. antrachis langsung
terbawa ke dalam tubuh melalui paru-paru dan berinteraksi dengan sel macrophage
yang menjadi sasaran pertamanya. Selain itu, gejala awalnya setelah 1-5 hari
terinfeksi (masa inkubasi), sangat mirip dengan flu biasa, seperti batuk-batuk, panas
dan badan lemah. Sehingga ketika kondisi makin parah seperti sulit bernafas, sudah
dipastikan korban tidak tertolong lagi karena protein racun sudah menyebar ke
mana-mana dan tidak bisa dimusnahkan dengan antibiotika seperti dijelaskan di
awal.

E. Ekologi
Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut dan
saluran cerna. Adapun pada manusia, masuknya spora lewat kulit yang luka

6
(antraks kulit), membran mukosa (antraks gastrointestinal), atau lewat inhalasi
ke paru-paru (antraks pernafasan). Spora tumbuh pada jaringan tempat masuknya
mengakibatkan edema melalui saluran getah bening ke dalam aliran darah,
kemudian menuju ke jaringan, terjadilah sepsis yang dapat berakibat kematian. Pada
antraks inhalasi, spora Bacillus anthracis dari debu wol, rambut atau kulit terhirup,
terfagosit di paru-paru, kemudian menuju ke limfe mediastinum dimana terjadi
germinasi, diikuti dengan produksi toksin dan menimbulkan mediastinum
haemorrhagic dan sepsis yang berakibat fatal.

F. Penyakit Yang Ditimbulkan


Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu anthraks kulit,
anthraks saluran pencernaan, anthraks saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak
yang disebut anthraks otak atau meningitis. Anthraks kulit terjadi karena disebabkan
infeksi pada kulit sehingga spora Bacillus anthracis dapat masuk melalui kulit.
Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang
tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai ke saluran pencernaan.
Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang
terhirup.
1. Penyebaran
Hampir semua hewan berdarah panas bisa terkena penyakit antraks. Di
Indonesia, penyakit ini sering dijumpai pada kerbau, sapi, kambing, domba,
kuda, dan babi. Dari segi epidemiologi bacillus anthracis ini menyukai tanah
berkapur dan tanah yang bersifat basa (alkalis). Umumnya antraks menyerang
hewan pada musim kering (kemarau), dimana rumput sangat langka, sehingga

7
sering terjadi pada ternak (terutama kuda) tertular lewat makan rumput yang
tercabut sampai akarnya. Lewat akar rumput inilah bisa terbawa pula spora dari
antraks.
2. Penularan Penyakit
Antrhax merupakan penyakit zoonis yang menyerang sapi, domba, kuda,
dan lain-lain bahkan dapat menyerang manusia. Pada umumnya ada 3 cara
penularan penyakit anthrax ke manusia, yaitu :
a. Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput, hewan
yang sakit, maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti
kulit, daging, tulang dan darah.
b. Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll)
pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila
seseorang menghirup spora Antraks.
c. Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng,
abon dll.

G. Gejala
1. Anthrax Kulit
Biasanya terjadi pada permukaan lengan atau tangan sering diikuti
pada wajah dan leher. Papul pruritik timbul 1-7 hari setelah masuknya
organisme atau spora lewat luka. Pada awalnya menyerupai gigitan serangga.
Papul dengan cepat berkembang menjadi vesikel, kemudian pastul, dan
akhirnya menjadi ulkus nekrotik. Khas lesi berdiameter 1-3 cm dan memiliki
eschar hitam di tengah. Kemudian timbul edema, limfangitis, limfadenopati
dan gejala sistemik. Setelah 7-10 hari, eschar berkembang penuh,
menjadikering, lusen dan terpecah-pecah.
2. Anthrax Saluran Pencernaan
a. Gejala awal rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu
makan dan suhu tubuh meningkat
b. Konstipasi diikuti diarhe akut berdarah
c. Hematemesis
d. Toxemia
e. Shock dan meninggal biasanya kurang dari 2 hari.

8
3. Anthrax Saluran Pernapasan
a. Sangat jarang terjadi biasanya akibat dari perluasan antraks tipe kulit atau
karena menghirup udara yang mengandung spora antraks
b. gejala awal ringan dan spesifik
c. dimulai dengan lemah, lesu, subfebril, batuk non produktif (seperti
tanda-tanda bronchitis)
d. kemudian mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi
berat
e. Shock, meninggal biasanya dalam waktu 24 jam.

H. Peranan Dalam Lingkungan


Peranan dalam lingkungan terutama dalam masyarakat adalah Peternak
mengawasi kondisi kesehatan hewannya. Di daerah endemic, ternak perlu di
vaksinasi secara rutin, masyarakat melaporkan kepada petugas dari Dinas Peternakan
atau dinas yang memiliki fungsi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) jika
mengetahui ada hewan penderita antraks dan pemotongan hewan di luar RPH,
terutama jika diketahui adanya penyembelihan hewan sakit atau demam tinggi,
pembentukan kadar masyarakat untuk membina pengawasan penyembelihan hewan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bacillus Anthracis yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit anthrax
merupakan penyakit yang bersifat zoonotik, disebabkan oleh Bacillus anthracis.
Anthrax berasal dari bahasa Yunani yang berarti batu bara. Penyakit yang
ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu anthraks kulit, anthraks saluran
pencernaan, anthraks saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang disebut
anthraks otak atau meningitis.
Hampir semua hewan berdarah panas bisa terkena penyakit antraks. Di
Indonesia, penyakit ini sering dijumpai pada kerbau, sapi, kambing, domba,
kuda, dan babi. Dari segi epidemiologi bacillus anthracis ini menyukai tanah
berkapur dan tanah yang bersifat basa (alkalis). Umumnya antraks menyerang
hewan pada musim kering (kemarau), dimana rumput sangat langka, sehingga
sering terjadi pada ternak (terutama kuda) tertular lewat makan rumput yang
tercabut sampai akarnya. Lewat akar rumput inilah bisa terbawa pula spora dari
antraks.

B. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan
teman-teman sesama mahasiswa. Selain itu, kita harus mengembangkan perilaku
yang baik dalam kehidupan sehari-hari kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://yenmasyifa.blogspot.com/2009/03/bakteri-bacillus-anthracis.htm

Anda mungkin juga menyukai